Apa yang saya sampaikan berikut
ini adalah sebagian pertanyaan dan fakta sejarah yang membuat risau para ulama
Syiah dan membuat mereka bungkam karena tidak bisa membantahnya. Oleh karena
itu jangan biarkan hanya para pengikut mereka saja yang melontarkan
pertanyaan-pertanyaan. Saya menggali informasi dari sumber-sumber dan
kitab-kitab mereka sendiri.
Salah satunya saya berhasil mewawancarai salah seorang Pemuka Agama Syiah yang
merasakan kegalauan dan keresahan dalam hatinya.
Berikut tanya jawab yang berlangsung di antara kami:
Abu Gharib (AG): Imam, saya berharap Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya
dengan terbuka dan terus terang.
(Maksud saya menyebutnya Imam seperti yang terdapat dalam surah al-Qaṣaṣ ayat:
41 yang berbunyi: dan Kami jadikan mereka para imam yang mengajak masuk neraka)
Tokoh Syiah (TS): Silakan.
AG : Benarkah Rasulullah ingin mengusir orang-orang Syiah dari Madinah?
TS : Itu tidak benar, tidak masuk akal, meskipun al-Kulaini meriwayatkannya
dalam al-Kāfi.
AG : Bagaimana Anda yakin itu tidak benar sama sekali?
TS : Karena Syiah belum muncul pada masa Beliau.
AG : Kalau begitu kapankah munculnya Syiah?
TS : (Tersenyum getir, kemudian dia mendekat kepada saya) Saya akan sampaikan
fakta-fakta yang tidak akan Anda dengar dari orang lain jika Anda berjanji
tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.
AG : Saya berjanji tidak akan menyembunyikan kebenaran.
TS : Setelah kaum muslim mengalahkan tentara kekaisaran Persia yang beragama
Majusi, dan menghancurkan kekuatan mereka sebagai negara adidaya kala itu
sementara orang-orang Arab bagi mereka tidak ada apa-apanya, mereka berusaha
untuk melakukan pembalasan dan mengembalikan kejayaan mereka. Siasat menjadi
Syiah dipandang sebagai pintu masuk yang paling tepat untuk menghancurkan Islam
ketika memenangkan perang terbuka dengan kaum muslim diyakini sebagai sesuatu
yang mustahil.
AG : Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Syiah adalah gerakan politik
berkedok agama?
TS : Betul, dan ini dilaksanakan oleh tangan-tangan Yahudi yang lihai. Mereka
memulainya dengan menyingkirkan orang yang telah meruntuhkan singgasana
kekaisaran mereka.
AG : Apa maksud Anda bahwa peristiwa pembunuhan Umar merupakan tindakan balas
dendam terhadap beliau karena telah menghancurkan kerajaan Kisra?
TS : Bukankah yang membunuh Umar adalah Abu Lu`lu`ah Fairuz, orang Persia yang
menganut Majusi? Oleh karena itu orang-orang Syiah membuat tempat bersejarah
yang di sana terdapat kuburan yang diklaim sebagai kuburan Abu Lu`lu`ah di kota
Kāsyān, Iran. Mereka menamakannya Tempat Tetirah Baba Syujā` ad-Dīn (Bapak
Pemberani Agama). Situs ini dikunjungi dan disumbang sejumlah harta dan benda
berharga sebagai penghargaan atas apa yang telah dia persembahkan untuk mereka.
Karena perayaan Neroz berhubungan dengan tahun baru Persia Khomeini menyunahkan
untuk berpuasa sunnah pada hari itu.
AG : Apa urusan orang Yahudi dengan kejadian tersebut?
TS : Tokoh Yahudi Abdullah bin Saudā` yang menampakkan diri sebagai seorang
muslim mengambil kesempatan ini untuk menohok kehormatan para sahabat Nabi
dengan provokasi bahwa Ahlulbaitlah yang berhak atas kekhalifahan sepeninggal
Rasulullah, bahwa Nabi ‘alaihissalam telah mewasiatkan kekhalifahan kepada Ali
dalam peristiwa Ghadīr Khum. Terakhir Bin Saudā` ini mengatakan bahwa Ali
adalah tuhan. Oleh karena itu Alipun mengusirnya.
AG : Mengapa rekayasa ini bisa bertahan lama padahal hubungan Ali dengan
khalifah-khalifah Rasyidin lainnya sangat baik dan sangat kuat? Juga beliau
ikut membaiat ketiga khalifah tersebut, memberikan bantuan yang sangat besar
kepada mereka dalam menjalankan roda pemerintahan? Padahal beliau juga
menikahkan putrinya Ummu Kulṡum dengan Umar? Padahal beliau juga memberi nama
anak-anak mereka dengan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
TS : Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan para Imam Syiah, karena
mereka tidak menemukan jawaban yang meyakinkan dan dapat diterima. Mereka
mengatakan bahwa Ali tidak menuntut jabatan khalifah demi menjaga persatuan
umat; Pernikahan Umar dengan putri beliau dikatakan terjadi secara paksa; dan
baiat yang diberikannya kepada ketiga khalifah tersebut disebut-sebut sebagai
taqiyah (melakukan sesuatu tidak sesuai dengan keyakinan hati demi menjaga
keamanan dan kemaslahatan).
TS : Tetapi itu tentu bertentangan dengan keberadaan Ali sebagai sosok
pemberani, serta keteguhan beliau menegakkan yang hak. Di lain sisi, jika hal
itu semua benar adanya tentu para sahabat yang lain tidak akan mendiamkan
kezaliman yang terjadi sedangkan Alqur`ān dan Sunnah Nabi masih sangat segar
dalam kepala dan hati mereka.
TS : Oleh karena itu orang-orang harus dijauhkan dari kedua sumber tersebut.
Maka dimunculkanlah pendapat bahwa Alqur`ān telah diubah-ubah, dan bahwa para
sahabat murtad begitu Nabi wafat kecuali segelintir kecil saja untuk menjauhkan
kaum muslim dari fakta dan kebenaran. Oleh karena itu sahabat-sahabat yang
paling dekat dengan Nabi dan yang terbanyak meriwayatkan hadits-hadits beliau
paling dibenci dan paling dimusuhi oleh Imam-Imam Syiah.
AG : Pola pikir orang-orang Syiah sungguh aneh, Anda semua mengatakan bahwa
Khomeini berhasil melakukan revolusi dengan bantuan para pendukung dan
orang-orang dekatnya, mereka semua teguh dalam perjuangan, penuh loyalitas dan
ikhlas, tetapi Anda semua menuduh bahwa sahabat-sahabat Nabi Muhammad murtad
dan mengobrak-abrik Alqur`ān sepeninggal beliau. Apakah Khomeini lebih baik
daripada Nabi Muhammad ? Lebih mampu mendidik dan memberi pengaruh positif
kepada pengikutnya? Lebih kuat hujjah dan penjelasannya?
TS : (Menganguk-angguk canggung)
AG : Kalau para sahabat tidak diakui oleh orang-orang Syiah, dari mana Anda
semua menerima ajaran-ajaran agama?
TS : Dari dua belas Imam yang periodenya saling bersambung. Mereka diyakini
maksum sehingga orang-orang pun sudi menerima segala sesuatu yang dikatakan
bersumber dari mereka, tanpa ragu-ragu, tanpa bertanya tentang kesahihannya.
AG : Mengapa dua belas Imam?
TS : Sesuai dengan jumlah nenek moyang Bani Israel. Oleh karena itu al-Kulaini
mengatakan bahwa imam yang terakhir ialah al-Mahdi, semoga Allah menyegerakan
kemunculannya, dia akan menerapkan hukum Daud dan hukum Sulaiman, berdoa dengan
bahasa Ibrani. Ide imamah yang turun temurun juga bersumber dari hukum Persia
yang diberlakukan oleh Dinasti Ghasasinah.
AG : Tetapi bukankah kenyatakan bertolak belakang dengan keyakinan maksumnya
para Imam tersebut? Misalnya perdamaian yang dilakukan oleh Hasan dengan
Mu’awiyah raḍiallāhu ‘anhumā yang bertolak belakang dengan sikap Husain yang
tidak mau berdamai dengan Yazid bin Mu’awiyah. Apakah sikap mengalah yang
dilakukan oleh Hasan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa
(Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga Allah mendamaikan dua
kelompok kaum muslim melalui dirinya) adalah sikap yang benar, meskipun dia
memiliki kekuasaan, kekuatan dan kemampuan untuk berperang?
Ataukah perlawanan Husain meskipun beliau tidak memiliki kekuatan yang cukup?
Mengapa terdapat kontradiksi di antara sikap beliau berdua padahal, sebagaimana
yang diyakini Syiah, keduanya adalah sosok-sosok yang maksum?
TS : Ini termasuk perkara yang membuat gamang para imam, oleh karena itu mereka
melarang menyampaikan pertanyaan ini dan mengharamkannya.
AG : Mengapa Anda semua hanya mengikuti sikap Husain dan mengabaikan sikap
Hasan raḍiallāhu ‘anhumā?
TS : Karena Husain menikah dengan Syahrabanu putri Kaisar Persia Yazdajrid, dia
menjadi titik temu silsilah keluarga Sasaniah yang mulia dengan keluarga
Hasyimiyah. Melalui anak keturunan mereka kekuasaan yang terampas akan kembali.
Inilah sebabnya mengapa mulai dari imam ke-4, imam-imam Syiah semuanya berasal
dari keturunan Husain.
AG : Tetapi Imam Mahdi kelak berasal dari keturunan Hasan!
TS : Tetapi kami berpendapat dia berasal dari keturunan Husain. Hanya saja
sesuatu di luar skenario terjadi, Imam kesebebelas, Hasan al-‘Askari, tidak
memiliki anak padahal Abu Abdillah telah berkata, “Jika bumi tidak lagi
memiliki Imam pastilah dia tenggelam!” Ini kemudian memunculkan ide tentang
Imam yang bersembunyi –semoga Allah menyegerakan kemunculannya –sampai-sampai diyakini
hidup lebih dari seribu tahun. Pemikiran ini terus membelenggu orang-orang
Syiah; hingga sekarang mereka tetap menunggu-nunggu kedatangannya meski pun
jika dihitung semenjak kelahirannya hingga sekarang sudah berlalu lebih dari
seribu tahun.
AG : Bagaimana Anda semua menyikapi kontradiksi dan perbedaan sikap yang nyata
dari para Imam-Imam, sementara Anda semua meyakini bahwa mereka adalah
sosok-sosok yang maksum.
TS : Ajaran taqiyah –yang persentasenya 90% dari ajaran agama ini –merupakan
solusi cerdas sebagai jalan keluar dari masalah ini. Ajaran ini meniru Yahudi
yang membolehkan berbohong kepada non Yahudi. Abu Abdullah berkata, “Taqiyah
bagian dari agamaku dan agama para pendahuluku. Tidak ada iman bagi orang yang
tidak bertaqiah. Ayatullah Khomeini memberikan pengertian taqiyah yaitu menjaga
Islam dan mazhab Syiah, dan bahwa jika Syiah tidak memakai prinsip ini tentu
pemikiran Syiah telah punah. Oleh karena itu jika terdapat pertentangan antara
dua sikap atau pernyataan para Imam, mereka mengatakan salah satu adalah
taqiyah.
AG : Bagaimana Anda semua dapat membedakan antara yang benar dengan yang hanya
taqiyah jika terjadi hal seperti itu?
TS : Jika terdapat beberapa pendapat di kalangan para Imam dan saling
bertentangan, maka yang dipegang oleh Syiah ialah pendapat yang berbeda dengan
pendapat Ahlussunnah, sebagaimana yang telah dikatakan oleh para Imam.
Diriwayatkan dari Aṣ-Ṣadūq, dari Ali bin Asbāṭ, dia berkata, “Saya berkata
kepada ar-Riḍa ‘alaihis salām, ‘Terjadi sesuatu yang tidak saya ketahui
hukumnya, tidak pula terdapat di negeri saya orang yang dapat saya mintai
fatwanya dari kalangan pendukung Anda, apa yang harus saya lakukan?’ Dia
berkata, ‘Datangkanlah Ahli Fiqh di negeri itu (dari kalangan Ahlussunnah) dan
minta fatwalah kepadanya tentang masalah Anda.Jika memberikan fatwa maka
lakukanlah yang berbeda dengan yang difatwakannya.Karena itulah yang benar.
AG : Mengapa tidak merujuk kepada Alqur`ān?
TS : Alqur`ān yang ada sekarang, sebagaimana yang pernah saya sampaikan kepada
Anda, diyakini Syiah telah mengalami perubahan. Mereka membacanya karena
terpaksa saja. Dari Abi Abdillah ‘alaihis salā, dia berkata, “Sesungguhnya kita
memiliki mushaf Fatimah ‘alaihā as-salām. Tahukah Anda mushaf Fatimah itu? Di
dalamnya terdapat ayat-ayat tiga kali lebih banyak daripada Alqur`ān Anda. Demi
Allah tidak satu hurufpun yang sama dengan Alqur`ān kalian.
AG : Jadi mushaf Fatimah berbahasa Persia?
TS : Anda tentu hanya menduga-duga, tetapi saya rasa itu mungkin saja. Jika
Anda tahu betapa bencinya orang-orang Persia kepada orang-orang Arab sekalipun
yang telah menganut Syiah, Anda tidak akan merasa heran jika memang begitu
adanya.
AG : Menurut Anda, kapan perseteruan antara Syiah dan Ahlussunnah ini berakhir?
TS : Tidak akan berakhir sampai agama kalian punah dan mereka memerangi kalian,
sebagaimana yang dikatakan oleh Khomeini kepada salah seorang Imam ketika
memasuki Teheran dari pengasingannya, “Telah datang masanya kita melaksanakan
wasiat para Imam ṣalawātullāhi ‘alaihim, kita akan menumpahkan darah
orang-orang Nawāṣib (Ahlussunnah), kita akan membunuhi anak-anak mereka dan
membiarkan hidup para wanita mereka. Kita tidak akan membiarkan seorang pun
lolos dari hukuman. Harta mereka akan menjadi milik pendukung Ahlulbait. Kita
akan memusnahkan Mekkah dan Madinah dari muka bumi karena kedua kota ini telah
menjadi sarang orang-orang Wahabi. Karbala harus menjadi tanah suci yang penuh
berkah, menjadi kiblat umat manusia dalam shalat. Kita akan mewujudkan impian
para Imam ‘alaihimus salām sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Majlisi dari
al-Muntaẓar bahwa dia berkata, “Tidak ada yang tersisa antara kita dengan
bangsa Arab selain pembantaian!” Inilah alasan mengapa Khomeini mendo’akan
rahmat bagi
Naṣīruddin aṭ-Ṭūsi dan Ibnu al-‘Alqami yang telah bersekongkol dengan Holago
Kan membantai kaum muslim ketika mereka merebut kota Baghdad.
AG : Ketika Anda berbicara tentang Imam Mahdi yang melaksanakan hukum keluarga
Daud, memerangi bangsa Arab, mendirikan Negara Yahudi di Persia, dan
menghancurkan Mekkah dan Madinah, saya jadi teringat dengan sosok Dajjal;
ciri-ciri yang Anda sebutkan sangat cocok dengan Dajjal.
TS : Saya ucapkan selamat kepada Anda wahai Ahlussunnah, karena memiliki
rujukan Alqur`ān dan Sunnah. Anda tidak mengalami kesulitan seperti yang kami
hadapi, karena tidak seorang pun di antara kami yang dapat mempertanyakan
seorang pun ulama kami, kami tidak diizinkan untuk menanyakan dalil. Seluruh
dalil-dalil dan riwayat yang kami terima hanya berupa dari Abu Abdillah,
berkata Abu Abdillah. Orang-orang Syiah sangat gelisah dengan banyak perpecahan
dan pertentangan-pertentangan yang berlawanan dengan dasar-dasar keyakinan
mereka. Mereka dalam masalah dasar-dasar keyakinan terpecah hingga 300
kelompok, sedangkan kalian tetap berada dalam satu dasar keyakinan,
perbedaan-perbedaan yang terjadi hanya perbedaan yang biasa, tidak keluar dari
masalah-masalah furu’.
AG : Apa pendapat Anda ketika masyarakat mengatakan Rafiḍhah adalah Yahudinya
umat ini?
TS : Demi Allah mereka benar, mereka membenci Islam sebagaimana orang-orang
Yahudi membenci agama Nasrani. Ali telah membakar dan mengusir mereka. Demikian
juga yang terjadi dengan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi mengatakan
bahwa kekuasaan tidak boleh lepas dari tangan keturunan Daud, dan orang-orang
Syiah mengatakan tidak boleh lepas dari keturunan Ali bin Abi Ṭālib.
Orang-orang Yahudi mengatakan tidak ada jihad sampai kemunculan al-Masih, dan
Syiah mengatakan bahwa tidak ada jihad sampai munculnya Imam Mahdi. Orang-orang
Yahudi menghalalkan darah setiap muslim, demikian juga dengan Syiah.
Orang-orang Yahudi melakukan perubahan terhadap Taurat, dan Syiah pun
mencobanya, ketika mereka tidak berhasil melakukannya mereka menyelewengkan
tafsirannya dan mengatakannya makna batin. Syiah mengatakan neraka haram
menyentuh para penganut Syiah kecuali sedikit saja, sementara orang-orang
Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya beberapa hari
saja.”
AG : Selagi Anda semua, sebagian besar Ulama Syiah, mengetahui kebenaran dan
bahwa Syiah muncul semata-mata untuk menghancurkan agama Muhammad, mengapa Anda
semua tidak kembali kepada Islam?
TS : (Mengangkat kepala dan memandang dengan kedua matanya yang bersimbah air
mata) Ada dua hal, jika satu saja diberikan kepada seseorang dia akan
menyembunyikan kebenaran dan mengatakan yang sebaliknya, kecuali orang-orang
yang dirahmati Allah, bagaimana halnya jika kedua-duanya diberikan sekaligus?
AG : Apakah itu?
TS : Al-Khumus dan Mut’ah, harta dan wanita merupakan fitnah terberat bagi
manusia. Adapun tentang harta, maka ulama-ulama kami menjadi lapisan terkaya
karena kepada mereka diberikan secara berlimpah.Sedang tentang nikah mut’ah
maka siapa yang mengagumi seorang gadis atau wanita dia bisa nikah mut’ah
dengannya.
Orang Syiah tidak lepas dari tiga karakter berikut:
1. Orang yang mengetahui kebenaran, tetapi dia dikuasai atau memperturutkan
syahwatnya, ambisinya terhadap harta dan wanita tidak terbendung; atau
2. Orang yang mengetahui kebenaran tetapi dia mencemaskan keselamatan diri dan
keluarganya sehingga dia menampilkan sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya.
Betapa banyak orang-orang yang seperti ini. Atau;
3. Orang bodoh yang membenarkan segala sesuatu yang didengarnya.
AG : Bagaimana dengan Anda sendiri?
TS : Saya yakin bahwa paham Syiah disusupkan ke tengah umat Islam. Ahlussunnah
lebih dekat dengan kebenaran.
AG : Jika demikian, ulurkanlah tangan Anda terimalah selamat dari saya, bertawakkallah
kepada Allah, naikilah bahtera kesalamatan bahtera Muhammad dan para sahabatnya
raḍiallāhu ‘anhum.
TS : Insya Allah saya akan mengumumkannya dalam waktu dekat ini, saya akan
memilih waktu yang tepat.
Muhammad Gharib asy-Syuwai’ir – Majalah Qiblati