Namanya Muhammad Ayyub bin Muhammad Yusuf bin Sulaiman
Umar, berasal dari keluarga berkebangsaan Burma. Syeikh Muhammad Ayyub lahir di
kota suci Makkah al-Mukarramah tahun 1372 H/ 1952 M, 65 tahun lalu dalam
hitungan hijriyah dan 64 tahun hitungan masehi.
Ayyub kecil
tumbuh dan belajar menghafal al-Quran di kota suci Makkah bimbingan Syeikh
Khalil Abdurahman al-Qari di masjid Bin Ladin tahun 1964 dan tamat SD tahun
1965. Setelah itu Ayyub kecil pindah ke kota suci Madinah al-Munawwarah,
menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA di Ma’had
al-Madinah al-Ilmi, lulus tahun 1971.
Setamat SMA,
Muhammad Ayyub kuliah S1 Syariah di Universitas Islam Madinah (UIM), lulus
tahun 1975. Kemudian melanjutkan S2 dan S3 di fakultas al-Quran UIM konsentrasi
ilmu tafsir, lulus dengan gelar doktor tahun 1987.
Selain belajar formal, Syeikh Ayyub juga aktif
mengikuti pelajaran para Syeikh di Madinah. Beliau belajar dari Syeikh Abdul
Aziz Muhammad Utsman, Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi, Syeikh Akram Dhiya,
Syeikh Muhammad Amin Syinqithi, Syeikh Abdul Muhsin al-Abbad, Syeikh Abdullah
al-Ghunaiman, Syeikh Abu Bakar al-Jazairi dan lainnya.
Syeikh Ayyub
yang juga dosen UIM ini mendapatkan sanad al-Quran riwayat Hafs
‘an Ashim dari Muqri’ para Qori Madinah; Syeikh Hasan Ibrahim
as-Sya’ir, Syeikh Ahmad Abdul Aziz az-Zayyat, Syeikh Khalil Abdurrahman
al-Qori. Di antara guru ngaji beliau juga Syeikh Zaki Dagistani.
Suami dari 2
istri ini diangkat pertama kali menjadi imam Masjid Nabawi pada tahun 1989 dan
terus menjadi imam selama 7 tahun, kemudian berhenti selama hampir 20 tahun
lalu kembali lagi menjadi imam di mihrab Nabawi pada bulan Ramadhan 1436 H/
2015 M lalu. Sebelumnya, Syeikh Ayyub pernah menjadi imam Masjid Quba, masjid
pertama yang dibangun Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam saat hijrah
ke Madinah.
“Saya
diliputi rasa takut yang luar biasa setiap berdiri di mihrab (masjid) Rasulullahshallallahu
alaihi wasallam, saya takut tidak menunaikan amanah (imam) seperti
yang diinginkan (Nabi). Saya selalu meminta kepada Allah agar menguatkan diri
ini dalam menjalankan amanah yang diembankan,” kata Syeikh Ayyub.
Bapak dari 7
anak penghafal al-Quran ini memiliki beberapa rekaman tilawah al-Quran, yang
paling masyhur adalah rekaman yang dikeluarkan oleh Komplek Percetakan Mushaf
al-Quran Raja Fahd, Madinah
Selain aktif sebagai pengajar di UIM dan muqri’
halaqoh al-Quranbersanad di Masjid Nabawi, Syeikh Ayyub juga aktif
berdakwah di luar Arab Saudi.
Brazil dan
Inggris adalah negeri barat juga tersentuh langsung dakwahnya. Pemerhati bahasa
Arab ini juga aktif mengisi daurah pembelajaran
bahasa Arab di sejumlah negara seperti Malaysia, Pakistan, Turki dan Senegal.
Alim yang
teduh, murah senyum dan suka menyalami orang lain adalah kepribadian Syeikh
Ayyub yang hidayatullah.com kenal selama
di Madinah. Sering media ini melihat beliau menyalami jamaah Umrah yang duduk
di sekitar halaqoh beliau di Masjid Nabawi, meski tak satu pun dari jamaah
mengenalnya.
Sabtu pagi 9
Rajab 1437 H (16/4/2016) kemarin, Syeikh Muhammad Ayyub mengehembuskan nafas
terakhirnya di kota Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam, jenazahnya disholatkan ribuan kaum muslimin setelah
sholat Dhuhur yang dipimpin langsung oleh imam besar Masjid Nabawi Syeikh Ali
Hudzaifi.
Dari Masjid Nabawi, lautan manusia mengantar jenazah
beliau menuju pemakaman Baqi’, tempat dikebumikannya para sahabat Nabi dan
orang-orang sholeh.
Semangat hidup berquran, menuntut ilmu,
kesabaran tinggi dan tidak pernah putus asa dalam berdoa adalah pelajaran
penting yang beliau berikan pada kaum muslimin.
“Satu-satunya harapan saya adalah Allah
memberikan kemuliaan-Nya dengan kembalinya saya memimpin sholat di Masjid
Nabawi, sebelum saya menghadap Allah (wafat),” kata Syeikh Ayyub saat
diwawancarai stasiun televisi al-Ma’ali.
Selamat jalan, Syeikh Ayyub. Allah yang
Maha mendengar telah mengijabah doa tulusmu. Hidayatullah.com dan kaum
muslimin menjadi makmum penikmat tilawahmu saat sholat Tarawih Ramadhan lalu di
masjid Nabi. Semoga Allah mengampuni segala dosamu, mangasihimu dengan
rahmat-Nya, menjadikan kuburmu taman surga, mengumpulkan kita semua di dalam Jannatul
Firdaus tertinggi. Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.*/Muhammad Dinul Haq (Madinah)