Tuesday, February 16, 2016

Jendral Majusyi’ah Iran Laknatullah Menghina Hasan Bin Ali RA : “Jika Dia Memiliki Pasukan Sebesar Pasukan Khemenei Saat Ini Tak Akan Terjadi Kesepakatan Tercela Dengan Muawiyah RA”. Umat Islam Wajib Memerangi Mereka.

Bawa Semangat Sektarian, Ratusan Jenderal Iran Siap ke Suriah

Bawa Semangat Sektarian, Ratusan Jenderal Iran Siap ke Suriah

Teheran – Komandan Pasukan Basij Iran, Muhammad Ridha Naqdi, sesumbar ratusan jenderal Garda Revolusi Iran siap berangkat dan mengatur pertempuran di Suriah. Dengan membawa permusuhan sektarian, Naqdi mengatakan para komandan itu tidak akan mengulang kesalahan Al-Hassan bin Ali yang telah membuat perjanjian damai dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan.

Seperti dilansir Arabi21.com, Rabu (10/02), Naqdi mengklaim bahwa Pemimpin Spiritual Syiah Tertinggi Ayatullah Khamenei memiliki relawan, gerilyawan serta tentara yang lebih kuat dari pasukan Ali bin Hasan ketika menjalin kesepakatan damai dengan Muawiyah.
“Jika Al-Hasan bin Ali memiliki pasukan sebesar pasukan Khemenei saat ini tak akan terjadi kesepakatan tercela itu. Untuk itu, hari ini kami menolak suara-suara yang mengatakan bahwa masa ini seperti masa perdamaian antara Hasan dan Muawiyah sehingga mengharuskan kami berdamai dengan musuh,” kata Naqdi.
Dalam pidatonya di upacara Mahasiswa Revolusioner dan komandan Basij untuk memperingati Revolusi Iran, Naqdi mengatakan bahwa Hutsi di Yaman dan Al-Hasd Al-Syakbi di Iraq adalah sahabat Al-Hasan paling utama dalam masa ini. Jika hari ini mereka bersama Al-Hasan, pasti dia tidak akan berdamai dengan Muawiyah.
Naqdi juga menyamakan para perwira Garda Revolusi yang berangkat ke Suriah meninggalkan anak dan istri membela tempat “suci syiah” seperti Nabi Ibrahim yang meninggalkan anak dan istrinya ketika turun wahyu. Para perwira itu disamakan dengan nabi dan dianggap menolong orang-orang lemah dan terzalimi di Suriah.
Untuk diketahui, peristiwa perdamaian antara Hasan dan Muayiwah untuk mencegah perpecahan di barisan kaum muslimin yang saat itu menyebar banyak fitnah. Para ulama Ahlussunnah memuji sikap Hasan dan menyebut sikap Hasan seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad.
Iran telah mengirim banyak pasukan mulai dari jenderal hingga prajurit ke Suriah. Pengiriman pasukan itu dengan dalih membela tempat-tempat suci Syiah di Suriah. Namun di lapangan, mereka ikut bertempur di berbagai wilayah Suriah yang tidak terdapat tempat suci Syiah.
Pasukan Basij adalah pasukan para militer Iran di bawah kendali Garda Revolusi Iran. Satuan tempur ini didirikan Khomaini ketika revolusi Syiah Iran. Anggota adalah para relawan dan pengikut setia Komaini. Tak hanya laki-laki, pasukan ini juga melibatkan wanita dan anak-anak.
Sumber: arabi21.com

Ikut Terlibat di Suriah, Iran Larang Saudi Campur Tangan

Meski Iran terlibat bersama Rusia, Iraq dan milisi Syiah Libanon (Hizbullah) ikut menghancurkan Suriah, seorang panglima senior tentara Iran justru memperingatkan Arab Saudi tidak mengirimkan pasukan darat ke Suriah setelah Saudi menggelarkan pesawat tempur di Turki.
“Kami jelas tidak akan membiarkan situasi di Suriah berlaku seperti yang diinginkan negara-negara pemberontak. Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan,” kata wakil kepala staf Brigadir Jenderal Masoud Jazayeri kepada televisi Iran berbahasa Arab, Al-Aalam.
Jazayeri menjawab pertanyaan mengenai apakah Iran telah berencana menambah penasihat militernya ke Suriah di mana pasukan Saudi akan digelarkan di sana sehingga menciptakan risiko bentrok langsung antara Iran dan Saudi.
“Para teroris yang berperang di Suriah saat ini adalah pasukan Arab Saudi atau pasukan Amerika atau bahkan pasukan reaksioner di kawasan ini,” kata Jazayeri.
“Sekarang, ketika pasukan Suriah dan pasukan rakyat menggapai kemenangan, mereka ingin mengirimkan tentara ke Suriah, tetapi ini hanya gertakan dan perang psikologis,” kata Jazayeri seperti dikutip Antara dari AFP.
Serangan Rusia
Sementara itu, PBB mengutuk serangan udara terhadap sejumlah rumah sakit dan sekolah di Suriah utara, hari Senin (15/02/2016), yang dikatakan menewaskan hampir 50 orang, termasuk anak-anak.
Sekjen PBB, Ban Ki-moon, mengatakan serangan tersebut jelas-jelas adalah pelanggaran terhadap hukum internasional.
Pemerintah Amerika Serikat juga mengecam keras serangan udara ini, yang dituduhkan ke militer Rusia.
“Kami mengutuk serangan ini … yang dilakukan oleh rezim dan pihak-pihak yang mendukung mereka, termasuk Rusia,” kata John Kirby, juru bicara Kementerian Pertahanan di Washington dikutip BBC.
Rusia sejak beberapa waktu terakhir mengerahkan serangan udara, menjadikan sasaran tuduhan yang mereka sebut ‘kelompok-kelompok teroris’ sebagai sasaran serangan namun faktanya justru banyak menyerang warga dan rakyat sipil.
Iran secara diam-diam memasok senjata dan pasukan milisi membantu Bashar al Assad sejak konflik meletus tahun 2011. Namun secara nyata, Iran dan Rusia melakukan pertemuan pada November 2015 dan membuat perjanjian untuk saling bekerja sama membantu rezim kejam yang membunuhi rakyatnya sendiri hingga terusir ke berbagai Negara.*
Rep: Panji Islam
Editor: Cholis Akbar

Pengkhianatan Syiah Kepada Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib 
Radhiyallahu ‘Anhu

Ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dibunuh oleh Ibnu Muljam (seorang khawarij yang tadinya termasuk syi’ah Ali namun mengkafirkan beliau setelah itu), al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu dibai’at menjadi khalifah, dan beliau yakin tidak dapat berhasil perang melawan Mu’awiyah. Terutama setelah sebelumnya sebagian pengikutnya di Iraq telah meninggalkan ayahnya.
Akan tetapi, para pengikut mereka di Iraq kembali meminta al-Hasan untuk memerangi Mu’awiyah dan penduduk Syam. Padahal, jelas-jelas sebenarnya al-Hasan berkeinginan menyatukan kaum muslimin saat itu, karena beliau paham sekali tentang kelakuan orang-orang syi’ah di Iraq ini yang beliau sendiri membuktikan hal tersebut. Ketika beliau menyetujui mereka (orang-orang syi’ah di Iraq) dan beliau mengirimkan pasukannya serta mengirim Qais bin Ubadah di bagian terdepan untuk memimpin dua belas ribu tentaranya, dan singgah di Maskan, ketika al-Hasan sedang berada di al-Madain tiba-tiba salah seorang penduduk Iraq berteriak bahwa Qais telah terbunuh. Mulailah terjadi kekacauan di dalam pasukan, maka orang-orang syi’ah Iraq kembali para tabiat mereka yang asli (berkhianat), mereka tidak sabar dan mulai menyerang kemah al-Hasan serta merampas barang-barangnya, bahkan mereka sampai melepas karpet yang ada di bawahnya, mereka menikamnya dan melukainya. Dari sinilah salah seorang penduduk Syi’ah Iraq, Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi merencanakan sesuatu yang jahat, yaitu mengikat al-Hasan bin Ali dan menyerahkan kepadanya, karena ketamakannya dalam harta dan kedudukan. Pamannya yang bernama Sa’ad bin Mas’ud ats-Tsaqafi telah datang, dia adalah salah seorang wali dari Madain dari kelompok Ali. Dia (Mukhtar bin Abi Ubaid) bertanya kepadanya, “Apakah engkau menginginkan harta dan kedudukan?” Dia berkata, “Apakah itu?” Dia menjawab, “Al-Hasan kamu ikat lalu kamu serahkan kepada Mu’awiyah.” Kemudian pamannya berkata, “Allah akan melaknatmu, berikan kepadaku anak putrinya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.” Ia memperhatikannya lalu mengatakan, “Kamu adalah sejelek-jelek manusia.” (Târikh ath-Thabarî 5/195 dan al-’Âlam al-Islâmi fil ’Ashri al-Umawî hlm. 101)
Maka al-Hasan radhiyallahu ‘anhu sendiri berkata, “Aku memandang Mu’awiyah (bersikap) lebih baik terhadapku dibanding orang-orang yang mengaku mendukungku (Syi’ahku), mereka malah ingin membunuhku, mengambil hartaku. Demi Allah, saya dapat meminta dari Mu’awiyah untuk menjaga keluargaku dan melindungi keselamatan seluruh keluargaku, dan semua itu lebih baik daripada mereka membunuhku sehingga keluarga dan keturunanku menjadi punah. Demi Allah, jikalau aku berperang dengan Mu’awiyah niscaya mereka akan menyeret leherku dan menganjurkan untuk berdamai, demi Allah aku tetap mulia dengan melakukan perdamaian dengan Mu’awiyah dan itu lebih baik dibanding ia memerangiku dan aku menjadi tahanannya.” (al-Ihtijâj li ath-Thibrisî hlm.148)
Para pengkhianat ini sebenarnya amat benci terhadap al-Hasan bahkan keturunannya, namun mereka berusaha menutup-nutupinya. Karena itu, mereka (Syi’ah Rafidhah Imamiyyah) mengeluarkan keturunan al-Hasan dari silsilah para imam maksum versi mereka yang mereka mengangkat imam-imam mereka itu bahkan di atas kedudukan para nabi dan malaikat terdekat dengan Allah (tulisan Kumaini dalam al-Hukumah Islamiyah hlm.52), walaupun demikian agar tidak terbongkar kebencian mereka ini mereka tetap mencantumkan al-Hasan dalam deretan imam mereka. Itulah cara dan memang tabiat mereka untuk menipu kaum muslimin. Mengapa mereka tidak mencantumkan keturunan al-Hasan dalam imam-imam mereka? Apa keturunan al-Hasan bukan keturunan ahlul bait? Jawabnya adalah karena al-Hasan berdamai dengan Mu’awiyah dan menyatukan kaum muslimin saat itu, sehingga tercelalah keturunannya dan tidak layaklah mereka menjadi imam mereka, itulah hakikat tabiat sejati pengkhianat yang tidak pernah menginginkan perdamaian dan persatuan di antara kaum muslimin.
Dikutip dari: Pengkhianatan Syiah Sepanjang Sejarah, Ustadz Arif Fathul Ulum Hafizhahullah
Dipublikasikan kembali oleh: www.kisahislam.net

Al Hasan Bin Ali, Pemersatu Umat Islam

Nabi bersabda: "Sejatinya cucuku ini (Al Hasan) adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan/ mendamaikan antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai"
Sahabat Abu Bakrah mengisahkan, suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam sedang memangku cucunya Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhumaSambil memangku cucunya, beliau berbicara kepada kami. Sesekali beliau menghadap kepada kami, dan sesekali beliau mencium cucunya. Lalu beliau bersabda:
إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan/ mendamaikan antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai” (HR Ahmad dan lainnya).
Sungguh benar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Pada tahun 40 atau 41 Hijriyah, setelah melalui peperangan sengit antara pasukan sahabat Mu’awiyyah dan Pasukan sahabat Al Hasan bin Ali Bin Ali Thalib, kebesaran jiwa Al Hasan cucu Nabi shallallahu alaihi wa sallam benar-benar terbukti. Dengan segala kebesaran jiwanya, beliau menyerahkan kepemimpinan  umat Islam yang ada di tangannya, kepada sahabat Mu’awiyyah, demi menyatukan ummat Islam yang sedang berselisih ketika itu.
Sejak saat itulah ummat Islam bersatu dibawah kepemimpinan sahabat Mu’awiyyah, dan terbuktilah kebenaran sabda Nabi bahwa cucunya ini menyatukan antara dua kelompok dari umat Islam yang bertikai. Dan selanjutnya tahun serah terima kekuasaan ini dikenal dengan sebutan Tahun Persatuan.
Semoga Allah menyatukan kita bersama sahabat Al Hasan bin Ali dan juga sahabat Mu’awiyah radhiallahu’anhum jami’an di surga-Nya. Amiin.
Penulis: Ustadz DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc, MA.
Artikel Muslim.Or.Id