Thursday, March 3, 2016

Alhamdulillah Turki Bukanlah Iran. Akhir Imperium Keluarga Al Assad


Alhamdulillah Turki bukanlah Iran.

Penulis: Ali Nur Kutlu*

(Kolumnis Turki)
‘Kau Bahkan tak Bisa Seperti iran’
Anda pasti telah atau akan mendengar perkataan sejenis ini diucapkan. Ini adalah sebuah argumen yang digunakan oleh mereka yang mengkritisi politik dan kebijakan luar negeri Turki. Mereka mengatakan “Iran sangat sukses, kenapa Turki tak bisa sesukses Iran?”
Jawaban yang patut diberikan untuk pernyataan seperti ini adalah : “Alhamdulillah kami tak seperti Iran”

Iran kehilangan orang-orangnya di empat Negara

Dalam pertempuran-pertempuran aktif di Suriah, Iraq, Yaman dan Lebanon, tak seorang pun yang tahu berapa banyak tentara dan personil Iran yang hilang (tewas). Iran tak pernah membeberkan angkanya. Tak seorangpun tahu berapa banyak amunisi yang digunakan Iran dalam berbagai pertempuran ini atau biaya yang mereka keluarkan. Iran secara rahasia menerima senjata-senjata yang dibutuhkannya dari Rusia dan Cina dalam berbagai perjanjian rahasia yang dibuatnya selama periode embargo.

Iran menumpahkan darah sesama Muslim

Iran menumpahkan darah sesama muslim dengan melakukan penyerangan secara aktif dalam berbagai pertempuran aktif di Negara lain. Iran tak pernah berperang dengan Negara-negara Kristen, Yahudi atau yang berasal dari agama lain. Mereka selalu berperang dengan Negara-negara muslim. Iran melawan “Sunni Muslim” di keempat Negara tersebut.

(Alhamdulilah Turki telah melakukan apapun yang dapat dilakukan untuk menghindari penumpahan darah sesama Muslim.)

Iran telah menimbulkan perang sektarian

Iran melihat seluruh 130 juta populasi muslim Syiah di seluruh dunia sebagai sebuah potensi untuk dijadikan sebagai prajurit tempur/militant. Dimanapun ada minoritas Syiah, mulai dari Azerbaijan hingga Maroko, Iran membina hubungan dan mengisi mereka (minoritas Syiah) dengan ideologinya sendiri. Dan pada akhirnya, mereka (minoritas Syiah)  menjadi bermusuhan dengan Sunni. Mereka mendirikan komunitas Syiah yang militeristik di Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab, Yaman, Pakistan, Afghanistan, Iraq, Suriah dan Turki, lalu  mendukung sekaligus meneror mereka.

(Alhamdulillah Turki selalu mencoba untuk menghindari perang sektarian.)

Iran mendirikan sebuah rezim Mullah untuk menciptakan rezim penuh penindasan

Iran mengubah revolusi Islam yang dipimpin Khameni menjadi sebuah revolusi Syiah dan akhirnya menjadi rezim yang penindas. Para mullah dari masjid-masjid, tempat-tempat suci utama seperti Qom dan Mashhad menjadi kaum yang teristimewakan dan tak tersentuh seperti para rohaniawan (di Eropa abad pertengahan). Kebebasan dan hak asasi manusia mengalami penekanan melalui Garda Revolusi, Basij dan ‘tentara moralitas’.

(Alhamdulillah Turki tidak mengalami dominasi (penindasan) oleh kaum rohaniawan).

Iran mengubah teman-temannya menjadi musuhnya, dan musuh-musuhnya menjadi temannya

Disaat seluruh dunia mencoba untuk mencekik Iran, Turki melindungi Iran. Turki mencegah terjadinya sebuah bencana besar. Iran (saat itu) menyebut Turki “teman baik kami “ dan Amerika Serikat sebagai “setan besar.” Tetapi, ketika kepentingan-kepentingan mereka berubah, Turki menjadi “musuh” dan Amerika menjadi “teman.” Iran menjadi musuh bagi dunia muslim, tapi Iran menjadi teman Rusia, Cina, AS, Inggris dan Perancis. Dan bersama dengan Negara-negara ini Iran menumpahkan darah umat Islam tanpa rasa enggan.

(Alhamdulilah Turki tidak menjual teman-temannya, mengkhianati mereka, atau menumpahkan darah umat Islam.)

Kemunafikan telah menjadi karakter fundamentalnya

Iran melegalkan kebohongan dan pelanggaran janji dengan fatwa-fatwa agama. Iran menggunakan sikap “munafik” kepada sesama muslim alih-alih kepada musuh-musuhnya. Iran menganggap bekerjasama dengan musuh sementara memanggil yang lain sebagai “temanku” dan mengkhianati teman-temannya sementara memanggil yang lain sebagai “musuh” sebagai hal yang normal . Tidak ada yang percaya atau yakin kepada Iran.

Alhamdulillah Turki adalah sebuah Negara yang berterus terang.

Alhamdulillah Turki bukanlah Iran.

Akhir Imperium Keluarga Al Assad


Abad 21 ditandai dengan jatuhkan kekuasaan-kekuasaan besar di Asia Afrika. Misalnya, Soeharto, Saddam Husein, Husni Mubarak, Ali Abdullah Saleh, Qaddafi, dll. Termasuk rezim Al Assad.

Secara de facto rezim Assad masih ada. Tapi sudah tak punya masa depan. Rakyat Suriah dan publik dunia sudah mencampakkan keluarga Al Assad.

Mau dibolak-balik bagaimana jua, rezim Assad sudah KEHILANGAN LEGITIMASI POLITIK-nya. Nyaris tidak ada "jalan pulang" bagi mereka.

KESALAHAN Al Assad yang membuat dirinya ditolak oleh umat manusia adalah: DIA SANGAT KEJAM KEPADA RAKYATNYA SENDIRI. Alat-alat senjata yang dimiliki selama puluhan tahun, dia pakai untuk melenyapkan rakyat sendiri, dan memusnahkan bangsanya. ‪#‎psikopat

KESALAHAN lebih parah, manakala Al Assad memanggil kekuatan-kekuatan luar (Iran, Libanon, Irak, Rusia, China) untuk menghajar rakyat sendiri dan membumi-hanguskan negara. ...waduh sadis banget kowe Pak Assad.


MENJAGA kekuasaan bukanlah dengan kekejaman, tapi dengan keadilan. Menebar zhalim akan menuai bencana. Bukan semata di dunia, tapi akhirat terutama.

"Wallahu laa yahdil qaumaz zhalimin" (dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim). 

Dalam kancah sejarah, rezim Al Assad sudah terkena hukum: ERASED!

Semoga bermanfaat, sebagai renungan. Amin.
(Sam Waskito)