Tuesday, March 22, 2016

Lima Perkara Yang Membedakan Kehidupan Sahabat Nabi Dengan Lainnya

Lima Perkara yang Membedakan Kehidupan Sahabat Nabi dengan Lainnya

Oleh: Abdullah Protonema Al Islamy
DALAM SEJARAH kehidupan perjuangan Islam, telah terlahir generasi terhebat di muka bumi ini. Mereka adalah Para Sahabat رضي الله عنه , pembela dakwah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang pertama sehingga Islam berjaya di muka bumi ini.
Ayat demi ayat turun memuji kehidupan para sahabat رضي الله عن. Wahyu menjawab setiap pertanyaan para sahabat bahkan diantara para sahabat ada nama mereka yang diabadikan. Yah mereka adalah manusia terbaik yang berada di muka bumi.
Mereka belajar langsung dengan sang mustafa Rasulullah صلى الله عليه وسلم, mereka langsung melihat wahyu turun dan mereka langsung menyaksikan kemukjizatan Nabi. Sehingga keimanan mereka benar-benar terpatri.
Sahabat Nabi رضي الله عنه adalah bak manusia langit yang menapakan kakinya di muka bumi, demikian salah satu ulama menerangkan. Karena hati mereka benar terpanjat ke langit. Doa mereka mengetarkan arsy Allah di langit. Dan mereka adalah manusia yang selalu rindu akan pemilik langit. Sehingga bagi mereka ingin berjumpa dengan ppencipta langit adalah cita-cita yang selalu diimpikan yaitu dengan mengapai syahid di jalan Allah.
Mereka bukan Nabi, tapi Rasulullah mewajibkan kita untuk mengikutinya. Mereka manusia biasa tapi keimananya luar biasa. Saking cintanya Rasulullah kepada sahabatnya, barangsiapa yang mencacinya Rasulullah pun marah. Bahkan mencintai dan membenci sahabat Nabi menjadi tolak ukur keimanan seseorang
Kali ini kami nukilkan dari Syaikh Aidh bin Abdullah Al Qarni dalam kitabnya Laa Tahzan, tentang lima perkara yang membedakan kehidupan para sahbatnya dengan lainya. Semoga kita bisa mencontoh dan mengapikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Catatan Syaikh Aidh Al Qarni
Saya telah membaca riwayat hidup para sahabat ternyata saya jumpai dalam kehidupan mereka ada lima perkara yang membedakan mereka dengan lainya yaitu:
Pertama, mereka menjalani hidupnya dengan mudah, lunak dan tidak ada beban. Mereka menangani berbagai urusan dengan sikap yang sederhana, tidak angkuh, tidak merepotkan, dan tidak pula memberatkan
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى
“ Kami Mudahkan Kamu menuju jalan yang mudah. “ [Surat Al A’Laa (87):8]

Kedua, ilmu mereka berlimpah, barokah, dan direfleksikan ke dalam sepak terjangnya, tidak bertele-tele, tidak basa basi, tidak banyak bicara, tidak suka membual, atau tidak memperumit masalah
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba hambanya hanyalah para ulama.” [Surat Fatir (35):28]
Ketiga,  pekerjaan qalbu menurut mereka lebih besar nilainya dari pada pekerjaan jasmani. Oleh karena itu mereka memiliki keikhlasan kepada Allah, kepatuhan, ketawakalan, kecintaan, keinginan, keseganan, ketakutan kepadanya, dan sebagainya.
Adapun hubungan mereka dengan amal sunnah, baik yang menyangkut shalat maupun puasa, terkesan begitu sederhana. Sehingga sebagian tabiin yang menjadi murid mereka terlihat lebih banyak dan lebih bersemangat mengerjakan amalan sunnah jasmani dari pada mereka
“Allah pun mengetahui tingginya keimanan yang ada dalam hati mereka.” [QS 17:19]

Keempat, keminiman mereka dalam mengumpulkan harta duniawi dan kesenanganya. Kebebasan mereka dari bebanya, dan berpalingnya mereka dari keindahan dan kegemerlapanya membuat mereka menjalani kehidupan ini dengan hati yang senang dan tentram.
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
“Barangsiapa yang menhendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sunguh sunguh, sedang ia adalah mukmin aka mereka itu adalah orang orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” [Surat Al Isra:19]

Kelima, mereka lebih mengutamakan amal jihad daripada amal shalih yang lainya, sehingga jihad menjadi ciri khas tanda bintang dan perlambang yang menghiasi diri mereka. Mereka menghabiskan kesusahan, kesempitan, dan kesedihan mereka dengan menyibukan diri ke dalam kancah jihad. Karena dalam amal jihad, terkandung pengertian dzikir, amal pengorbanan dan pergerakan
Seseorang yang berjihad di jalan Allah adalah orang yang paling bahagia keadanya, paling lapang dadanya, dan paling baik jiwanya. Allah berfirman sehubungan dengan ini.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِين(69
“Orang orang yang berjhad untuk mencari ridho allah kami benar benar akan kami tunjukan kepadanya jalan jalan kami. Sesunguhnya allah benar benar beserta orang yang berbuat baik." [Surat Al-Ankabut: 69)
Jihad Menjadi jalan khas perjuangan manhaj Sahabat Nabi
Dari catatan syaikh Aidh Al Qorni sangat jelas sudah, ternyata Jihad fisabililah menjadi sebuah keunikan yang ada pada mereka, yang di teruskan oleh kaum muslimin yang ingin meniti jejak para sahabat. Ini adalah hal yang pasti, bahwa jiwa kaum beriman wajibah bercita cita untuk berjihad fisabililah. Karena barang siapa yang di dalam hatinya tidak pernah sam sekali mencitakan untuk berjihad maka mereka akan mati dalam salah satu cabang kemunafikan.
Di sisi lain sekarang ini banyak sekali kelompok Islam yang terus mengembar gemborkan untuk kembali keda ajaran yang benar, akan tetapi bila mereka di ajak untuk mengkaji jihad dan melaksanakn i’dad mereka enggan dengan seribu bahasa, bukan hanya itu mereka bahka mencemooh para mujahidin yang sedang berjihad di medan tempur melawan kaum kafir. Menjuluki dengan nama yang tidak layak naudzubillah.
Ulama Ahlul Hadist Menempatkan Jihad sebagai Ciri Khas Thoifah Mansuroh
Kebanyakan dari ulama salaf, seperti imam Ali bin Madini, Al Bukhari dan Ahmad, menyatakan bahwa thaifah manshurah adalah ashabul hadits. Namun ada sebuah kesulitan dalam pemahaman ketika mendapatkan hadits-hadits tentang thaifah manshurah menyebutkan salah satu sifat utama thaifah manshurah adalah jihad fi sabilillah, sebagaimana diriwayatkan oleh shahabat Jabir bin Abdullah, Imran bin Hushain, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Uqbah bin Amir rhadiyallahu anhum. Bahkan sebab disabdakannya hadits tentang thaifah manshurah adalah untuk menunjukkan tetap berlangsungnya jihad sampai hari kiamat dan bahwa Islam akan menang melalui jihad ;

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ نُفَيْلٍ الكِنْدِي، قَالَ: كُنْتُ جَالِساً عِنْدَ ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَذَالَ النَّاسُrرَسُوْلِ اللهِ الْخَيْلَ، وَوَضَعُوا السِّلاَحَ، وَقَالُوا: لاَ جِهَادَ، قَدْ وَضَعَتِ بِوَجْهِهِ وَقَالَ :rالْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ! فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللهِ كَذَبُوا! اَلْآنَ، اَلْآنَ جَاءَ اْلقِتَالُ، وَلاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُوْنَ عَلىَ الْحَقِّ، وَيُزِيْغُ اللهُ لَهُمْ قُلُوْبَ أَقْوَامٍ وَيَرْزُقُهُمْ مِنْهُمْ، حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ، وَحَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللهِ، وَالْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari Salamah bin Nufail Al Kindi ia berkata,’ Saya duduk di sisi Nabi, maka seorang laki-laki berkata,” Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan menaruh senjata. Mereka mengatakan,” Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.” Maka Rasulullah menghadapkan wajahnya dan besabda,” Mereka berdusta !!! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku, umat yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghanimah). Begitulah sampai tegaknya kiyamat, dan sampai datangya janji Allah. Kebaikan senantiasa tertambat dalam ubun-ubun kuda perang sampai hari kiamat.” (Riwayat Muslim).
Maka, thaifah manshurah adalah kelompok ilmu dan jihad : kelompok yang berada di atas manhaj salafu sholih, berdasar ilmu yang shahih dan menegakkan Islam dengan jalan jihad fi sabilillah.*