Tuesday, August 2, 2016

Al Irsyad : Pemahaman Secara Konstektual Saja Picu Perpecahan Umat Islam (Tidak Substansial Dan Jelas Arahnya)

Umat Islam belakangan semakin mudah tercerai-berai. Karenanya, konsep Islam Wasathiyah sengaja dihadirkan sebagai pemersatu umat.

Ketua Umum Al Irsyad Al Islamiyah, Abdullah Djaidi, mengatakan prihatin atas pemahaman-pemahaman yang belakangan yang sama sekali tidak berkaitan dengan Islam. Terlebih, pemahaman yang seakan mengatasnamakan agama itu sebenarnya tidak menyentuh nilai-nilai agama, terutama Islam, lansir Rol. ( siapa/kelompok mana ?)

Paham tersebut, kata Djaidi, kadang memang menjadi celah kesalahan sudut pandang bagi umat beragama, khususnya mereka yang memahami agama secara konstektual saja. Ia menegaskan, paham ini yang sering mengakibatkan memicu pemahaman yang ekstrim dan non toleran, terutama dikalangan muda.

Untuk itu, Djaidi meminta setiap umat Islam dapat memahami lebih dalam isyarat dari ayat-ayat Al Qur’an dan hadis, sehingga bisa dipahami secara utuh. Melalui konsep Islam Wasathiyah inilah, ia meyakini umat Islam dapat menyatukan pandang dan toleransi, sekaligus menghimpun persatuan dan kesatuan.

Konsep Islam Wasathiyah memiliki manfaat besar bagi umat Islam, baik internal maupun eksternal. Ia menekankan, secara internal konsep itu diharapkan bisa menjadi pemersatu umat Islam, yang selama ini kerap jadi korban propaganda.

“Jadi dengan kesamaan pandang, kita (umat Islam) akan hadapi tantangan bersama dalam kesatuan,” pungkas Djaidi.
Hanya Satu Jalan Menuju Allah Azza Wa Jalla
Mendahulukan Akidah Sebelum Ukhuwah
Sebagian ‘Aqidah Para Imam Ahli Hadits


Mungkin yang dimaksud KH. Abdullah Djaidi seperti ini..?

Majalah Mabadi’ edisi 4 tahun 2/2006 yang dikeluarkan oleh PP.Al-Irsyad Al-Islamiyah (terbaru). 
Mabadi’ dalam hal.2 mengatakan : “Kami khawatir lembaga Al-Irsyad telah digadaikan pada kelompok tertentu yang berkedok salafi. Al-Irsyad akan dijadikan kereta barang untuk memuat aqidah lain yang ongkos angkutnya telah diterima oleh mereka. Gerakan yang membahayakan Al-Irsyad secara keseluruhan.
Gerakan yang bekerja ala mafia dengan para sindikatnya yang menjual aqidah Al-Irsyad untuk memperkaya diri sendiri. Mereka tampil bagaikan Boss-Boss Besar berkeliling keseluruh cabang  membagi-bagi hadiah dan memberi pekerjaan, seakan-akan uang dari kantong pribadinya. Padahal uang yang dibagi-bagikan itu dari hasil menjual lembaga Al-Irsyad untuk dijadikan kereta barang yang memuat misi dan aqidah lain yang berkedok salafi.”
Pak Kyai berkata :  “Namun yang menarik perhatian kini, adanya kecenderungan bahwa pengertian salaf dibatasi pada faham keislaman yang hanya dititik beratkan pada pembahasan tauhid asma dan sifat, menolak bid’ah, khurafat dan khilafiah saja. Seakan-akan umat Islam tak punya masalah lain kecuali permasalahan itu. Sepertinya belum sah kesalafan seseorang kalau belum berkutat pada isu tersebut. Sekarang yang banyak terjadi didalam perhatian mereka pada masalah khilafiah, kurang bertimbang pada dampak negative yang lebih besar, yaitu dikaburkannya sumuliyatul (keutuhan) Islam sebagai hakekat manhaj (metode salaf)”.
Pak Kyai berkata : “Mengapa mereka yang mengaku sebagai salafi yang mengikuti manhaj dan fikroh Abdul Wahab, namun anti terhadap organisasi (tanzim), juga dalam pemahaman aqidah secara partial (yaitu sebatas Tauhid Asma, sifat serta pemberantasan bid’ah dan khurafat saja) sekalipun tidak dinafikan bahwa hal ini juga sangat penting. Sesungguhnya mereka telah mengambil jarak dari pemahaman salafi yang sebenarnya.”
Pak Kyai berkata : “Pemahaman keislaman yang dianut Muhammad bin Abdul Wahhab tersebut, sama dengan yang dipahami oleh Ibnu Taimiyah dan Hasan Albanna”.
Pak Kyai berkata : “Tentang kembali ke salaf, Imam Syahid Hassan Albanna berpesan bahwa metode salaf adalah aula bil ittiba’ (lebih utama diikuti). Kaum salaf kata Albanna, secara akal lebih cerdas, secara hati lebih luas, secara bahasa lebih paham, secara jarak lebih dekat dengan Rasulullah. Itulah keutamaan salaf.”
Pak Kyai berkata : “Kemudian yang menjadi masalah kini, terdapat sekelompok yang menisbatkan dirinya sebagai satu-satunya pewaris salaf, adapun segala sesuatu yang berbeda pendapat dengannya berarti bukan lagi tergolong dalam Thaifah Al-Manshuroh. Dalam kelompok ini juga terdapat orang-orang yang diakui sebagai ulama-ulama kondang yang menurut fatwa, pendapat dan analisanya, menyimpulkan selain golongannya adalah aliran bid’ah”.
Pak Kyai berkata : “Sikap kehidupan dan pergaulan mereka dikenal dengan spesifikasi sbb : – Mengelompok pada sesama komunitasnya sendiri (uzlah) dengan menganggap muslim yang lain bukan saudaranya. Sebagai contoh kepada selain kelompoknya mereka enggan memberi salam atau menyambut salam, bahkan memalingkan muka”.
Pak Kyai berkata : “Dalam majlis taklim apabila sang penceramah bukan dari kelompoknya atau tidak berjenggot maka mereka akan meninggalkan majlis tersebut…”
Pak Kyai berkata : “Semua sikap dan prilaku diatas bukanlah wujud akhlak islami yang baik, apalagi dengan mengklaim sebagai orang-orang salafi, padahal Rasulullah saw diutus untuk menyempurnakan akhlak dan rahmah bagi seru sekalian alam.”
Pak Kyai berkata : “Mereka menghujat, mengecam, dan merendahkan martabat tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin dan tokoh pergerakan Islam terkemuka seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridha, Yusuf Qordhowi, Hasan Albanna, Muhammad Ghozali dll. Padahal seberapa takaran yang mereka perbuat dibandingkan dengan jasa tokoh-tokoh Islam seperti tersebut diatas.”
https://abunamira.wordpress.com/2010/11/26/kenapa-alergi-dengan-salafi-bantahan-terhadap-majalah-%E2%80%9Cmabadi%E2%80%99%E2%80%9D-pp-alrsyad-baru/

Majalah Sabili, pada edisi no.10 tahun XVII desember 2009/23 Dzulhijjah 1430 Sabili memuat beberapa artikel yang berisikan celaan dan tuduhan kepada Dakwah Salafiyyah.

Dia Mengatakan (hal.20) :"Kelompok yang mengkalim bernama salafi muncul sekitar tahun 1986".
Dia mengatakan (hal.20) : "Maka, perbedaan yang ada sejak 1800-an, 1900-an adalah bersifat khilafiyah yang bukan bersifat ushul atau perbedaan pada cabang saja...".
Pak Kyai mengatakan (hal.25) : "Yang sekolah di Madinah, ketika pulang masih bersedia ikut maulid dan tahlil."
Pak Kyai berkata (hal.20) : "Sehingga mereka selalu mengatakan ihya sunnah. Bukannya tidak baik, bagaimana kita menghidupkan sunnah Rasulullah . Tetapi banyak kewajiban yang kita lupakan, misalnya perintah Allah agar bersaudara, saling menghormati, memberikan salam. Ini semua perintah Allah untuk menyambung silaturahim, bukan hanya sunnah."
Pak Kyai mengatakan : "...Sebabnya hanya masalah khilafiyah seperti tidak pakai jenggot, isbal, tidak ada dua titik hitam di kening. Orang yang seperti ini dianggap bukan ikhwan mereka. Padahal Nabi mengatakan, Allah tidak melihat pada penampilan kamu, rupa kamu, tapi Allah melihat pada hati kamu dan amal shalih kamu. Ini yang seharusnya menjadi acuan kita."
Pak Kyai berkata (hal.20) : "Sesungguhnya dulu tidak ada pemahaman salafi, yang ada hanya empat madzhab imam bin Hambal, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Hanafi."
dihal.(51) pak Kyai mengatakan: "Sepanjang pengamatan saya, kelompok salafi ini mengadopsi secara utuh madzhab Imam Ahmad bin Hanbal."
Pak Kyai mengatakan hal.(22): "Karenanya, saya menduga bahwa gerakan ini memiliki kaitan dengan kekuatan diluar islam untuk mengadu domba kaum Muslimin." Dan pada hal.(23) dia mengatakan: "Saya katakan, apakah ada indikasi gerakan ini merupakan bagian dari gerakan zionis? Gerakan diluar islam? Jika Iya lantas bentuknya seperti apa? ini baru indikasi, saya belum bisa memastikannya". Dan pada halaman yang sama dia juga berkata: "Makanya, saya menduga gerakan ini merupakan bagian dari operasi intelijen."
Pak Kyai pada hal.(24) berkata: "Apalagi, dari pengamatan kami, gerakan mereka terselubung, doktrin yang ditanamkan pada jamaah sangat tertutup dan ekslusif".
Pak Kyai berkata hal.(24): "Jadi, kepada sesama Muslim saja mereka ekstrim, bagaimana mereka berurusan dengan orang yang bukan islam. Akan lebih "garang" lagi. Inilah yang bisa menimbulkan terorisme."
Pak Kyai berkata hal.(25): "Disini,saya melihat, hilangnya faktor keikhlasan dalam berdakwah, karena ada unsur kepentingan yakni kepentinga kelompok (hizbiyah). Karenanya, Al-Irsyad Al-Islamiyah paling terkena dampaknya, karena mereka menyerang ideologis"
di hal.(27) berkata: "Tapi ketika Salafi menjadi identitas suatu kelompok, mereka menebar fitnah, menyerang sesama muslim seputar fiqih". Dan pada hal.(29) Sabili berkata: "Salafi yang merasa dirinya paling benar, sering menuduh tanpa bukti, bedusta atas nama para ulama dan sebagainya"
Sabili mengatakan hal.(30) : "Tak hanya itu, Hasan al-Banna kerap disebut sebagai pelaku bid'ah yang berakhir di neraka. Sayyid Quthb disebut pembawa ajaran sesat."
Sabili mengatakan hal.50 dan 51: "Kelompok Salafi ini juga saling menyesatkan bahkan tak sungkan saling mengkafirkan satu sama lain.... Bahkan yang paling ekstrem, mereka tak sungkan berani mengkafirkan sesama muslim dalam soal yang dinilai umat islam yang lain sebagai hal yang bukan prinsip..."
@1431 Copyright adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah STAI ALI BIN ABI THALIB Surabaya
Sumber: Abu Shagrath Umar Baladraf

Tanggapan ustadz abdullah djaidi terhadap tulisan Abdurrahman Thayyib, Lc.

TANGGAPAN AL-USTADZ ABDULLAH DJAIDI, Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah, terhadap tulisan Abdurrahman Thayyib, Lc. di Majalah adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah, terbitan STAI Ali bin Abi Thalib, Surabaya:
”MARI MENGEDEPANKAN AKHLAKUL KARIMAH”
URAIAN di majalah dengan judul cover SALAFI VS SABILI adalah lagu lama. Uraiannya emosional, coba membela diri dan menutupi pola dakwah mereka yang tidak sesuai dengan manhaj salafusshalih yang mengedepankan akhlakul karimah dalam berdakwah, sesuai misi Rasulullah saw. diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak.

Uraian Abdurrahman Thayyib, LC. kurang mencerminkan atau salah menafsirkan. Dituliskan bahwa kami selalu mengkritisi manhaj-manhaj salafusshalih. Perlu saudara ketahui, bahwa manhaj salafusshalih adalah baik. Yang tidak baik adalah mereka yang mengklaim dirinya SALAFI tapi tidak mencontoh akhlak para salafusshalih dalam berdakwah. Sehingga mereka mudah menghujat dan menyalahkan kelompok lain.

Kondisi ini dapat membuat gesekan dan hubungan yang tidak menumbuhkan sifat ruhamau bainahum. Bahkan menjurus saling membenci, bermusuhan yang tidak mustahil bisa terjadiclash fisik (naudzubillahi min dzalik), seperti yang sudah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Selama ini, saudara Abdurrahman Thayyib, Lc. sering sekali menghujat ulama-ulama besar, seperti Hassan al-Banna, Sayyid Qutb, Yusuf al-Qaradhawi dan Said Hawa. Apa yang telah antum perbuat untuk umat dan agama kita ini dibandingkan jasa dan pengorbanan mereka untuk dinul Islam dan umat? Berhentilah dan bertaubatlah antum pada Allah SWT dari perilaku yang tidak islami ini. 

Antum juga mengatakan bahwa kami berbicara karena tak lagi mendapat jatah atau bagian zakat dari luar? Rupanya, itulah dunia yang antum kejar, bukan keikhlasan yang antum tonjolkan. Benar apa yang disinyalir Rasulullah saw. bahwa yang paling ditakutkan adalah apabila dunia sudah melimpah ruah sehingga kamu saling berebut, bermusuhan, dan kamu akan hancur sebagaimana umat-umat terdahulu. (HR. Muslim)

Jadi uraian kami di Majalah Sabili adalah untuk mengingatkan kita semua agar kembali pada pola dakwah berdasarkan manhaj salafusshalih. Data di lapangan menyebutkan bahwa perilaku dakwah sekelompok yang mengklaim diri SALAFI menimbulkan keresahan.

Kami yang memiliki seratus lebih cabang Al-Irsyad Al-Islamiyyah di seluruh Indonesia berkewajiban mengamankan warga kami dari perilaku yang tidak mengedepankan akhlakul karimah dalam berdakwah. Mengamankan dari tindakan yang sangat membahayakan bagi keutuhan warga kami pada khususnya dan umat Islam pada umumnya.
Dikutip dari: Majalah SABILI, edisi No. 14 TH. XVII 4 Februari 2010 / 19 Shafar 1431


Siapa sebenarnya yang agen yahudi ?

Bantahan Tuntas Terhadap Pengakuan Dusta Seorang AGEN MOSSAD
Oleh

Redaksi Risalah Dakwah Al-Hujjah

“Artinya : Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak berkata (sesuatu) kecuali dusta” [Al-Kahfi : 5]
Orang-orang yang menebarkan isu dusta tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan zionis Yahudi (MOSSAD) melandaskan tuduhan mereka pada bukti-bukti dan cara pengambilan dalil yang keji, sekaligus konyol dan menggelikan. Dalam hal ini, dua bentuk dagelan telah dipertontonkan secara vulgar tanpa malu :
Pertama : Adalah “Suara Hidayatullah”, sebuah media masa yang cukup kesohor di tanah air. Dalam pemberitaannya [edisi 01/XVI/Rabiul Awwal 1424 hal. 78-79 ”Pengakuan AGEN MOSSAD”] telah memuat nukilan-nukilan sampah yang berisi fitnah bathil tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan Zionis Yahudi (MOSSAD). -na’udzubillah-
Kedua : Seorang pentolan Jama’ah Tabligh bernama “Amir Sunni” -yang lebih pantas disebut “Amir Bid’i”- juga telah menebarkan isu serupa di sebuah situs internet [file-nya ada pada kami-red]. Amir Bid’i yang telah lama berkecimpung dalam dunia khuruj (ala Jama’atut Tabligh), mimpi dan bualan-bualan antik kaum shufi, telah berkata dalam tulisannya yang ditujukan kepada kami : “ ….YAHUDI senang dengan Gerakan kalian. Sebab banyak mulut sedikit amalan. Ada juga yang NATO –Non Action Talking Only- dan saya juga mendengar bahwa kalian… Wahai saudaraku yang Salafy….. adalah antek-antek Yahudi….”.
Inilah dua bentuk dagelan yang kami maksudkan. Dan sejenak lagi Anda akan simak bagaimana kami menelanjangi pemeran-pemeran utama dalam aksi dagelan ini, sehingga kebenaran terungkap. Tidak lain hal ini kami lakukan untuk menutup pintu-pintu fitnah, berusaha semaksimal mungkin menetralisir keadaan sehingga bara fitnah ini tidak berkobar menjadi api yang membumbung diantara sesama Muslim, sekaligus sebagai nasihat bagi “Suara Hidayatullah” dan orang-orang yang ikut andil dalam menyebar fitnah ini.
Sebelum masuk pada inti bantahan; kami ingin merunut kronologi fitnah ini. Pertama, sang Agen menebarkan benih fitnah dan kedustaan. Kedua, pengakuan sang Agen Yahudi dimuat oleh Suara Hidayatullah (tanpa mencari kebenaran). Yang ketiga, Jama’ah Tabligh, hizbiyyin –fanatikus golongan- dll, menyambut gembira pemberitaan tersebut. Tiba-tiba mereka tergopoh-gopoh mengcopy, menyebarkannya, menempelnya di papan-papan kampus; bahkan seorang aktivis Jama’ah Tabligh (JT) dengan bangga mengirimkannya kepada kami.
“Artinya : Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya adzab yang besar.” [An-Nuur : 11].
Maka jangan terkejut jika kami akan membagi-bagikan bantahan kepada mereka yang telah memberi sumbangsih bagi menyebarnya fitnah dusta yang sangat mengerikan ini.
[A]. Suara Salafiyyin Buat “Suara Hidayatullah”

Majalah “Suara Hidayatullah” dalam tajuk yang telah kami sebutkan, menukil hasil wawancara yang dilakukan oleh harian Al-Hayat, London dan televisi LBC, Beirut yang kemudian hasil wawancara tersebut diterbitkan oleh Tabloid an-Nas no. 127. Tabloid al-Basya’ir edisi akhir Shafar 1424 atau awal April 2003 yang terbit di Sana’a, Yaman; kembali menurunkan wawancara tersebut yang selanjutnya dimuat oleh “Suara Hidayatullah dengan judul : Pengakuan Seorang Agen MOSSAD”, dimana Agen biadab yang punya saham atas meninggalnya banyak muslim di Palestina tersebut mengaku bahwa Dakwah Salafiyyah diperalat oleh Yahudi -ya Allah hancurkanlah kedustaan ini-.

Berikut adalah bantahan kami terhadapnya yang kami susun dalam beberapa sub-judul :
[B]. Metode Pengambilan Dalil Yang Rusak

Harian Al-Hayat, Al-Basya’ir dan termasuk Suara Hidayatullah, mengambil berita dari seorang pengkhianat Agama yang fasiq lagi pendosa. Dia adalah seorang Palestin yang sudi bergabung dengan Zionis MOSSAD untuk menyembelih saudara sendiri demi wanita dan uang. Simaklah pengakuannya [Paragraf 7. hal. 78] : “Di sana mereka (MOSSAD-red) menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka memberi saya seluruh sarana kenikmatan. Tetapi mereka merekam saya ketika saya berada dalam kondisi memalukan dengan seorang wanita, hal ini sebagai salah satu cara mereka memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari.”

Bantahan.

Pengakuannya yang seolah-olah tanpa dosa, menunjukkan kehidupan Agen biadab tersebut selalu ditemani oleh lumpur kemaksiatan. Akan tetapi Suara Hidayatullah (entah karena kebodohan atau dengan sengaja ingin meniup bara-bara kebencian diantara kaum muslimin) menukil lalu menyemprotkannya kepada khalayak tanpa tabayyun (mencari kejelasan) terlebih dahulu terhadap

kebenaran pengakuan seorang pendosa yang kelewat fasiq itu. Padahal Allah mengecam sikap seperti ini dalam firman-Nya.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al-Hujurat : 6]
Ketahuilah bahwa seorang yang fasiq apalagi pengkhianat agama tidak diterima kesaksiannya. [Lihat penjelasan tentang hal ini dalam Kitabul Majmu’ Syarhul Muhadzdzab oleh Imam Nawawi 23/16 “Kitabu asy-Syahadah” cet. Beirut Libanon 1422 H / 2001].
Imam Muslim dalam muqaddimah shahihnya mengatakan setelah membawakan ayat tersebut : “Ayat ini menunjukkan bahwa berita seorang yang fasiq, gugur tidak diterima” [Kitab Shahih Muslim, Muqaddimah : I/23 cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].
Rasulullah bersabda : “Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar (tanpa mencari kejelasan).” [Shahih Muslim I/24, cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].
Sikap Suara Hidayatullah yang melansir berita tanpa mencari kejelasan terlebih dahulu, merupakan gambaran sikap para pendusta sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadits tersebut. Hal ini tentu tidak lebih baik ketimbang tabloid-tabloid seronok yang memuat gosip, dan menebar racun ditengah-tengah kaum muslimin untuk meraup keuntungan. Sebaiknya Suara Hidayatulah mengganti judul pemberitaannya dengan kalimat berikut ini : “Asalkan menyudutkan Salafy, berita dari Agen MOSSAD..kenapa tidak !!”.
Tidakkah kalian curiga terhadap agen ini, bukankah ia hasil binaan Yahudi ??, apakah kalian tidak curiga dalam kepalanya masih tersisa virus-virus pemikiran Yahudi ??, apakah kalian tidak mengira bahwa Yahudi jauh sebelumnya, telah mempersiapkan agen berkebangsaan Palistina ini sebagai bom terakhir jika tertangkap ??, bom yang akan meledak (tanpa kita sadari) jika ditanya ??, kenapa kalian bisa tertipu ??, bukankah kalian orang yang lebih mengerti tentang politik dan fiqhul waqi’??.
Alangkah mudahnya “Suara Hidayatullah” mengutip berita tanpa merasa curiga sama sekali terhadap wawancara dan hasilnya tersebut, yang dimuat oleh harian Al-Hayat ; dimana harian tersebut tumbuh di kampung halaman zionis (Inggris-London), negara musuh Islam, negara pelopor dan pendukung berdirinya “Israel Raya”, negara yang punya andil dalam pembantaian kaum muslimin dan ulama’-ulama’ Islam dari zaman Bani Umayyah di Andalus, negara pelopor perang salib, negara penghancur Daulah Utsmaniyyah di Turki, negara penjajah negeri-negeri Islam, negara yang selalu memata-matai kaum muslimin, negara yang selalu membuka kancah “gozwul fikri” (perang pemikiran) di tengah-tengah kaum muslimin dan yang belum hilang bayangannya dari pelupuk mata, negara ini telah merebut Afghanistan dan Iraq dari pangkuan Islam, membantai kaum muslimin di rumah-rumah mereka sendiri dan merebut harta kekayaan mereka.
Kalau seandainya harian ini (Al-Hayat) harian yang bernafaskan Islam, maka Rasulullah telah berlepas diri dari mereka :
“Aku berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal bersama dengan orang-orang Musyrik -kafir- “ [Hadits Sohih Riwayat Abu Dawud, kitabul jihad, bab larangan membunuh orang yang menyelamatkan diri dengan bersujud. Dan At-Tirmidzi, kitabus siar, bab makruhnya tinggal di antara orang-orang

musyrik]

Kenapa ???, karena mereka rawan termakan syubhat dan propaganda orang-orang kafir, Jika seandainya badai “gozwul fikri” (perang pemikiran), di negeri kaum muslimin begitu dahsyatnya, sampai -sampai serangan pemikiran mereka (barat) meracuni dan membinasakan sebagian besar kaum muslimin, dan media-media masa kaum muslimin, maka bayangkanlah jika hal ini berlangsung disarang orang-orang kafir, bayangkan jika seseorang berada di pusat badai “ghozul fikri” katakan demi Rabbmu apakah mereka akan selamat ??
Wallahi.., sungguh pendalilan kalian dengan ucapan Agen fasiq lagi pengkhianat, merupakan pendalilan yang sangat rapuh dari segala sisi !!, lebih rapuh dari rumah laba-laba :
“Artinya : Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui” [Al-’Ankabut : 41]
Sungguh mengherankan ; kami suguhkan kepada kalian (hizbiyyin) ; mutiara-mutiara petunjuk dari ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasul-Nya, penjelasan ulama-ulama salaf yang zuhud dan wara’, dengan hati yang tulus, ikhlas karena Allah semata, dan mengharap kebaikan bagi kalian;
“Artinya : Akan tetapi kalian tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat” [Al-A’raaf : 79]
Maka tiba-tiba kalian geram dan berpaling, namun tatkala muncul satu fitnah dari seorang pengkhianat fasiq yang menyudutkan da’wah Salafiyyah, kalian terburu-buru untuk senyum dan tidak malu untuk berstatus “aktivis dan da’I biang gosip”. Sebenarnya kalian pilih yang mana..? Al-Qur’an dan Hadits ataukah kata si fulan,..kata si fulan..? yang notebene fasiq dan mengkhianati Islam itu ?.
“Artinya : Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ?” [Al-Baqarah : 61].
[C]. Buku-Buku Salafy Biaya Yahudi ???

Dalam pengakuan Agen tersebut, (secara tidak langsung) memberikan opini kepada kaum muslimin bahwa pencetakan dan penyebaran buku-buku Salafy bersumber dari biaya Yahudi dan konco-konconya; yang dieksploitir untuk menyerang aktivis dakwah lainnya terutama Syi’ah. [Paragraf 13 hal. 79]

Bantahan :

Sungguh kami masih ragu apakah Agen yang diwawancarai tersebut telah bertaubat sepenuh hati, -kami berharap dia benar-benar bertaubat-, karena tidak ada ungkapan yang jelas dari lisannya bahwa ia telah insaf. Yang ada hanyalah ungkapannya : “…Apa gunanya penyesalan…” [Paragraf 22.hal.79]. Seolah-olah agen fasiq ini putus asa dari rahmat Allah,

“Artinya : Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” [Yusuf : 87]
Memang dia mengungkapkan kesedihannya tentang pembantaian muslimin oleh Yahudi yang bermula dari aksi spionase (mata-mata)nya, namun sungguh sangat aneh, dari mulutnya justru keluar kalimat-kalimat propaganda MOSSAD; berupa fitnah taqrib (penyatuan sunni dan syi’ah) dan fitnah takfir (pengkafiran) yang diopinikan sebagai hasil perbuatan fanatikus sunnah (Salafy-red).
Kami justru masih diselimuti dugaan yang kuat bahwa sang agen adalah seorang pendukung Syi’ah yang berusaha membela Syi’ah dengan memfitnah dan memecah belah sunni, atau ia tidak mengerti perbedaan prinsip dasar antara Agama Islam dan Agama Syi’ah, atau ia masih menjalankan tugas spionasenya dari MOSSAD untuk semakin menambah keruh suasana, sekalipun telah tertangkap. Hal ini terlihat dari ungkapannya diatas yang menuduh buku-buku Salafy disokong oleh Yahudi.
Bagaimana mungkin Yahudi berada dibalik pencetakan dan penyebaran buku-buku Salafy, sementara kebanyakan buku-buku Salafy melaknat Yahudi, mencela sifat-sifat mereka, dan menjanjikan kehancuran bagi mereka di akhir zaman nanti. Jangankan berlindung di bawah payung Yahudi, bahkan buku-buku Salaf dengan membawa hadits-hadits shahih, menjatuhkan vonis “haram” dalam mengikuti gaya hidup Yahudi-Nashrani dalam ritual dan muamalah yang sudah menjadi ciri khas mereka. Seperti misalnya “Iqtidho’ Shirothol Mustaqiim” yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan ribuan buku salaf lainnya yang membahas Al-Wala’ wal Baro’ .
Dan bagaimana mungkin buku-buku salaf yang menyerang Syi’ah dibiayai oleh MOSSAD, sementara ulama salaf telah menulis bantahan terhadap Syi’ah sejak awal mula munculnya Syi’ah. Diantara mereka adalah Imam madzhab yang empat terutama Imam Ahmad dan Imam Syafi’i melalui murid-muridnya pada awal abad ke-3H, Al-Imam Abu Hasan Al-Asy’ary (Maqolatul Islamiyyin, dan Al-Ibanah), Ibnu Taimiyah melalui kitabnya Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah fi Naqdhi Kalamisy Syi’ah wal Qodariyyah, Ibnu Hajar Al-Asqalany melalui kitabnya At-Tahdzib (2/49), Ibnu Qayyim dan Adz-Dzahabi (hampir disetiap bukunya menyindir, dan membantah mereka) pada abad ke-7H, dan puluhan imam salaf lainnya (dalam buku-buku aqidah mereka). Lalu, apakah MOSSAD telah lahir dan telah menjalankan aksinya pada kurun waktu tersebut ??.
Dan sang agen sendiri tidak membawa bukti dan data-data yang akurat (hitam diatas putih), hanya bualan berbau busuk yang dengan senang hati ditelan mentah-mentah oleh orang-orang yang kelewat bodoh, pandir, yang tidak kritis, tidak obyektif, tidak punya prinsip yang pasti dalam mengambil dalil dan hujjah, yang dadanya telah sempit oleh dengki, iri, dan hasad, yang senang menebar fitnah, yang benci da’wah tauhid, yang benci kembalinya ummat ini kepada kejayaan diatas Al-Qur’an dan As-Sunnah yang suci, yang hatinya penuh dengan noda-noda hitam yang menutupi mereka dari nasehat-nasehat, ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Rasul-Nya.
Dakwaan belaka tanpa mendatangkan bukti yang kokoh, ibarat engkau mengayunkan pedang tumpul. Hanya bisa menimbulkan kepanikan dan kerisauan namun tak mampu unjuk gigi. Ibarat srigala tua yang ompong, hanya bisa melolong. Sungguh dia telah berdusta terhadap dakwah para Nabi, dan cukuplah itu dikatakan sebagai bentuk kedustaan atas nama Allah :
“Artinya : Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah ?”. [Az-Zumar : 32].
Dari sini jelas bahwa Agen fasiq tersebut menginginkan berkobarnya api fitnah dan peperangan di dalam tubuh Islam, sebagaimana yang dikehendaki “sang Tuan” (MOSSAD), dengan cara menciptakan opini, menyemai prasangka buruk dihati-hati kaum muslimin, sehingga menumbuhkan perselisihan dan pertumpahan darah dikalangan sunni sendiri, dan ujung-ujungnya mematikan dan menjauhkan kaum muslimin dari dakwah tauhid dan usaha mengembalikan ummat kepada sunnah yang suci, yang sangat diperjuangkan oleh Da’wah Salafyyah, yang merupakan pondasi dasar bagi berdirinya daulah Islamiyyah yang kokoh.
“Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah dirdhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku, dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” [An-Nuur : 55]
Rasulullah bersabda : “Telah kutinggalkan bagi kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam” [Al-Muwatho’, Imam Malik 2/299, tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi,

cetakan Beirut Libanon]

[D]. Justru Syi’ah, Agen Yahudi Nomor Wahid!

Sang Agen juga mengatakan bahwa buku-buku salaf dibiayai oleh MOSSAD untuk menimbulkan pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara Syi’ah dan Sunnah [Paragraf 14 hal. 79]. Lebih lanjut “Sang Agen” menuturkan : ” (agar) hati mereka (kaum muslimin) penuh dengan kebencian terhadap saudara muslim baik Sunnah maupun Syi’ah.” [Paragraf 16 hal. 79].

Bantahan :

Jawaban kami dalam masalah ini akan memakan halaman yang panjang. “Maka simaklah ..!!” Kami berharap ada diantara kalian yang sudi membuka jendela hati untuk menerima hujjah. Karena jika tidak, maka ketahuilah bahwa :

“Artinya : Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” [Al-Hajj : 46].
Ada satu hal yang mesti dikritisi dari ucapan “Sang Agen” , perkataan itu memberikan kesan kepada kaum muslimin bahwa Syi’ah adalah bagian dari Islam, dan seorang muslim bersaudara dengan orang Syi’ah.
Maka kami katakan : Demi Dzat yang menguasai hari pembalasan, Syi’ah Rafidhah yang banyak tersebar di zaman ini (sebagian besar Syi’ah pada zaman ini adalah Rofidhoh) telah dikafirkan oleh ribuan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sejak dulu sampai saat ini. Allah sendiri telah mengakfirkan mereka melalui firman-Nya :
“Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia (para Sahabat-red) adalah keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)” [Al-Fath : 29].
Berdalil dengan ayat ini, Imam Malik menegaskan tentang kafirnya kaum Syi’ah Rafidhah, karena mereka begitu jengkel dan benci terhadap sebagian besar Sahabat, bahkan mereka mengkafirkannya. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 7 : 3259 cet. Daar Ibn Hazm].
Seorang pentolan Syi’ah telah mengukir “puisi-puisi kebencian dan cacian” terhadap Umar bin Khattab dalam bukunya yang diberi judul : “’Iqdud Durar fi Syarhi Baqri Bathni ‘Umar” (Rangkaian Mutiara dalam penjelasan kasus robeknya Perut Umar). Dan lihat pula Kitab Tuhfat ‘Awam Maqbul yang di dalamnya terdapat do’a la’nat bagi 2 berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar), buku ini telah direkomendasikan oleh Al-Khumaini. Sebuah ungkapan yang hanya muncul dari mulut-mulut berlidah iblis.
Bahkan Abu Hafs Ibn Syahin (wafat 385H/995M) mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib membakar sejumlah orang ekstrim Syi’ah dan mengasingkan sebagian besar mereka. Diantara yang diasingkan tersebut terdapat Abdullah bin Saba’ [1]. Mereka lebih na’jis dan lebih berbahaya ketimbang Yahudi, karena mereka adalah produk Yahudi yang dikemas dengan pakaian Islam, merupakan virus ganas yang disemprotkan Yahudi untuk menghacurkan Islam. Kami tidak ragu untuk mengatakan : “Syi’ah adalah Yahudi plus”.
[E]. Sekilas Tentang Syi’ah..

Asal tahu saja, bahwa sang deklarator Agama Syi’ah adalah Abdullah bin Saba’, seorang gembong Yahudi yang berpura-pura masuk Islam di zaman kekhalifahan Utsman. Dengan kedok kecintaan terhadap Ali, ia mulai menebarkan jentik-jentik kesesatan di tengah kaum muslimin waktu itu. Keberadaan Abdullah bin Saba’ sebagai seorang Yahudi, diakui sendiri oleh petinggi-petinggi Syi’ah dalam buku-buku mereka seperti “Firaq Asy-Syi’ah” [hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah, Najef 1379 H], begitu pula dalam kitab mereka yang tersohor “Rijal Al-Kasysyi” [hal. 101. Mu’assasah Al-A’lami. Karbala Iraq].

Syi’ah dan Yahudi adalah “dua sejoli” yang sangat lengket dan mesra. Berikut adalah beberapa kemiripan diantara mereka berdua :
[1]. Yahudi telah mengubah-ubah Taurat, begitu pula Syi’ah, mereka mempunyai Al-Qur’an hasil kerajinan tangan mereka sendiri yakni “Mushaf Fathimah” yang tebalnya 3 kali Al-Qur’an kaum Muslimin. Mereka menganggap ayat Al-Qur’an yang diturunkan berjumlah 17.000 ayat, dan menuduh Sahabat menghapus sepuluh ribu lebih ayat

[2]. Yahudi menuduh Maryam yang suci berzina [Maryam : 28], Syi’ah melakukan hal yang sama terhadap istri Rasulullah Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha sebagaimana yang diungkapkan Al-Qummi (pembesar Syi’ah) dalam “Tafsir Al-Qummi (II/34)”

[3]. Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka melainkan hanya beberapa hari saja”. [Al-Baqarah : 80] Syi’ah lebih dahsyat lagi dengan mengatakan, “Api neraka telah diharamkan membakar setiap orang Syi’ah” sebagaimana tercantum dalam kitab mereka yang dianggap suci “Fashl Khithab

(hal.157)”
[4]. Yahudi meyakini bahwa, Allah mengetahui sesuatu setelah sebelumnya tidak tahu, begitu juga dengan Syi’ah
[5]. Yahudi berkeyakinan bahwa ucapan “amin” dalam shalat adalah membatalkan shalat. Syi’ah juga beri’tiqod yang sama.
[6]. Yahudi berkata, “Allah mewajibkan kita lima puluh shalat” Begitu pula dengan Syi’ah.
[7]. Yahudi keluar dari shalat tanpa salam, cukup dengan mengangkat tangan dan memukulkan pada lutut. Syi’ah juga mengamalkan hal yang sama.
[8]. Yahudi miring sedikit dari kiblat, begitu pula dengan Syi’ah.
[9]. Yahudi tidak menetapkan adanya jihad hingga Allah mengutus Dajjal.Syi’ah Rafidhah mengatakan, ”Tidak ada jihad hingga Allah mengutus Imam ghaib Syi’ah yang ditunggu-tunggu”
[10]. Yahudi menghalalkan darah setiap muslim. Demikian pula Syi’ah, mereka menghalalkan darah Ahlussunnah.

[Lihat kitab Badzl Al-majhud fi Itsbat musyabahah Ar-Rafidhah lil Yahud, oleh Abdullah Al-Jumaily].
Ahmad bin Yunus (wafat 227 H), salah seorang tokoh ulama Ahlus Sunnah di kufah telah berkata : “Seandainya ; seorang Yahudi menyembelih seekor binatang, dan seorang Rafidhi (Syi’ah) menyembelih seekor binatang, niscaya aku hanya memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak mau memakan sembelihan si Rafidhi karena dia telah murtad dari Islam (namun masih mengaku Islam-red).” [Ash-Sharimul Maslul, hal. 570].
Imam Bukhari berkata : ”Bagiku sama saja, apakah aku sholat dibelakang orang yang berfaham jahmiyyah atau Syi’ah Rafidhah, atau aku sholat dibelakang orang Yahudi atau Nashrani. Dan seorang muslim tidak boleh memberi salam kepada mereka, menjenguk mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi, dan memakan sembelihan mereka.” [Khalqu Af’alil ‘Ibad hal:125, karya Imam Bukhari].
Ada sebuah tanda tanya besar yang sangat menggelitik; “Mengapa Agen tersebut “terburu-buru” membeberkan propaganda-propaganda MOSSAD, sementara di satu sisi dia mengangkat opini bahwa Syi’ah adalah saudara bagi umat Islam ?? Dan bersamaan dengan itu dia mengecam dakwah Salafiyyah yang membongkar “permainan mata” antara Yahudi dan Syi’ah ??”. Ini tidak lain dia lakukan untuk menutupi kedok Syi’ah sehingga artileri ganas Yahudi tersebut tetap eksis. Hal inilah yang tidak disadari oleh Suara Hidayatullah.
Telah jelas betapa berbahanya slogan-slogan yang menyerukan taqrib, dan kami harapkan hizbiyyin tidak akan terkejut jika kami akan menampilkan “tokoh-tokoh”, yang mereka masuk dalam jajaran inspirator taqrib (pendekatan) antara Sunnah dan Syi’ah. Salim Al-Bahnasawi (penasehat Al-Ikhwan) dalam kitabnya As-Sunnah Al-Muftaro ‘Alaiha hal. 57 berkata : “Semenjak berdirinya forum pendekatan antara madzhab Islam yang memiliki andil di dalamnya “Imam” Al-Banna, dan “Imam Al-Kummi (tokoh Syi’ah -red), dan kerja sama terjadi antara Ikhwanul Muslimin dan Syi’ah, yang menghasilkan kunjungan Imam Nawwab Shofawi (tokoh Syi’ah -red) tahun 1954 ke Kairo”.
Lagi-lagi kasus taqrib ini diangkat ke permukaan oleh Umar Tilmisani (mursyid ke-3 Al-Ikhwan) melalui penjelasannya tentang usaha pendekatan Sunnah dan Syi’ah yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna dalam kitabnya “Al-Mulham Al-Mauhub Hasan Al-Banna hal. 78”
Wahai Muslimin ! Jika telah jelas bagi kita bahwa Syi’ah berasal dari Yahudi dan menjalankan misi Yahudi untuk menikam Islam dari dalam, maka tindakan Suara Hidayatullah dan orang-orang yang menanam investasi dalam penyebaran fitnah dusta pemberitaan tersebut, memutlakkan beberapa

konsekuensi yang sangat buruk sebagai berikut :

[1]. Sadar atau tidak sadar, pemberitaan “Suara Hidayatullah” telah membantu merusak Islam dari dalam, karena membiarkan berkembangnya opini bahwa Syi’ah yang notabene merupakan kloning Yahudi adalah saudara kita. Padahal mereka adalah musuh-musuh Islam. Allah berfirman :
“Artinya : Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” [Al-Maidah : 2].
[2]. Sadar atau tidak sadar, pemberitaan “Suara Hidayatullah” telah melemahkan kekuatan kaum Muslimin di hadapan Yahudi karena telah menjembatani taqrib, sebuah usaha untuk mengkompromikan Sunnah dan Syi’ah. Jika ini terwujud, maka mau tidak mau umat Islam harus toleran terhadap Syi’ah yang menganggap tidak ada Jihad selama Imam “khayal” mereka belum diutus. Terhapusnya kalimat-kalimat jihad dari kamus Islam merupakan impian Yahudi sepanjang zaman. Dan “Suara Hidayatullah” tanpa disadari telah membantu untuk mengikis kalimat-kalimat itu sedikit demi sedikit dari kamus Islam. -na’udzubillah-.
[3]. Pemberitaan “Suara Hidayatullah” berdampak buruk bagi kelangsungan jiwa Ahlus Sunnah dan umat Islam secara umum. Karena telah diketahui bersama bahwa Syi’ah menghalalkan darah Ahlus Sunnah dan mengkafirkannya sebagaimana Yahudi menghalalkan darah kaum Muslimin.
[4]. Pemberitaan “Suara Hidayatullah”, telah menanam prasangka buruk orang-orang awam dan dapat mengakibatkan menjauhnya ummat dari dakwah Salafiyyah yaitu dakwah yang mengajak kepada persatuan Islam dibawah naungan Tauhid, Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut apa yang dipahami oleh para sahabat, dan hal ini telah menjadi kenyataan ketika sebagian masyarakat awam menolak buku-buku tauhid yang dibagikan secara gratis.
[5]. Dengan pemberitaan tersebut, maka akan semakin mengaburkan jurang perbedaan antara Sunnah dan Syi’ah, dan ini sangatlah berbahaya. Sebab, kaum muslimin akan digiring kepada sebuah pemahaman bahwa Syi’ah bersama atribut aqidah dan ritual mereka yang busuk merupakan bagian dari Islam. Yang berarti aqidah Sunnah dan aqidah Syi’ah sama saja, mau pilih Sunnah atau Syi’ah boleh-boleh saja. Padahal Allah berfirman :
“Artinya : Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?” [Al-Qalam : 35]
[6]. Sadar atau tidak sadar “Suara Hidayatullah” telah menyebarkan fitnah dan kedustaan. Media massa yang seperti ini tidak bisa dijadikan sumber ilmu dalam memahami Islam, sebagaimana perkataan Imam Muhammad Ibnu Sirin yang dilansir oleh Imam Muslim dalam muqodimmah kitab shohihnya :
“Sesungguhnya ilmu (Syar’i) ini adalah agama, maka hendaklah kalian melihat (berhati-hati), dari siapa kalian mengambil agama kalian” [MuqoddimahShohih Muslim,hal 28, cet. Daar Ibn Hazm]
Maka kami nasehatkan kepada kaum muslimin untuk berhati-hati dari bahaya pemberitaan yang dibawa oleh “Suara Hidayatullah”.
Kami tidak akan mencabut pernyataan kami ini kecuali “Suara Hidayatullah” mau mengklarisifikasi pemberitaan-pemberitaan yang memojokkan da’wah Salafiyyah, dan mau kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, sesuai dengan pemahaman sahabat Rasulullah.
[F]. Siapa Sebenarnya “TAKFIR MANIA” itu ??

Masih dalam pemberitaannya, Suara Hidayatullah menukil hasil wawancara dengan sang Agen : “Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini adalah menimbulkan fitnah dan kebencian serta saling mengkafirkan (takfir -red) antar pihak dan menyibukkan mereka dengan pertarungan sampingan sesama mereka…” [Paragraf 16, hal. 79].

Bantahan :

Jika yang dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah buku-buku salaf -dan tampaknya itu yang diinginkan sang Agen dan orang-orang yang mengcopy pemberitaan ini-; maka ini adalah fitnah klasik yang coba dibangkitkan kembali gaungnya untuk memojokkan da’wah Salafiyyah.

Baiklah….!! Akan kami perjelas duduk perkara yang sesungguhnya. Akan tetapi kami memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menghirup nafas sedalam-dalamnya, karena akan muncul banyak “kejutan” dalam jawaban kami terhadap tuduhan dusta tersebut. Sekaligus sebagai “hidangan penutup” bagi Suara Hidayatullah dan hizbiyyin (fanatikus golongan) atas sumbangsih mereka dalam menebarkan fitnah keji sang Agen.
Seribu satu macam keheranan telah menghantui kami, tatkala da’wah Salafiyyah melalui da’wah dan buku-bukunya diopinikan sebagai biang keladi fitnah dan takfir (pengkafiran) antar sesama muslim. Ini merupakan tikaman yang kedua, setelah sebelumnya pada tikaman yang pertama, hizbiyyin menggerayangi da’wah Salafiyyah dengan tuduhan buku-buku salaf bersumber dari Yahudi (MOSSAD).
Insan-insan yang ikhlas dan jujur dalam berusaha menempuh jalan para pendahulu yang shalih, sangatlah berhati-hati dalam memvonis kaum muslimin yang jatuh ke lembah bid’ah dan kekufuran; sebagai ahlul bid’ah atau ahlu syirk. Bukanlah dikatakan seseorang itu Salafy jika dia selalu mengumbar kalimat-kalimat takfir (pengkafiran secara sporadis, radikal dan membabi buta -red) tanpa dilandasi ilmu yang kokoh. Justru jama’ah-jama’ah yang mengambil bagian dalam penyebaran isu dusta tentang hubungan Salafiyyah dengan Yahudi memiliki karakter yang kental dalam masalah takfir ini. Kami tahu dengan pasti bahwa Suara Hidayatullah dengan latar belakang sejarahnya sampai kini, adalah penggemar-penggemar Sayyid Quthub, seorang tokoh legendaris Ikhwanul Muslimin yang memendam dan menyebarkan bid’ah takfir (pengkafiran) yang sangat radikal dan sporadis.
Tentang takfir ini, Sayyid Quthub mengkafirkan hampir seluruh kaum muslimin, termasuk para muadzin yang selalu mengumandangkan kalimat tauhid. Hal ini dapat dilihat pada tulisannya. Diantara pernyataan dia, ialah :
“Manusia telah murtad, (keluar dari Islam- red) kepada menyembah mahluk (paganisme) dan berbuat jahat terhadap agama serta telah keluar dari kalimat laa ilaha illa Allah. Walapun sebagian mereka masih mengumandangkan laa ilaha illa Allah diatas tempat beradzan. [Fii Zhilalil Qur’an 2/1057, cet. Darusy Syuruq).
Simaklah ucapan Sayyid Quthub tersebut ..!! Kami, kalian dan tidak terkecuali para muadzin di rumah-rumah Allah yang mengumandangkan nama-Nya, mendapat bagian dari rudal-rudal pengkafiran Sayyid Quthub. Dia begitu royal dalam mengkafirkan kaum muslimin secara mutlak dan global; hanya karena perbuatan dosa besar dan tindakan berhukum dengan hukum selain Allah, tanpa memberikan perincian sebagaimana Ahlus Sunnah memberikan perincian dalam masalah ini. Lalu apa yang dimaksud oleh Sayyid Quthub dengan ungkapan “manusia telah murtad (keluar dari Islam) kepada penyembahan

makhluk” ?? Pernyataannya berikut ini akan memperjelas bagaimana sebenarnya latar belakang pemikiran bid’ah Sayyid Quthub sehingga mencetuskan kalimat pengkafiran tersebut:

“Manusia yang menganggap dirinya muslimin masuk ke dalam masyarakat jahiliyah, bukan karena menyakini uluhiyah kepada selain Allah. Bukan pula karena menunjukkan syiar-syiar peribadatan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi mereka masuk ke dalam lingkup ini (kekafiran-red) karena tidak beribadah kepada Allah saja dalam hukum-hukum kehidupan (tidak berhukum dengan hukum Allah, dalam kehidupan sehari-hari -red).” [Ma’alim fi Thariq, hal.101, cetakan Darusy Syuruq].
Jelas dari ungkapannya ini, Sayyid Quthub mengarahkan “bedil takfir” kepada seluruh kaum muslimin yang tidak sesuai dengan pemikirannya.
Sayyid Quthub menyelisihi Salafus Shalih dengan menganggap sebab kafirnya manusia bukan karena peribadatan kepada selain Allah. Tetapi tidak lain disebabkan oleh berpalingnya manusia dari apa yang diistilahkan dengan “Tauhid Hakimiyah” , sebuah istilah baru yang kemudian dipopulerkan oleh “QFC” (Quthub Fans Club). Namun sebelum itu semua, kami ingin meyakinkan kepada orang-orang yang menuduh buku-buku salaf sebagai biang fitnah dan pengkafiran (takfir) : “Justru Sayyid Quthub, tokoh yang kalian elu-elukan sebagai Asy-Syahid adalah seorang “maniac” dalam masalah takfir (kafir-mengkafirkan)”.
Jika kalian butuh bukti, kami harapkan ucapan-ucapan Sayyid Quthub berikut ini akan menyingkap tabir keraguan :
“Orang yang tidak mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hakimiyah disemua zaman dan tempat adalah orang-orang musyrik. Tidak keluar mereka dari kesyirikan ini, walaupun mereka berkeyakinan terhadap laa ilaaha illallah dan tidak punya syiar (peribadatan) yang mereka tujukan kepada selain Allah Subhanu wa Ta’ala” [Fii Zhilalil Qur’an 2/1492,cetakan Darusy Syuruq].
Masih belum yakin juga ….!! Bagaimana dengan yang ini :
“Dipermukaan bumi ini, tidak ada satu pun negara Islam dan tidak pula masyarakat muslim” [Fii Zhilalil Qur’an, 2/2122].
Entah bagaimana harus meyakinkan kalian jika yang satu ini masih juga belum cukup :
“Manusia telah kembali kepada kejahiliyahan dan keluar dari laa ilaaha illallah…… Manusia seluruhnya, termasuk orang-orang yang mengumandangkan kalimat laa ilaaha illallah pada adzan di timur sampai barat bumi ini tanpa pengertian dan pembuktian nyata , bahkan mereka ini lebih berat dosa dan adzabnya pada hari kiamat, karena mereka telah murtad kepada penyembahan makhluk, setelah jelas bagi mereka petunjuk dan setelah mereka berada di agama Allah” [Fii Dzilalil Qur’an 2/1057, cet. Darusy Syuruq]
Lalu siapakah sebenarnya diantara kita yang “getol” dalam masalah kafir-mengkafirkan itu?
[G]. Salafiyyin, Antek Zionis (Yahudi) ??

Masih dalam pemberitaan Suara Hidayatullah, sang Agen kembali beraksi dalam drama fitnahnya dengan berkata : “…Anda dapat melihat kira-kira semua masjid dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan dan Palestina tenggelam dengan buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis bahwa ini semua dibiayai oleh para donatur Saudi padahal MOSSAD ada dibelakang semua ini.” [Paragraf 17 hal. 79].

Bantahan :

Perkataan ini menimbulkan opini bahwa da’wah Salafiyyah melalui buku-bukunya, didanai oleh MOSSAD melalui kerajaan Saudi Arabia. Namun orang-orang yang sudah ada penyakit dalam hatinya menafsirkan

kalimat-kalimat berbisa dari mulut agen ini sehingga sesuai dengan tuduhan-tuduhan basi mereka.

Fitnah ini pernah diungkapkan oleh Laskar Hikmatiyar, di Harian mereka “Syahadat”, no. 338, tanggal 28 Dzul Qo’dah 1411 H, dibawah judul “Kesempatan masih ada” dan pernah pula diucapkan oleh Muhammad Surur Zainal Abidin, dia adalah seorang Ikhwany (kepadanyalah nisbat pemahaman Surury), yang dengan senang hati pindah dari negara Islam, negara kaum muslimin, negara yang penuh dengan ulama’, negara yang ada dua kota suci kaum muslimin di dalamnya, negara yang menegakkan Syari’at Islam (Saudi Arabia) menuju negara kafir, kampung halaman zionis (Inggris) di kota Birmingham dan mendirikan markaz hizbinya yang bernama Al-Muntada Al-Islami, kemudian dari sana dia menghembuskan racun-racun fitnah kesetiap negeri-negeri kaum muslimin, memicu perpecahan antara aktivis-aktivis da’wah dengan pemerintah, sehingga mereka sibuk mengkafirkan penguasa muslim mereka, dan melupakan menuntut ilmu, dan da’wah tauhid. Bukankah hal ini akan membuat Yahudi tersenyum gembira ?? Sehingga mereka tidak harus susah payah merogoh kantong untuk membiyai mega proyek dengan tema utama : “Bagaimana memecah belah kekuatan Islam”. Muhammad Surur yang bermarkas di Inggris bersama pendahulu-pendahulunya yang memiliki pemikiran Sayyid Quthub, punya andil besar dalam pertumpahan darah di dunia Islam antara penguasa muslim dan rakyatnya yang muslim. Hal inilah yang terjadi di Mesir, Suriah, Tunisia, Al-Jazair dan hampir terjadi di negeri tauhid Saudi Arabia. Ini semua disebabkan oleh pengkafiran membabi buta terhadap penguasa muslim yang dilakukan oleh para pengagum pemikiran Sayyid Quthub. Akhirnya Yahudi tidak perlu turun tangan untuk menghancurkan kaum muslimin secara langsung.
Muncul sebuah pertanyaan besar yang sangat menggelikan; bagaimana mungkin markas Muhammad Surur ini di biarkan oleh Inggris muncul di salah satu pusat pemerintahan mereka ? Apakah agen-agen zionis Inggris tidak tahu tentang kegiatan da’wah Al-Muntada ? Atau, apakah Inggris memiliki kepentingan zionisme dengan membiarkan mereka menyerang negeri muslim dengan pemikiran sesat sebagaimana Inggris membiarkan ajaran sesat Ahmadiyah yang merusak aqidah kaum muslimin di seluruh dunia; dimana Ahmadiyah juga bermaskas di Inggris.
Kemudian fitnah ini diadopsi dan disebarkan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap da’wah salafiyyah, sehingga para pemuda yang terburu-buru “terjun” ke medan da’wah dan politik termakan oleh fitnah ini (bahwa Saudi adalah antek AS-Yahudi). Maka tanyakanlah kepada da’i-da’i kalian, bukankah sebagian dari mereka sekolah dengan dana-dana dari Arab Saudi ??, sehingga diantara mereka ada yang kuliah di Saudi dengan beasiswa pemerintah Saudi, bukankah sebagian diantara mereka bekerja di lembaga-lembaga yang dibiayai oleh Arab Saudi ??, bukankah sebagian dari mereka mendapat gaji sebagai da’i dari lembaga-lembaga yang dibiayai oleh Arab Saudi ???, seperti Atase Agama Kedutaan Arab Saudi, Robithoh Al-Alam Al-Islamy, Haiatul Igotsah Al-Islamiyyah, Yayasan Al-Haramain. Bahkan ada diantara mereka berangkat menunaikan ibadah haji dengan biaya pribadi Raja Fahd bin Abdul Aziz . Kenapa kalian tidak mengatakan mereka antek-antek zionis karena menggunakan dana-dana Saudi ??
Kalian mendirikan sekolah di desa Toya, Lombok Timur (NTB), yang tenaga pengajar sebagian besar adalah da’i-da’i kalian, dan siswa-siswanya-pun dari teman-teman kalian. Sekolah ini dibiayai oleh Lajnah-Da’wah dan Ta’lim (L-DATA) cabang Jakarta, yang pusatnya di Riyadh-Arab Saudi, tanyakan kepada da’i-da’i kalian jika mereka bisa berbicara !!!, niscaya mereka akan mejawab “ya” dengan “malu-malu”, atau akan menjawab “tidak” (berdusta pada kalian), jika kalian belum puas kami dapat membawakan nama-nama mereka dengan bukti yang akurat. Apakah kalian akan mengatakan mereka (dai-dai kalian) sebagai antek-antek zionis, karena mereka mendapat gaji dari Saudi Arabia ??
[H]. Siapa Sebenarnya Yang “Main Mata” Dengan Yahudi ??

Kalian telah menuduh da’wah Salafiyyah punya hubungan dengan Yahudi. Maka kini kesempatan kami dengan bukti-bukti yang kokoh untuk menunjukkan bagaimana sesungguhnya sikap tokoh-tokoh kalian terhadap Yahudi.

Hasan Al-Banna berkata :

“…Maka saya mengulangi, sesungguhnya permusuhan kami dengan Yahudi bukan permusuhan agama….[Lihat : Al-Ikhwanul Muslimun Ahdatsun Sona’at At-Tarikh (1/409-410)].

Tidakkah ucapannya ini menyakitkan muslimin dan mujahidin di Palestin yang berjuang untuk meninggikan kalimat Allah ?? Walaupun begitu, Hasan Al-Banna masih tega untuk berkata : “…Dan tidaklah gerakan Ikhwanul muslimun itu menentang satu aqidah tertentu (dari aqidah-aqidah yang ada),

atau agama tertentu (dari agama-agama yang ada),…[Lihat : At-Thoriq ilal Jama’aitil Um 132]

“…Bahkan orang-orang Yahudi yang tinggal di sini (Mesir), tidak ada antara kami dan mereka kecuali hubungan baik belaka.” [Lihat : At-Thoriq ilal Jama’aitil Um 132]
Dan Yusuf Qardhawi-pun berkata :

“Sesungguhnya kami tidak memerangi Yahudi karena aqidah, akan tetapi hanya karena mereka merampas tanah kami” [Koran Harian Ar-Royah, Qothar, hal. 17 edisi : 4696 Rabu, 24 Sya’ban 1415H / 25 Januari 1995M]

Tidak !!, Jangan katakan kami memfitnah sebelum kalian melihat pada sumber-sumber yang kami sebutkan !!.
Tidak !!, kami tidak menuduh mereka agen zionis seperti kalian menuduh Salafyyin dan Arab Saudi (secara dzholim) sebagai agen Zionis. Tapi ada apa dibalik sikap tokoh kalian dengan orang-orang Yahudi ??
Bagaimana Dengan Jama’ah Tabligh ??

Dan buat saudara-sadara yang menisbatkan dirinya pada Jama’atut Tabligh, sesungguhnya kalianpun telah mengadopsi fitnah ini, yang kalian hembuskan sejak dahulu, ketika kalian menjadi dengki sebab banyak dari saudara-saudara kita mendapat hidayah untuk mengikuti sunnah Rasulullah dalam aqidahnya, ibadahnya, dan muamalahnya. Tidak hanya terbatas pada sunnah makan, tidur, dan buang hajat saja !!. Kemudian kalian mendapat “secercah cahaya” (pemberitaan “Suara Hidayatullah”, yang sebenarnya tidak pantas dikatakan cahaya) ditengah kebingungan kalian mencari bukti.

Cukuplah penjelasan kami pada awal-awal pembahasan ini sebagai bantahannya; bahwa bukti kalian bukanlah bukti, hanya bualan, ; bahwa dalil kalian lebih rapuh dari rumah laba-laba, rapuh dari segala segi, kalau seandainya dalil itu selamat dari satu segi, maka dia tidak akan selamat dari banyak segi. Kalian hanyalah “burung beo” dari ucapan sang agen yang sama sekali tidak membawa bukti. Tidakkah kalian mendengar sabda Rasulullah
“Artinya : Hendaklah ada bukti bagi orang yang menuduh dan ada sumpah bagi yang mengingkari” [Hadits Hasan Riwayat Al-Baihaqi, Lihat kitab Arba’in Nawawiyyah Hadits No.33]
Lantas kenapa kalian tidak mengamalkannya ??, atau kalian menganggap ini adalah ilmu masail yang tidak perlu dipelajari !, atau kalian tidak faham ma’nanya ??, atau kalian pura-pura tidak tahu akan hadits ini ??, atau pura-pura tidak faham ma’nanya ??, karena kalian dengki kepada kami!!. Mengapa kalian begitu benci kepada orang yang selalu menasehati kalian dengan ikhlas ??, membawakan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih, membawa bukti dari kitab-kitab kalian, atau kalian sudah seperti orang-orang Syi’ah yang 99 % agamanya takiyah (bohong) seperti orang-orang munafiq ??.
[A]. Ada Apa Antara Jama’ah Tabligh Dan Zionis Inggris Di India ??

Kami telah membantah tuduhan Jama’ah Tabligh (Amir Bid’i cs) yang mengaitkan da’wah Salafiyyah dengan zionis internasional (AS, Yahudi dan Inggris). Kini saatnya kami ingin membalik keadaan melalui beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut akan muncul setelah kita menilik berita temuan kami berikut ini

Hifdzurrahman As-Sayuharwi, mantan anggota parlemen India menyatakan, “Dulu, penguasa Inggris di India membantu gerakan Jama’ah Tabligh di awal perkembangannya dengan harta Haji Rasyid Ahmad, kemudian memutus bantuannya.” [Lihat : Haqiqah Dakwah Ila Allah, hal. 66 dan Jama’ah Tabligh Fi Qarah Hindiyah, hal. 65. Menukil dari Mukalamah Ash-Shadriyin, hal. 4 Cet. Diyobant India]
Kami tidak akan bersikap zhalim dengan menelan bulat-bulat pemberitaan tersebut. Kami tidak akan mengatakan berita ini shahih, tidak pula dusta. Akan tetapi ini adalah sebuah fakta yang berkembang melalui sebuah buku yang dicetak di India (Diyobant), silahkan cek sendiri kebenarannya, kemudian jelaskanlah secara mendetail kepada ummat : “Ada hubungan apa gerangan antara Jama’ah Tabligh dengan Inggris di India…??” Sebab tidak akan pernah sirna dari ingatan ummat bagaimana Inggris menjalin hubungan asmara dengan Yahudi dan AS dalam mengahancurkan negeri-negeri Islam.
[B]. Konsep Jihad Menurut Jama’ah Tabligh, Sangat Menguntungkan Yahudi.

Jama’ah Tabligh punya pemahaman yang aneh tentang jihad dalam Islam. Jama’ah Tabligh meniadakan konsep Jihad dalam artian perang mengangkat senjata melawan musuh-musuh Islam. Bagi mereka, yang dikatakan jihad adalah khuruj (berkelana pindah-pindah dari masjid ke masjid) selama 3 hari, 40 hari dan 4 bulan.

Konsep ini tentu saja membuat Yahudi dan musuh-musuh Islam bersorak-sorai dalam pesta kegembiraan. Betapa tidak; Islam hanya akan jadi boneka mainan AS dan Yahudi jika makna jihad hanya diartikan dengan melancong, ber-jaulah dan hanya berdiam diri masjid.
Seenak perutnya mereka menafsirkan firman Allah.
“Artinya : Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, memuji (Allah), as-Saaihun, yang ruku’, yang sujud.” [At-Taubah ; 112]
Menurut Jama’ah Tabligh, as-Saaihun (orang-orang yang mengembara) dalam ayat tersebut dimaksudkan kepada orang-orang yang khuruj.
Ini adalah kejahilan terhadap Kitabullah. Sebab yang dimaksud dengan as-saaihuun (orang-orang yang mengembara), ialah orang-orang yang berjihad (perang) di jalan Allah. Ibnu Katsir (Seorang Mufassir) berkata, “Ada bukti yang menguatkan, bahwa yang dimaksud dengan siyaahah di sini iala jihad….bukan maksudnya siyaahah yang dipahami oleh sebagian orang yang beribadah hanya dengan melakukan siyaahah (pengembaraan) di muka bumi.” [Tafsir Ibnu Katsir : II/407]
Hal ini terungkap dari penuturan Nadhar M. Ishaq Shahab, penulis buku “Khuruj fi Sabilillah” [hal. 74, penerbit Pustaka Billah], dimana dia menganggap pemberangkatan pasukan perang yang dipimpin oleh Usamah radhiallahu ‘anhu sebagai jama’ah khuruj -na’udzubillah-
Masih dalam buku yang sama, [hal. 22] penulis berkata : “Yang bermujahadah untuk mendapatkan kekuatan fisik adalah kaum ‘Ad”

.

Subhaanallah, betapa kejinya ungkapan ini; sebuah sindiran yang halus terhadap para Sahabat yang menjalankan perintah Allah dalam mempersiapkan kekuatan fisik dan material untuk menyambut seruan menuju Syahid (perang di jalan Allah) :

“Artinya : Dan siapkanlah untuk mengahadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengatahuinya.“ [Al-Anfal : 60]
Jama’ah Tabligh memalingkan makna hadits yang berbicara tentang keutamaan jihad (perang) kepada pengertian “khuruj ala Tabligh”; yaitu “tamasya da’wah” selama 3 hari, 40 hari dan 4 bulan. Sebagaimana yang diungkapkan dalam buku “Khuruj fi Sabilillah” [hal. 56].
Demikianlah Jama’ah Tabligh dalam memahami jihad, sebuah pemahaman yang akan merugikan kaum muslimin diseluruh dunia dan menjadikan musuh-musuh Islam leluasa dalam melakukan makarnya tanpa mengkhawatirkan adanya perlawanan kaum muslimin melalui seruan kalimat-kalimat jihad yang suci.
Syaikh Saifur Rahman bin Ahmad Ad-Dahlawi berkata : “Salah satu ciri khas jama’ah ini ialah, mereka meyakini, bahwa siapa yang keluar bersama mereka dalam kerja dakwah berjama’ah, berarti telah melakukan jihad yang besar bahkan akbar. Mereka beranggapan, keluar bersama mereka dalam kerja dakwah berjama’ah ini lebih afdhal daripada memerangi musuh-musuh Allah dan RasulNya, lebih afdhal daripada memelihara kemurnian Islam dan keutuhan kaum muslimin. Bukti yang menguatkannya ialah pernyataan seorang ‘ulama dan para penuntut ilmu pada masa peperangan jihad Afghanistan melawan komunis, bahwa Jama’ah Tabligh mendatangi tempat-tempat mereka untuk mengajak mereka khuruj bersama jama’ah mereka !
Barang siapa melakukannya (yakni khuruj -red), berarti ia telah melaksanakan sunnah para nabi dan rasul, telah melaksanakan sunnah sayyidul anbiyaa’ wal mursalin, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bererti ia telah keluar seperti halnya sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in dalam peperangan medan jihad.“ [Silakan lihat buku I’tibariyah Haula Al-Jama’ah Tablighiyah, hal 51]
Anehnya, Jama’ah tabligh meyakini bahwa inilah “kerja dakwah” para Sahabat semasa hidupnya. Kami katakan : Bagaimana mungkin para Sahabat akan mampu menaklukkan kerajaan Persia, Romawi dataran Afrika sampai Eropa timur hanya dengan “jihad” berupa pindah-pindah masjid dan berjaulah ria tanpa menebar da’wah tauhid, mengangkat tombak, tanpa bernaung di bawah kilatan pedang, tanpa melesakkan anak-anak panah tepat di jantung-jantung kuffar. Bagaimana mungkin Jama’ah Tabligh bisa lebih mulia dalam khurujnya dibandingkan tentara-tentara Allah yang mempertaruhkan jiwa dan raganya bertempur dan berkemul dengan debu-debu jihad fi abilillah.
Wahai saudara-saudara yang menisbatkan diri pada Jama’ah Tabligh !, carikan kami dalil sepotong saja yang jelas menceritakan bahwa Rasulullah dan para sahabatnya dahulu pindah dari satu masjid kemasjid yang lain seperti kalian !!, padahal dahulu sudah ada Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Quba’ dan Masjidil Aqso. Mana bukti kalian mengikuti sunnah

Rasulullah dalam berda’wah ??.

[C]. Ekslusivisme Dan Fanatisme Ekstrim, Andil JT Dalam Menimbulkan Perpecahan Ummat

Salah satu senandung Jama’ah Tabligh dan hizbyyin yang paling jahat adalah menuduh da’wah salafiyyah sebagai penyebab perpecahan dalam tubuh ummat Islam.

Bantahan :

Dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang menyerukan “Persatuan Islam” yang hakiki, yaitu di atas aqidah dan keyakinan yang benar menurut pemahaman Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagaimana para sahabat telah membangun asas-asas persatuan tersebut. Allah telah berfirman

“Artinya : Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)” [Al-Baqarah : 137].
Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang hidup sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah-sunnah Khulafa’ Ar-Rasyid yang terbimbing dan lurus sesudahku. Gigitlah ia dengn gigi geraham kalian. Dan awaslah kalian terhadap setiap perkara baru yang diada-adakan (bid’ah-red), karena setiapnperkara yang diada-adakan adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. [Hasan Shohih, H.R. An-Nasai dan At-Tirmidzi].
Jika seseorang telah menyimpang dari aqidah yang benar, tidak berpegang teguh kepada sunnah dan pemahaman Rasulullah dan para sahabatnya, maka sungguh ia berada dalam permusuhan dengan Rasulullah dan para sahabatnya dan orang orang yang berpegang teguh dengan sunnahnya (mengikuti mereka dengan baik).
Justru Jama’ah Tabligh dengan banyak penyimpanganya dalam masalah aqidah dan manhaj, telah memposisikan dirinya sebagai penyebab perpecahan ummat.
Salah satu ajaran Shufi yang sangat populer ialah ketundukan mutlak kepada pemimpin atau guru, benar atau pun salah perintah gurunya itu. Ali Wafa berkata, “Murid yang sejati dalam berperilaku di hadapan Syaikhnya, laksana mayat yang terbaring di hadapan petugas yang memandikannya.”
Kelihatannya, prinsip taklid buta ini juga dipegang oleh Jama’ah Tabligh. Dalam buku Hikmah Usaha Hidayat, karangan Muhammad Yunus Suraji Panidi, hal. 102 disebutkan, “Jama’ah manapun yang datang dari luar negeri sekalipun, apabila mengusulkan atau mengajukan sesuatu yang baru dalam hal kerja Tabligh ini, hendaklah segera menghubungi Nizhamuddin (Markas besar mereka di India), sebelum menerima dan mengamalkan apapun dari usulan itu,

walaupun kelihatan baik.”

Dan Jama’ah Tabligh sangat fanatik pada usaha “khuruj”-nya, dan mereka menangisi orang-orang yang meninggalkan “khuruj” bersama mereka, seolah-olah mereka tidak melihat adanya usaha da’wah diluar Jama’ah mereka, padahal “khuruj” ini hanya hasil pemikiran pendiri Jama’ah ini. Hal ini jelas menunjukkan kefanatikan mereka yang ekstrim. Bentuk fanatisme seperti ini, bukankah akar dari setiap perpecahan dan pertikaian di mana setiap kelompok bangga dengan kelompoknya. Ini adalah sikap orang-orang musyrik sebagaimana yang dikabarkan Allah dalam firman-Nya : “
“Artinya : Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. [Ar-Ruum : 31-32]
Kefanatikan Jama’ah Tabligh juga terlihat dari cara mereka yang melampaui batas dalam mengkultuskan kitab Fadhail Amal. Mereka lebih suka “berbayan ria” dalam setiap kali khuruj ketimbang mempelajari Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits yang shahih untuk diamalkan dan dida’wahkan. Padahal dalam kitab tersebut banyak hadits-hadits dhoif, dan palsu, serta cerita-cerita hayalan kaum sufi yang sama sekali bertentangan dengan nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu diantara “1001” khurafat yang terdapat dalam Fadhail Amal pada bab fadhilah haji adalah kisah tentang Ahmad Rifa’i yang mengunjungi makam Rasulullah pada tahun 555H, dimana dia berdiri di depan makam Rasulullah dan membacakan dua bait syi’ir, lalu Rasulullah mengeluarkan tangannya dari dalam kubur yang selanjutnya dicium oleh Ahmad Rifa’i. Lihatlah, bagaimana mereka membawakan cerita, yang para sahabat dan Imam-imam pun belum pernah mengalami hal sehebat Ahmad Rifa’i ini. Masih dalam kerangka fanatisme dan ekslusivisme yang memecah belah ummat ; Jama’ah Tabligh mengikat para anggotanya dengan sumpah setia (bai’at) yang menyimpang dari Sunnah. Pada tahun 1315H, Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi -pendiri Jama’ah Tabligh- memberikan bai’at shufiyah kepada Rasyid Ahmad Al-Kankuwi yang sangat dicintainya. Setelah meninggalnya Rasyid Al-Kankuwi, kemudian beliau memperbaharui bai’at-nya kepada Kholil Ahmad As-Saharunfuri yang memberikan izin kepadanya mem-bai’at orang lain ala manhaj shufi. [Lihat. Jama’ah Tabligh Fi Syibhil Qarah Hindiyah, karya Sayid Thalibur Rahman hal. 21 dan Haqiqat Da’wah Ila Allah karya Sa’ad Al-Husein hal. 62]
[D]. Sisi Kemiripan Jama’ah Tabligh Dengan Yahudi

Semua ini berawal dari tuduhan dusta Jama’ah Tabligh terhadap da’wah Salafiyyah sebagaimana yang telah jelas bagi pembaca. Maka dihalaman terakhir ini, kami ingin mengungkap sesuatu yang tersembunyi bagi para pembaca; tentang “Tiga Belas Asas Da’wah Jama’ah Tabligh”. Ada satu poin dari 13 asas tersebut yang justru menunjukkan “kemiripan” Jama’ah Tabligh dengan Yahudi. Entah mereka sadar akan hal ini atau tidak.

Nadhar M. Ishaq Shahab dalam bukunya “Khuruj fii Sabilillah” [hal. 27, penerbit Pustaka Billah, Bandung], membawakan 13 asas Da’wah (menurut Jama’ah Tabligh). Pada poin yang ke-5 dia berkata :
“Amar ma’ruf, bukan nahi munkar”
Prinsip inilah yang menyebabkan hancurnya Bani Israil. Entahlah, Jama’ah Tabligh dan Yahudi dalam hal yang satu ini, tampaknya ada kemiripan. Allah telah berfirman tatkala menggambarkan prinsip dan sikap Yahudi : “
“Artinya : Telah dilaknati orang -orang kafir dari bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [ Al-Maidah: 78-79]
Sungguh menakjubkan, begitu cepat Yahudi mengetahui rahasia dari sebuah “chaos” (malapetaka yang dahsyat). Prinsip yang telah menyebabkan kehancuran peradaban inilah yang coba mereka tembakkan ke negeri-negeri kaum muslimin. Agar umat Islam tidak lagi menegur saudaranya yang menyimpang dari aqidah dan sunnah yang lurus, agar kaum muslimin tidak lagi mencegah saudaranya yang berbuat syirik, bid’ah dan maksiat. Jika hal ini telah

merata di bumi-bumi Islam maka tunggulah kehancuran. Prinsip ini juga membuktikan bahwa Jama’ah Tabligh bukanlah Jama’ah yang membawa kebaikan justru membawa kerusakan dengan tidak memperdulikan kemungkaran yang bertengger di depan hidungnya. Dan membuktikan pula bahwa Jama’ah ini bukanlah Jama’ah yang membawa ilmu, yang dipuji oleh Rasulullah dalam sabdanya : “Yang akan terus menerus membawa ilmu agama ini pada setiap generasi adalah orang-orang yang adil dan terpercaya ilmu agamanya dan perangainya. Mereka yang membawa ilmu agama dengan kriteria demikian itu melakukan gerakan-gerakan : (1) Meluruskan kembali penyimpangan kalangan ekstrimis dalam memahami agama. (2) Membantah kedustaan para pendusta yang ingin mengekspliotasi agama demi kepentingan pribadi atau golongannya. (3) Meluruskan kembali kesalahan penafsiran agama yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh ” [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Al-Jarh wa Ta’dil 1/1/17 dan Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra 10/209]

Dan Jama’ah Tabligh telah membuktikan prinsip tersebut dengan masih menjamurnya simbol-simbol kesyirikan dan bid’ah di India, Pakistan -negeri kayangan yang dielu-elukan Jama’ah Tabligh-. Padahal jumlah mereka yang keliling dunia hampir jutaan. Bukankah syirik dan bid’ah adalah dua dosa besar yang bertengger di papan atas yang mengalahkan dosa-dosa kelas kaliber lainnya ?. Inilah akhir dari bantahan kami.
“Jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu” [HR. Bukhori, Arbain Nawawi No. 20]
[Disalin dari Risalah Dakwah Al-Hujjah, Edisi Khusus/Rabi’ul Akhir/1424H Islamic Center Al-Hunafa’ Masjid ‘Aisyah Lt II, Jl Soromandi No.1A Lawata – Mataram Tlp 0370-642405]

_______

Footnote

[1] Kami membedakan antara pengekor hizby (kelompok / jama’ah) dengan tokoh-tokohnya, dan prinsip dasar jama’ah itu sendiri. Kritikan-kritikan pedas para ulama’ Ahlussunnah hanya ditujukan kepada tokoh-tokoh hizby dan prinsip-prinsip mendasar hizby yang menyimpang, dikarenakan bahaya pemikiran dan da’wah mereka bagi umat Islam. Sedangkan pengekor hizby adalah sekumpulan pemuda-pemuda Islam yang terbakar semangatnya dikarenakanpengaruh pemikiran tokoh-tokoh hizby dan tanpa sadar telah mempraktekkan prinsip-prinsip hizby yang menyimpang. Mereka ini tidak tahu menahu tentang hakikat hizby yang sesungguhnya. Kepada mereka tidak boleh bersikap keras; da’wah dan nasehat kepada mereka haruslah sesuai dengan asal prinsip dak’wah Ahlussunnah yaitu : “Lemah Lembut” . Kaidah ini berlaku bagi setiap jama’ah bid’ah lainnya.
[2]. Ibn Taimiyyah, Minhajus Sunnah Juz 1, hal 7, dan hal disebutkan pula oleh : Al-Baghdadi dalam, Al-Farq Bainal Firaq, hal 15-225, Imam Bukhori, Al-Jami’ As-Shohih Juz 8 hal 57, dll.
[3]. Apa dan bagaimana Tauhid Hakimiyah menurut Quthbiyyin (pengekor Quthub) ?? Bagaimana pemahaman yang lurus menurut Al-Qur’an dan hadits serta penjelasan salaf ??. Insya Allah Al-Hujjah akan menerbitkan risalah khusus tentang takfir; kaidah Ahlussunnah dan hukum-hukum yang berkaitan tentangnya
https://almanhaj.or.id/802-siapa-sebenarnya-yang-agen-yahudi.html



Indonesia nampaknya menjadi lahan subur bagi lahir dan berkembangnya berbagai gerakan Islam.



Baik yang hanya sekadar perpanjangan tangan dari gerakan yang sebelumnya telah ada, atau yang dapat dikategorikan sebagai gerakan yang benar-benar baru. Pemain-pemain baru ini, juga secara perlahan tapi pasti juga mulai menanamkan pengaruhnya.


Salah satu gerakan Islam itu mengklaim dirinya dengan nama salafi. Peristiwa fenomenal yang sempat menghebohkan negeri ini adalah keberadaan Laskar Jihad. Laskar perang yang dikomandani Ja’far Umar Thalib ini lahir 6 April 2000, pasca meletusnya konflik SARA di Ambon dan Poso. Sejak itulah gerakan ini semakin kental mewarnai dinamika umat Islam Indonesia.

Sayangnya, seiring menguatnya kelompok ini, penolakan masyarakat akan pandangan dan pendekatan dakwah yang mereka jalankan, juga kian menguat. Kenapa kelompok ini menuai protes? Apa yang sebenarnya mereka ajarkan sehingga menimbulkan resistensi bagi umat Islam lainnya? Untuk menjawab ini, Sabili mengundang Ketua Umum Al-Irsyad Al-Islamiyah dan pengurus lainnya dalam diskusi bersama jajaran redaksi. Berikut petikan diskusi yang berlangsung Selasa (17/11): 

Nama salafi muncul sejak kapan?

Sebenarnya nama salafi diambil dari nama qurun atau satu masa. Jadi sejak zaman Nabi, sahabat, dan tabi’in sudah ada istilah ini. Tapi sebelum tahun 1900, 1800, atau sebelumnya, nama “salafi” dipakai oleh sekolah-sekolah Islam di Indonesia. Saat itu, sekolah yang didirikan Nahdlatul Ulama (NU) dan mereka yang mengklaim sebagai keturunan Nabi (Habib) diberi nama Madrasah Salafiyah. Tujuannya, untuk mencerminkan pada risalah yang dibawa Nabi saw.

Jadi, nama Salafi hanya menjadi nama sekolah atau buku-buku yang ditulis para Imam terdahulu yang sangat menjiwai pemahaman para salafushalih. Saat itu, tidak ada kelompok yang mengklaim diri sebagai salafi. Yang ada kelompok ahli sunnah wal jamaah. Maka, perbedaan yang ada sejak 1800-an, 1900-an adalah perbedaan khilafiyah yang bukan bersifat ushul atau perbedaan pada cabang saja. Perbedaan ini juga tidak menyebabkan saling mengklaim atas kebenaran yang satu dengan yang lain. Sehingga semua komponen umat Islam hidup berdampingan dan bersaudara dalam menjalankan ibadah dan keseharian.

Saat ini berkembang kelompok yang mengklaim sebagai salafi?

Kelompok yang mengklaim bernama salafi muncul sekitar tahun 1986. Jika diperhatikan, kelompok ini mengklaim dirinya sebagai salafi untuk menumpang kebesaran istilah salafi agar seolah-olah dalam pemahaman ad din atau dalam mengamalkan ajaran agama dianggap yang paling benar. Jadi, mereka memakai nama salafi untuk melegitimasi bahwa kelompoknyalah yang paling sesuai dengan Sunnah Rasulullah saw. Sehingga, mereka selalu mengatakan ihya sunnah. Bukannya tidak baik tapi bagaimana kita menghidupkan sunnah Rasulullah saw. Tapi banyak kewajiban yang kita lupakan, misalnya perintah Allah agar kita bersaudara, saling menghormati, memberikan salam. Ini semua perintah Allah untuk menyambung silaturrahim, bukan hanya sunnah.
Sesungguhnya, dulu tidak ada pemahaman salafi, yang ada hanya empat mazhab, Imam bin Hambal, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hanafi. Ada yang mengatakan mazhab kelima yakni Mazhab Syi’ah, tapi ini di luar konteks dari Ahli Sunnah Wal Jamaah. Kelompok dan pemahaman yang mengklaim sebagai salafi ini berkembang setelah mahasiswa yang disekolahkan di Timur Tengah kembali ke Indonesia. Pemahaman mereka sebenarnya beragam. Ada yang murni salafusshalih dengan dakwah yang mauzhah hasanah, santun, tidak menghujat pada sesama Muslim jika ada perbedaan pemahaman. Tapi ada juga yang pemahamannya ekstrim. Sebetulnya, baik Muhammadiyah, NU, al-Irsyad, Persis, dan ormas Islam lain, juga menjiwai pemahaman salafusshalih sejak dulu. Mereka hidup berdampingan dengan yang lain padahal memiliki perbedaan pemahaman dalam masalah fikih yang tidak prinsipil.

Perembesan pertama kali di Indonesia terjadi kapan?

Sejak berdirinya Pesantren Tengaran di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Mereka yang sekolah di luar negeri menjadi pengajar di situ seperti, Jafar Umar Thalib dan Yazid Jawas. Sejak itu, kami melihat, sudah ada indikasi ajaran-ajaran yang membawa kepada hal-hal yang menyimpang dari mabda’ al-Irsyad al-Islamiyah yang moderat, tidak ekstrim, toleran dengan pemahaman yang lain selama masih berada dalam lingkup empat mazhab ahlu sunnah wal jamaah.

Apa ciri-ciri dari kelompok yang mengklaim diri sebagai salafi ini?

Jika diperhatikan, sistem dakwah mereka tidak dengan mau’izhatul hasanah tapi dengan doktrin. Inilah yang akhirnya menghujam, menjadikan anak didik mereka menjadi ekstrim dalam memahami Islam dan tidak bisa menerima perbedaan. Salah satu basis pendidikan mereka berpusat di Yaman dan Arab Saudi dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Intinya, dalam berdakwah mereka tidak memahami fiqhu ad-da’wah yang baik. Akibatnya, gerakan mereka menimbulkan masalah di tengah-tengah kehidupan umat Islam.
Saya pernah berbicara dengan Dr al-Khadirin Abdullah, dosen di Universitas Madinah. Beliau menyampaikan persis seperti yang saya amati ini. Gerakan ini didanai dengan biaya yang tidak kecil untuk mengelola bantuan ke seluruh dunia. Jika gerakan ini masuk ke dalam kelompok atau komunitas Islam, mereka selalu menjadi penyebab perpecahan di tengah-tengah masyarakat Islam itu, karena selalu menumbuhkan kebencian dan permusuhan. Sebabnya hanya masalah khilafiyah seperti, tidak pakai jenggot, isbal, tidak ada dua titik hitam di kening. Orang yang seperti ini dianggap bukan ikhwan mereka. Padahal Nabi saw mengatakan, Allah itu tidak melihat pada penampilan kamu, rupa kamu, tapi Allah melihat pada hati kamu dan amal shalih kamu. Ini yang seharusnya menjadi acuan kita.

Selain itu, mereka juga selalu berkutat di tengah-tengah umat Islam sendiri. Padahal kita memiliki musuh yang sama misalnya, pemurtadan, aliran sesat, gerakan zionis dan lainnya, tapi mereka tidak pernah berbicara soal ini. Karenanya, saya menduga bahwa gerakan ini memiliki kaitan dengan kekuatan di luar Islam untuk mengadu-domba kaum Muslimin. Mengadu domba umat Islam paling mudah memang dengan meniupkan satu sistem di tengah-tengah umat Islam yang seolah-olah kita kembali pada ajaran Islam yang murni, salafushalih. Sehingga akan timbul kesan, selama ini kita tidak murni lagi.

Apakah ini hanya terjadi di Indonesia?

Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Dari kehadiran kami di Muktamar Islam di Libya, saya berbicara dengan utusan negara-negara Afrika seperti, Afrika Selatan, Tanzania, Kenya, Mauritania, Rwanda dan lainnya. Saya bertanya tentang gerakan salafi, mereka menjawab sama seperti yang terjadi di Indonesia. Mereka mengatakan, dulu kami saling bersaudara, saling menghormati, saling membantu, tolong-menolong, ta’awun bil birri wa taqwa dalam kehidupan. Tapi, sejak masuknya pemahaman yang mengklaim dirinya sebagai salafi kami bercerai-berai, kami menjadi tidak bersaudara lagi, kami menjadi tidak saling menghormati lagi.
Berarti ada satu missing link, ada sesuatu dari gerakan ini yang memang akhirnya membuat kita ini porak-poranda. Apakah al-Islam mengajarkan seperti ini? Kan tidak. Islam mengajarkan agar kita saling bersaudara, bagaimana pun ada perbedaan dalam pemahaman tapi kita tetap saling menghormati dan bekerjasama karena kita sebenarnya hanya mengadapi musuh yang satu.

Sepertinya mereka memiliki sumber dana besar sehingga mampu membagikan buku-buku yang berisi pemahaman mereka secara gratis?
Saya ingat pertemuan di PP Muhammadiyah. Pada pertemuan itu ada seorang Pimpinan Cabang NU menceritakan, sebagian jamaah haji asal daerah pimpinan cabang NU itu, saat pulang ke tanah air mendapat buku-buku keislaman. Setelah sampai di tanah air dan dibaca, ternyata buku-buku itu bertentangan dengan pemahaman masyarakat setempat. Sehingga masyarakat pun resah. Akhirnya, kasus ini sampai ke Menteri Agama Maftuh Basyuni. Menteri Agama (waktu itu) pun meminta agar jamaah haji Indonesia tidak diberi buku-buku agama, karena justru akan menimbulkan masalah.

Sumber dana mereka dari mana?

Dr al-Khadirin Abdullah pernah mengatakan pada saya tentang pihak-pihak yang membantu gerakan yang mengklaim dirinya sebagai salafi. Mereka dibantu oleh lajnah-lajnah dan syekh-syekh yang mengelola semacam lembaga zakat untuk memungut dana zakat dari orang-orang kaya di Saudi Arabiyah dan Kuwait. Dari dana-dana inilah, kelompok salafi yang ada di seluruh dunia di danai. Dengan penjelasan ini dan penjelasan pemerintah Arab Saudi, Kerajaan Arab Saudi sama sekali tidak membantu gerakan-gerakan yang mengklaim dirinya sebagai salafi. Tapi anehnya lembaga ini memiliki dana yang sangat besar. Saya katakan, apakah ada indikasi gerakan ini merupakan bagian dari gerakan zionis? Gerakan di luar Islam? Jika iya lantas bentuknya seperti apa?

Ini baru indikasi, saya belum bisa memastikannya. Karena ternyata gerakan ini lebih eksis setelah pecahnya Perang Teluk 1992. Nah, dana ini dari mana kok bisa terkumpul begitu besar? Padahal dulu, dana-dana dari Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya tidak pernah menimbulkan masalah, karena sejak dulu juga sudah disalurkan untuk membantu kondisi kaum Muslimin di beberapa negara. Tapi dulu sistemnya memang tidak sistematis seperti sekarang. Dulu, Arab Saudi dan Kuwait juga membantu Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad al-Islamiyah dan ormas Islam lain, tapi sejak 10 tahun terakhir ormas Al-Irsyad al-Islamiyah ini tidak menerima bantuan lagi. Tapi anehnya bantuannya mengalir pada kelompok yang mengklaim sebagai salafi itu. Jadi, sekarang ini sistemnya seperti sel. Makanya, saya menduga gerakan ini merupakan bagian dari operasi intelijen. 

Jika dana itu dari negara Islam kenapa membuat perpecahan di dalam tubuh umat Islam sendiri?

Inilah yang masih menjadi tanda tanya. Jadi di sini ada satu tranformasi misi yang sebenarnya belum kita ketahui. Karena apa? Karena jika bantuan yang mengalir ke NU, Muhammadiyah, Al Irsyad Al Islamiyah itu murni untuk masjid, pendidikan, dan sekolah. Tapi, bantuan yang mengalir ke kelompok yang mengklaim sebagai salafi, saya menduga tidak sebatas itu, tapi ada tranformasi misi, ide, gagasan, bahkan ideologi. Misi inilah yang sebenarnya dijalankan dengan mengalirnya bantuan-bantuan itu. Ini yang sebenarnya berbahaya, sepertinya kita ini disumbang tapi untuk diacak-acak.

Terorisme sering dikaitkan dengan kelompok salafi ekstrim. Ini sebenarnya bagaimana?
Inilah rancunya, jika kebesaran istilah salafi digunakan sebagai nama gerakan. Sehingga kita tidak tahu persis ajaran apa yang sebenarnya mereka tanamkan pada jamaahnya. Sejauh mana doktrin yang mereka tanamkan. Jika kita perhatikan, sebetulnya mereka merusak istilah kebesaran salafi. Makanya, saya tidak sepaham jika salafi menjadi nama gerakan, karena kebesaran dan keharuman makna kata salafi menjadi tercoreng.

Apalagi, dari pengamatan kami, gerakan mereka terselubung, doktrin yang ditanamkan pada jamaah sangat tertutup dan ekslusif. Jika Anda masuk ke masjid mereka, mereka akan mengamati Anda dengan curiga. Kenapa kita berdakwah harus dengan kecurigaan? Jika kita benar kita harus terbuka, karena kita rahmatan lil alamin. Dalam berdakwah kita harus mengajak umat kepada jalan yang benar bukan pada jalan yang bengkok dan salah.

Mereka masih jauh dalam memahami Islam secara benar, karena mereka selalu berkutat pada hal-hal yang bersifat ubudiyah. Bagaimana cara mereka berinteraksi dengan masyarakat? Jangankan kepada orang di luar Islam, kepada sesama Muslim bahkan orang tua saja tidak menunjukkan akhlakul kharimah (akhlak yang baik), padahal Rasulullah mengatakan innama bu’itstu li utammima makaarimal akhlaq. Jadi, kepada sesama Muslim saja mereka sangat ekstrim, bagaimana mereka berurusan dengan orang yang bukan Islam. Akan lebih ”garang” lagi. Inilah yang bisa menimbulkan terorisme.

Mereka sering menyebut kelompok lain sebagai khawarij dan lainnya, Apa tujuannya?
Itu untuk membenarkan dan mengeksiskan kelompoknya sendiri. Tujuannya, agar mereka bisa memanfaatkan masyarakat menjadi simpati dan percaya dengan pandangan mereka. Sehingga masyarakat pun akan menopang gerakan ini. Ada satu sistem yang saya perhatikan dari mereka, ternyata mereka mendekati individu yang memiliki potensi materi tapi memiliki pemahaman agama yang lemah. Kepada orang ini, dilakukan pendekatan dan silaturahim berkali-kali secara sistematis untuk menopang dakwah mereka.

Tapi di antara mereka juga timbul perpecahan, kenapa?

Perpecahan di kalangan mereka berkenaan dengan latar belakang pendidikan, siapa gurunya, kitab apa yang dibaca, dan dasar pemahaman agama yang mereka miliki. Ini semua memunculkan beberapa kelompok seperti, Salafi Haraki, Salafi Yamani, Salafi Sururi dan lainnya. Ternyata, perbedaan mereka tidak hanya dalam penerapan pemahaman dalam dakwah, tapi juga dalam berebut lahan dan bantuan luar negeri. Ternyata, bantuan luar negeri ini tidak bisa serta merta mereka terima jika orang atau lembaga yang di luar negeri itu juga tidak sepaham dengan mereka. Jadi, masing-masing kelompok akhirnya memiliki jaringan dan link sendiri-sendiri.

Contoh, mereka yang sekolah di Madinah dengan yang di Thosim atau Riyad memiliki stelsel berbeda. Yang sekolah di Madinah, ketika pulang masih bersedia ikut Maulud dan tahlil. Dari pengamatan saya, stelsel antara Madinah dengan Riyadh memang berbeda, kemudian juga tergantung siapa gurunya, apa kitab yang dibanyak dibaca. Sekarang kitab-kitab agama banyak beredar. Jika kita membaca tanpa dipandu guru, kita bisa menyimpang. Jadi, kadang-kadang penjabaran hadits tidak pas dengan yang dimaksud oleh Rasulullah saw, inilah yang kemudian berkembang menjadi pemahaman yang berbeda.

Apa dampak bagi Al-Irsyad Al-Islamiyah atas munculnya gerakan ini?

Al-Irsyad Al-Islamiyah menjadi korban terbesar dari munculnya gerakan ini. Pasalnya, Pertama, secara historis, antara Timur Tengah dengan Al-Irsyad memiliki hubungan lebih mudah. Kedua, Al-Irsyad memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai di seluruh provinsi di Indonesia misalnya, sarana pendidiikan, sekolah, dan masjid. Mereka pun masuk ke dalam hal-hal yang seperti ini. Saya juga sudah bicara pada Pak Dien Syamsuddin dan KH Hasyim Muzadi, ternyata masjid mereka juga kecolongan. Jika mereka sudah masuk, pelan-pelan mereka mengubah dan menguasai masjid. Makanya, terjadilah konflik dengan takmir dan masyarakat sekitar. Di sini, saya melihat, hilangnya faktor keikhlasan dalam berdakwah, karena ada unsur kepentingan yakni kepentingan kelompok (hizbiyah). Karenanya, Al-Irsyad Al-Islamiyah paling terkena dampaknya, karena mereka menyerang ideologis.

Tapi yang tampak di luar sepertinya hanya perebutan aset?

Inilah yang saya katakan sebagai faktor x, ada missing di sini. Tapi jika mereka membentuk organisasi lain tanpa menyebut-nyebut al-Irsyad, kita tidak akan mempermasalahkannya. Persoalannya, mereka mencatut nama al-Irsyad.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?

Saya memandang, gerakan ini bukan bagian dari aliran sesat. Tapi ini pekerjaan rumah kita. Orang mengistilahkan ”anak-anak nakal”. Bagaimana mengantisipasinya? Tempo hari ketika ada pertemuan di PP Muhammadiyah, saya mengusulkan agar seluruh ormas Islam membentuk forum dan kajian untuk mencermati dan mengantisipasi gerakan yang mengklaim dirinya sebagai salafi ini. Kita memang tidak bisa menyerahkan 100% pada pemerintah, tapi kita minta pemerintah memfasilitasinya. Jika MUI bisa mengambil inisitaif akan lebaih baik. Tapi menurut kami akan lebih efektif jika ormas-ormas Islam sendiri yang berinisitif membentuknya.


Masterplan “HYDRA” Memecah Belah Umat Islam

Hail Hydra Obama Putin

Isu penolakan Ustadz tertentu dari kelompok Islam di Samarinda masih hangat dalam ingatan kita. Sejatinya ini adalah masalah klasik “aswaja” versus “wahabi”. Persoalan lalu hanyalah buih dari pertengkaran dan perselisihan sejak lama. Keributan ini tidak dibangun dalam satu hari, di sutu sisi ada dai yang gencar mengangkat isu kontroversial sehingga menimbulkan keretakan umat, disisi lain barat juga telah memetakan keuatan umat Islam dan mempelajari cara untuk menghancurkan kekuatan umat Islam. Hydra yang dimaksud disini adalah RAND Corp.

Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation, keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab Talmud.

Gerakan tersebut memakai sebutan “Komunitas Internasional” mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.

Penulis utama laporan ini, Angel Rabasa, mengatakan bahwa “Amerika Serikat memiliki peran penting untuk bermain di level moderat. Apa yang dibutuhkan pada tahap ini adalah untuk memperoleh pelajaran dari pengalaman Perang Dingin, menentukan penerapan mereka ke kondisi dunia Islam saat ini, dan mengembangkan sebuah “road map” untuk pembangunan Muslim moderat dan jaringan muslim liberal”.

Masih menurut dokumen ini, mereka mendukung muslim moderat dan liberal di Asia Tenggara menggunakan media untuk merespon dengan cepat dan efektif paham radikalisme ke masyarakat, yang menyebabkan dua kubu saling bersebrangan untuk menimbulkan perpecahan. Mereka menciptakan program radio muslim liberal dengan topik “Agama dan Toleransi” yang menjadi acara talk show paling populer di Indonesia. Transkrip dari acara ini sudah diterbitkan di Jawa Pos dan membuat sindikasi di lebih dari 70 surat kabar.

Strategi berikutnya ada dalam dokumen RAND Corp berjudul Civil Democratic Islam, Parters, Resources, And Strategies yang ditulis Cheryl Benard, di dalamnya diungkap secara detil upaya untuk memecah-belah umat Islam.

Dokumen RAND CORPORATION berjudul Civil Democratic Islam – Partners, Resources and Strategies dikarang oleh Cherly Benard. Dapat di akses melalui website RAND Corporation disini http://bit.ly/1wLJDnX

Langkah pertama dari usaha adu domba itu adalah melakukan pengelompokan umat Islam menjadi 4 (empat) berdasarkan kecenderungan dan sikap politik terhadap Barat dan nilai-nilai demokrasi.

Pertama: kelompok fundamentalis, yaitu kelompok yang dinilai menolak nilai-nilai demokrasi dan budaya Barat serta menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem.
Kedua: kelompok tradisionalis, yaitu kelompok yang menginginkan suatu masyarakat yang konservatif.
Ketiga: kelompok modernis, yaitu kelompok yang menginginkan Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka juga ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikan Islam dengan perkembangan zaman.
Keempat: kelompok sekular, yaitu kelompok yang menginginkan Dunia Islam dapat menerima paham sekular dengan cara seperti yang dilakukan negara-negara Barat dimana agama dibatasi pada lingkup pribadi saja.

Langkah berikutnya adalah melakukan politik belah bambu, mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain serta membenturkan antarkelompok.

Pertama: dukung kelompok modernis dengan mengembangkan visi mereka tentang Islam sehingga mengungguli kelompok tradisionalis. Caranya dengan memberikan arena yang luas agar mereka dapat menyebarkan pandangan mereka. Mereka harus dididik dan diangkat ke tengah-tengah publik untuk mewakili wajah Islam kontemporer.
Kedua: dukung kelompok tradisionalis sebatas untuk mengarahkan mereka agar berlawanan dengan kelompok fundamentalis dan untuk mencegah pertalian yang erat di antara mereka; menerbitkan kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstremisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kelompok tradisionalis dan fundamentalis; mendorong kerjasama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis; juga mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme.
Ketiga: dukung kelompok sekularis secara kasus-perkasus dan mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama; mendorong ide bahwa agama dan negara dapat dipisahkan, dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuatnya.
Keempat: musuhi kelompok fundamentalis dengan menunjukkan kelemahan pandangan keislaman mereka; mendorong para wartawan untuk mengekspos isu-isu korupsi, kemunafikan dan tidak bermoralnya kaum fundamentalis, pelaksanaan Islam yang salah dan ketidakmampuan mereka dalam memimpin dan memerintah. Posisikan mereka sebagai pengacau dan pengecut, bukan sebagai pahlawan, serta dorong perpecahan antara kaum fundamentalis.

Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:

Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;

Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban);

Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;

Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam;

Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;

Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:

(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;

(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;

(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;

(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara.

Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:

1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut:
 (a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya;
(b) mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal;
(c) mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah;
(e) memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka dan komunitas mereka;
(f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita;
(g) mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris;
(h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan;
(i) mendorong para wartawan untuk memeriksa isue-isue korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris;
(j) mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.

2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur’an,
Contoh: mengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian “mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.
3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan cara:
 (a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi otoriter;
(b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis;
(c) memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis;
(d) mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis;
(e) mendorong kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis;
(f) jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang kabur;
(g) di wilayah seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu mempertahankan pandangan mereka;
(h) melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda;
(i) memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni – Syiah, Hanafi – Hambali, Wahabi – Sufi, dll;
(j) mendorong kaum tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan;
(k) mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis;
(l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;

4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan:
 (a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi;
(b) mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda;
(c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam;
(d) memberikan mereka suatu platform publik;
(e) menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; (f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” kaum muda Islam yang tidak puas;
(g) memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan;
(h) membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.

Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money – dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.

5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: “semua agama sama”.

Mendirikan berbagai LSM yang bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya.

6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara:
 (a) mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama;
(b) mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri;
(c) mendorong ide bahwa dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat.

7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS.

Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti komunis.

Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja.

AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”.

Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang muslim.

Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu:
 (a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada;
(b) identifikasi jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya;
(c) memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme.

Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID).

Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.

Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah :
 (a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler;
(b) cendikiawan muda muslim yang moderat;
(c) kalangan aktivis komunitas;
(d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender;
(e) penulis dan jurnalis moderat.

Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor:

(a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan segala sistemnya;
(b) dukungan oleh media massa melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya — yang merupakan “medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam;
(c) Advokasi Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.

AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.

Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”, kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.

Terkadang umat Islam tidak sadar menjadi agen Hydra gratisan yang ikut mengompori perpecahan Ahlusunnah dalam Dunia Islam.
Red : Maulana Mustofa

Islam Itu Satu, Jangan Cerai-Berai - Ust Khalid Basalamah




Umat Islam menurut penuturan Rosulullah shollallaahu 'alayhi wa sallam akan mengalami ujian yang berat. Islam akan terpecah menjadi 73 golongan yang mana hanya satu golongan yang Allah jamin masuk surga tanpa hisab. Surga akan dimasuki oleh umat Rosulullah untuk pertama kalinya lalu kemudian umat dari Nabi sebelum Nabi Muhammad. Sebuah kemuliaan yang luar biasa tentunya.

Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk bersatu dan jangan bercerai-berai. Allah mengingatkan "Wa laa tafarroqu" dan perintah Allah ini ditunjukkan oleh Rosulullah yang mampu menyatukan hati para sahabat untuk berjuang menegakkan Islam. Islam mulai pecah menjadi beberapa golongan setelah generasi sahabat mulai berangsur tergantikan oleh generasi berikutnya. Namun kendati demikian, umat generasi setelah sahabat yakni tabi'in dan tabi'ut tabi'in telah Rosulullah jamin sebagai generasi terbaik.

Secara sepintas memang sederhana mengatakan umat harus bersatu dan jangan bercerai-berai. Namun dalam faktanya menyatukan umat memang tidak mudah. Perlu kesadaran dari masing-masing personal bahwa kebenaran yang haq adalah mengikuti Al Quran dan Sunnah. Jika mengikuti jalan selain itu maka hanya akan muncul perbedaan yang besar. Selain itu, sikap saling melengkapi dan tidak saling sikut harus ditunjukkan. Islam itu satu dan jangan sampai saling sikut dan merasa paling benar. Kebenaran hanyalah dengan mengikuti pedoman hidup mulia yaitu Al Quran dan Sunnah.
http://www.ambiguistis.net/2016/07/islam-itu-satu-jangan-cerai-berai.html

Salah Satu Penyebab Perpecahan Umat Islam

Perkara pertama yang membedakan antara generasi al-salaf dan al-Khalaf adalah dalam subyek Tauhid al-Asma’ wa al-Sifat. Perkara ini berkaitan dengan cara memahami ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang memberitakan tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah. Ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang memberitahukan nama-nama dan sifat-sifat Allah digelar sebagai nas-nas al-Sifat. Khusus bagi hadis, ianya mesti memiliki sanad yang shahih dan maksud yang jelas, sebelum dapat diterima sebagai nas al-Sifat.

Salah satu contoh nas al-Sifat berdasarkan firman Allah adalah:

“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua Tangan-Ku.” (Saad 38:75)

Pertama

Ahl al-Sunnah menerima dan menetapkannya sebagai salah satu sifat Allah tanpa bertanya atau memikirkan bagaimana tatacara, ciri-ciri dan bentuk (kaifiat) bagi sifat Tangan tersebut. Kaedah Ahl al-Sunnah dikenali sebagai kaedah al-Tafwidh yang berarti menyerahkan kaifiat sesuatu nas al-Sifat kepada Allah `Azza wa Jalla.

Ahl al-Sunnah terdiri dari generasi al-Salaf yang hidup sebelum tahun 300 Hijrah. Mereka inilah yang asalnya dikenali sebagai Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Sedangkan mereka yang berusaha mengikuti manhaj dan teladan generasi al-Salaf secara terperinci setelah 300 Hijrah disebut sebagai Salafiyyah atau Salafi.

Kedua

Ahl al-Zahir yaitu mereka yang memahami nas-nas al-Sifat secara zahir sehingga dikatakan Tangan Tuhan seperti tangan makhluk. Ini menjadikan Tuhan bertubuh dan memilki anggota badan. Ahl al-Zahir ini terbagi kepada dua bagian:

(a) Ahl al-Bid’ah yang dikenali sebagai al-Musyabbihah dan al-Mujassimah. al-Musyabbihah adalah orang-orang yang melakukan Tasybih yaitu menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya. Sedangkan al-Mujassimah adalah orang-orang yang melakukan Tajsim yaitu menjasmanikan Tuhan seumpama makhluk-Nya. Mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu dan kepakaran, tetapi masih mengikuti bisikan nafsu dan syaitan.

(b) Orang-orang awam yang salah memahami nas-nas al-Sifat. Mereka mencoba mengikuti pemahaman generasi salaf, tetapi tidak memahaminya secara tepat. Kadang kala mereka terpengaruh dengan faham al-Musyabbihah dan al-Mujassimah. Kesalahan mereka dimaafkan kalau itu tidak disengajakan.

Orang awam yang tersilap ini tidak bisa digelas sebagai Ahl Bid’ah. Ahl Bid’ah adalah gelaran yang hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki cukup ilmu namun masih mengikuti nafsu dan bisikan syaitan dalam mencipta hal-hal baru yang mencemari keaslian agama Islam. Mereka melakukan perbuatan tersebut untuk memelihara kedudukan di sisi masyarakat, menjaga status dan tidak mau mengakui apa yang mereka ajarkan selama ini adalah tidak benar.

Ketiga

Ahl al-Takwil yaitu mereka yang mengartikan nas-nas al-Sifat kepada istilah-istilah yang lain. Mereka ini umumnya hidup setelah 300 hijrah dan dikenali sebagai generasi al-Khalaf. Ahl al-Takwil menganggap nas-nas al-Sifat adalah sesuatu yang berbentuk kiasan saja (majaz) semata-mata karena mustahil bagi Allah untuk memiliki nama dan sifat seperti makhluk-makhluk-Nya. Menurut mereka nas-nas al-Sifat hanya sedikit sekali yang betul-betul menerangkan sifat Allah seperti al-Iradah, al-Qudrah, al-`Ilmu, al-Hayah, al-Basyar, al-Sama’ dan al-Kalam. Yang lainnya wajib dialihkan ke sesuatu yang lain untuk menghindari tasybih dan tajsim. Oleh karena itu istilah Tangan dalam ayat di atas, merek alihkan dengan cara menakwil kepada pengertian lain yaitu “kuasa”.

Pembagian kepada Ahl al-Sunnah, Ahl al-Zahir dan Ahl al-Takwil hanyalah pembagian yang berbentuk umum. Sebenarnya ia terbagi kepada malahan puluhan aliran pemahaman. Penyebab terbesar berpecahnya umat Islam adalah dalam subyek Tauhid al-Asma’ wa al-Sifat. Perpecahan ini disebabkan masing-masing aliran telah mendahulukan akal (logika dan teori) atas naqal (dalil-dalil wahyu al-Qur’an dan al-Sunnah yang shahih). Karena akal adalah sesuatu yang relatif, maka lahirlah berbagai macam aliran dengan teori masing-masing.

Sikap mendahulukan akal di atas naqal disebabkan ajaran-ajaran filsafat Yunani yang mulai mendapat tempat di kalangan sebagian orang Islam. Mereka menganggap ia sebagai bentuk ilmu yang bermanfaat sehingga diusahakan untuk diterjemahkan dan disebarkan ajaran-ajaran tersebut.
Sumber: Ringkasan kecil dari buku “Pembongkaran Jenayah Ilmiah” karangan Hafiz Firdaus Abdullah