ماذا يفعل بوتين في
بلادنا ؟
(Putin Mau Apa di Negeri Kita?)
By: Wael Qindil*
Kolomnis di Al-Araby
Di Mata masyarakat Arab, Presiden Turki dinilai memiliki rekam jejak dan
reputasi yang baik, khususnya dimata masyarakat arab yang baik-baik, bukan yang
bobrok, sehingga wajar saja bila dunia arab membenarkan apa yang disampaikan
Ankara terkait penembakan pesawat Sukhoi Rusia yang sudah lancang menembus
batas wilayah udara Turki dan tidak mau mendengarkan peringatan yang
berulang-ulang.
Dunia sadar bahwa Erdogan benar dan senantiasa berpihak kepada kebenaran,
selalu membela kemanusiaan. Kita semua juga mengetahui bahwa Putin itu serigala
di dunia intelijen, jendral ganas yang kerjaanya dimana-mana mendukung
kedikatatoran.
Kita tidak pernah mendengar kalau Erdogan suka memborbardir warga tidak berdosa
secara semena-semena, atau mendukung rezim yang menjatuhkan bom barel terhadap
anak-anak lemah tidak berdaya, atau meratakan satu kampung dengan tanah demi
menopang seorang teman dikatator biar enggak tumbang, atau memberikan lahan
cuma-cuma kepada militer asing buat landasan pesawat tempurnya untuk menghujani
bom buat negeri kita, atau membantu siapapun yang ingin menggagalkan arab
spring. Semua itu tidak pernah terjadi.
Tetapi, semua kita mengetahui secara haqqul yakin bahwa tangan Putin berlumuran
dengan darah-darah saudara kita di Syiria. Tangan Putin juga berlumuran dengan
darah saudara-saudara kita di Wilayah Krimea, dan sebelumnya di Cehnya dan
Afganistan. Kita sadar benar bahwa penguasa Kremlin ingin mengembalikan
Kekaisaran Rusia yang semena-mena itu , tapi paling vokal berbicara tentang
perang melawan teroris. Padahal merekalah pendukung utama dan kepala biangkerok
dari semua rezim "yang lebih ISIS dari ISIS" itu sendiri, meskipun
harus menggunakan cara-cara super teror, seperti saat mereka menjatuhkan
pesawat sipil milik Rusia sendiri di Sinai beberapa minggu yang lalu. Musibah
penjatuhan pesawat sipil itu sangatlah menyedihkan hati masyarakat arab awam
ketimbang Kaisar Rusia dan para tuan-tuan demangnya yang tidak lain lain adalah
dikator-diktator kecil arab yang pastinya tidak perlu merasa sedih sama sekali,
karena itu ulah mereka sendiri untuk tujuan politik tertentu.
Tidak benar, kalau Rusia datang ke negeri kita untuk memerangi teroris. Yang
tepat dan yang lebih valid adalah: kedatangannya ke arab untuk mengambil jatah
keuntungan pada proyek melawan teroris. Proyek ini sangat menguntungkan semua
pihak kecuali bangsa arab sendiri. Kita tidak akan salah jika menyimpulkan
bahwa mereka sengaja menciptakan ISIS dan memeliharanya dengan baik lalu
melepaskannya dan mengirimkannya ke rumah-rumah kita sebagai pegawai mereka
buat "memerah susu ternak kita" secara paksa, dan menguras
sumur-sumur ladang minyak kita, lalu memaksa kita untuk menerima pemerintahan
ISIS ciptaan mereka yang bertugas untuk mengangkangi "arab spring"
kita yang sudah patah tulang.
Saya pernah mengatakan bahwa Rusia dan China adalah dua negara yang sangat
tidak suka dengan "arab springs" secara umum, dan sangat benci dengan
revolusi Syiria secara khusus, karena jika pergantian rezim di Syiria terjadi,
berarti perombakan secara totalitas pada stabilitas berbagai hubungan di Timur
Tengah secara keseluruhan.
Seperti hasil riset yang dikeluarkan oleh
"Centre For Arab Unity Studies" setelah meletusnya berbagai revolusi
di tanah arab pada tahun 2011 yang mengatakan ahwa semangat arab spring
ternyata sudah merembes sampai Rusia pada saat pemilu 2011, dimana Partai Putin
mengalami kemunduran pada capaian hasil pemilunya, plus berbagai demo meletus
secara luas, baik di Moskow maupun di kota-kota lainnya dalam rangka menolak
hasil pemilu yang dinilai curang oleh rakyat Rusia. Sementara itu, -sejak
meledaknya arab spring- China juga saat itu melakukan operasi pembungkaman
secara serius dan keras terhadap rakyatnya, , dimana kata-kata "revolusi
yasmin" atau revolusi penjatuhan rezim Tunisia, "arab spring",
"Egypt", dan "Tahrir Square" adalah kata-kata terlarang
untuk dicari di mesin pencari di internet, di China.
Salah besar, ketika beberapa markas studi di arab
pernah memperkirakan pada tahun 2011 yang lalu, bahwa Rusia tidak akan ikut
campur membela rezim Basyar sampai titik darah penghabisan meskipun Moskow
memiliki hubungan kuat dengan Basyar di bidang keamanan, dimana Rusia adalah
satu-satunya yang memiliki pangkalan angkatan laut Mediterania tepatnya di kota
Tartus-Syiria. Waktu itu banyak yang melihat bahwa kepentingan startegis utama
Rusia ada di Eropa Timur dan Asia Tengah, berikut berbagai kepentingan dagang
dengan negara-negara Barat dan negara-negara di Timur Tengah. Dengan Demikian
Rusia akan membela rezim Basyar tapi tidak untuk selama-lamanya. Dan Basyar
akan menarik dukungannya bila sudah terjadi pembunuhan dan perang secara
besar-besaran, atau bila rezim sudah terlihat sangat lemah dan kehilangan
kontrol.
Sekarang, perang berkecamuk dengan sadisnya,
pembunuhan dimana-mana, sungai darah rakyat Syiria meluap dengan derasnya,
rezim Syiria sudah lemas lunglai dan itu terlihat secara kasat mata. Lalu
mengapa Moskow tidak berlepas tangan dan tidak membiarkan Basyar masuk neraka
sendirian? Mengapa pula Moscow ikut-ikutan terjun ke neraka?
Sepertinya, Putin merasa punya kekuatan lebih yang
membuatnya tergoda untuk bertualang dan pamer kekuatan, dalam rangka mengetes
kemampuan pihak-pihak lain untuk menghadapi Rusia.
Namun yang jelas, Putin sangat yakin bahwa banyak
pihak tidak serius dalam membantu rakyat-rakyat yang ingin memerdekakan diri
dari pemerintahan-pemerintahan diktator.
Bisa dikatakan bahwa titik awal perubahan sikap
Rusia adalah ketika dunia menunggu serangan militer Amerika terhadap pasukan
rezim Syria setelah pembantaian Ghouta dengan bom kimia (http://ift.tt/1QKz7vY) pada
Agustus 2013 yang sudah membunuh hampir 1500 nyawa manusia tak berdosa dengan
menggunakan Gas VX, namun Obama kebanyakan mikir sampai akhirnya mendengkur
tertidur, dan pas bangun tau-taunya ISIS sudah keluar dari kepompongnya untuk
dihadiahkan kepada rezim-rezim. ISIS yang super teror dan doyan mandi darah.
Putin petantang-petentang di negeri kita bukan
karena benci dengan teroris dan ingin melumpuhkannya, melainkan karena Putin
sangat cinta dengan kediktatoran dan ingin mengukuhkan ketiranian dan sangat
benci dengan "Democracy Spring" di Timur Tengah.
Oleh karena itu, jet-jet tempurnya akan terus
berjatuhan, Putin akan terus melanjutkan tipuan-tipuannya, dan bangsa-bangsa
kita akan tetap melanjutkan perlawanan dalam rangka mempertahankan hak hidup kita
dan hak kita untuk merdeka. [Syaff]
*Sumber: http://ift.tt/1tVr2UR