Ini pencerahan atau
Pembusukan?
Muhammadiyah bersama Maarif
Institute mulai memberi PR (pekerjaan rumah) terhadap Umat Islam.
MENABRAK Islam (QS .
An-Nisaa’ : 144 dan QS Al-Maa-idah : 57.) demi menghalalkan diangkatnya
pemimpin kafir. Hingga MAARIF Institute merilis: Prinsip Memilih Pemimpin
Adalah Adil, Bukan Agama.
Justru buku Fikih Kebinekaan
terbitan Maarif (lembaga dikenal liberal) dan penerbit syiah (?) Mizan itu
diluncurkan oleh Muhammadiyah dan di gedung Muhammadiyah. Bekerjasama dengan PP
Muhammadiyah, Ma’arif Institute luncurkan sebuah buku berjudul Fikih
Kebhinekaan di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis
(20/8/2015).
Miris!
Pernyataan MAARIF Institute
pimpinan Syafii Maarif itu jelas telah terang-terangan melawan Islam.
DALIL QUR’AN TENTANG HARAMNYA
ORANG KAFIR MEMIMPIN UMAT ISLAM
Berikut ini adalah sejumlah
Dalil Qur’ani beserta Terjemah Qur’an Surat (TQS) yang menjadi dasar untuk
bersikap dalam memilih pemimpin :
Al-Qur’an melarang
menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin
3. Aali ‘Imraan : 28.
{لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ
دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا
أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى
اللَّهِ الْمَصِيرُ} [آل عمران: 28]
“Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN/PELINDUNG) dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Alloh, kecuali karena (siasat) memelihara
diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Alloh memperingatkan
kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Alloh kembali(mu).”
4. An-Nisaa’ : 144.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ
عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا} [النساء: 144]
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI
(PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu
mengadakan alasan yang nyata bagi Alloh (untuk menyiksamu) ?”
5. Al-Maa-idah : 57.
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ
اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ} [المائدة: 57]
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang
yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir
(orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Alloh jika kamu betul-betul
orang-orang yang beriman.”
Al-Qur’an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin
walau Kerabat sendiri :
9. At-Taubah : 23.
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ
وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ } [التوبة:
23]
“Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu jadikan BAPAK-BAPAK dan SAUDARA-SAUDARAMU menjadi
WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas
keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
58. Al-Mujaadilah : 22.
{لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي
قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ} [المجادلة: 22]
“Kamu tak akan mendapati kaum
yang beriman pada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rasul-Nya, sekali pun
orang-orang itu BAPAK-BAPAK, atau ANAK-ANAK atau SAUDARA-SAUDARA atau pun
KELUARGA mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam
hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada- Nya.
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Alloh ridha terhadap mereka,
dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka
itulah golongan Alloh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung.”
Al-Qur’an melarang menjadikan
orang kafir sebagai teman setia
3. Aali ‘Imraan : 118.
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً
مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ } [آل عمران: 118]
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu ambil menjadi TEMAN KEPERCAYAANMU
orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan
oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu
ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
9. At-Taubah : 16.
{ أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ
الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَا
رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}
[التوبة: 16]
“Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan dibiarkan sedang Alloh belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang
yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi TEMAN SETIA selain
Alloh, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman? Dan Alloh Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
Al-Qur’an melarang saling
tolong dengan kafir yang akan merugikan umat Islam
28. Al-Qashash : 86.
{ وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ
إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ} [القصص:
86]
“Dan kamu tidak pernah
mengharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan)
karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah
sekali-kali kamu menjadi PENOLONG bagi orang-orang kafir.”
60. Al-Mumtahanah : 13.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ
أَصْحَابِ الْقُبُورِ} [الممتحنة: 13]
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu jadikan PENOLONGMU kaum yang dimurkai Alloh.
Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana
orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.”
Al-Qur’an melarang mentaati
orang kafir untuk menguasai muslim
3. Aali ‘Imraan : 149-150.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ
كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (149) بَلِ
اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ } [آل عمران: 149، 150]
“Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya
mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah
kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Alloh), Alloh lah
Pelindungmu, dan Dialah sebaik-baik Penolong.”
Al-Qur’an melarang beri
peluang kepada orang kafir sehingga menguasai muslim
4. An-Nisaa’ : 141.
{… وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا} [النساء: 141]
“…… dan Alloh sekali-kali
tidak akan MEMBERI JALAN kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang
yang beriman.”
Al-Qur’an memvonis munafiq
kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
4. An-Nisaa’ : 138-139.
{ بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ
عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا} [النساء: 138، 139]
“Kabarkanlah kepada
orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Alloh.”
Al-Qur’an memvonis ZALIM kepada
muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
5. Al-Maa-idah : 51.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ
مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
[المائدة: 51]
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang ZALIM.”
Al-Qur’an memvonis fasiq
kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
5. Al-Maa-idah : 80-81.
{تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي
الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (80) وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ
كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [المائدة: 80، 81]
“Kamu melihat kebanyakan dari
mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya
amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan
Alloh kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka
beriman kepada Alloh, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan
kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang
musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang FASIQ.”
Al-Qur’an memvonis sesat
kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
60. Al-Mumtahanah : 1.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا
بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي
وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ
بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ
سَوَاءَ السَّبِيلِ } [الممتحنة: 1]
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad),
karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu
karena kamu beriman kepada Alloh, Tuhanmu. Jika kamu
benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku
(janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia
(berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku
lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia
telah TERSESAT dari jalan yang lurus.”
Al-Qur’an mengancam adzab
bagi yang jadikan kafir sbg Pemimpin / Teman Setia
58. Al-Mujaadilah :
14-15.
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ
وَهُمْ يَعْلَمُونَ (14) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا
إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [المجادلة: 14، 15]
“Tidakkah kamu perhatikan
orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Alloh sebagai teman ?
Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka.
Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka
mengetahui. Alloh telah menyediakan bagi mereka AZAB yang sangat keras,
sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.”
Al-Qur’an mengajarkan doa
agar muslim tidak menjadi sasaran fitnah orang kafir
60. Al-Mumtahanah : 5.
{رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ
لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [الممتحنة: 5]
“Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan kami (SASARAN) FITNAH bagi orang-orang kafir.
Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
Posted by KabarNet pada 24/09/2014/ m faisal
(nahimunkar.com)
Inilah
Kamis
20 Aug 2015, 13:09 WIB
MAARIF Institute: Prinsip
Memilih Pemimpin Adalah Adil, Bukan Agama
Ahmad Toriq – detikNews
Jakarta – Isu etnis dan
sektarian kerap dibawa dalam sebuah kontestasi politik. Dua isu tersebut
diprediksi juga akan mewarnai Pilkada Serentak 2015. Maarif Institute merilis
pernyataan sikap terkait isu agama dalam memilih pemimpin.
Direktur Eksekutif MAARIF Institute
Fajar Riza Ul Haq menyatakan pendapat yang mendahulukan agama sebagai hal
prinsip dalam memilih pemimpin publik hanya salah satu pendapat yang berkembang
di kalangan ulama klasik. Ada pandangan lain yang justru lebih relevan dengan
semangat kemaslahatan publik dan konteks negara Pancasila yang majemuk.
“Apakah agama merupakan hal
prinsip yang tidak bisa dikompromikan atau sebatas kriteria ideal ketika
menentukan pilihan? Berdasarkan kajian para ulama dan intelektual Muslim yang
difasilitasi MAARIF Institute, ternyata yang lebih prinsip itu adalah keadilan,
bukan karena memeluk agama yang sama,” kata Fajar dalam siaran pers yang
diterima detikcom, Kamis (20/8/2015).
Fajar mengatakan salah satu
yang dibahas dalam kajian itu adalah fatwa ulama besar Ibn Taimiyah yang
menyatakan bahwa memilih pemimpin adil meski non muslim lebih utama dibanding
yang seagama tapi zalim. Fajar tak setuju jika ada yang berpendapat lebih baik
memilih pemimpin muslim meski dia korup.
“Sebab korupsi jelas
perbuatan zalim, melanggar hukum. Sulit dipahami jika perbuatan korupsi semata
urusan akhlak karena menyangkut kepentingan publik,” ungkap Fajar yang merujuk
pada rekomendasi kajian tersebut.
Guna membahas lebih jauh
persoalan tersebut, MAARIF Institute bersama dengan PP Muhammadiyah dan
Penerbit Mizan akan menggelar peluncuran dan diskusi buku “Fikih Kebinekaan”,
yang secara khusus mengupas soal kepemimpinan non Muslim. Buku ini sendiri
merupakan kumpulan pemikiran yang berkembang dalam Halaqah Fikih Kebinekaan
yang diadakan MAARIF Institute pada pertengahan Februari. Peluncuran buku ini
akan dilakukan pada Kamis 19 Agustus 2015 Pukul 18.30 WIB di Aula PP
Muhammadiyah Jl Menteng Raya No 62 Menteng Jakarta Pusat.
Dijadwalkan akan hadir
sebagai pembahas yakni Dr Abdul Mu’ti, M. Ed. (Sektretaris Umum PP
Muhammadiyah), Ustad Wawan Gunawan Abdul Wahid, Lc., MA. (Editor dan Penulis
Buku Fikih Kebinekaan) dan Ustad Bukhori (Sekretaris Dewan Syariah DPP Partai
Keadilan Sejahtera) dengan moderator Muhammad Abdullah Darraz, MA. Sementara itu,
Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, M. Si akan memberikan pengantar
dalam diskusi tersebut.
(tor/faj)
Mau Lawan Kelompok
‘Intoleran’, Tokoh Syiah Haidar Bagir Ingin Gandeng Muhammadiyah dan NU
Redaksi Salam-Online – Jum’at, 6 Zulqaidah
1436 H / 21 Agustus 2015 14:55
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Haidar
Bagir yang dikenal sebagai salah seorang pentolan Syiah di Indonesia mengatakan
akan bekerjasama dengan Muhammadiyah di bidang media penerbitan.
Haidar Bagir menyatakan akan
menerbitkan karya para sarjana dan pemikir Muhammadiyah di perusahaan media
penerbitan miliknya.
“Kami siap bekerjasama dengan
Muhammadiyah untuk menerbitkan karya para sarjana dan pemikir Muhammadiyah
tentang apa pun. Kami siap menerbitkan dua bulan satu buku. Bisa dirancang
setap tahun sedikitnya enam buku yang dipandang penting, setiap dua bulan buku
seperti ini terbit,” kata Pimpinan Penerbit Mizan ini dalam sambutannya di
acara launching buku “Fikih Kebinekaan” yang dirilis Maarif Institute di
Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng, Jakarta, Kamis (20/8) malam.
Buku “Fikih Kebinekaan” yang
dilaunching Maarif Institute itu diterbitkan oleh Mizan. Kerja sama
ini, kata Haidar, tidak hanya akan dilakukan dengan Muhammadiyah,tetapi juga
menggandeng ormas Islam NU. Hal ini dinilainya sebagai usaha melawan penyebaran
pemikiran kelompok yang dia anggap “intoleran”.
“Agar kita bisa menyaingi
militansi luar biasa yang sekarang ditampilkan oleh kelompok ‘anti kebinekaan’
dan ‘anti toleransi’,” ungkapnya.
Ia menambahkan,
kelompok-kelompok yang ‘intoleran’ harus dicegah melalui komunitas dan penerbit
buku seperti Mizan, dan lain-lain.
Program ini, menurutnya,
merupakan sebagai langkah strategis dalam menyebarkan pemikiran yang seharusnya
diterima oleh masyarakat.
“Perlu ada upaya khusus untuk
menerjemahkan gagasan seperti ini agar bisa masuk ke dalam institusi
masyarakat,” ujarnya.
Haidar menegaskan, langkah
ini tidak dinilai sebagai kebaikan Mizan kepada Muhammadiyah. Namun sebaliknya,
Mizan meminta agar program ini bisa dijalankan bersama. (EZ/salam-online)
***
Buku Fikih Kebinekaan
Pengarang: Azyumardi Azra,
Biyanto, Hamim Ilyas, Hendar Riyadi, Hilman Latif, Lukman Hakim Saifudin
Penerbit: MAARIF Institute
dan Mizan
Editor: Wawan Gunawan Abd.
Wahid, Muhd. Abdullah Darraz, Ahmad Fuad Fanani
Ukuran: 15 x 25 cm
Halaman: 360
ISBN: 978-979-433-896-4
Tahun Terbit: Juli 2015
Deskripsi Buku
Fikih kebinekaan adalah
sebuah rumusan fikih yang berpijak pada fenomena keragaman di masyarakat.
Tujuannya adalah untuk memberikan panduan filosofis, teoretis-metodologis, dan
praksis di kalangan umat Islam Indonesia dalam mendorong hubungan sosial yang
harmonis, menghilangkan diskriminasi, memperkuat demokratisasi, dan memberikan
landasan normative-religius bagi Negara dalam memenuhi hak-hak warga masyarakat
secara berkeadilan.
Pembahasan Fikih Kebinekaan
dilandasi pada aspek metodologis, yaitu merekonstruksi model pembacaan terhadap
doktrin-doktrin kunci agama yang termaktub dalam kitab suci. Fikih Kebinekaan
mensyaratkan proses pembacaan secara kritis-konstektual-historis terhadap
literatur keagamaan dengan mempertimbangkan konteks sosial yang senantiasa
berkembang secara dinamis. Model pembacaan tersebut dilakukan dengan menekankan
pada makna yang sesuai dengan tujuan hokum Islam ( maqashid al-syari’ah)
untuk mencapai kemaslahatan umum (al-maslahah al-‘ammah).
Buku ini membahas tiga topic utama
yang menjadi isu penting dalam kajian fikih mu’amalah (hubungan sosial) dan
fikih siyasah (politik) kontemporer, yaitu konsep umat yang lebih
terbuka dan egaliter, hubungan sosial antar umat beragama dalam relasi setara
tanpa diskriminasi, dan kepemimpinan non-muslim dalam masyarakat yang majemuk.
Presiden Penerbit Mizan
Group: Dalam Penampakannya Tuhan Itu Beragam
Sabtu, 22 Agustus 2015 – 06:35 WIB
DR. Hamid Fahmy Zarkasi
menilai bahwa apa yang dimaksud toleransi oleh Haidar Bagir itu adalah pertama,
toleransi yang arahnya dari orang Islam kepada kelompok Syiah.
ACHMAD FAZERI/HIDCOM
Presiden Penerbit Mizan Group
Haidar Bagir
Hidayatullah.com– Presiden
Penerbit Mizan Group, Haidar Bagir menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara
yang kebetulan mayoritas muslim dan sebetulnya secara orisinal Islamnya adalah
Islam toleran yang menghormati kebhinekaan.
Sebetulnya, lanjut Haidar,
kalau melihat dari awal Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang dalam
pengertian yang mungkin tidak sama antara Nahdhatul Ulama dengan Muhammadiyah
dan sebagainya adalah Islam yang dijalari entah itu tasawuf ataupun pemahaman
tentang Islam sebagai agama akhlak.
“Dan lewat pemahaman seperti
ini, Islam yang dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia adalah Islam yang
sebetulnya menghargai kebhinekaan,” kata Haidar dalam acara diskusi publik dan
peluncuran buku “Fikih Kebhinekaan” di Aula Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Jalan Menteng, Jakarta, Kamis (20/08/2015).
Haidar yang mengaku
mempelajari filsafat dan tasawuf menyampaikan bahwa Tuhan itu disebut-sebut
sebagai yang tunggal dan sekaligus jamak. Menurutnya, multisiplitas dalam
kesatuan, Tuhan adalah satu tetapi dalam tajalli atau penampakannya, Tuhan itu
beragam.
“Nah, saya kira Islam itulah
yang ada di Indonesia dan ini tematik yang sangat kuat tetapi kalau kita kalah
militannya, saya khawatir ada banyak cara dari kelompok-kelompok anti toleransi
itu untuk menyimpangkan pemahaman yang penuh toleransi ini dari kaum muslimin
di Indonesia,” papar Haidar.
Karena itu, menurut Haidar,
perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk menterjemahkan gagasan-gagasan seperti
yang tertuang di dalam buku “Fikih Kebhinekaan” itu untuk menyaingi militansi
yang ditampilkan oleh kelompok-kelompok anti kebhinekaan.
“Saya kira perlu adanya upaya
sepeti itu supaya bisa masuk ke institusi-institusi masyarakat, masjid-masjid,
sekolah-sekolah sehingga mudah-mudahan kita bisa menyaingi militansi yang luar
biasa yang sekarang ditampilkan oleh kelompok-kelompok yang anti kebinekaan dan
toleransi,” pungkas Haidar.
Sementara itu, Ketua Umum
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DR. Hamid Fahmy Zarkasi
menilai bahwa apa yang dimaksud toleransi oleh Haidar Bagir itu adalah pertama,
toleransi yang arahnya dari orang Islam kepada kelompok Syiah.
“Kedua, toleransi terhadap
pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan Islam,” ujar ulama yang kerap
disapa Gus Hamid kepada hidayatullah.com, Jum’at (21/08/2015).
Gus Hamid juga menyebutkan
bahwa Haidar Bagir berusaha menggunakan tasawuf untuk menjelaskan keberagaman.
Namun, menurutnya, tidak bisa menggunakan tasawuf (tajalli,red) untuk
menjelaskan masalah-masalah di dalam ajaran agama, sebab itu bisa memunculkan
pemahaman yang keliru atau salah.
“Tajalli Tuhan itu tidak
mungkin Tuhan bertajalli dalam bentuk misalnya Sang Hyang Wedi, Tuhan Bapa atau
Yesus, atau reinkarnasi, itu tidak pernah ada ajarannya di dalam al-Qur’an
maupun as-Sunnah. Itu salah besar dan dia ngelamun menurut saya kalau seperti
itu. Inilah yang perlu dipahami,” papar Gus Hamid.
Gus Hamid menegaskan bahwa
Tuhan dalam Islam itu hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan tidak ada Tuhan
lain dan tidak ada nama Tuhan lain selain Allah semata. Tuhan-Tuhan lain
tersebut, menurutnya, bukan tajalli-Nya Allah, melainkan semacam agama lain.*
Rep: Ibnu Sumari
Editor: Achmad Fazeri
***
Muhammadiyah Luncurkan Buku
Fikih Kebhinekaan
Jumat 6 Zulkaedah 1436 / 21 Agustus 2015 14:53
BEKERJASAMA dengan PP
Muhammadiyah, Ma’arif Institute luncurkan sebuah buku berjudul Fikih
Kebhinekaan di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis
(20/8/2015).
Buku ini merupakan kumpulan
perkembangan pemikiran dalam HalaqahFikih Kebhinekaan yang melibatkan para
ulama dan intelektual Muhammadiyah pada Februari 2015.
Haidar Nasir Ketua Umum PP
Muhammadiyah yang baru menyambut baik hadirnya buku ini. menurutnya buku
ini hadir untuk menawarkan solusi dalam menyikapi keragaman dan dan perbedaan.
“Hal itu menjadi realitas
baru dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern. Masyarakat
dihadapkan dengan realitas-realitas instrumental, maka masyarakat akan
berlari pada nilai-nilai sublime danan keragman pandangan,” ungkapnya
Mengenai fikih kebhinekaan
Muhammadiyah juga sudah meluncurkan beberapa buku sebelumnya.
“Pertama tafsir tematik yang
dasarnya pada tafsir maudhui dan karya tersebut adalah karya yang luar
biasa pada zaman majelis tarjih dan pengembangan pemikiran Islam di
zaman Buya Syafii Ma’arif,” jelasnya.
Kedua, dua buku ajar
tentang pluralisme dan berbagai aspeknya yang merupakan karya dari Universitas
Muhammadiyah Surakarata, tambahnya.
“Tiga ini sudah cukup bagi
Muhammadiyah untuk memberi bingkai pada banyak hal tentang keragaman di Indonesia,
termasuk paham keagamaan,” ujarnya.
Dalam peluncuran terlihat
hadir Haidar Bagir, Pimpinan Penerbitan Buku Mizan, Franz Magnis Suseno, Dr.
Abdul Mu’thi Sekertaris Umum PP Muhammadiyah, Wawan Gunawan Abdul Wahid Ketua
Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dan Buchori Yusuf Sekertaris Dewan Syariah
PKS mewakili Sohibul Imam yang tidak dapat hadir.(suandriansyah/Islampos)
(nahimunkar.com)
Baca juga :
Haidar Bagir, Tipikal taqiyah ( Syiah) Di
Negara Mayoritas Muslim, Mainkan Drama " Intoleransi " dan Sebut
Penampakan Tuhan Beragam
Syi'ah Percaya Al-Qur'an ? (Tanggapan untuk Kebohongan Haidar Bagir dalam Harian Republika 27 Januari 2012)
Pengakuan Haidar Bagir Tentang Sesatnya Syiah
Haidar Bagir dan Tuduhan Tahrif Al Qur’an
Lucunya Isu Persatuan dan adu domba zionis Yang sering dilontarkan oleh SYIAH
SYI’AH, DI SANA MENGHUJAT SAHABAT DI SINI JUALAN UKHUWAH
https://aslibumiayu.wordpress.com/2012/03/16/syiah-di-sana-menghujat-sahabat-di-sini-jualan-ukhuwah/
SEPAK TERJANG SYI’AH DI INDONESIA,… Waspadalah..!!
Tipuan Politik Syiah Rafidhoh Kepada Kaum Muslimin (Gertak Sambel Ala Iran)