Gus Hamid: Pernyataan Haidar Soal Toleransi Bermasalah
Sabtu, 22 Agustus 2015 - 09:04 WIB
oleransi itu sudah berjalan
dari dulu, berarti tidak logis jika sekarang dikatakan pelajaran agama di
sekolah mengajarkan intoleransi. Saya rasa itu pernyataan yang tidak
bertanggungjawab,” pungkas Gus Hamid
Direktur Institute for the
Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Dr. Hamid Fahmy Zarkasi
menilai pernyataan yang mengatakan pelajaran agama mengajarkan intoleransi
adalah sarat masalah.
Menurut Gus Hamid, demikian
ia akrab disapa, jika menggunakan cara berpikirnya seperti itu, berarti
penanaman agama di sekolah-sekolah tidak perlu diarahkan untuk menuju keyakinan
agama yang mutlak. Sebab, jika keyakinan terhadap agama tidak mutlak berarti
itu bukan keimanan melainkan keyakinan biasa yang bisa diubah-ubah.
“Semua agama secara teologi
tidak ada yang mentolerir agama lain. Artinya supaya kita sadar bahwa secara
teologis itu tidak ada agama yang toleran terhadap agama lain,” tegas Gus Hamid
kepada hidayatullah.com Jum’at (21/08/2015)menanggapi pernyataan Haidar
Bagir mengenai anggapannya bahwa pelajaran agama di sekolah mengajarkan
intoleransi. [baca: Haidar Bagir
Anggap Pelajaran Agama Ajarkan Intoleransi]
Gus Hamid mempertanyakan
pernyataan Haidar, pertama toleransi seperti apa yang diinginkannya?
Kedua, kalau seandainya yang disebut toleransi adalah hubungan sosial
antara Islam dengan kelompok atau agama lain, menurutnya, Islam itu sudah
mempunyai fikih (aturan) yang tidak perlu dipersoalkan.
“Fikih itu bisa saja
ditambahkan dan di dalam kehidupan nyata itu sudah dijalankan, kenapa harus
dipersoalkan? Di dalam kehidupan sosial umat Islam itu sudah sangat toleran.
Jadi, kalau sudah toleran kenapa harus menganggap pelajaran agama mengajarkan
intoleransi?” ujar Gus Hamid.
Menurut Gus Hamid, pernyataan
Haidar itu bermasalah dan sangat tidak masuk akal kalau mengatakan bahwa
pelajaran-pelajaran agama di sekolah itu mengajarakan intoleransi atau mungkin
mengarah kepada terorisme.
“Apa yang dimaksud dengan
toleransi menurut Haidar, itu bisa saja ingin dia belokkan ke tujuan tertentu,”
cetus Gus Hamid.
Gus Hamid mengatakan jika
sekarang Islam dikatakan tidak toleran berarti sejak dahulu Islam tidak toleran
terhadap agama atau kelompok lainnya. Padahal, Islam sudah sangat toleran terhadap
agama atau kelompok lain.
“Dan toleransi itu sudah
berjalan dari dulu, berarti tidak logis jika sekarang dikatakan pelajaran agama
di sekolah mengajarkan intoleransi. Saya rasa itu pernyataan yang tidak
bertanggungjawab,” pungkas Gus Hamid.*
Sebut Penampakan Tuhan Beragam, Gus Hamid Sebut
Haidar Bagir Ngelamun
Sabtu,
22 Agustus 2015 - 06:35 WIB
Haidar dinilai Gus Hamid
ngelamun karena berusaha menjelaskan keberagaman Tuhan dengan tajalli
Presiden Penerbit Mizan
Group, Dr Haidar Bagir menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara yang
kebetulan mayoritas Muslim dan sebetulnya secara orisinal Islamnya adalah Islam
toleran yang menghormati kebhinekaan.
Sebetulnya, lanjut Haidar,
kalau melihat dari awal Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang dalam
pengertian yang mungkin tidak sama antara Nahdhatul Ulama (NU) dengan
Muhammadiyah dan sebagainya adalah Islam yang dijalari entah itu tasawuf
ataupun pemahaman tentang Islam sebagai agama akhlak.
“Dan lewat pemahaman seperti
ini, Islam yang dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia adalah Islam yang
sebetulnya menghargai kebhinekaan,” kata Haidar dalam acara diskusi publik dan
peluncuran buku “Fikih Kebhinekaan” di Aula Gedung Dakwah Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Jalan Menteng, Jakarta, Kamis (20/08/2015).
Haidar yang mengaku
mempelajari filsafat dan tasawuf menyampaikan bahwa Tuhan itu disebut-sebut
sebagai yang tunggal dan sekaligus jamak. Menurutnya, multisiplitas dalam
kesatuan, Tuhan adalah satu tetapi dalam tajalli atau penampakannya, Tuhan itu
beragam.
“Nah, saya kira Islam itulah
yang ada di Indonesia dan ini tematik yang sangat kuat tetapi kalau kita kalah
militannya, saya khawatir ada banyak cara dari kelompok-kelompok anti toleransi
itu untuk menyimpangkan pemahaman yang penuh toleransi ini dari kaum muslimin
di Indonesia,” papar Haidar.
Karena itu, menurut Haidar,
perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk menterjemahkan gagasan-gagasan seperti
yang tertuang di dalam buku “Fikih Kebhinekaan” itu untuk menyaingi militansi
yang ditampilkan oleh kelompok-kelompok anti kebhinekaan.
“Saya kira perlu adanya upaya
sepeti itu supaya bisa masuk ke institusi-institusi masyarakat, masjid-masjid,
sekolah-sekolah sehingga mudah-mudahan kita bisa menyaingi militansi yang luar
biasa yang sekarang ditampilkan oleh kelompok-kelompok yang anti kebinekaan dan
toleransi,” pungkas Haidar.
Tak Dikenal Al-Quran dan
Sunnah
Sementara itu, Direktur
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Dr.
Hamid Fahmy Zarkasi menilai bahwa apa yang dimaksud toleransi oleh Haidar Bagir
itu adalah pertama, arahnya dari orang Islam pada kelompok Syiah. Kedua,
toleransi terhadap pemikiran yang tak sejalan dengan Islam.
“Kedua, toleransi terhadap
pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan Islam,” ujar ulama yang kerap
disapa Gus Hamid kepadahidayatullah.com,
Jum’at (21/08/2015).
Menurut pimpinan redaksi
jurnal ISLAMIA ini menyebutkan bahwa Haidar Bagir berusaha
menggunakan tasawuf untuk menjelaskan keberagaman. Padahal menurutnya,
tidak bisa menggunakan tasawuf (tajalli, red) untuk menjelaskan
masalah-masalah di dalam ajaran agama, sebab itu bisa memunculkan pemahaman
yang keliru atau salah. Sebab hal itu tidak diajarkan dalam Al-Quran atau
As Sunnah.
“Tajalli Tuhan itu
bentuknya adalah alam semesta ini dengan berbagai macam keragaman dan tidak
mungkin Tuhan bertajalli dalam bentuk misalnya Sang Hyang Wedi,
Tuhan Bapa atau Tuhan Yesus, atau reinkarnasi, itu tidak pernah
ada ajarannya di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Itu salah besar dan dia ngelamun menurut
saya kalau seperti itu. Inilah yang perlu dipahami,” papar pria yang memperoleh
master bidang filsafat di Unversity of Birmingham, United Kingdom ini.
Gus Hamid, demikian ia akrab
disapa menegaskan bahwa Tuhan dalam Islam itu hanyalah Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, dan tidak ada Tuhan lain dan tidak ada nama Tuhan lain selain Allah
semata. Tuhan-Tuhan lain tersebut, menurutnya, bukan tajalli-Nya Allah,
melainkan semacam agama lain.*
Haidar Bagir Anggap Pelajaran
Agama Ajarkan Intoleransi
Sabtu, 22 Agustus 2015 -
08:40 WIB
“Semua agama secara teologi
tidak ada yang mentolerir agama lain. Artinya supaya kita sadar bahwa secara
teologis itu tidak ada agama yang toleran terhadap agama lain,” tegas Gus Hamid
Salah satu institusi yang
paling efektif di dalam menyebarkan sikap-sikap keberagaman yang anti toleransi
(intoleran) serta kebhinekaan itu adalah sekolah.
Demikian dikatakan Presiden
Penerbit Mizan Group dalam acara diskusi publik dan peluncuran buku “Fikih
Kebhinekaan” di Aula Gedung Dakwah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jalan
Menteng, Jakarta, Kamis (21/08/2015).
“Saya kebetulan terlibat di
dunia pendidikan sudah 20 tahun lebih sejak TK sampai SMA bahkan Perguruan
Tinggi, saya mendapati salah satu institusi yang paling efektif di dalam
menyebarkan sikap-sikap keberagaman yang anti toleransi dan kebhinekaan itu di
sekolah,” ungkap Haidar.
Jadi, menurut Haidar, sekolah
yang seharusnya membuat orang terbuka pikirannya, menjadi toleran dan beradab,
justru pelajaran-pelajaran seperti agama di sekolah sebagian besar menjadi
medium anti toleransi.
“Saya tentu tidak tahu untuk
sekolah-sekolah di Muhammadiyah tetapi saya kira kita patut waspada,” tegas
Haidar.
Haidar memberikan contoh
sebagaimana di sekolah yang dia dirikan, sejak awal, sekolah sudah mentraining
para gurunya termasuk guru agama untuk menghormati semua agama maupun kelompok
lain. Bahkan, akunya, sekolah miliknya termasuk lembaga pendidikan yang terbuka
bagi masyarakat dari semua agama manapun.
“Tetapi, meskipun begitu
masih ada komplain dari orangtua, ketika anak pulang terus bilang pada ayahnya,
itu Kristen, ini Hindu, ini Budha, seolah-olah dengan menggunakan nada yang
melecehkan,” tandas Haidar.
Pernyataan Bermasalah
Sementara itu, Direktur
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Dr.
Hamid Fahmy Zarkasi menilai jika menggunakan cara berpikirnya seperti itu,
berarti penanaman agama di sekolah-sekolah tidak perlu diarahkan untuk menuju
keyakinan agama yang mutlak. Sebab, jika keyakinan terhadap agama tidak mutlak
berarti itu bukan keimanan melainkan keyakinan biasa yang bisa diubah-ubah.
“Semua agama secara teologi
tidak ada yang mentolerir agama lain. Artinya supaya kita sadar bahwa secara
teologis itu tidak ada agama yang toleran terhadap agama lain,” tegas Gus Hamid
kepadahidayatullah.com Jum’at
(21/08/2015) menanggapi pernyataan Haidar Bagir mengenai anggapannya bahwa
pelajaran agama di sekolah mengajarkan intoleransi. [baca: Gus
Hamid: Pernyataan Haidar Soal Toleransi Bermasalah]
Menurut Gus Hamid, demikian
ia akrab disapa, apa yang dimaksud toleransi oleh Haidar Bagir itu arahnya dari
orang Islam kepada kelompok Syiah.
Menurut Gus Hamid, kalau cara
berpikirnya seperti Haidar, itu berarti penanaman agama di sekolah-sekolah
tidak perlu diarahkan untuk menuju keyakinan agama yang mutlak. Sebab,
lanjutnya, jika keyakinan terhadap agama tidak mutlak berarti itu bukan keimanan
melainkan keyakinan biasa yang bisa diubah-ubah.
“Semua agama secara teologi
tidak ada yang mentolerir agama lain. Artinya supaya kita sadar bahwa secara
teologis itu tidak ada agama yang toleran terhadap agama atau kelompok agama
lain,” pungkas Gus Hamid menegaskan.*
Tokoh Syiah Haidar Bagir Ingin Benturkan NU dan
Muhammadiyah dengan Kelompok “Intoleran”?
Tokoh Syiah sekaligus
Pimpinan Penerbitan Buku Mizan, Haidar Bagir, menyatakan bahwa pihaknya siap
bekerjasama dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di bidang media
penerbitan.
Haidar berdalih bahwa
kerjasama ini merupakan usaha melawan pemikiran kelompok-kelompok Islam yang
dianggapnya “intoleran”.
“Seperti kami sudah sampaikan
ke pihak NU, kami juga siap bekerjasama dengan Muhammadiyah untuk menerbitkan
karya para sarjana dan pemikir Muhammadiyah tentang apapun yang dirasa penting,
kami siap menerbitkan setiap dua bulan satu buku,” ungkapnya dalam peluncuran
buku Fikih Kebhinekaan di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat
sebagaimana dikutip Islam Pos pada Jumat (21/8).
“Melihat ‘militansi’ dari
kelompok-kelompok ‘anti toleransi’, ‘anti kebhinekaan’ ini, menurut saya kita
tidak boleh puas menyerahkan gagasan seperti ini pada kaki-kaki yang otomatis
akan tumbuh menyebarkan ini,” imbuhnya tanpa merinci siapa yang dimaksud.
Kalau perlu, katanya lagi,
“kita bikin ‘kaki-kaki bionik’ supaya gagasan kebhinekaan ini menyebar lebih
cepat dari gagasan-gagasan ‘anti toleransi’.”
Dirinya menganggap perlu
adanya upaya khusus untuk menerjemahkan gagasan seperti ini agar bisa masuk
kedalam Masjid-Masjid, khotbah-khotbah dan ke sekolah-sekolah. Sehingga bisa menyaingi
“militansi” kelompok-kelompok yang dia benci itu.
Dalam waktu dekat ini, Haidar
mengaku bahwa pihaknya juga akan menerbitkan buku pemikiran sejenis berjudul
‘Islam Nusantara’.
“Upaya ini mudah-mudahan
dapat membendung langkah-langkah mereka yang ingin menjadikan Islam
‘eksklusif’, Islam yang mudah mengkafirkan, tidak hanya pada non muslim juga
kelompok-kelompok dalam Islam sendiri,” katanya.
Di lain hal, Haidar
menyatakan bahwa kerjasama ini juga dalam rangka memperluas area pemasaran dan
distribusi buku.
“Buku sekarang, buku komersil
yang paling laku itu buku yang penulisnya memiliki komunitas atau basis
pendukung yang luas, apalagi untuk buku-buku yang serius seperti ini,” ujarnya.
“Setidaknya dari implimenti
saja setiap bulan satu buku selang seling NU – Muhammadiyah akan diterbitkan
dan didistribusikan ke seluruh Indonesia. Ini bukan jasa baik Mizan, tapi
sebenarnya ngamen supaya dapat buku-buku karya sarjana-sarjana Muhammadiyah dan
NU.
“Mudah-mudahanan Pak Haidar
Nasir setuju,” harapnya.
Baca juga :
Syi'ah Percaya Al-Qur'an ? (Tanggapan untuk
Kebohongan Haidar Bagir dalam Harian Republika 27 Januari 2012)
Pengakuan Haidar Bagir Tentang Sesatnya Syiah
Haidar Bagir dan Tuduhan Tahrif Al Qur’an
Lucunya Isu Persatuan dan adu domba zionis Yang
sering dilontarkan oleh SYIAH
SYI’AH, DI SANA MENGHUJAT SAHABAT DI SINI
JUALAN UKHUWAH
https://aslibumiayu.wordpress.com/2012/03/16/syiah-di-sana-menghujat-sahabat-di-sini-jualan-ukhuwah/
SEPAK TERJANG SYI’AH DI INDONESIA,…
Waspadalah..!!
Tipuan Politik Syiah Rafidhoh Kepada Kaum
Muslimin (Gertak Sambel Ala Iran)