Oleh: Abdullah Protonema Al Islamy
DALAM SEJARAH kehidupan perjuangan Islam, telah
terlahir generasi terhebat di muka bumi ini. Mereka adalah Para Sahabat رضي الله عنه , pembela dakwah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang pertama sehingga Islam berjaya
di muka bumi ini.
Ayat demi ayat turun
memuji kehidupan para sahabat رضي الله عن. Wahyu menjawab setiap pertanyaan para sahabat bahkan diantara
para sahabat ada nama mereka yang diabadikan. Yah mereka adalah manusia terbaik
yang berada di muka bumi.
Mereka belajar
langsung dengan sang mustafa Rasulullah صلى الله عليه وسلم, mereka langsung melihat wahyu turun dan mereka langsung
menyaksikan kemukjizatan Nabi. Sehingga keimanan mereka benar-benar terpatri.
Sahabat Nabi رضي الله عنه adalah bak manusia langit yang
menapakan kakinya di muka bumi, demikian salah satu ulama menerangkan. Karena
hati mereka benar terpanjat ke langit. Doa mereka mengetarkan arsy Allah di
langit. Dan mereka adalah manusia yang selalu rindu akan pemilik langit.
Sehingga bagi mereka ingin berjumpa dengan ppencipta langit adalah cita-cita
yang selalu diimpikan yaitu dengan mengapai syahid di jalan Allah.
Mereka bukan Nabi,
tapi Rasulullah mewajibkan kita untuk mengikutinya. Mereka manusia biasa tapi
keimananya luar biasa. Saking cintanya Rasulullah kepada sahabatnya,
barangsiapa yang mencacinya Rasulullah pun marah. Bahkan mencintai dan membenci
sahabat Nabi menjadi tolak ukur keimanan seseorang
Kali ini kami
nukilkan dari Syaikh Aidh bin Abdullah Al Qarni dalam kitabnya Laa Tahzan,
tentang lima perkara yang membedakan kehidupan para sahbatnya dengan lainya.
Semoga kita bisa mencontoh dan mengapikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Catatan Syaikh Aidh
Al Qarni
Saya telah membaca
riwayat hidup para sahabat ternyata saya jumpai dalam kehidupan mereka ada lima
perkara yang membedakan mereka dengan lainya yaitu:
Pertama, mereka
menjalani hidupnya dengan mudah, lunak dan tidak ada beban. Mereka menangani
berbagai urusan dengan sikap yang sederhana, tidak angkuh, tidak merepotkan,
dan tidak pula memberatkan
وَنُيَسِّرُكَ
لِلْيُسْرَى
“ Kami Mudahkan Kamu
menuju jalan yang mudah. “ [Surat Al A’Laa (87):8]
Kedua, ilmu mereka
berlimpah, barokah, dan direfleksikan ke dalam sepak terjangnya, tidak
bertele-tele, tidak basa basi, tidak banyak bicara, tidak suka membual, atau
tidak memperumit masalah
إِنَّمَا يَخْشَى
اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang
takut kepada Allah diantara hamba hambanya hanyalah para ulama.” [Surat Fatir
(35):28]
Ketiga, pekerjaan qalbu menurut mereka lebih besar
nilainya dari pada pekerjaan jasmani. Oleh karena itu mereka memiliki
keikhlasan kepada Allah, kepatuhan, ketawakalan, kecintaan, keinginan,
keseganan, ketakutan kepadanya, dan sebagainya.
Adapun hubungan
mereka dengan amal sunnah, baik yang menyangkut shalat maupun puasa, terkesan
begitu sederhana. Sehingga sebagian tabiin yang menjadi murid mereka terlihat
lebih banyak dan lebih bersemangat mengerjakan amalan sunnah jasmani dari pada
mereka
“Allah pun mengetahui
tingginya keimanan yang ada dalam hati mereka.” [QS 17:19]
Keempat, keminiman
mereka dalam mengumpulkan harta duniawi dan kesenanganya. Kebebasan mereka dari
bebanya, dan berpalingnya mereka dari keindahan dan kegemerlapanya membuat
mereka menjalani kehidupan ini dengan hati yang senang dan tentram.
وَمَنْ أَرَادَ
الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ
سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
“Barangsiapa yang
menhendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sunguh sunguh,
sedang ia adalah mukmin aka mereka itu adalah orang orang yang usahanya
dibalasi dengan baik.” [Surat Al Isra:19]
Kelima, mereka lebih
mengutamakan amal jihad daripada amal shalih yang lainya, sehingga jihad
menjadi ciri khas tanda bintang dan perlambang yang menghiasi diri mereka.
Mereka menghabiskan kesusahan, kesempitan, dan kesedihan mereka dengan
menyibukan diri ke dalam kancah jihad. Karena dalam amal jihad, terkandung
pengertian dzikir, amal pengorbanan dan pergerakan
Seseorang yang
berjihad di jalan Allah adalah orang yang paling bahagia keadanya, paling
lapang dadanya, dan paling baik jiwanya. Allah berfirman sehubungan dengan ini.
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِين(69
“Orang orang yang
berjhad untuk mencari ridho allah kami benar benar akan kami tunjukan kepadanya
jalan jalan kami. Sesunguhnya allah benar benar beserta orang yang berbuat
baik." [Surat Al-Ankabut: 69)
Jihad Menjadi jalan
khas perjuangan manhaj Sahabat Nabi
Dari catatan syaikh
Aidh Al Qorni sangat jelas sudah, ternyata Jihad fisabililah menjadi sebuah
keunikan yang ada pada mereka, yang di teruskan oleh kaum muslimin yang ingin
meniti jejak para sahabat. Ini adalah hal yang pasti, bahwa jiwa kaum beriman
wajibah bercita cita untuk berjihad fisabililah. Karena barang siapa yang di
dalam hatinya tidak pernah sam sekali mencitakan untuk berjihad maka mereka
akan mati dalam salah satu cabang kemunafikan.
Di sisi lain sekarang
ini banyak sekali kelompok Islam yang terus mengembar gemborkan untuk kembali
keda ajaran yang benar, akan tetapi bila mereka di ajak untuk mengkaji jihad
dan melaksanakn i’dad mereka enggan dengan seribu bahasa, bukan hanya itu
mereka bahka mencemooh para mujahidin yang sedang berjihad di medan tempur
melawan kaum kafir. Menjuluki dengan nama yang tidak layak naudzubillah.
Ulama Ahlul Hadist
Menempatkan Jihad sebagai Ciri Khas Thoifah Mansuroh
Kebanyakan dari ulama
salaf, seperti imam Ali bin Madini, Al Bukhari dan Ahmad, menyatakan bahwa
thaifah manshurah adalah ashabul hadits. Namun ada sebuah kesulitan dalam
pemahaman ketika mendapatkan hadits-hadits tentang thaifah manshurah
menyebutkan salah satu sifat utama thaifah manshurah adalah jihad fi
sabilillah, sebagaimana diriwayatkan oleh shahabat Jabir bin Abdullah, Imran
bin Hushain, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Uqbah bin Amir rhadiyallahu anhum.
Bahkan sebab disabdakannya hadits tentang thaifah manshurah adalah untuk
menunjukkan tetap berlangsungnya jihad sampai hari kiamat dan bahwa Islam akan
menang melalui jihad ;
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ
نُفَيْلٍ الكِنْدِي، قَالَ: كُنْتُ جَالِساً عِنْدَ ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، أَذَالَ النَّاسُrرَسُوْلِ اللهِ الْخَيْلَ، وَوَضَعُوا السِّلاَحَ،
وَقَالُوا: لاَ جِهَادَ، قَدْ وَضَعَتِ بِوَجْهِهِ وَقَالَ :rالْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ! فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللهِ كَذَبُوا! اَلْآنَ،
اَلْآنَ جَاءَ اْلقِتَالُ، وَلاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُوْنَ
عَلىَ الْحَقِّ، وَيُزِيْغُ اللهُ لَهُمْ قُلُوْبَ أَقْوَامٍ وَيَرْزُقُهُمْ
مِنْهُمْ، حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ، وَحَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللهِ،
وَالْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Dari Salamah bin
Nufail Al Kindi ia berkata,’ Saya duduk di sisi Nabi, maka seorang laki-laki
berkata,” Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan menaruh
senjata. Mereka mengatakan,” Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.” Maka
Rasulullah menghadapkan wajahnya dan besabda,” Mereka berdusta !!! Sekarang,
sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku, umat yang
berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan
memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghanimah).
Begitulah sampai tegaknya kiyamat, dan sampai datangya janji Allah. Kebaikan
senantiasa tertambat dalam ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat.” (Riwayat
Muslim).
Maka, thaifah
manshurah adalah kelompok ilmu dan jihad : kelompok yang berada di atas manhaj
salafu sholih, berdasar ilmu yang shahih dan menegakkan Islam dengan jalan
jihad fi sabilillah.*