“Madaya itu pusat penyelundupan
dan macam-macam. Orang
Madaya ini sejak sebelum perang tidak baik sama pemerintah, banyak pejabat
pemerintah dibunuh. Setelah perang sekalian dikepung aja biar mati, mungkin
begitu,” Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Djoko Hartanto
Syiah Bashar Al Assad Hanya didukung 12 % ( Alawi )
dari jumlah 22,5 juta keseluruhan
populasi Suriah dan hanya Kuasai 18% Wilayah Suriah ! Masa kita mendukung Non
Muslim ( Syiah ) yang 12 % ? Demi Allah , Barbar bashar
assad pasti tumbang, awal kehancuran MajuSyiah Iran dan antek-anteknya !
Dubes Indonesia untuk Suriah: Iran,
Alasan Indonesia Tak Gabung Koalisi Saudi
Konflik di Suriah
yang berlangsung sejak 2011 hingga sekarang ini terus menyeret perhatian dunia.
Tak ayal beberapa dunia yang berkepentingan memanfaatkan situasi ini mulai
menunjukkan eksistensi keberpihakannya. Rusia yang didukung kekuatan China
semakin menguatkan intervensinya. Sementara Arab Saudi tak mau kalah dengan
membentuk koalisi Teluk yang didukung Amerika.
Salah satu Negara di Asia Tenggara yang menyatakan keberpihakannya
terhadap Saudi adalah Malaysia. Sementara Indonesia
hingga saat ini masih mempertahankan sikap politik bebas aktif ( ???? ). Lalu apa
yang menjadi alasan Indonesia memiliki sikap demikian?
Duta Besar (Dubes)
Indonesia untuk Suriah, Djoko Hartanto mengemukakan bahwa tidak berpihaknya
Indonesia terhadap koalisi Saudi terkait Iran. Hal itu ia
ungkapkan dalam Diskusi ‘Peran Ulama dalam Meredam Konflik di Republik
Arab Suriah dan Keterlibatan Amerika dalam Konflik’yang digelar di UGM pada
Jumat (4/3/2016),
“Karena penduduk
Indonesia ini 80% Muslim, kita pernah dianggap mengikuti aliansi Amerika dan
Saudi. Maka kita tegaskan bahwa kita tidak memiliki sikap demikian ( ?? ),” kata Djoko
Harjanto.
“Coba kalau kita
ikut aliansi Amerika dan Arab Saudi, berarti kita memusuhi Iran. Maka dari itu
kita tidak ikut aliansi,” Lanjut Dubes Indonesia untuk Suriah yang saat ini
masih menjabat. ( berdalih ! )
Hubungan Indonesia
dengan Suriah menurut Djoko hingga saat ini masih baik. “Saya tidak pro-Bashar
(Assad). Tapi karena yang berkuasa Bashar, maka kita tetap menjalin kerjasama (
???? ),” sambungnya.
(Berarti Indonesia mendukung rezim barbar Syiah Bashar Assad Laknatullah 'Alaihi, pembantai ratusan ribu anak-anak, perempuan dan orang tua ! red.lamurkha)
(Berarti Indonesia mendukung rezim barbar Syiah Bashar Assad Laknatullah 'Alaihi, pembantai ratusan ribu anak-anak, perempuan dan orang tua ! red.lamurkha)
Lebih jauh dia
mengungkapkan, “Jadi yang bela Syria itu adalah Rusia, Iran yang keras itu, dan
Hizbullah yang radikal.” Sedangkan Amerika, menurut Djoko terlibat di Suriah
dengan memanfaat oposisi-oposisi Jihadis seperti ISIS, Al-Qaeda maupun FSA. ( kalimat klise, harusnya Iran/Hizbusyaithon : Barbar/biadab/teroris)
Dalam kesempatan
yang sama, Dubes Indonesia untuk Suriah periode 2006-2010, K.H. Muzammil
Basyuni mengatakan, “Siapa Bashar Ashad? Dia adalah (Syiah) Alawi. Sedangkan
promotor terkuatnya yaitu partai Baats.”
Reporter: Muhammad
Irfan (Jogja)
Editor: Fajar Shadiq
http://www.kiblat.net/2016/03/06/dubes-indonesia-untuk-suriah-iran-alasan-indonesia-tak-gabung-koalisi-saudi/
http://www.kiblat.net/2016/03/06/dubes-indonesia-untuk-suriah-iran-alasan-indonesia-tak-gabung-koalisi-saudi/
Mengapa Kita Harus Membantu Muslim Suriah ? Meragukan
Kekafiran Dan Bela Bashar Al-Assad Merusak Iman ( Bisa Batalkan Aqidah Islam )
Sekjen PBB Kutuk Campur Tangan Syiah Hizbullah di
Suriah
Negara Teluk Tetapkan Hizbullah Lebanon Kelompok
Teroris
Dunia
darurat Syiah, Legiun Asing Iran beroperasi di seluruh dunia
Syaikh Al Arifi: Mujahidin yang Bertempur di Suriah
saat ini Adalah Para Keturunan Sahabat Nabi
http://www.kiblat.net/2013/06/15/syaikh-al-arifi-mujahidin-yang-bertempur-di-suriah-saat-ini-adalah-para-keturunan-sahabat-nabi/#at_pco=smlwn-1.0&at_si=56dd1f052bd46136&at_ab=per-2&at_pos=0&at_tot=1
Dubes Indonesia di Suriah Benarkan
Bashar Ashad Boikot
Warga Sipil di Madaya
Warga Sipil di Madaya
Di sela-sela acara
diskusi tentang krisis Suriah yang diselenggarakan oleh Prodi Sastra Arab FIB
UGM Jumat Siang, (4/3/2016), Dubes Indonesia untuk Suriah Drs. Djoko Harjanto,
M.A membenarkan adanya krisis kemanusiaan di Madaya, Suriah.
Menurutnya,
pemerintah rezim Bashar Ashad, secara represif telah melakukan pemboikotan
terhadap warganya yang berada di Madaya.
“Pemerintah
mengepung Madaya itu benar. Karena sebelum perang pun Madaya itu berbatasan
dengan Lebanon. Madaya itu pusat penyelundupan dan macam-macam. Orang Madaya ini sejak sebelum
perang tidak baik sama pemerintah, banyak pejabat pemerintah dibunuh. Setelah
perang sekalian dikepung aja biar mati, mungkin begitu,”
ujar Djoko. ( tuduhan yang menyakitkan )
Menurut data
Kedutaan, hingga 2016 ini jumlah korban akibat krisis di Suriah telah
mencapai sekitar 470.000 korban jiwa. Sedangkan upaya-upaya perundingan yang
dilakukan selalu gagal.
Lebih lanjut Djoko
menambahkan, “Saya nggak bisa jamin perundingan Jenewa akan sukses. Namun
langkah untuk perdamaian ini selangkah ada kemajuan,” pungkasnya.
Djoko Harjanto,
merupakan diplomat Indonesia yang menerima penghargaan dari Institut Tinggi
Sham (Ma’had Sham ‘Aly) dalam prosesi wisuda Institut Tinggi Sham di Gedung
Opera Daar al-Assad Damaskus pada 4 November 2015 silam.
Penghargaan itu
disampaikan langsung Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Tinggi Sham, yang
juga Menteri Agama Suriah, Abdul Satar Sayyid, diberikan atas upaya Dubes RI
dalam memperjuangkan para pelajar Indonesia di tengah gejolak konflik senjata
berkepanjangan di negeri itu. ( pembela syiah tulen )
Selain itu,
Indonesia tercatat sebagai satu di antara sedikit negara yang masih
mempertahankan perwakilan diplomatik dengan kepala perwakilan setingkat duta
besar di Ibu Kota Damaskus.
Sejak konflik
bersenjata berkecamuk di Suriah pada 2011, pemerintah Indonesia telah
merepatriasi 12.871 WNI kembali ke Tanah Air dan masih terus berlangsung hingga
sekarang.
Reporter: Muhammad
Irfan
Editor: Fajar Shadiq
http://www.kiblat.net/2016/03/06/dubes-indonesia-di-suriah-benarkan-bashar-ashad-boikot-warga-sipil-di-madaya/
http://www.kiblat.net/2016/03/06/dubes-indonesia-di-suriah-benarkan-bashar-ashad-boikot-warga-sipil-di-madaya/
Nasrallah ( Hizbusyaithon ): Pertempuran
Hizbullat Murni Sektarian (Syiah VS Islam)
KIBLAT.NET, Beirut – Pemimpin Organisasi Syiah Hizbullah Lebanon, Hassan
Nasrallah, mengklaim bahwa keterlibatan milisinya dalam pertempuran di Iraq dan
Suriah adalah “kewajiban agama”. Pernyataan ini dikeluarkan dalam upacara
pemakaman salah satu komandan Hizbullah, yang tewas di Suriah pekan lalu, pada
Ahad (06/03).
Dalam pidatonya, Nasrallah
mengklaim keterlibatannya dalam pertempuran di Iraq bukan untuk mencampuri
urusan negara tersebut. Akan tetapi, keterlibatan ini atas dasar kewajiban,
moral dan hukum.
“Saat ini, pasukan kami masih
berada di Iraq,” ujarnya.
Dia juga mengaku bahwa
keterlibatannya di Suriah bukan atas perintah Iran. Tidak ada pihak luar yang
memerintahkan kami untuk bertempur di Suriah.
“Kami tidak menerima perintah
pertempur di Suriah dari Suriah maupun Iran. Namun ini adalah pendapat,
keimanan, pemahaman dan pandangan kami,” kata peneliti yang aktif di kora
Ar-Riyadh ini.
Mengomentari pernyataan ini,
peneliti Hubungan Internasional Dr Hamdan Asy-Syahri melihat bahwa Nasrallah
tengah mencoba membuyarkan pemahaman publik ketika berbicara legitimiasi
intervensi ke Iraq, meskipun dibawah payung AS. Sudah jamak diketahui, AS
memberikan Iraq kepada Iran.
“Seluruh intervensi Hizbullah
terhadap negara-negara Arab atas dasar sektarian dan perintah Iran,” ujarnya.
Perlu dicatat, pernyataan Hasan
Nasrallah ini dikeluarkan setelah Dewan Kerjasama Negara Teluk memasukkan
organisasi Syiah tersebut ke daftar organisasi teroris. Hal itu membuat Syiah
Hizbullah kepanasan dan menyerang negara-negara teluk dengan kecaman.
Sumber:Al-Jazeera
Penulis: Hunef Ibrahim
http://www.kiblat.net/2016/03/07/nasrallah-campur-tangan-kami-di-iraq-dan-suriah-karena-tuntutan-agama/Penulis: Hunef Ibrahim
Kongres AS: Assad Harus
Dituntut ke Pengadilan atas Kejahatan Perang
KOMITE
Parlemen Amerika pada hari Rabu rabu pekan ini, mengeluarkan sebuah resolusi
yang mendesak pemerintahan Barack Obama untuk melangsungkan sebuah pengadilan
PBB, guna menyelidiki kejahatan perang yang dilakukan oleh pemerintah Suriah.
Demikian lansir World
Bulletin, Kamis (3/3/2016).
Komite tersebut mengutuk pelanggaran
berat atas Hukum Internasional sesuai dengan kejahatan perang dan kejahatan
terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh pemerintah Suriah beserta
sekutu-sekutunya, serta pihak lain yang terlibat konflik.
Resolusi
tersebut mendesak pemerintahan Obama untuk membentuk mekanisme tambahan dalam
upaya melindungi warga sipil, dan untuk menjamin akses yang konsisten terhadap
bantuan kemanusiaan di Suriah.
Perang Sipil di Suriah yang telah
berlangsung selama lima tahun, telah menewaskan sedikitnya 250 ribu orang dan
lebih dari 11 juta orang mengungsi dari rumah mereka. [rf/Islampos]
Sumber : ISLAMPOS
Monday,
March 07, 2016
LONDON - Pihak kepolisian dan Badan Intelijen Inggris, MI6, sedang
menyelidiki dugaan serangan terhadap warga sipil oleh pesawat perang Rusia di
Suriah. Negeri Ratu Elizabeth itu berniat menuntut Presiden Rusia, Vladimir
Putin, untuk kejahatan perang.
Kementerian Luar Negeri Inggris menegaskan, Inggris tengah memantau situasi di Suriah. Bahkan, Detektif dari Scotland Yard telah diterbangkan ke Libanon untuk memantau serangan udara Rusia di Suriah.
Hal ini dilakukan di tengah klaim serangan udara Rusia telah menewaskan ratusan korban dengan menargetkan rumah sakit dan sekolah, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Minggu (6/3/2016).
Kementerian Keamanan Inggris mengungkapkan, Badan Intelijen tengah menyusun berkas rahasia serangan tertentu. Berkas ini bisa membuat Presiden Putin menghadapi tuntutan kejahatan terhadap kemanusiaan di Pengadilan Internasional. Kementerian Keamanan Inggris mengerti sepenuhnya jika para penyidik, termasuk detektif dari Metropolitan Police Service unit kejahatan perang, telah berada di Kedutaan Inggris di Beirut.
Komite berpengaruh di Kongres Amerika Serikat (AS) juga telah memberikan dukungan guna menggelar pengadilan kejahatan perang untuk Suriah. Diplomat AS sekarang diharapkan untuk mencari dukungan untuk bergerak di PBB. Bukti yang dikumpulkan oleh Inggris akan diletakkan sebelum pengadilan tersebut. Terkait hal ini, pihak Scotland Yard menolak untuk berkomentar.
Sebelumnya, lembaga HAM internasional Amnesty Internasional mengatakan, serangan udara Rusia menargetkan rumah sakit di daerah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak dalam upaya untuk meneror masyarakat setempat guna mendukung Presiden Assad. Pesawat Rusia dan Suriah juga diduga telah menyerang rumah sakit di daerah lain yang ditargetkan. */sindo
http://www.atjehcyber.net/2016/03/bunuhi-sipil-suriah-inggris-berniat.html?m=1
Kementerian Luar Negeri Inggris menegaskan, Inggris tengah memantau situasi di Suriah. Bahkan, Detektif dari Scotland Yard telah diterbangkan ke Libanon untuk memantau serangan udara Rusia di Suriah.
Hal ini dilakukan di tengah klaim serangan udara Rusia telah menewaskan ratusan korban dengan menargetkan rumah sakit dan sekolah, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Minggu (6/3/2016).
Kementerian Keamanan Inggris mengungkapkan, Badan Intelijen tengah menyusun berkas rahasia serangan tertentu. Berkas ini bisa membuat Presiden Putin menghadapi tuntutan kejahatan terhadap kemanusiaan di Pengadilan Internasional. Kementerian Keamanan Inggris mengerti sepenuhnya jika para penyidik, termasuk detektif dari Metropolitan Police Service unit kejahatan perang, telah berada di Kedutaan Inggris di Beirut.
Komite berpengaruh di Kongres Amerika Serikat (AS) juga telah memberikan dukungan guna menggelar pengadilan kejahatan perang untuk Suriah. Diplomat AS sekarang diharapkan untuk mencari dukungan untuk bergerak di PBB. Bukti yang dikumpulkan oleh Inggris akan diletakkan sebelum pengadilan tersebut. Terkait hal ini, pihak Scotland Yard menolak untuk berkomentar.
Sebelumnya, lembaga HAM internasional Amnesty Internasional mengatakan, serangan udara Rusia menargetkan rumah sakit di daerah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak dalam upaya untuk meneror masyarakat setempat guna mendukung Presiden Assad. Pesawat Rusia dan Suriah juga diduga telah menyerang rumah sakit di daerah lain yang ditargetkan. */sindo
http://www.atjehcyber.net/2016/03/bunuhi-sipil-suriah-inggris-berniat.html?m=1
Rakyat Suriah Ingin Basyar
Assad Turun dari Kursi Pemerintahan
Suriah
(5/03) – Ribuan warga Suriah turun ke jalan-jalan pada hari Jumat (4/3) untuk
menyuarakan kebebasan dan perdamaian di negeri mereka.
Tampak dalam aksi turun kejalan tersebut
bendera revolusi dinaikkan dan slogan-slogan diteriakkan untuk memperjuangkan
kebebasan dan perdamaian tersebut.
Dimedia sosial sendiri telah beredar
ratusan foto demonstran dari 100 kota dan desa yang dilanda perang. Kata
seorang aktivis sebagaimana dilaporkan oleh Zaman Al-Wasl (4/03).
Mereka meneriakkan agar rezim otoriter
Basyar Assad turun dari kursi pemerintahan Suriah.
Peperangan yang terjadi di Suriah selama
hampir lima tahun, sedikitnya telah menewaskan 400.000 orang dan 11 juta
lainnya pergi untuk mengungsi keberbagai penjuru dunia. (Eka Aprila)
http://www.bumisyam.com/2016/03/rakyat-suriah-ingin-basyar-assad-turun-dari-kursi-pemerintahan.html/
Ikatan
Ulama Suriah: Bukan Wahabi yang Bermasalah di Suriah,
Tapi Syiah
TUDUHAN berbagai media bahwa konflik Suriah adalah perang saudara itu tidak benar. Apalagi mengaitkan krisis Suriah dengan isu pertentangan Wahabi dan Sufi.
Menurut Wakil Ketua
Ikatan Ulama Suriah, Syekh Musthofa Ahmad Hamid, bukan Wahabi yang bermasalah
di Suriah tapi Syiah.
“Ketahuilah, yang
terjadi sesungguhnya adalah peperangan antara Ahlus Sunnah dan orang-orang
Shofawiyyin (penganut syiah.red). Mereka adalah kepanjangan tangan Iran yang
ada di Suriah. Mereka yang sejatinya memasukkan rezim fasik ini di Suriah,”
ucapnya kepada Tim Jurnalis Islam Bersatu (JITU) saat jeda Muktamar Ulama
Suriah di Turki, Jum’at (11/4/2014).
Pimpinan madrasah dan
Mahad Tahfidzil Quran Homs,Suriah ini menyerukan kepada kaum muslimin untuk
mewaspadai gerakan Syiah dan Shofawiyah yang di belakangnya berdiri kekuatan
barat.
“Mereka berupaya
untuk memusuhi Islam dan kaum muslimin. Mereka berupaya menguasai Irak, Lebanon
dan saat ini Suriah. Namun Alloh menjaga negri Syam dari mereka. Dan Insya
Alloh negeri Syam akan menjadi kuburan bagi mereka,” kata ulama kharismatik ini
optimis.
Selain itu Syekh
Musthafa juga menyarankan kepada kaum muslimin , agar memiliki jiwa ukhuwah
Islamiyyah untuk bangkit membantu saudaranya di Suriah baik atas nama pribadi,
organisasi maupun negara.
“Setiap kita dituntut
untuk menunjukkan sikap pembelaan dan dukungan kepada saudaranya sesama muslim.
Sebagaimana yang telah diwajibkan oleh Alloh ta’ala dalam Al Qur’an,”
pungkasnya. [JITU/islampos]
Bahkan, Umat Kristen Suriah pun Benci
Pada Pemerintah Syiah
Bashar al-Assad
UMAT Kristen Suriah
menyatakan bahwa merreka sama sekali tidak mendukung rezim Presiden Bashar
al-Assad yang merupakan kaum Syiah di negara itu.
Perang yang sekarang
melanda mereka sama sekali sangat mereka sesalkan, demikian menurut Bishara Rai
dari Lebanon Maronit Christian Patriarch kepada AFP, Kamis.
“Saya katakan kepada
orang-orang Barat yang mengatakan bahwa kami (orang Kristen) bersama dengan
rakyat Suriah, bukan dengan rezim negara. Ada perbedaan besar di sini, ” kata
Rai seminggu sebelum kedatangan Paus Benediktus XVI di Lebanon.
“Di Irak, ketika
Saddam Hussein digulingkan, kami kehilangan satu juta orang Kristen,” katanya.
“Kenapa? Bukan karena rezim itu jatuh, tetapi karena tidak ada otoritas yang
mengatur semuanya.”
“Di Suriah, terjadi
hal yang sama, orang Kristen tidak mendukung rezim tetapi mereka takut apa yang
mungkin terjadi selanjutnya,” kata Rai.
Kristen di Suriah
merupakan salah satu masyarakat Timur Tengah tertua, meskipun jumlah mereka
hanya lima persen dari populasi negara yang berjumlah 22 juta. [sa/islampos/aby]
Kita memihak rezim biadab seperti ini ?
PBB Tuduh Rezim Assad
Memperkosa hingga Memusnahkan Tahanan
Selasa, 9 Februari 2016 −
08:22 WIB
DAMASKUS - PBB merilis laporan yang menuduh rezimPresiden Suriah; Bashar Al-Assad, menerapkan kebijakanpemusnahan terhadap penduduknya yang
ditahan sejak perang saudara pecah tahun 2011. Rezim Assad juga dituduh
melakukan penyiksaan hingga perkosaan terhadap tahanan.
Laporan PBB itu berdasarkan hasil kerja penyelidik HAM PBB yang menemukan banyak korban kekejaman dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan rezim Assad.
Laporan itu berjudul “Out Of Sight, Out Of Mind: Deaths In Detention”. Selain rezim Assad, kelompok penentang Pemerintah Suriah, seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Jabhat Al-Nusra juga disebut melakukan kejahatan serupa secara meluas terhadap tawanan.
”Para tahanan yang dipenjarakan oleh pemerintah dipukuli sampai meninggal, atau meninggal karena luka yang diderita akibat penyiksaan. Lainnya tewas akibat dari kondisi hidup yang tidak manusiawi,” bunyi laporan PBB yang disusun berdasarkan bukti material serta wawancara dengan 621 saksi dan korban.
”Pemerintah (Assad) telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, pemusnahan, pembunuhan, pemerkosaan atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain, penyiksaan, pemenjaraan, penghilangan paksa dan tindakan tidak manusiawi lainnya,” lanjut laporan itu, seperti dikutipReuters, Selasa (9/2/2016).
”Beberapa kelompok bersenjata anti-pemerintah yangmendirikan penjara darurat, tentara pemerintah yangtertangkap dianiaya dan dieksekusi,” sambung laporan PBB.
Pelanggaran terhadap tahanan anti-rezim Assad itu kebanyakan dilakukan oleh badan intelijen dengansepengetahuan pejabat senior. Direktorat Intelijen Umum di Kafr Soussa, Damaskus, menjadi petugas langsungyang menginstruksikan bawahannya untuk melakukan penyiksaan dengan metode yang disukai.
”Mayat diangkut oleh tahanan lain melalui koridor, kadang-kadang disimpan di toilet, sebelum dikeluarkan dari lokasi,” bunyi laporan itu. ”Bukti yang diperoleh menunjukkan bahwa atasan secara teratur diberitahu tentang kematian tahanan di bawah kendali mereka. Para tahanan dipindahkan ke rumah sakit militer sebelum mereka dikubur di kuburan massal.”
Pemerintah Assad belum merespons laporan PBB itu. Di masa lalu, rezim Assad pernah menyangkal laporan penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap warga Suriah penentang pemerintah.
Laporan PBB itu berdasarkan hasil kerja penyelidik HAM PBB yang menemukan banyak korban kekejaman dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan rezim Assad.
Laporan itu berjudul “Out Of Sight, Out Of Mind: Deaths In Detention”. Selain rezim Assad, kelompok penentang Pemerintah Suriah, seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Jabhat Al-Nusra juga disebut melakukan kejahatan serupa secara meluas terhadap tawanan.
”Para tahanan yang dipenjarakan oleh pemerintah dipukuli sampai meninggal, atau meninggal karena luka yang diderita akibat penyiksaan. Lainnya tewas akibat dari kondisi hidup yang tidak manusiawi,” bunyi laporan PBB yang disusun berdasarkan bukti material serta wawancara dengan 621 saksi dan korban.
”Pemerintah (Assad) telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, pemusnahan, pembunuhan, pemerkosaan atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain, penyiksaan, pemenjaraan, penghilangan paksa dan tindakan tidak manusiawi lainnya,” lanjut laporan itu, seperti dikutipReuters, Selasa (9/2/2016).
”Beberapa kelompok bersenjata anti-pemerintah yangmendirikan penjara darurat, tentara pemerintah yangtertangkap dianiaya dan dieksekusi,” sambung laporan PBB.
Pelanggaran terhadap tahanan anti-rezim Assad itu kebanyakan dilakukan oleh badan intelijen dengansepengetahuan pejabat senior. Direktorat Intelijen Umum di Kafr Soussa, Damaskus, menjadi petugas langsungyang menginstruksikan bawahannya untuk melakukan penyiksaan dengan metode yang disukai.
”Mayat diangkut oleh tahanan lain melalui koridor, kadang-kadang disimpan di toilet, sebelum dikeluarkan dari lokasi,” bunyi laporan itu. ”Bukti yang diperoleh menunjukkan bahwa atasan secara teratur diberitahu tentang kematian tahanan di bawah kendali mereka. Para tahanan dipindahkan ke rumah sakit militer sebelum mereka dikubur di kuburan massal.”
Pemerintah Assad belum merespons laporan PBB itu. Di masa lalu, rezim Assad pernah menyangkal laporan penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap warga Suriah penentang pemerintah.
(mas)
PBB: Pemerintah Suriah
Lakukan Pembantaian Warga Sipil
Rimanews -
Investigator PBB menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah Suriah
terhadap orang-orang yang mereka tahan merupakan sebuah pembantaian, menurut
sebuah laporan yang dirilis Senin (08/02/2016).
Komisi penyelidikan PBB meminta Dewan Keamanan untuk
segera menjatuhkan sanksi terhadap pejabat Suriah, baik militer maupun sipil,
yang dianggap bertanggung jawab atau terlibat dalam pembunuhan, penyiksaan dan
pelenyapan para tahanan.
Namun sayang, komisi tersebut tidak menyebutkan
nama-nama pejabat yang terlibat.
"Selama empat setengah tahun, ribuan tahanan
telah dibunuh di dalam penjara kelompok yang bertikai," kata komisi
penyelidikan untuk Suriah.
"Pembunuhan dan kematian yang digambarkan di
dalam laporan ini terjadi dalam frekuensi yang tinggi, dalam waktu yang lama
dan di berbagai lokasi, dengan dukungan logistik yang signifikan melibatkan
sumber daya negara yang luas. Masuk akal untuk meyakini bahwa tindakan semacam
itu dapat dikategorikan sebagai pemusnahan massal sebagai kejahatan atas
kemanusiaan."
Puluhan ribu orang dipenjara oleh rezim Bashar
al-Assad sementara ribuan lainnya menghilang setelah ditangkap oleh tentara
pemerintah atau hilang setelah diculik oleh kelompok bersenjata, menurut
laporan tersebut.
Satu Juta Warga Sipil Suriah
Dikepung Militer Pemerintah
Satu juta penduduk sipil Suriah terjebak di kawasan
yang dikepung serdadu pemerintah. Laporan baru tersebut menyanggah perkiraan
PBB yang cuma menyebut angka 500 ribu. Badan dunia itu dituding meremehkan
krisis di Suriah
Seberapa akurat Perserikatan Bangsa-bangsa mengawal
krisis kemanusiaan di Suriah? Tidak cukup akurat jawab sebagian organisasi HAM.
Badan dunia itu dituding sering ceroboh merilis data korban.
Siege Watch Report yang disusun organisasi bantuan
Belanda PAX dan Syria Institute asal Amerika Serikat itu menyebut angka 1.09
juta warga sipil terpaksa hidup terisolir di 46 kota dan desa yang dikepung
tentara pro Assad. Temuan PBB cuma menyebut 18 kota.
Terakhir badan dunia itu kecolongan ketika aktivis HAM
mengabarkan bencana kelaparan di kota Madaya akibat pengepungan. Penduduk
dikabarkan terpaksa mengkonsumsi rumput dan memberikan obat tidur kepada
anak-anak untuk menghalau rasa lapar. Ironisnya Madaya tidak termasuk dalam
daftar PBB.
Akses kehidupan diputus
Siege Watch melaporkan kebanyakan kota yang dikepung
tentara pemerintah berada di pinggiran ibukota Damaskus dan Homs. Di kota Daeir
al-Zour sekitar 200.000 warga sipil terjebak di antara pasukan pemerintah dan
gerilyawan Islamic State.
"Listrik dan air biasanya diputus dan jikapun
ada, akses menuju bahan bangan, obat-obatan dan bahan bakar sangat
dibatasi," tulis aktivis dalam laporan tersebut. Kasus kematian akibat
malnutrisi, kedinginan dan keracunan akibat makanan juga dilaporkan marak
terjadi.
Laporan Siege Watch diklaim berdasar informasi dari
sumber lokal, termasuk di antaranya aktivis kemanusiaan, anggota parlemen
lokal, pegawai medis dan jurnalis lokal. Bulan lalu PBB menambah estimasinya
sebanyak 100.000, menjadi 486,700 orang yang terimbas pengepungan militer.
"Tentu saja ada perbedaan pendapat," tutur
Amanda Pitt, Jurubicara kemanusiaan PBB. Badan dunia itu mendefinisikan wilayah
pengepungan lewat tiga indikator, yakni adanya "aktor bersenjata,"
tidak adanya akses untuk bantuan kemanusiaan dan penduduk sipil untuk keluar
masuk wilayah pengepungan.
PBB menempatkan 4,5 juta penduduk Suriah dalam
kategori "sulit dijangkau," atau satu level di bawah pengepungan.
Status tersebut didefinisikan sebagai "wilayah yang tidak bisa diakses
secara rutin oleh aktor kemanusiaan untuk kepentingan program bantuan
kemanusiaan."
Tanggapi Gencatan Senjata, Rakyat Suriah: Revolusi
Kami
Masih Berlanjut !!!
Damaskus – Penduduk sipil di
daerah oposisi pada Jum’at kemarin (04/03) turun ke jalan memprotes gencatan
senjata Suriah. Dalam aksinya, para pengunjuk rasa mengangkat slogan “Jum’at
revolusi kami masih berlanjut”.
Gencatan senjata yang sudah berlangsung
selama sepekan, sengaja dimanfaatkan rakyat sipil untuk melakukan aksi
unjuk rasa. Setelah lebih dari tiga tahun, aksi damai tersebut vakum di
permukaan Suriah.
Saksi mengatakan aksi damai itu
diadakan serentak di lima kota, di antaranya Idlib, Aleppo, Homs, Daraa dan
Damaskus. Para peserta aksi menuntut agar rezim Bashar Assad segera turun dari
kursi kepresidenannya, seraya bersorak semboyan “Merdeka dan Bermartabat”.
Di Aleppo, para pengunjuk rasa
selain memamerkan spanduk besar bertuliskan “Hidup Suriah-Lengserkan Assad”,
mereka juga meneriakkan slogan “Kemerdekaan di Depan Mata”.
Sementara itu, AFP melaporkan
bahwa ketika massa melintasi perbatasan yang berdekatan dengan wilayah Rezim,
mereka dihujani serangan dari sniper Rezim. Namun dikabarkan tidak ada korban
jatuh dalam serangan itu.
Abu Nadim salah peserta unjuk
rasa di Aleppo, menuturkan, “Aksi damai berlangsung untuk sementara waktu,
dengan diadakannya gencatan senjata kami berkesempatan untuk mengekspresikan
alasan kami turun ke jalanan. Yaitu untuk melengserkan rezim. Serta
memperlihatkan kepada dunia bahwa kami bukanlah pemberontak bersenjata, tetapi
kami hanyalah orang-orang yang menuntut kemerdekaan dan turunnya penguasa
Rezim.”
Unjuk rasa juga berlangsung di
Kota Busra Al-Hariri di Daraa. Dalam aksinya, mereka mengecam keras agresi
Rusia. Pengunjuk rasa mengangkat spanduk berisikan tuntutan pencabutan blokade
oleh pasukan Rezim. Lalu mendesak pendistribusian bantuan, dan sarana medis
sesegera mungkin. Spanduk juga bertuliskan penolakan rencana pembagian wilayah
Suriah. Massa dengan tegas menyatakan bahwa Suriah merupakan kesatuan antara
rakyat dan negerinya.
Sementara itu di Douma, Damaskus,
usai shalat Jum’at puluhan massa dari rakyat Suriah juga mengelar aksi serupa
menyatakan bahwa revolusi masih berlanjut. Massa juga menolak keberadaan Rezim.
Serta menuntut agar blokade di Ghoutah timur yang sudah berlangsung selama tiga
tahun segera dicabut.
Di Idlib, aksi serupa juga
dimulai usai shalat Jum’at. Massa yang tergabung dalam aksi damai tersebut
menuntut turunnya Rezim dari tampuk kekuasaan. Massa juga mengecam sikap
diam Internasional terhadap konflik dan pembantaian yang dilakukan rezim
terhadap rakyatnya.
Sedangkan di Homs,
rakyat yang terlibat dalam aksi damai berkumpul di kota Rastan, Homs
Utara. Dalam aksinya, massa menyerukan perbaikan kelangsungan hidup bagi
rakyat. Pengepungan kota telah menyababkan minimnya makanan pokok terutama
gandum. Sedangkan dewan pertahanan sipil tidak mampu untuk menyediakan.
Hassan Abu Nuh, seoarang aktivis
dari Homs menuturan bahwa, “Aksi massa terakhir kali di kota ini, berlangsung
pada pertengahan 2012 silam. Dimana saat itu, serangan udara dan darat dimulai
menghalau semua orang yang berada di jalanan.”
“Saat itu suka dan duka bercampur
aduk, orang-orang menangis. Banyak massa yang ikut dalam unjuk rasa berakhir
dalam keadaan tewas. Tiga tahun setelah itu, kami tidak turun lagi ke jalan,”
lanjutnya.
Sejak Maret 2011, penduduk sipil
telah menyerukan agar tahta kepresidenan yang dipegang keluarga Assad, selama
lebih 44 tahun, agar segera diakhiri. Namun sayang, seruan sipil justru dibalas
oleh Assad dengan cara militer. Pemerintahnya mendorong militer Suriah untuk
menghentikan dengan cara kekerasan. Cara itu pada akhirnya pecah menjadi
konflik berkepanjangan hingga saat ini.
Sumber:
Al-Jazeera
Penulis: Syafi’i Iskandar
http://www.kiblat.net/2016/03/05/tanggapi-gencatan-senjata-rakyat-suriah-revolusi-kami-masih-berlanjut/
http://www.kiblat.net/2016/03/05/tanggapi-gencatan-senjata-rakyat-suriah-revolusi-kami-masih-berlanjut/
The
Times Inggris Sebut Syiah Bashar Al Assad Hanya Kuasai 18% Wilayah Suriah
Setelah disebut hanya menguasai 20% wilayah oleh
komandan pasukan revolusi Suriah di kota Aleppo, Kolonel Abdul Jabbar Aqidi,
pada akhir Juli lalu. Kini giliran surat kabar The Times Inggris menyebut rezim
Syiah Bashar Assad hanya menguasai seperenam wilayah Suriah.
Dalam
artikel pemberitaannya yang dikeluarkan pada hari Minggu (23/08) kemarin, The
Times Inggris menyatakan, “Sebuah laporan yang dikeluarkan lembaga spesiali
urusan pertahanan di Inggris menyatakan bahwa rezim Syiah Assad hanya
mengontrol 18% wilayah Suriah.”
Menurut
perusahaan pertahanan swasta yang terdiri dari para pejabat pertahanan Inggris
memprediksi bahwa di masa mendatang rezim Syiah Assad hanya akan memperkuat
pasukannya untuk mengontrol wilayah ibukota Damaskus, Latakia, dan kota-kota di
jalur pantai Laut Mediterania.
“Rezim ini
tidak akan bertahan lama, terlebih mereka kini hanya mengusai wilayah tidak
lebih dari negara Belgia, dan hilangnya setengah tentara pengalaman Assad yang
tewas sejak tahun 2011 lalu,” tulis The Times.
Menurut penghitungan
sepihak dari rezim pemerintah Syiah Assad menyatakan bahwa jumlah tentara
mereka hingga awal tahun 2015 mencapai 300 ribu orang, atau berkurang 50%
sebelum meletusnya revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu. (Shorouk/Ram)
Assad juga melihat basis kekuatannya menyusut: jumlah
Alawi (Syiah) saat ini tinggal dua juta orang, atau hanya sekitar sepuluh
sampai 12 persen dari jumlah 22,5 juta keseluruhan populasi Suriah.
Imam Masjidil Haram :
Teroris Sesungguhnya Israel dan Syiah
Imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Sheikh Abdul
Rahman Al-Sudais menyampaikan Khutbah Jum’atnya bahwa teroris sesungguhnya
adalah Zionis Israel dan Pemeluk Syiah seperti Bashar Ashad.
“Teroris sebenarnya adalah
mereka Zionis Israel yang menyerang Masjid Al Aqsha, dan mereka yang
menjatuhkan bom barel kepada saudara-saudara kita di Suriah” ujar
Syeikh As Sudais sebagaimana dilansir eramuslim, ahad (22/11/2015).
Syeikh Sudais mengingatkan umat Islam bahwa bom barel
yang dijatuhkan rezim Syiah Bashar Al Assad terhadap warga sipil Suriah lebih
kejam dan berbahaya dari serangan terorisme.
“Tidak ada akal dan agama di
dunia yang membenarkan aksi teror, pemboman, penyerangan sehingga menumpahkan
darah mereka yang tidak berdosa. Dan Islam terlepas dari semua tindakan kejam
ini karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan adil,
serta rahmat bagi semesta alam” tegas Syeikh As Sudais.
Lebih lanjut Syeikh Sudais menekankan bahwa Islam
adalah agama yang penuh rahmat, kedamaian, kebaikan, toleransi, dan saling
menghormati dengan pemeluk agama lainnya.[islamedia/mh]
Putera Mahkota Saudi: Dunia Islam Tengah Menghadapi
Ancaman Bahaya Teroris Syiah
Eramuslim.com –
Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Nayef mengatakan bahwa dunia
Arab kini menghadapi tantangan besar. “Karena itu para pemimpin negara-negara
teluk yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) perlu meningkatkan
kerja sama demi memperkuat keamanan regional dan mempertahankan stabilitas
masing-masing negara, tulis AlArabiya, Kamis (3/3/2016).
Pangeran Nayef berkomentar, Rabu, setelah rapat para
menteri dalam negeri 33 negara GCC di Tunis, Tunisia, yang mengutuk tindakan
milisi syiah Hezbollah Lebanon di kawasan Teluk Arab.
“Sejumlah tantangan dan ancaman tersebut dipimpin oleh
beberapa orang ambisius yang ingin mendestabilisasikan dunia Arab dan memecah
belah persatuan umat Islam, demi mencapai tujuan-tujuan politik dan ekonomi
tertentu,” ujar pangeran Nayef.(ts/arabiya)
Menlu Saudi Tegaskan Bashar Assad Harus
Mundur
Menteri Luar Negeri Arab Saudi,
Adel Al-Jubeir mengatakan bahwa Presiden Suriah Bashar Assad harus meninggalkan
jabatannya pada awal transisi politik, dan bukan di akhir masa transisi.
“Bagi kami itu sangat jelas,
yakni pada awal proses, bukan pada akhir proses, itu tidak akan menjadi 18
bulan,” kata Jubeir selama kunjungan ke Perancis, sebagaimana dikutip dari
Reuters, Sabtu (05/03).
Jubeir juga mengatakan, Arab
Saudi mengambil alih pengiriman senjata Perancis yang awalnya ditujukan untuk
Lebanon. Arab Saudi telah menangguhkan paket bantuan 3 miliar dolar untuk
tentara Lebanon, karena Beirut enggan mengutuk serangan terhadap kedutaan Saudi
di Iran.
“Kami membuat keputusan, bahwa
kami akan menghentikan bantuan 3 miliar dolar ke militer Lebanon dan sebagai
gantinya bantuan itu akan diberikan untuk militer Saudi. Jadi, kontrak (dengan
Perancis) akan selesai, tetapi klien menjadi milik militer Saudi,” jelas
Jubeir.
Sumber:
Reuters
Penulis: Hafidz Salman
http://www.kiblat.net/2016/03/06/menlu-saudi-tegaskan-bashar-assad-harus-mundur/
http://www.kiblat.net/2016/03/06/menlu-saudi-tegaskan-bashar-assad-harus-mundur/
Serangan
Gas Klorin Terencana Diluncurkan Rezim Iran Terhadap Warga Sipil Al-Ahwaz
Pemerintah Iran
telah gagal untuk melaksanakan operasi “pembersihan etnis” Al-Ahwaz, yang
hampir merenggut kehidupan ribuan orang tak berdosa di rumah-rumah mereka di
desa Qalaat Chanan tenggara dari ibukota Al-Ahwaz pada malam hari Sabtu 12
September 2015.
Kegagalan itu
terjadi setelah ribuan penduduk di desa ini bergegas ke jalanan sebagai akibat
dari menghirup gas beracun klorin yang menyapu daerah sangat padat penduduk dari desa
Qalaat Chanan.
Media
pro-Iran mengumumkan bahwa penyebab gas menyebar karena terbukanya botol yang
mengandung gas klor oleh pecandu yang ada di lingkungan Qalaat Chanan ini.
Sebaliknya, penduduk daerah tersebut membantah kabar ini melalui wawancara
mereka dengan media.
Saksi
mata menjelaskan bahwa lebih dari satu orang yang mengenakan masker selama
penyebaran gas klorin dari botol berbobot 100 Kilogram itu, yang melarikan diri
dari tempat kejadian dimana polisi dan pasukan keamanan datang sangat telat ke
TKP hingga melebihi empat jam.
Media
Iran telah menerbitkan statistik yang bertentangan mengenai jumlah korban yang
menghirup gas beracun ini, di mana data dari situs pro-rakyat,Asre-ma,
mengatakan diperkirakan lebih dari enam ratus orang yang terpapar gas klorin,
mayoritas mereka yang terkena dampak keracunan ini dipindahkan ke rumah sakit
terdekat setelah penundaan empat jam untuk jarak yang hanya tidak melebihi 12
Kilometer dari tempat kejadian ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pemerintah
Iran mengklaim bahwa semua yang terpapar telah dirawat sementara banyak
keluarga korban yang menegaskan bahwa mereka komplain terhadap kurangnya unit
ambulans dan bahkan pada saat kedatangan mereka ke rumah sakit yang telah
tertunda itu, staf medis tetap tidak melakukan perawatan yang diperlukan untuk
mereka dengan segera.
Salah
satu warga mengatakan, “Kami pergi dengan anak-anak dan wanita kami ke jalan
dalam pencarian tempat yang aman untuk dapat melindungi kami dari bau gas yang
intens, yang pada saat itu kami sangat kekurangan oksigen dan menyebabkan
jatuhnya ratusan korban dijalanan karena keracunan gas klorin.”
Apa
yang terjadi di desa Qalaat Chanan karena serangan gas beracun klorin tersebut
secara sistematis telah direncanakan oleh rezim diktator Iran, dimana jika
korban yang terpapar tidak tewas, mereka tetap akan menderita sesak napas
selama sisa hidup mereka.
Pusat
Hak Asasi Manusia untuk Al-Ahwaz mengutuk keras tindakan yang sangat
keterlaluan ini yang dilakukan oleh tentara bayaran otoritas Iran sejalan
dengan tujuan rezim yang ingin melakukan pembersihan etnis Al-Ahwaz serta
mengintimidasi orang-orang Ahwaz dengan tujuan memaksa mereka untuk
meninggalkan tanah air mereka.
Dipublikasikan
oleh Ahwazi Centre for Human Rights tanggal 31 Oktober 2015.
direlay oleh Ahwazi Democratic Popular Front 1 November 2015
(baca juga : http://tabayyunnews.com/2015/10/siapakah-orang-orang-arab-ahwaz/)
(baca juga : http://tabayyunnews.com/2015/10/siapakah-orang-orang-arab-ahwaz/)
Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan
Komunitas Ahwaz Demo Kedutaan Iran di Swedia
Sabtu, 25 Jumadil Awwal 1437 H / 5 Maret 2016 11:35
Ratusan pendukung
Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahwaz melakukan aksi demonstrasi di
depan Kedutaan Besar Iran di ibukota Swedia Stockholm, lansir Saudi
Gazette,Sabtu (5/3).
Para
demonstran memprotes agresi militer Iran yang terus dilakukan terhadap rakyat
Arab dari komunitas Ahwaz. Mereka memuji inisiatif yang diambil oleh Arab Saudi
dan negara-negara Teluk lainnya terhadap milisi Syiah “Hizbullah” dengan
mengeluarkan keputusan bahwa milisi dukungan Iran itusebagai organisasi
teroris.
Ratusan
ekspatriat yang tinggal di Stockholm mengambil bagian dalam demonstrasi
tersebut. Mereka di antaranya masyarakat Arab dari Ahwaz, serta Baluchis, Kurdi
dan komunitas Muslim lainnya. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang
memuji langkah terbaru Saudi terhadap kebijakan yang tegas untuk pemerintah
Iran sebagai penebar teror di wilayah Arab.
Dua
pekan lalu, gerakan yang sama melakukan demonstrasi di depan kantor PBB di
Wina, ibu kota Austria. Demonstran menyatakan dukungan dan solidaritas dari
masyarakat Ahwazi Arab, menuntut kebijakan tidak manusiawi pemerintah Iran
kepada Ahwaz.
Gerakan
tersebut mengajukan surat kepada PBB untuk menyerukan intervensi dan mendesak
Pemerintah Iran agar menghentikan penangkapan sewenang-wenang dan melakukan
eksekusi kepada Ahwazis. Demonstrasi serupa juga diadakan di Kopenhagen dan Den
Haag. (EZ/salam-online)
Sumber: Saudi
Gazette
Mantan
Sekjen Hizbullat Serukan Dukungan untuk Rakyat Suriah Hadapi Rusia
Mantan Sekjen kelompok teroris Syiah Hizbullat
Lebanon, Subhi At-Tufayli, telah menyerukan dukungan kepada rakyat Suriah dalam
melawan invasi dari teroris Rusia -sekutu rezim Syiah Nusyairiyah Bashar Assad-
yang telah dimulai sejak September 2015.
Setelah memimpin Hizbullat pada periode 1989-1991,
At-Tufayli sekarang berbalik menjadi kritikus vokal terhadap kepemimpinan
kelompok teroris Syiah itu saat ini, terutama soal kebijakan di Suriah.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency sebagaimana
dilansir Middle East Monitorpada Senin (29/2), At-Tufayli mendesak
Arab Saudi untuk mempersenjatai oposisi anti-rezim Syiah Bashar Assad di
Suriah, alih-alih mempersenjatai apa yang ia gambarkan sebagai tentara Libanon
boneka Hizbullat.
“Negara-negara Muslim harus menyediakan personil, dana
dan senjata untuk mendukung rakyat Suriah,” kata At-Tufayli yang membantu
mendirikan Hizbullat pada tahun 1982 itu.
“Pertarungan di Suriah bukan hanya khusus di kalangan
orang Suriah, tetapi (juga) setiap Muslim terhadap invasi Rusia,” tambahnya.
Red : Gus Jati
Pemerintah Indonesia Dukung Penuh Rezim Syiah Assad di
Suriah ?? [ 90 % Penduduk Suriah Ahlus Sunnah, Pasti Tumbangkan Rezim Minoritas
Kafir Syiah laknatullah Bashar al-Assad ]
Syarif Baraja: Antek Bashar Assad di Indonesia dan
Kaum Liberal Selalu Satu Barisan, Mengapa?
PBB Tuding Pemerintah Suriah Bunuh Ribuan Tahanan
http://www.lampost.co/berita/pbb-tuding-pemerintah-suriah-bunuh-ribuan-tahanan