Umat Islam belakangan semakin
mudah tercerai-berai. Karenanya, konsep Islam Wasathiyah sengaja dihadirkan
sebagai pemersatu umat.
Ketua Umum Al Irsyad Al
Islamiyah, Abdullah Djaidi, mengatakan prihatin atas pemahaman-pemahaman yang
belakangan yang sama sekali tidak berkaitan dengan Islam. Terlebih, pemahaman
yang seakan mengatasnamakan agama itu sebenarnya tidak menyentuh nilai-nilai
agama, terutama Islam, lansir Rol. ( siapa/kelompok mana ?)
Paham tersebut, kata Djaidi,
kadang memang menjadi celah kesalahan sudut pandang bagi umat beragama,
khususnya mereka yang memahami agama secara konstektual saja. Ia menegaskan,
paham ini yang sering mengakibatkan memicu pemahaman yang ekstrim dan non
toleran, terutama dikalangan muda.
Untuk itu, Djaidi meminta setiap
umat Islam dapat memahami lebih dalam isyarat dari ayat-ayat Al Qur’an dan
hadis, sehingga bisa dipahami secara utuh. Melalui konsep Islam Wasathiyah
inilah, ia meyakini umat Islam dapat menyatukan pandang dan toleransi,
sekaligus menghimpun persatuan dan kesatuan.
Konsep Islam Wasathiyah memiliki
manfaat besar bagi umat Islam, baik internal maupun eksternal. Ia menekankan,
secara internal konsep itu diharapkan bisa menjadi pemersatu umat Islam, yang
selama ini kerap jadi korban propaganda.
“Jadi dengan kesamaan pandang,
kita (umat Islam) akan hadapi tantangan bersama dalam kesatuan,” pungkas
Djaidi.
Hanya Satu Jalan Menuju Allah Azza Wa Jalla
Mendahulukan Akidah Sebelum Ukhuwah
Sebagian ‘Aqidah Para Imam Ahli Hadits
Mungkin yang dimaksud KH.
Abdullah Djaidi seperti ini..?
Majalah Mabadi’ edisi 4 tahun 2/2006 yang dikeluarkan oleh PP.Al-Irsyad Al-Islamiyah (terbaru).
Mabadi’
dalam hal.2 mengatakan : “Kami khawatir lembaga Al-Irsyad telah digadaikan pada
kelompok tertentu yang berkedok salafi. Al-Irsyad akan dijadikan kereta barang
untuk memuat aqidah lain yang ongkos angkutnya telah diterima oleh mereka.
Gerakan yang membahayakan Al-Irsyad secara keseluruhan.
Gerakan
yang bekerja ala mafia dengan para sindikatnya yang menjual aqidah Al-Irsyad
untuk memperkaya diri sendiri. Mereka tampil bagaikan Boss-Boss Besar
berkeliling keseluruh cabang membagi-bagi hadiah dan memberi pekerjaan,
seakan-akan uang dari kantong pribadinya. Padahal uang yang dibagi-bagikan itu
dari hasil menjual lembaga Al-Irsyad untuk dijadikan kereta barang yang memuat
misi dan aqidah lain yang berkedok salafi.”
Pak Kyai
berkata : “Namun yang menarik perhatian kini, adanya kecenderungan bahwa
pengertian salaf dibatasi pada faham keislaman yang hanya dititik beratkan pada
pembahasan tauhid asma dan sifat, menolak bid’ah, khurafat dan khilafiah saja.
Seakan-akan umat Islam tak punya masalah lain kecuali permasalahan itu.
Sepertinya belum sah kesalafan seseorang kalau belum berkutat pada isu
tersebut. Sekarang yang banyak terjadi didalam perhatian mereka pada masalah
khilafiah, kurang bertimbang pada dampak negative yang lebih besar, yaitu
dikaburkannya sumuliyatul (keutuhan) Islam sebagai hakekat manhaj (metode
salaf)”.
Pak Kyai
berkata : “Mengapa mereka yang mengaku sebagai salafi yang mengikuti manhaj dan
fikroh Abdul Wahab, namun anti terhadap organisasi (tanzim), juga dalam
pemahaman aqidah secara partial (yaitu sebatas Tauhid Asma, sifat serta
pemberantasan bid’ah dan khurafat saja) sekalipun tidak dinafikan bahwa hal ini
juga sangat penting. Sesungguhnya mereka telah mengambil jarak dari pemahaman
salafi yang sebenarnya.”
Pak Kyai
berkata : “Pemahaman keislaman yang dianut Muhammad bin Abdul Wahhab tersebut,
sama dengan yang dipahami oleh Ibnu Taimiyah dan Hasan Albanna”.
Pak Kyai
berkata : “Tentang kembali ke salaf, Imam Syahid Hassan Albanna berpesan bahwa
metode salaf adalah aula bil ittiba’ (lebih utama diikuti). Kaum salaf kata Albanna,
secara akal lebih cerdas, secara hati lebih luas, secara bahasa lebih paham,
secara jarak lebih dekat dengan Rasulullah. Itulah keutamaan salaf.”
Pak Kyai
berkata : “Kemudian yang menjadi masalah kini, terdapat sekelompok yang
menisbatkan dirinya sebagai satu-satunya pewaris salaf, adapun segala sesuatu
yang berbeda pendapat dengannya berarti bukan lagi tergolong dalam Thaifah
Al-Manshuroh. Dalam kelompok ini juga terdapat orang-orang yang diakui sebagai
ulama-ulama kondang yang menurut fatwa, pendapat dan analisanya, menyimpulkan
selain golongannya adalah aliran bid’ah”.
Pak Kyai
berkata : “Sikap kehidupan dan pergaulan mereka dikenal dengan spesifikasi sbb
: – Mengelompok pada sesama komunitasnya sendiri (uzlah) dengan menganggap
muslim yang lain bukan saudaranya. Sebagai contoh kepada selain kelompoknya
mereka enggan memberi salam atau menyambut salam, bahkan memalingkan muka”.
Pak Kyai
berkata : “Dalam majlis taklim apabila sang penceramah bukan dari kelompoknya
atau tidak berjenggot maka mereka akan meninggalkan majlis tersebut…”
Pak Kyai
berkata : “Semua sikap dan prilaku diatas bukanlah wujud akhlak islami yang
baik, apalagi dengan mengklaim sebagai orang-orang salafi, padahal Rasulullah
saw diutus untuk menyempurnakan akhlak dan rahmah bagi seru sekalian alam.”
Pak Kyai
berkata : “Mereka menghujat, mengecam, dan merendahkan martabat tokoh-tokoh
Ikhwanul Muslimin dan tokoh pergerakan Islam terkemuka seperti Muhammad Abduh,
Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridha, Yusuf Qordhowi, Hasan Albanna, Muhammad
Ghozali dll. Padahal seberapa takaran yang mereka perbuat dibandingkan dengan
jasa tokoh-tokoh Islam seperti tersebut diatas.”
https://abunamira.wordpress.com/2010/11/26/kenapa-alergi-dengan-salafi-bantahan-terhadap-majalah-%E2%80%9Cmabadi%E2%80%99%E2%80%9D-pp-alrsyad-baru/
https://abunamira.wordpress.com/2010/11/26/kenapa-alergi-dengan-salafi-bantahan-terhadap-majalah-%E2%80%9Cmabadi%E2%80%99%E2%80%9D-pp-alrsyad-baru/
Majalah Sabili, pada edisi
no.10 tahun XVII desember 2009/23 Dzulhijjah 1430 Sabili memuat beberapa
artikel yang berisikan celaan dan tuduhan kepada Dakwah Salafiyyah.
Dia
Mengatakan (hal.20) :"Kelompok yang mengkalim bernama salafi muncul
sekitar tahun 1986".
Dia
mengatakan (hal.20) : "Maka, perbedaan yang ada sejak 1800-an, 1900-an
adalah bersifat khilafiyah yang bukan bersifat ushul atau perbedaan pada cabang
saja...".
Pak Kyai
mengatakan (hal.25) : "Yang sekolah di Madinah, ketika pulang masih
bersedia ikut maulid dan tahlil."
Pak Kyai
berkata (hal.20) : "Sehingga mereka selalu mengatakan ihya sunnah.
Bukannya tidak baik, bagaimana kita menghidupkan sunnah Rasulullah . Tetapi
banyak kewajiban yang kita lupakan, misalnya perintah Allah agar bersaudara,
saling menghormati, memberikan salam. Ini semua perintah Allah untuk menyambung
silaturahim, bukan hanya sunnah."
Pak Kyai
mengatakan : "...Sebabnya hanya masalah khilafiyah seperti tidak pakai
jenggot, isbal, tidak ada dua titik hitam di kening. Orang yang seperti ini
dianggap bukan ikhwan mereka. Padahal Nabi mengatakan, Allah tidak melihat pada
penampilan kamu, rupa kamu, tapi Allah melihat pada hati kamu dan amal shalih
kamu. Ini yang seharusnya menjadi acuan kita."
Pak Kyai
berkata (hal.20) : "Sesungguhnya dulu tidak ada pemahaman salafi, yang ada
hanya empat madzhab imam bin Hambal, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Hanafi."
dihal.(51)
pak Kyai mengatakan: "Sepanjang pengamatan saya, kelompok salafi ini
mengadopsi secara utuh madzhab Imam Ahmad bin Hanbal."
Pak Kyai
mengatakan hal.(22): "Karenanya,
saya menduga bahwa gerakan ini memiliki kaitan dengan kekuatan diluar islam
untuk mengadu domba kaum Muslimin." Dan pada hal.(23) dia mengatakan:
"Saya katakan, apakah ada indikasi gerakan ini merupakan bagian dari
gerakan zionis? Gerakan diluar islam? Jika Iya lantas bentuknya seperti apa?
ini baru indikasi, saya belum bisa memastikannya". Dan pada halaman yang
sama dia juga berkata: "Makanya, saya menduga gerakan ini merupakan bagian
dari operasi intelijen."
Pak Kyai
pada hal.(24) berkata: "Apalagi,
dari pengamatan kami, gerakan mereka terselubung, doktrin yang ditanamkan pada
jamaah sangat tertutup dan ekslusif".
Pak Kyai
berkata hal.(24): "Jadi, kepada sesama Muslim saja mereka ekstrim,
bagaimana mereka berurusan dengan orang yang bukan islam. Akan lebih
"garang" lagi. Inilah yang bisa menimbulkan terorisme."
Pak Kyai
berkata hal.(25): "Disini,saya melihat, hilangnya faktor keikhlasan dalam
berdakwah, karena ada unsur kepentingan yakni kepentinga kelompok (hizbiyah).
Karenanya, Al-Irsyad Al-Islamiyah paling terkena dampaknya, karena mereka
menyerang ideologis"
di
hal.(27) berkata: "Tapi ketika Salafi menjadi identitas suatu kelompok,
mereka menebar fitnah, menyerang sesama muslim seputar fiqih". Dan pada
hal.(29) Sabili berkata: "Salafi yang merasa dirinya paling benar, sering
menuduh tanpa bukti, bedusta atas nama para ulama dan sebagainya"
Sabili
mengatakan hal.(30) : "Tak hanya itu, Hasan al-Banna kerap disebut sebagai
pelaku bid'ah yang berakhir di neraka. Sayyid Quthb disebut pembawa ajaran
sesat."
Sabili
mengatakan hal.50 dan 51: "Kelompok Salafi ini juga saling menyesatkan
bahkan tak sungkan saling mengkafirkan satu sama lain.... Bahkan yang paling
ekstrem, mereka tak sungkan berani mengkafirkan sesama muslim dalam soal yang
dinilai umat islam yang lain sebagai hal yang bukan prinsip..."
@1431
Copyright adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah STAI ALI BIN ABI THALIB Surabaya
Sumber:
Abu Shagrath Umar Baladraf
Tanggapan ustadz abdullah
djaidi terhadap tulisan Abdurrahman Thayyib, Lc.
TANGGAPAN AL-USTADZ
ABDULLAH DJAIDI, Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah, terhadap tulisan Abdurrahman
Thayyib, Lc. di
Majalah adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah, terbitan STAI Ali bin Abi Thalib,
Surabaya:
”MARI
MENGEDEPANKAN AKHLAKUL KARIMAH”
URAIAN di
majalah dengan judul cover SALAFI VS SABILI adalah lagu lama. Uraiannya
emosional, coba membela diri dan menutupi pola dakwah mereka yang tidak sesuai
dengan manhaj salafusshalih yang mengedepankan akhlakul karimah dalam
berdakwah, sesuai misi Rasulullah saw. diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan
akhlak.
Uraian
Abdurrahman Thayyib, LC. kurang mencerminkan atau salah menafsirkan. Dituliskan
bahwa kami selalu mengkritisi manhaj-manhaj salafusshalih. Perlu saudara
ketahui, bahwa manhaj salafusshalih adalah baik. Yang tidak baik adalah mereka
yang mengklaim dirinya SALAFI tapi tidak mencontoh akhlak para salafusshalih
dalam berdakwah. Sehingga mereka mudah menghujat dan menyalahkan kelompok lain.
Kondisi
ini dapat membuat gesekan dan hubungan yang tidak menumbuhkan sifat ruhamau
bainahum. Bahkan menjurus saling membenci, bermusuhan yang tidak mustahil
bisa terjadiclash fisik (naudzubillahi
min dzalik), seperti yang sudah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Selama
ini, saudara Abdurrahman Thayyib, Lc. sering sekali menghujat ulama-ulama
besar, seperti Hassan al-Banna, Sayyid Qutb, Yusuf al-Qaradhawi dan Said Hawa.
Apa yang telah antum perbuat untuk umat dan agama kita ini dibandingkan jasa
dan pengorbanan mereka untuk dinul Islam dan umat? Berhentilah dan bertaubatlah
antum pada Allah SWT dari perilaku yang tidak islami ini.
Antum
juga mengatakan bahwa kami berbicara karena tak lagi mendapat jatah atau bagian
zakat dari luar? Rupanya, itulah dunia yang antum kejar, bukan keikhlasan yang
antum tonjolkan. Benar apa yang disinyalir Rasulullah saw. bahwa yang paling
ditakutkan adalah apabila dunia sudah melimpah ruah sehingga kamu saling
berebut, bermusuhan, dan kamu akan hancur sebagaimana umat-umat terdahulu. (HR.
Muslim)
Jadi
uraian kami di Majalah Sabili adalah untuk mengingatkan kita semua agar kembali
pada pola dakwah berdasarkan manhaj salafusshalih. Data di lapangan menyebutkan
bahwa perilaku dakwah sekelompok yang mengklaim diri SALAFI menimbulkan
keresahan.
Kami yang
memiliki seratus lebih cabang Al-Irsyad Al-Islamiyyah di seluruh Indonesia
berkewajiban mengamankan warga kami dari perilaku yang tidak mengedepankan
akhlakul karimah dalam berdakwah. Mengamankan dari tindakan yang sangat
membahayakan bagi keutuhan warga kami pada khususnya dan umat Islam pada
umumnya.
Dikutip dari: Majalah SABILI, edisi No. 14 TH. XVII 4 Februari
2010 / 19 Shafar 1431
Siapa sebenarnya yang agen yahudi ?
Bantahan Tuntas Terhadap Pengakuan Dusta
Seorang AGEN MOSSAD
Oleh
Redaksi Risalah Dakwah Al-Hujjah
“Artinya : Alangkah jeleknya kata-kata
yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak berkata (sesuatu) kecuali dusta”
[Al-Kahfi : 5]
Orang-orang yang menebarkan isu dusta
tentang adanya hubungan Dakwah Salafiyyah dengan zionis Yahudi (MOSSAD)
melandaskan tuduhan mereka pada bukti-bukti dan cara pengambilan dalil yang
keji, sekaligus konyol dan menggelikan. Dalam hal ini, dua bentuk dagelan telah
dipertontonkan secara vulgar tanpa malu :
Pertama : Adalah “Suara Hidayatullah”,
sebuah media masa yang cukup kesohor di tanah air. Dalam pemberitaannya [edisi
01/XVI/Rabiul Awwal 1424 hal. 78-79 ”Pengakuan AGEN MOSSAD”] telah memuat
nukilan-nukilan sampah yang berisi fitnah bathil tentang adanya hubungan Dakwah
Salafiyyah dengan Zionis Yahudi (MOSSAD). -na’udzubillah-
Kedua : Seorang pentolan Jama’ah Tabligh
bernama “Amir Sunni” -yang lebih pantas disebut “Amir Bid’i”- juga telah
menebarkan isu serupa di sebuah situs internet [file-nya ada pada kami-red].
Amir Bid’i yang telah lama berkecimpung dalam dunia khuruj (ala Jama’atut Tabligh),
mimpi dan bualan-bualan antik kaum shufi, telah berkata dalam tulisannya yang
ditujukan kepada kami : “ ….YAHUDI senang dengan Gerakan kalian. Sebab banyak
mulut sedikit amalan. Ada juga yang NATO –Non Action Talking Only- dan saya
juga mendengar bahwa kalian… Wahai saudaraku yang Salafy….. adalah antek-antek
Yahudi….”.
Inilah dua bentuk dagelan yang kami
maksudkan. Dan sejenak lagi Anda akan simak bagaimana kami menelanjangi
pemeran-pemeran utama dalam aksi dagelan ini, sehingga kebenaran terungkap.
Tidak lain hal ini kami lakukan untuk menutup pintu-pintu fitnah, berusaha
semaksimal mungkin menetralisir keadaan sehingga bara fitnah ini tidak berkobar
menjadi api yang membumbung diantara sesama Muslim, sekaligus sebagai nasihat
bagi “Suara Hidayatullah” dan orang-orang yang ikut andil dalam menyebar fitnah
ini.
Sebelum masuk pada inti bantahan; kami
ingin merunut kronologi fitnah ini. Pertama, sang Agen menebarkan benih fitnah
dan kedustaan. Kedua, pengakuan sang Agen Yahudi dimuat oleh Suara Hidayatullah
(tanpa mencari kebenaran). Yang ketiga, Jama’ah Tabligh, hizbiyyin –fanatikus
golongan- dll, menyambut gembira pemberitaan tersebut. Tiba-tiba mereka
tergopoh-gopoh mengcopy, menyebarkannya, menempelnya di papan-papan kampus;
bahkan seorang aktivis Jama’ah Tabligh (JT) dengan bangga mengirimkannya kepada
kami.
“Artinya : Dan siapa diantara mereka yang
mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya
adzab yang besar.” [An-Nuur : 11].
Maka jangan terkejut jika kami akan membagi-bagikan
bantahan kepada mereka yang telah memberi sumbangsih bagi menyebarnya fitnah
dusta yang sangat mengerikan ini.
[A]. Suara Salafiyyin Buat “Suara
Hidayatullah”
Majalah “Suara Hidayatullah” dalam tajuk yang telah kami sebutkan, menukil
hasil wawancara yang dilakukan oleh harian Al-Hayat, London dan televisi LBC,
Beirut yang kemudian hasil wawancara tersebut diterbitkan oleh Tabloid an-Nas
no. 127. Tabloid al-Basya’ir edisi akhir Shafar 1424 atau awal April 2003 yang
terbit di Sana’a, Yaman; kembali menurunkan wawancara tersebut yang selanjutnya
dimuat oleh “Suara Hidayatullah dengan judul : Pengakuan Seorang Agen MOSSAD”,
dimana Agen biadab yang punya saham atas meninggalnya banyak muslim di
Palestina tersebut mengaku bahwa Dakwah Salafiyyah diperalat oleh Yahudi -ya
Allah hancurkanlah kedustaan ini-.
Berikut adalah bantahan kami terhadapnya
yang kami susun dalam beberapa sub-judul :
[B]. Metode Pengambilan Dalil Yang Rusak
Harian Al-Hayat, Al-Basya’ir dan termasuk Suara Hidayatullah, mengambil berita
dari seorang pengkhianat Agama yang fasiq lagi pendosa. Dia adalah seorang
Palestin yang sudi bergabung dengan Zionis MOSSAD untuk menyembelih saudara
sendiri demi wanita dan uang. Simaklah pengakuannya [Paragraf 7. hal. 78] : “Di
sana mereka (MOSSAD-red) menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka
memberi saya seluruh sarana kenikmatan. Tetapi mereka merekam saya ketika saya
berada dalam kondisi memalukan dengan seorang wanita, hal ini sebagai salah
satu cara mereka memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari.”
Bantahan.
Pengakuannya yang seolah-olah tanpa dosa, menunjukkan kehidupan Agen biadab
tersebut selalu ditemani oleh lumpur kemaksiatan. Akan tetapi Suara
Hidayatullah (entah karena kebodohan atau dengan sengaja ingin meniup bara-bara
kebencian diantara kaum muslimin) menukil lalu menyemprotkannya kepada khalayak
tanpa tabayyun (mencari kejelasan) terlebih dahulu terhadap
kebenaran pengakuan seorang pendosa yang kelewat fasiq itu. Padahal Allah
mengecam sikap seperti ini dalam firman-Nya.
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al-Hujurat
: 6]
Ketahuilah bahwa seorang yang fasiq
apalagi pengkhianat agama tidak diterima kesaksiannya. [Lihat penjelasan
tentang hal ini dalam Kitabul Majmu’ Syarhul Muhadzdzab oleh Imam Nawawi 23/16
“Kitabu asy-Syahadah” cet. Beirut Libanon 1422 H / 2001].
Imam Muslim dalam muqaddimah shahihnya
mengatakan setelah membawakan ayat tersebut : “Ayat ini menunjukkan bahwa
berita seorang yang fasiq, gugur tidak diterima” [Kitab Shahih Muslim,
Muqaddimah : I/23 cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].
Rasulullah bersabda : “Cukuplah seseorang
dikatakan berdusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar (tanpa
mencari kejelasan).” [Shahih Muslim I/24, cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].
Sikap Suara Hidayatullah yang melansir
berita tanpa mencari kejelasan terlebih dahulu, merupakan gambaran sikap para
pendusta sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadits tersebut. Hal ini tentu
tidak lebih baik ketimbang tabloid-tabloid seronok yang memuat gosip, dan
menebar racun ditengah-tengah kaum muslimin untuk meraup keuntungan. Sebaiknya
Suara Hidayatulah mengganti judul pemberitaannya dengan kalimat berikut ini :
“Asalkan menyudutkan Salafy, berita dari Agen MOSSAD..kenapa tidak !!”.
Tidakkah kalian curiga terhadap agen ini,
bukankah ia hasil binaan Yahudi ??, apakah kalian tidak curiga dalam kepalanya
masih tersisa virus-virus pemikiran Yahudi ??, apakah kalian tidak mengira
bahwa Yahudi jauh sebelumnya, telah mempersiapkan agen berkebangsaan Palistina
ini sebagai bom terakhir jika tertangkap ??, bom yang akan meledak (tanpa kita
sadari) jika ditanya ??, kenapa kalian bisa tertipu ??, bukankah kalian orang
yang lebih mengerti tentang politik dan fiqhul waqi’??.
Alangkah mudahnya “Suara Hidayatullah”
mengutip berita tanpa merasa curiga sama sekali terhadap wawancara dan hasilnya
tersebut, yang dimuat oleh harian Al-Hayat ; dimana harian tersebut tumbuh di
kampung halaman zionis (Inggris-London), negara musuh Islam, negara pelopor dan
pendukung berdirinya “Israel Raya”, negara yang punya andil dalam pembantaian
kaum muslimin dan ulama’-ulama’ Islam dari zaman Bani Umayyah di Andalus,
negara pelopor perang salib, negara penghancur Daulah Utsmaniyyah di Turki,
negara penjajah negeri-negeri Islam, negara yang selalu memata-matai kaum
muslimin, negara yang selalu membuka kancah “gozwul fikri” (perang pemikiran)
di tengah-tengah kaum muslimin dan yang belum hilang bayangannya dari pelupuk
mata, negara ini telah merebut Afghanistan dan Iraq dari pangkuan Islam,
membantai kaum muslimin di rumah-rumah mereka sendiri dan merebut harta
kekayaan mereka.
Kalau seandainya harian ini (Al-Hayat)
harian yang bernafaskan Islam, maka Rasulullah telah berlepas diri dari mereka
:
“Aku berlepas diri dari seorang muslim
yang tinggal bersama dengan orang-orang Musyrik -kafir- “ [Hadits Sohih Riwayat
Abu Dawud, kitabul jihad, bab larangan membunuh orang yang menyelamatkan diri
dengan bersujud. Dan At-Tirmidzi, kitabus siar, bab makruhnya tinggal di antara
orang-orang
musyrik]
Kenapa ???, karena mereka rawan termakan
syubhat dan propaganda orang-orang kafir, Jika seandainya badai “gozwul fikri”
(perang pemikiran), di negeri kaum muslimin begitu dahsyatnya, sampai -sampai
serangan pemikiran mereka (barat) meracuni dan membinasakan sebagian besar kaum
muslimin, dan media-media masa kaum muslimin, maka bayangkanlah jika hal ini
berlangsung disarang orang-orang kafir, bayangkan jika seseorang berada di
pusat badai “ghozul fikri” katakan demi Rabbmu apakah mereka akan selamat ??
Wallahi.., sungguh pendalilan kalian
dengan ucapan Agen fasiq lagi pengkhianat, merupakan pendalilan yang sangat
rapuh dari segala sisi !!, lebih rapuh dari rumah laba-laba :
“Artinya : Dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui” [Al-’Ankabut : 41]
Sungguh mengherankan ; kami suguhkan
kepada kalian (hizbiyyin) ; mutiara-mutiara petunjuk dari ayat-ayat Allah,
hadits-hadits Rasul-Nya, penjelasan ulama-ulama salaf yang zuhud dan wara’,
dengan hati yang tulus, ikhlas karena Allah semata, dan mengharap kebaikan bagi
kalian;
“Artinya : Akan tetapi kalian tidak menyukai
orang-orang yang memberi nasihat” [Al-A’raaf : 79]
Maka tiba-tiba kalian geram dan berpaling,
namun tatkala muncul satu fitnah dari seorang pengkhianat fasiq yang
menyudutkan da’wah Salafiyyah, kalian terburu-buru untuk senyum dan tidak malu
untuk berstatus “aktivis dan da’I biang gosip”. Sebenarnya kalian pilih yang
mana..? Al-Qur’an dan Hadits ataukah kata si fulan,..kata si fulan..? yang
notebene fasiq dan mengkhianati Islam itu ?.
“Artinya : Maukah kamu mengambil sesuatu
yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ?” [Al-Baqarah : 61].
[C]. Buku-Buku Salafy Biaya Yahudi ???
Dalam pengakuan Agen tersebut, (secara tidak langsung) memberikan opini kepada
kaum muslimin bahwa pencetakan dan penyebaran buku-buku Salafy bersumber dari
biaya Yahudi dan konco-konconya; yang dieksploitir untuk menyerang aktivis
dakwah lainnya terutama Syi’ah. [Paragraf 13 hal. 79]
Bantahan :
Sungguh kami masih ragu apakah Agen yang diwawancarai tersebut telah bertaubat
sepenuh hati, -kami berharap dia benar-benar bertaubat-, karena tidak ada
ungkapan yang jelas dari lisannya bahwa ia telah insaf. Yang ada hanyalah
ungkapannya : “…Apa gunanya penyesalan…” [Paragraf 22.hal.79]. Seolah-olah agen
fasiq ini putus asa dari rahmat Allah,
“Artinya : Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” [Yusuf : 87]
Memang dia mengungkapkan kesedihannya
tentang pembantaian muslimin oleh Yahudi yang bermula dari aksi spionase
(mata-mata)nya, namun sungguh sangat aneh, dari mulutnya justru keluar
kalimat-kalimat propaganda MOSSAD; berupa fitnah taqrib (penyatuan sunni dan
syi’ah) dan fitnah takfir (pengkafiran) yang diopinikan sebagai hasil perbuatan
fanatikus sunnah (Salafy-red).
Kami justru masih diselimuti dugaan yang
kuat bahwa sang agen adalah seorang pendukung Syi’ah yang berusaha membela
Syi’ah dengan memfitnah dan memecah belah sunni, atau ia tidak mengerti
perbedaan prinsip dasar antara Agama Islam dan Agama Syi’ah, atau ia masih
menjalankan tugas spionasenya dari MOSSAD untuk semakin menambah keruh suasana,
sekalipun telah tertangkap. Hal ini terlihat dari ungkapannya diatas yang
menuduh buku-buku Salafy disokong oleh Yahudi.
Bagaimana mungkin Yahudi berada dibalik
pencetakan dan penyebaran buku-buku Salafy, sementara kebanyakan buku-buku
Salafy melaknat Yahudi, mencela sifat-sifat mereka, dan menjanjikan kehancuran
bagi mereka di akhir zaman nanti. Jangankan berlindung di bawah payung Yahudi,
bahkan buku-buku Salaf dengan membawa hadits-hadits shahih, menjatuhkan vonis
“haram” dalam mengikuti gaya hidup Yahudi-Nashrani dalam ritual dan muamalah
yang sudah menjadi ciri khas mereka. Seperti misalnya “Iqtidho’ Shirothol
Mustaqiim” yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan ribuan buku
salaf lainnya yang membahas Al-Wala’ wal Baro’ .
Dan bagaimana mungkin buku-buku salaf yang
menyerang Syi’ah dibiayai oleh MOSSAD, sementara ulama salaf telah menulis
bantahan terhadap Syi’ah sejak awal mula munculnya Syi’ah. Diantara mereka
adalah Imam madzhab yang empat terutama Imam Ahmad dan Imam Syafi’i melalui murid-muridnya
pada awal abad ke-3H, Al-Imam Abu Hasan Al-Asy’ary (Maqolatul Islamiyyin, dan
Al-Ibanah), Ibnu Taimiyah melalui kitabnya Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah fi
Naqdhi Kalamisy Syi’ah wal Qodariyyah, Ibnu Hajar Al-Asqalany melalui kitabnya
At-Tahdzib (2/49), Ibnu Qayyim dan Adz-Dzahabi (hampir disetiap bukunya
menyindir, dan membantah mereka) pada abad ke-7H, dan puluhan imam salaf
lainnya (dalam buku-buku aqidah mereka). Lalu, apakah MOSSAD telah lahir dan
telah menjalankan aksinya pada kurun waktu tersebut ??.
Dan sang agen sendiri tidak membawa bukti
dan data-data yang akurat (hitam diatas putih), hanya bualan berbau busuk yang
dengan senang hati ditelan mentah-mentah oleh orang-orang yang kelewat bodoh,
pandir, yang tidak kritis, tidak obyektif, tidak punya prinsip yang pasti dalam
mengambil dalil dan hujjah, yang dadanya telah sempit oleh dengki, iri, dan
hasad, yang senang menebar fitnah, yang benci da’wah tauhid, yang benci
kembalinya ummat ini kepada kejayaan diatas Al-Qur’an dan As-Sunnah yang suci,
yang hatinya penuh dengan noda-noda hitam yang menutupi mereka dari
nasehat-nasehat, ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Rasul-Nya.
Dakwaan belaka tanpa mendatangkan bukti
yang kokoh, ibarat engkau mengayunkan pedang tumpul. Hanya bisa menimbulkan
kepanikan dan kerisauan namun tak mampu unjuk gigi. Ibarat srigala tua yang
ompong, hanya bisa melolong. Sungguh dia telah berdusta terhadap dakwah para
Nabi, dan cukuplah itu dikatakan sebagai bentuk kedustaan atas nama Allah :
“Artinya : Maka siapakah yang lebih zhalim
daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah ?”. [Az-Zumar : 32].
Dari sini jelas bahwa Agen fasiq tersebut
menginginkan berkobarnya api fitnah dan peperangan di dalam tubuh Islam,
sebagaimana yang dikehendaki “sang Tuan” (MOSSAD), dengan cara menciptakan
opini, menyemai prasangka buruk dihati-hati kaum muslimin, sehingga menumbuhkan
perselisihan dan pertumpahan darah dikalangan sunni sendiri, dan ujung-ujungnya
mematikan dan menjauhkan kaum muslimin dari dakwah tauhid dan usaha mengembalikan
ummat kepada sunnah yang suci, yang sangat diperjuangkan oleh Da’wah Salafyyah,
yang merupakan pondasi dasar bagi berdirinya daulah Islamiyyah yang kokoh.
“Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh,
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah dirdhoi-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku, dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” [An-Nuur : 55]
Rasulullah bersabda : “Telah kutinggalkan
bagi kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya
kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam” [Al-Muwatho’, Imam Malik 2/299, tahqiq
Muhammad Fuad Abdul Baqi,
cetakan Beirut Libanon]
[D]. Justru Syi’ah, Agen Yahudi Nomor
Wahid!
Sang Agen juga mengatakan bahwa buku-buku salaf dibiayai oleh MOSSAD untuk
menimbulkan pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara Syi’ah
dan Sunnah [Paragraf 14 hal. 79]. Lebih lanjut “Sang Agen” menuturkan : ”
(agar) hati mereka (kaum muslimin) penuh dengan kebencian terhadap saudara
muslim baik Sunnah maupun Syi’ah.” [Paragraf 16 hal. 79].
Bantahan :
Jawaban kami dalam masalah ini akan memakan halaman yang panjang. “Maka
simaklah ..!!” Kami berharap ada diantara kalian yang sudi membuka jendela hati
untuk menerima hujjah. Karena jika tidak, maka ketahuilah bahwa :
“Artinya : Sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” [Al-Hajj : 46].
Ada satu hal yang mesti dikritisi dari
ucapan “Sang Agen” , perkataan itu memberikan kesan kepada kaum muslimin bahwa
Syi’ah adalah bagian dari Islam, dan seorang muslim bersaudara dengan orang
Syi’ah.
Maka kami katakan : Demi Dzat yang
menguasai hari pembalasan, Syi’ah Rafidhah yang banyak tersebar di zaman ini (sebagian
besar Syi’ah pada zaman ini adalah Rofidhoh) telah dikafirkan oleh ribuan ulama
Ahlus Sunnah wal Jama’ah sejak dulu sampai saat ini. Allah sendiri telah
mengakfirkan mereka melalui firman-Nya :
“Artinya : Muhammad itu adalah utusan
Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia (para Sahabat-red) adalah keras
terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka
ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mu’min)” [Al-Fath : 29].
Berdalil dengan ayat ini, Imam Malik
menegaskan tentang kafirnya kaum Syi’ah Rafidhah, karena mereka begitu jengkel
dan benci terhadap sebagian besar Sahabat, bahkan mereka mengkafirkannya.
[Lihat Tafsir Ibnu Katsir 7 : 3259 cet. Daar Ibn Hazm].
Seorang pentolan Syi’ah telah mengukir
“puisi-puisi kebencian dan cacian” terhadap Umar bin Khattab dalam bukunya yang
diberi judul : “’Iqdud Durar fi Syarhi Baqri Bathni ‘Umar” (Rangkaian Mutiara
dalam penjelasan kasus robeknya Perut Umar). Dan lihat pula Kitab Tuhfat ‘Awam
Maqbul yang di dalamnya terdapat do’a la’nat bagi 2 berhala Quraisy (Abu Bakr
dan Umar), buku ini telah direkomendasikan oleh Al-Khumaini. Sebuah ungkapan
yang hanya muncul dari mulut-mulut berlidah iblis.
Bahkan Abu Hafs Ibn Syahin (wafat
385H/995M) mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib membakar sejumlah orang ekstrim
Syi’ah dan mengasingkan sebagian besar mereka. Diantara yang diasingkan
tersebut terdapat Abdullah bin Saba’ [1]. Mereka lebih na’jis dan lebih
berbahaya ketimbang Yahudi, karena mereka adalah produk Yahudi yang dikemas
dengan pakaian Islam, merupakan virus ganas yang disemprotkan Yahudi untuk
menghacurkan Islam. Kami tidak ragu untuk mengatakan : “Syi’ah adalah Yahudi
plus”.
[E]. Sekilas Tentang Syi’ah..
Asal tahu saja, bahwa sang deklarator Agama Syi’ah adalah Abdullah bin Saba’,
seorang gembong Yahudi yang berpura-pura masuk Islam di zaman kekhalifahan
Utsman. Dengan kedok kecintaan terhadap Ali, ia mulai menebarkan jentik-jentik
kesesatan di tengah kaum muslimin waktu itu. Keberadaan Abdullah bin Saba’
sebagai seorang Yahudi, diakui sendiri oleh petinggi-petinggi Syi’ah dalam
buku-buku mereka seperti “Firaq Asy-Syi’ah” [hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah,
Najef 1379 H], begitu pula dalam kitab mereka yang tersohor “Rijal Al-Kasysyi”
[hal. 101. Mu’assasah Al-A’lami. Karbala Iraq].
Syi’ah dan Yahudi adalah “dua sejoli” yang
sangat lengket dan mesra. Berikut adalah beberapa kemiripan diantara mereka
berdua :
[1]. Yahudi telah mengubah-ubah Taurat,
begitu pula Syi’ah, mereka mempunyai Al-Qur’an hasil kerajinan tangan mereka
sendiri yakni “Mushaf Fathimah” yang tebalnya 3 kali Al-Qur’an kaum Muslimin.
Mereka menganggap ayat Al-Qur’an yang diturunkan berjumlah 17.000 ayat, dan
menuduh Sahabat menghapus sepuluh ribu lebih ayat
[2]. Yahudi menuduh Maryam yang suci berzina [Maryam : 28], Syi’ah melakukan
hal yang sama terhadap istri Rasulullah Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu
‘anha sebagaimana yang diungkapkan Al-Qummi (pembesar Syi’ah) dalam “Tafsir
Al-Qummi (II/34)”
[3]. Yahudi mengatakan, “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka melainkan
hanya beberapa hari saja”. [Al-Baqarah : 80] Syi’ah lebih dahsyat lagi dengan
mengatakan, “Api neraka telah diharamkan membakar setiap orang Syi’ah”
sebagaimana tercantum dalam kitab mereka yang dianggap suci “Fashl Khithab
(hal.157)”
[4]. Yahudi meyakini bahwa, Allah mengetahui sesuatu setelah sebelumnya tidak
tahu, begitu juga dengan Syi’ah
[5]. Yahudi berkeyakinan bahwa ucapan “amin” dalam shalat adalah membatalkan
shalat. Syi’ah juga beri’tiqod yang sama.
[6]. Yahudi berkata, “Allah mewajibkan kita lima puluh shalat” Begitu pula
dengan Syi’ah.
[7]. Yahudi keluar dari shalat tanpa salam, cukup dengan mengangkat tangan dan
memukulkan pada lutut. Syi’ah juga mengamalkan hal yang sama.
[8]. Yahudi miring sedikit dari kiblat, begitu pula dengan Syi’ah.
[9]. Yahudi tidak menetapkan adanya jihad hingga Allah mengutus Dajjal.Syi’ah Rafidhah
mengatakan, ”Tidak ada jihad hingga Allah mengutus Imam ghaib Syi’ah yang
ditunggu-tunggu”
[10]. Yahudi menghalalkan darah setiap muslim. Demikian pula Syi’ah, mereka
menghalalkan darah Ahlussunnah.
[Lihat kitab Badzl Al-majhud fi Itsbat
musyabahah Ar-Rafidhah lil Yahud, oleh Abdullah Al-Jumaily].
Ahmad bin Yunus (wafat 227 H), salah
seorang tokoh ulama Ahlus Sunnah di kufah telah berkata : “Seandainya ; seorang
Yahudi menyembelih seekor binatang, dan seorang Rafidhi (Syi’ah) menyembelih
seekor binatang, niscaya aku hanya memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak
mau memakan sembelihan si Rafidhi karena dia telah murtad dari Islam (namun
masih mengaku Islam-red).” [Ash-Sharimul Maslul, hal. 570].
Imam Bukhari berkata : ”Bagiku sama saja,
apakah aku sholat dibelakang orang yang berfaham jahmiyyah atau Syi’ah
Rafidhah, atau aku sholat dibelakang orang Yahudi atau Nashrani. Dan seorang
muslim tidak boleh memberi salam kepada mereka, menjenguk mereka ketika sakit,
kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi, dan memakan sembelihan
mereka.” [Khalqu Af’alil ‘Ibad hal:125, karya Imam Bukhari].
Ada sebuah tanda tanya besar yang sangat
menggelitik; “Mengapa Agen tersebut “terburu-buru” membeberkan
propaganda-propaganda MOSSAD, sementara di satu sisi dia mengangkat opini bahwa
Syi’ah adalah saudara bagi umat Islam ?? Dan bersamaan dengan itu dia mengecam
dakwah Salafiyyah yang membongkar “permainan mata” antara Yahudi dan Syi’ah
??”. Ini tidak lain dia lakukan untuk menutupi kedok Syi’ah sehingga artileri
ganas Yahudi tersebut tetap eksis. Hal inilah yang tidak disadari oleh Suara
Hidayatullah.
Telah jelas betapa berbahanya
slogan-slogan yang menyerukan taqrib, dan kami harapkan hizbiyyin tidak akan
terkejut jika kami akan menampilkan “tokoh-tokoh”, yang mereka masuk dalam
jajaran inspirator taqrib (pendekatan) antara Sunnah dan Syi’ah. Salim
Al-Bahnasawi (penasehat Al-Ikhwan) dalam kitabnya As-Sunnah Al-Muftaro ‘Alaiha
hal. 57 berkata : “Semenjak berdirinya forum pendekatan antara madzhab Islam
yang memiliki andil di dalamnya “Imam” Al-Banna, dan “Imam Al-Kummi (tokoh
Syi’ah -red), dan kerja sama terjadi antara Ikhwanul Muslimin dan Syi’ah, yang
menghasilkan kunjungan Imam Nawwab Shofawi (tokoh Syi’ah -red) tahun 1954 ke
Kairo”.
Lagi-lagi kasus taqrib ini diangkat ke
permukaan oleh Umar Tilmisani (mursyid ke-3 Al-Ikhwan) melalui penjelasannya
tentang usaha pendekatan Sunnah dan Syi’ah yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna
dalam kitabnya “Al-Mulham Al-Mauhub Hasan Al-Banna hal. 78”
Wahai Muslimin ! Jika telah jelas bagi
kita bahwa Syi’ah berasal dari Yahudi dan menjalankan misi Yahudi untuk menikam
Islam dari dalam, maka tindakan Suara Hidayatullah dan orang-orang yang menanam
investasi dalam penyebaran fitnah dusta pemberitaan tersebut, memutlakkan
beberapa
konsekuensi yang sangat buruk sebagai berikut :
[1]. Sadar atau tidak sadar, pemberitaan
“Suara Hidayatullah” telah membantu merusak Islam dari dalam, karena membiarkan
berkembangnya opini bahwa Syi’ah yang notabene merupakan kloning Yahudi adalah
saudara kita. Padahal mereka adalah musuh-musuh Islam. Allah berfirman :
“Artinya : Dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” [Al-Maidah : 2].
[2]. Sadar atau tidak sadar, pemberitaan
“Suara Hidayatullah” telah melemahkan kekuatan kaum Muslimin di hadapan Yahudi
karena telah menjembatani taqrib, sebuah usaha untuk mengkompromikan Sunnah dan
Syi’ah. Jika ini terwujud, maka mau tidak mau umat Islam harus toleran terhadap
Syi’ah yang menganggap tidak ada Jihad selama Imam “khayal” mereka belum diutus.
Terhapusnya kalimat-kalimat jihad dari kamus Islam merupakan impian Yahudi
sepanjang zaman. Dan “Suara Hidayatullah” tanpa disadari telah membantu untuk
mengikis kalimat-kalimat itu sedikit demi sedikit dari kamus Islam.
-na’udzubillah-.
[3]. Pemberitaan “Suara Hidayatullah”
berdampak buruk bagi kelangsungan jiwa Ahlus Sunnah dan umat Islam secara umum.
Karena telah diketahui bersama bahwa Syi’ah menghalalkan darah Ahlus Sunnah dan
mengkafirkannya sebagaimana Yahudi menghalalkan darah kaum Muslimin.
[4]. Pemberitaan “Suara Hidayatullah”,
telah menanam prasangka buruk orang-orang awam dan dapat mengakibatkan
menjauhnya ummat dari dakwah Salafiyyah yaitu dakwah yang mengajak kepada
persatuan Islam dibawah naungan Tauhid, Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut apa
yang dipahami oleh para sahabat, dan hal ini telah menjadi kenyataan ketika
sebagian masyarakat awam menolak buku-buku tauhid yang dibagikan secara gratis.
[5]. Dengan pemberitaan tersebut, maka
akan semakin mengaburkan jurang perbedaan antara Sunnah dan Syi’ah, dan ini
sangatlah berbahaya. Sebab, kaum muslimin akan digiring kepada sebuah pemahaman
bahwa Syi’ah bersama atribut aqidah dan ritual mereka yang busuk merupakan
bagian dari Islam. Yang berarti aqidah Sunnah dan aqidah Syi’ah sama saja, mau
pilih Sunnah atau Syi’ah boleh-boleh saja. Padahal Allah berfirman :
“Artinya : Maka apakah patut Kami
menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang
kafir)?” [Al-Qalam : 35]
[6]. Sadar atau tidak sadar “Suara
Hidayatullah” telah menyebarkan fitnah dan kedustaan. Media massa yang seperti
ini tidak bisa dijadikan sumber ilmu dalam memahami Islam, sebagaimana
perkataan Imam Muhammad Ibnu Sirin yang dilansir oleh Imam Muslim dalam
muqodimmah kitab shohihnya :
“Sesungguhnya ilmu (Syar’i) ini adalah
agama, maka hendaklah kalian melihat (berhati-hati), dari siapa kalian
mengambil agama kalian” [MuqoddimahShohih Muslim,hal 28, cet. Daar Ibn Hazm]
Maka kami nasehatkan kepada kaum muslimin
untuk berhati-hati dari bahaya pemberitaan yang dibawa oleh “Suara
Hidayatullah”.
Kami tidak akan mencabut pernyataan kami
ini kecuali “Suara Hidayatullah” mau mengklarisifikasi pemberitaan-pemberitaan
yang memojokkan da’wah Salafiyyah, dan mau kembali kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah, sesuai dengan pemahaman sahabat Rasulullah.
[F]. Siapa Sebenarnya “TAKFIR MANIA” itu
??
Masih dalam pemberitaannya, Suara Hidayatullah menukil hasil wawancara dengan
sang Agen : “Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini adalah
menimbulkan fitnah dan kebencian serta saling mengkafirkan (takfir -red) antar
pihak dan menyibukkan mereka dengan pertarungan sampingan sesama mereka…”
[Paragraf 16, hal. 79].
Bantahan :
Jika yang dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah buku-buku salaf -dan
tampaknya itu yang diinginkan sang Agen dan orang-orang yang mengcopy
pemberitaan ini-; maka ini adalah fitnah klasik yang coba dibangkitkan kembali
gaungnya untuk memojokkan da’wah Salafiyyah.
Baiklah….!! Akan kami perjelas duduk
perkara yang sesungguhnya. Akan tetapi kami memberikan kesempatan kepada
pembaca untuk menghirup nafas sedalam-dalamnya, karena akan muncul banyak
“kejutan” dalam jawaban kami terhadap tuduhan dusta tersebut. Sekaligus sebagai
“hidangan penutup” bagi Suara Hidayatullah dan hizbiyyin (fanatikus golongan)
atas sumbangsih mereka dalam menebarkan fitnah keji sang Agen.
Seribu satu macam keheranan telah
menghantui kami, tatkala da’wah Salafiyyah melalui da’wah dan buku-bukunya
diopinikan sebagai biang keladi fitnah dan takfir (pengkafiran) antar sesama
muslim. Ini merupakan tikaman yang kedua, setelah sebelumnya pada tikaman yang
pertama, hizbiyyin menggerayangi da’wah Salafiyyah dengan tuduhan buku-buku
salaf bersumber dari Yahudi (MOSSAD).
Insan-insan yang ikhlas dan jujur dalam
berusaha menempuh jalan para pendahulu yang shalih, sangatlah berhati-hati
dalam memvonis kaum muslimin yang jatuh ke lembah bid’ah dan kekufuran; sebagai
ahlul bid’ah atau ahlu syirk. Bukanlah dikatakan seseorang itu Salafy jika dia
selalu mengumbar kalimat-kalimat takfir (pengkafiran secara sporadis, radikal
dan membabi buta -red) tanpa dilandasi ilmu yang kokoh. Justru jama’ah-jama’ah
yang mengambil bagian dalam penyebaran isu dusta tentang hubungan Salafiyyah
dengan Yahudi memiliki karakter yang kental dalam masalah takfir ini. Kami tahu
dengan pasti bahwa Suara Hidayatullah dengan latar belakang sejarahnya sampai
kini, adalah penggemar-penggemar Sayyid Quthub, seorang tokoh legendaris
Ikhwanul Muslimin yang memendam dan menyebarkan bid’ah takfir (pengkafiran)
yang sangat radikal dan sporadis.
Tentang takfir ini, Sayyid Quthub
mengkafirkan hampir seluruh kaum muslimin, termasuk para muadzin yang selalu
mengumandangkan kalimat tauhid. Hal ini dapat dilihat pada tulisannya. Diantara
pernyataan dia, ialah :
“Manusia telah murtad, (keluar dari Islam-
red) kepada menyembah mahluk (paganisme) dan berbuat jahat terhadap agama serta
telah keluar dari kalimat laa ilaha illa Allah. Walapun sebagian mereka masih
mengumandangkan laa ilaha illa Allah diatas tempat beradzan. [Fii Zhilalil
Qur’an 2/1057, cet. Darusy Syuruq).
Simaklah ucapan Sayyid Quthub tersebut
..!! Kami, kalian dan tidak terkecuali para muadzin di rumah-rumah Allah yang
mengumandangkan nama-Nya, mendapat bagian dari rudal-rudal pengkafiran Sayyid
Quthub. Dia begitu royal dalam mengkafirkan kaum muslimin secara mutlak dan
global; hanya karena perbuatan dosa besar dan tindakan berhukum dengan hukum
selain Allah, tanpa memberikan perincian sebagaimana Ahlus Sunnah memberikan
perincian dalam masalah ini. Lalu apa yang dimaksud oleh Sayyid Quthub dengan
ungkapan “manusia telah murtad (keluar dari Islam) kepada penyembahan
makhluk” ?? Pernyataannya berikut ini akan memperjelas bagaimana sebenarnya
latar belakang pemikiran bid’ah Sayyid Quthub sehingga mencetuskan kalimat
pengkafiran tersebut:
“Manusia yang menganggap dirinya muslimin
masuk ke dalam masyarakat jahiliyah, bukan karena menyakini uluhiyah kepada
selain Allah. Bukan pula karena menunjukkan syiar-syiar peribadatan kepada
selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi mereka masuk ke dalam lingkup ini
(kekafiran-red) karena tidak beribadah kepada Allah saja dalam hukum-hukum
kehidupan (tidak berhukum dengan hukum Allah, dalam kehidupan sehari-hari
-red).” [Ma’alim fi Thariq, hal.101, cetakan Darusy Syuruq].
Jelas dari ungkapannya ini, Sayyid Quthub
mengarahkan “bedil takfir” kepada seluruh kaum muslimin yang tidak sesuai
dengan pemikirannya.
Sayyid Quthub menyelisihi Salafus Shalih
dengan menganggap sebab kafirnya manusia bukan karena peribadatan kepada selain
Allah. Tetapi tidak lain disebabkan oleh berpalingnya manusia dari apa yang
diistilahkan dengan “Tauhid Hakimiyah” , sebuah istilah baru yang kemudian
dipopulerkan oleh “QFC” (Quthub Fans Club). Namun sebelum itu semua, kami ingin
meyakinkan kepada orang-orang yang menuduh buku-buku salaf sebagai biang fitnah
dan pengkafiran (takfir) : “Justru Sayyid Quthub, tokoh yang kalian elu-elukan
sebagai Asy-Syahid adalah seorang “maniac” dalam masalah takfir
(kafir-mengkafirkan)”.
Jika kalian butuh bukti, kami harapkan
ucapan-ucapan Sayyid Quthub berikut ini akan menyingkap tabir keraguan :
“Orang yang tidak mentauhidkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam hakimiyah disemua zaman dan tempat adalah orang-orang
musyrik. Tidak keluar mereka dari kesyirikan ini, walaupun mereka berkeyakinan
terhadap laa ilaaha illallah dan tidak punya syiar (peribadatan) yang mereka
tujukan kepada selain Allah Subhanu wa Ta’ala” [Fii Zhilalil Qur’an
2/1492,cetakan Darusy Syuruq].
Masih belum yakin juga ….!! Bagaimana
dengan yang ini :
“Dipermukaan bumi ini, tidak ada satu pun
negara Islam dan tidak pula masyarakat muslim” [Fii Zhilalil Qur’an, 2/2122].
Entah bagaimana harus meyakinkan kalian
jika yang satu ini masih juga belum cukup :
“Manusia telah kembali kepada
kejahiliyahan dan keluar dari laa ilaaha illallah…… Manusia seluruhnya,
termasuk orang-orang yang mengumandangkan kalimat laa ilaaha illallah pada
adzan di timur sampai barat bumi ini tanpa pengertian dan pembuktian nyata ,
bahkan mereka ini lebih berat dosa dan adzabnya pada hari kiamat, karena mereka
telah murtad kepada penyembahan makhluk, setelah jelas bagi mereka petunjuk dan
setelah mereka berada di agama Allah” [Fii Dzilalil Qur’an 2/1057, cet. Darusy
Syuruq]
Lalu siapakah sebenarnya diantara kita
yang “getol” dalam masalah kafir-mengkafirkan itu?
[G]. Salafiyyin, Antek Zionis (Yahudi) ??
Masih dalam pemberitaan Suara Hidayatullah, sang Agen kembali beraksi dalam
drama fitnahnya dengan berkata : “…Anda dapat melihat kira-kira semua masjid
dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan dan Palestina tenggelam dengan
buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis bahwa ini semua
dibiayai oleh para donatur Saudi padahal MOSSAD ada dibelakang semua ini.”
[Paragraf 17 hal. 79].
Bantahan :
Perkataan ini menimbulkan opini bahwa da’wah Salafiyyah melalui buku-bukunya,
didanai oleh MOSSAD melalui kerajaan Saudi Arabia. Namun orang-orang yang sudah
ada penyakit dalam hatinya menafsirkan
kalimat-kalimat berbisa dari mulut agen ini sehingga sesuai dengan
tuduhan-tuduhan basi mereka.
Fitnah ini pernah diungkapkan oleh Laskar
Hikmatiyar, di Harian mereka “Syahadat”, no. 338, tanggal 28 Dzul Qo’dah 1411
H, dibawah judul “Kesempatan masih ada” dan pernah pula diucapkan oleh Muhammad
Surur Zainal Abidin, dia adalah seorang Ikhwany (kepadanyalah nisbat pemahaman
Surury), yang dengan senang hati pindah dari negara Islam, negara kaum
muslimin, negara yang penuh dengan ulama’, negara yang ada dua kota suci kaum
muslimin di dalamnya, negara yang menegakkan Syari’at Islam (Saudi Arabia)
menuju negara kafir, kampung halaman zionis (Inggris) di kota Birmingham dan
mendirikan markaz hizbinya yang bernama Al-Muntada Al-Islami, kemudian dari
sana dia menghembuskan racun-racun fitnah kesetiap negeri-negeri kaum muslimin,
memicu perpecahan antara aktivis-aktivis da’wah dengan pemerintah, sehingga
mereka sibuk mengkafirkan penguasa muslim mereka, dan melupakan menuntut ilmu,
dan da’wah tauhid. Bukankah hal ini akan membuat Yahudi tersenyum gembira ??
Sehingga mereka tidak harus susah payah merogoh kantong untuk membiyai mega
proyek dengan tema utama : “Bagaimana memecah belah kekuatan Islam”. Muhammad
Surur yang bermarkas di Inggris bersama pendahulu-pendahulunya yang memiliki
pemikiran Sayyid Quthub, punya andil besar dalam pertumpahan darah di dunia
Islam antara penguasa muslim dan rakyatnya yang muslim. Hal inilah yang terjadi
di Mesir, Suriah, Tunisia, Al-Jazair dan hampir terjadi di negeri tauhid Saudi
Arabia. Ini semua disebabkan oleh pengkafiran membabi buta terhadap penguasa
muslim yang dilakukan oleh para pengagum pemikiran Sayyid Quthub. Akhirnya
Yahudi tidak perlu turun tangan untuk menghancurkan kaum muslimin secara
langsung.
Muncul sebuah pertanyaan besar yang sangat
menggelikan; bagaimana mungkin markas Muhammad Surur ini di biarkan oleh
Inggris muncul di salah satu pusat pemerintahan mereka ? Apakah agen-agen
zionis Inggris tidak tahu tentang kegiatan da’wah Al-Muntada ? Atau, apakah
Inggris memiliki kepentingan zionisme dengan membiarkan mereka menyerang negeri
muslim dengan pemikiran sesat sebagaimana Inggris membiarkan ajaran sesat
Ahmadiyah yang merusak aqidah kaum muslimin di seluruh dunia; dimana Ahmadiyah
juga bermaskas di Inggris.
Kemudian fitnah ini diadopsi dan
disebarkan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap da’wah salafiyyah,
sehingga para pemuda yang terburu-buru “terjun” ke medan da’wah dan politik
termakan oleh fitnah ini (bahwa Saudi adalah antek AS-Yahudi). Maka tanyakanlah
kepada da’i-da’i kalian, bukankah sebagian dari mereka sekolah dengan dana-dana
dari Arab Saudi ??, sehingga diantara mereka ada yang kuliah di Saudi dengan
beasiswa pemerintah Saudi, bukankah sebagian diantara mereka bekerja di
lembaga-lembaga yang dibiayai oleh Arab Saudi ??, bukankah sebagian dari mereka
mendapat gaji sebagai da’i dari lembaga-lembaga yang dibiayai oleh Arab Saudi
???, seperti Atase Agama Kedutaan Arab Saudi, Robithoh Al-Alam Al-Islamy,
Haiatul Igotsah Al-Islamiyyah, Yayasan Al-Haramain. Bahkan ada diantara mereka
berangkat menunaikan ibadah haji dengan biaya pribadi Raja Fahd bin Abdul Aziz
. Kenapa kalian tidak mengatakan mereka antek-antek zionis karena menggunakan
dana-dana Saudi ??
Kalian mendirikan sekolah di desa Toya,
Lombok Timur (NTB), yang tenaga pengajar sebagian besar adalah da’i-da’i
kalian, dan siswa-siswanya-pun dari teman-teman kalian. Sekolah ini dibiayai
oleh Lajnah-Da’wah dan Ta’lim (L-DATA) cabang Jakarta, yang pusatnya di
Riyadh-Arab Saudi, tanyakan kepada da’i-da’i kalian jika mereka bisa berbicara
!!!, niscaya mereka akan mejawab “ya” dengan “malu-malu”, atau akan menjawab
“tidak” (berdusta pada kalian), jika kalian belum puas kami dapat membawakan
nama-nama mereka dengan bukti yang akurat. Apakah kalian akan mengatakan mereka
(dai-dai kalian) sebagai antek-antek zionis, karena mereka mendapat gaji dari
Saudi Arabia ??
[H]. Siapa Sebenarnya Yang “Main Mata”
Dengan Yahudi ??
Kalian telah menuduh da’wah Salafiyyah punya hubungan dengan Yahudi. Maka kini
kesempatan kami dengan bukti-bukti yang kokoh untuk menunjukkan bagaimana
sesungguhnya sikap tokoh-tokoh kalian terhadap Yahudi.
Hasan Al-Banna berkata :
“…Maka saya mengulangi, sesungguhnya permusuhan kami dengan Yahudi bukan
permusuhan agama….[Lihat : Al-Ikhwanul Muslimun Ahdatsun Sona’at At-Tarikh
(1/409-410)].
Tidakkah ucapannya ini menyakitkan
muslimin dan mujahidin di Palestin yang berjuang untuk meninggikan kalimat
Allah ?? Walaupun begitu, Hasan Al-Banna masih tega untuk berkata : “…Dan
tidaklah gerakan Ikhwanul muslimun itu menentang satu aqidah tertentu (dari
aqidah-aqidah yang ada),
atau agama tertentu (dari agama-agama yang ada),…[Lihat : At-Thoriq ilal
Jama’aitil Um 132]
“…Bahkan orang-orang Yahudi yang tinggal
di sini (Mesir), tidak ada antara kami dan mereka kecuali hubungan baik
belaka.” [Lihat : At-Thoriq ilal Jama’aitil Um 132]
Dan Yusuf Qardhawi-pun berkata :
“Sesungguhnya kami tidak memerangi Yahudi karena aqidah, akan tetapi hanya
karena mereka merampas tanah kami” [Koran Harian Ar-Royah, Qothar, hal. 17
edisi : 4696 Rabu, 24 Sya’ban 1415H / 25 Januari 1995M]
Tidak !!, Jangan katakan kami memfitnah
sebelum kalian melihat pada sumber-sumber yang kami sebutkan !!.
Tidak !!, kami tidak menuduh mereka agen
zionis seperti kalian menuduh Salafyyin dan Arab Saudi (secara dzholim) sebagai
agen Zionis. Tapi ada apa dibalik sikap tokoh kalian dengan orang-orang Yahudi
??
Bagaimana Dengan Jama’ah Tabligh ??
Dan buat saudara-sadara yang menisbatkan dirinya pada Jama’atut Tabligh,
sesungguhnya kalianpun telah mengadopsi fitnah ini, yang kalian hembuskan sejak
dahulu, ketika kalian menjadi dengki sebab banyak dari saudara-saudara kita
mendapat hidayah untuk mengikuti sunnah Rasulullah dalam aqidahnya, ibadahnya,
dan muamalahnya. Tidak hanya terbatas pada sunnah makan, tidur, dan buang hajat
saja !!. Kemudian kalian mendapat “secercah cahaya” (pemberitaan “Suara
Hidayatullah”, yang sebenarnya tidak pantas dikatakan cahaya) ditengah
kebingungan kalian mencari bukti.
Cukuplah penjelasan kami pada awal-awal
pembahasan ini sebagai bantahannya; bahwa bukti kalian bukanlah bukti, hanya
bualan, ; bahwa dalil kalian lebih rapuh dari rumah laba-laba, rapuh dari
segala segi, kalau seandainya dalil itu selamat dari satu segi, maka dia tidak
akan selamat dari banyak segi. Kalian hanyalah “burung beo” dari ucapan sang
agen yang sama sekali tidak membawa bukti. Tidakkah kalian mendengar sabda
Rasulullah
“Artinya : Hendaklah ada bukti bagi orang
yang menuduh dan ada sumpah bagi yang mengingkari” [Hadits Hasan Riwayat
Al-Baihaqi, Lihat kitab Arba’in Nawawiyyah Hadits No.33]
Lantas kenapa kalian tidak mengamalkannya
??, atau kalian menganggap ini adalah ilmu masail yang tidak perlu dipelajari
!, atau kalian tidak faham ma’nanya ??, atau kalian pura-pura tidak tahu akan
hadits ini ??, atau pura-pura tidak faham ma’nanya ??, karena kalian dengki
kepada kami!!. Mengapa kalian begitu benci kepada orang yang selalu menasehati
kalian dengan ikhlas ??, membawakan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
shohih, membawa bukti dari kitab-kitab kalian, atau kalian sudah seperti
orang-orang Syi’ah yang 99 % agamanya takiyah (bohong) seperti orang-orang
munafiq ??.
[A]. Ada Apa Antara Jama’ah Tabligh Dan
Zionis Inggris Di India ??
Kami telah membantah tuduhan Jama’ah Tabligh (Amir Bid’i cs) yang mengaitkan
da’wah Salafiyyah dengan zionis internasional (AS, Yahudi dan Inggris). Kini
saatnya kami ingin membalik keadaan melalui beberapa pertanyaan. Pertanyaan
tersebut akan muncul setelah kita menilik berita temuan kami berikut ini
Hifdzurrahman As-Sayuharwi, mantan anggota
parlemen India menyatakan, “Dulu, penguasa Inggris di India membantu gerakan
Jama’ah Tabligh di awal perkembangannya dengan harta Haji Rasyid Ahmad,
kemudian memutus bantuannya.” [Lihat : Haqiqah Dakwah Ila Allah, hal. 66 dan
Jama’ah Tabligh Fi Qarah Hindiyah, hal. 65. Menukil dari Mukalamah
Ash-Shadriyin, hal. 4 Cet. Diyobant India]
Kami tidak akan bersikap zhalim dengan
menelan bulat-bulat pemberitaan tersebut. Kami tidak akan mengatakan berita ini
shahih, tidak pula dusta. Akan tetapi ini adalah sebuah fakta yang berkembang
melalui sebuah buku yang dicetak di India (Diyobant), silahkan cek sendiri
kebenarannya, kemudian jelaskanlah secara mendetail kepada ummat : “Ada
hubungan apa gerangan antara Jama’ah Tabligh dengan Inggris di India…??” Sebab
tidak akan pernah sirna dari ingatan ummat bagaimana Inggris menjalin hubungan
asmara dengan Yahudi dan AS dalam mengahancurkan negeri-negeri Islam.
[B]. Konsep Jihad Menurut Jama’ah Tabligh,
Sangat Menguntungkan Yahudi.
Jama’ah Tabligh punya pemahaman yang aneh tentang jihad dalam Islam. Jama’ah
Tabligh meniadakan konsep Jihad dalam artian perang mengangkat senjata melawan
musuh-musuh Islam. Bagi mereka, yang dikatakan jihad adalah khuruj (berkelana
pindah-pindah dari masjid ke masjid) selama 3 hari, 40 hari dan 4 bulan.
Konsep ini tentu saja membuat Yahudi dan
musuh-musuh Islam bersorak-sorai dalam pesta kegembiraan. Betapa tidak; Islam
hanya akan jadi boneka mainan AS dan Yahudi jika makna jihad hanya diartikan
dengan melancong, ber-jaulah dan hanya berdiam diri masjid.
Seenak perutnya mereka menafsirkan firman
Allah.
“Artinya : Mereka itu adalah orang-orang
yang bertaubat, yang beribadah, memuji (Allah), as-Saaihun, yang ruku’, yang
sujud.” [At-Taubah ; 112]
Menurut Jama’ah Tabligh, as-Saaihun
(orang-orang yang mengembara) dalam ayat tersebut dimaksudkan kepada
orang-orang yang khuruj.
Ini adalah kejahilan terhadap Kitabullah.
Sebab yang dimaksud dengan as-saaihuun (orang-orang yang mengembara), ialah
orang-orang yang berjihad (perang) di jalan Allah. Ibnu Katsir (Seorang
Mufassir) berkata, “Ada bukti yang menguatkan, bahwa yang dimaksud dengan
siyaahah di sini iala jihad….bukan maksudnya siyaahah yang dipahami oleh
sebagian orang yang beribadah hanya dengan melakukan siyaahah (pengembaraan) di
muka bumi.” [Tafsir Ibnu Katsir : II/407]
Hal ini terungkap dari penuturan Nadhar M.
Ishaq Shahab, penulis buku “Khuruj fi Sabilillah” [hal. 74, penerbit Pustaka
Billah], dimana dia menganggap pemberangkatan pasukan perang yang dipimpin oleh
Usamah radhiallahu ‘anhu sebagai jama’ah khuruj -na’udzubillah-
Masih dalam buku yang sama, [hal. 22]
penulis berkata : “Yang bermujahadah untuk mendapatkan kekuatan fisik adalah
kaum ‘Ad”
.
Subhaanallah, betapa kejinya ungkapan ini; sebuah sindiran yang halus terhadap
para Sahabat yang menjalankan perintah Allah dalam mempersiapkan kekuatan fisik
dan material untuk menyambut seruan menuju Syahid (perang di jalan Allah) :
“Artinya : Dan siapkanlah untuk
mengahadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengatahuinya.“ [Al-Anfal : 60]
Jama’ah Tabligh memalingkan makna hadits
yang berbicara tentang keutamaan jihad (perang) kepada pengertian “khuruj ala
Tabligh”; yaitu “tamasya da’wah” selama 3 hari, 40 hari dan 4 bulan. Sebagaimana
yang diungkapkan dalam buku “Khuruj fi Sabilillah” [hal. 56].
Demikianlah Jama’ah Tabligh dalam memahami
jihad, sebuah pemahaman yang akan merugikan kaum muslimin diseluruh dunia dan
menjadikan musuh-musuh Islam leluasa dalam melakukan makarnya tanpa
mengkhawatirkan adanya perlawanan kaum muslimin melalui seruan kalimat-kalimat
jihad yang suci.
Syaikh Saifur Rahman bin Ahmad Ad-Dahlawi
berkata : “Salah satu ciri khas jama’ah ini ialah, mereka meyakini, bahwa siapa
yang keluar bersama mereka dalam kerja dakwah berjama’ah, berarti telah
melakukan jihad yang besar bahkan akbar. Mereka beranggapan, keluar bersama
mereka dalam kerja dakwah berjama’ah ini lebih afdhal daripada memerangi
musuh-musuh Allah dan RasulNya, lebih afdhal daripada memelihara kemurnian
Islam dan keutuhan kaum muslimin. Bukti yang menguatkannya ialah pernyataan
seorang ‘ulama dan para penuntut ilmu pada masa peperangan jihad Afghanistan
melawan komunis, bahwa Jama’ah Tabligh mendatangi tempat-tempat mereka untuk
mengajak mereka khuruj bersama jama’ah mereka !
Barang siapa melakukannya (yakni khuruj
-red), berarti ia telah melaksanakan sunnah para nabi dan rasul, telah
melaksanakan sunnah sayyidul anbiyaa’ wal mursalin, Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bererti ia telah keluar seperti halnya sahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in dalam peperangan medan jihad.“ [Silakan lihat buku I’tibariyah
Haula Al-Jama’ah Tablighiyah, hal 51]
Anehnya, Jama’ah tabligh meyakini bahwa
inilah “kerja dakwah” para Sahabat semasa hidupnya. Kami katakan : Bagaimana
mungkin para Sahabat akan mampu menaklukkan kerajaan Persia, Romawi dataran
Afrika sampai Eropa timur hanya dengan “jihad” berupa pindah-pindah masjid dan
berjaulah ria tanpa menebar da’wah tauhid, mengangkat tombak, tanpa bernaung di
bawah kilatan pedang, tanpa melesakkan anak-anak panah tepat di jantung-jantung
kuffar. Bagaimana mungkin Jama’ah Tabligh bisa lebih mulia dalam khurujnya
dibandingkan tentara-tentara Allah yang mempertaruhkan jiwa dan raganya
bertempur dan berkemul dengan debu-debu jihad fi abilillah.
Wahai saudara-saudara yang menisbatkan
diri pada Jama’ah Tabligh !, carikan kami dalil sepotong saja yang jelas
menceritakan bahwa Rasulullah dan para sahabatnya dahulu pindah dari satu
masjid kemasjid yang lain seperti kalian !!, padahal dahulu sudah ada Masjidil
Haram, Masjid Nabawi, Masjid Quba’ dan Masjidil Aqso. Mana bukti kalian
mengikuti sunnah
Rasulullah dalam berda’wah ??.
[C]. Ekslusivisme Dan Fanatisme Ekstrim,
Andil JT Dalam Menimbulkan Perpecahan Ummat
Salah satu senandung Jama’ah Tabligh dan hizbyyin yang paling jahat adalah
menuduh da’wah salafiyyah sebagai penyebab perpecahan dalam tubuh ummat Islam.
Bantahan :
Dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang menyerukan “Persatuan Islam” yang hakiki,
yaitu di atas aqidah dan keyakinan yang benar menurut pemahaman Rasulullah dan
para sahabatnya. Sebagaimana para sahabat telah membangun asas-asas persatuan
tersebut. Allah telah berfirman
“Artinya : Maka jika mereka beriman kepada
apa yang kamu telah beriman kepadanya, sesungguhnya mereka telah mendapat
petunjuk, dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam
permusuhan (dengan kamu)” [Al-Baqarah : 137].
Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang
hidup sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian
berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah-sunnah Khulafa’ Ar-Rasyid yang
terbimbing dan lurus sesudahku. Gigitlah ia dengn gigi geraham kalian. Dan
awaslah kalian terhadap setiap perkara baru yang diada-adakan (bid’ah-red),
karena setiapnperkara yang diada-adakan adalah sesat dan setiap kesesatan
tempatnya di neraka. [Hasan Shohih, H.R. An-Nasai dan At-Tirmidzi].
Jika seseorang telah menyimpang dari
aqidah yang benar, tidak berpegang teguh kepada sunnah dan pemahaman Rasulullah
dan para sahabatnya, maka sungguh ia berada dalam permusuhan dengan Rasulullah
dan para sahabatnya dan orang orang yang berpegang teguh dengan sunnahnya
(mengikuti mereka dengan baik).
Justru Jama’ah Tabligh dengan banyak
penyimpanganya dalam masalah aqidah dan manhaj, telah memposisikan dirinya
sebagai penyebab perpecahan ummat.
Salah satu ajaran Shufi yang sangat
populer ialah ketundukan mutlak kepada pemimpin atau guru, benar atau pun salah
perintah gurunya itu. Ali Wafa berkata, “Murid yang sejati dalam berperilaku di
hadapan Syaikhnya, laksana mayat yang terbaring di hadapan petugas yang
memandikannya.”
Kelihatannya, prinsip taklid buta ini juga
dipegang oleh Jama’ah Tabligh. Dalam buku Hikmah Usaha Hidayat, karangan
Muhammad Yunus Suraji Panidi, hal. 102 disebutkan, “Jama’ah manapun yang datang
dari luar negeri sekalipun, apabila mengusulkan atau mengajukan sesuatu yang
baru dalam hal kerja Tabligh ini, hendaklah segera menghubungi Nizhamuddin
(Markas besar mereka di India), sebelum menerima dan mengamalkan apapun dari
usulan itu,
walaupun kelihatan baik.”
Dan Jama’ah Tabligh sangat fanatik pada
usaha “khuruj”-nya, dan mereka menangisi orang-orang yang meninggalkan “khuruj”
bersama mereka, seolah-olah mereka tidak melihat adanya usaha da’wah diluar
Jama’ah mereka, padahal “khuruj” ini hanya hasil pemikiran pendiri Jama’ah ini.
Hal ini jelas menunjukkan kefanatikan mereka yang ekstrim. Bentuk fanatisme
seperti ini, bukankah akar dari setiap perpecahan dan pertikaian di mana setiap
kelompok bangga dengan kelompoknya. Ini adalah sikap orang-orang musyrik
sebagaimana yang dikabarkan Allah dalam firman-Nya : “
“Artinya : Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah
agama mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada golongan mereka”. [Ar-Ruum : 31-32]
Kefanatikan Jama’ah Tabligh juga terlihat
dari cara mereka yang melampaui batas dalam mengkultuskan kitab Fadhail Amal.
Mereka lebih suka “berbayan ria” dalam setiap kali khuruj ketimbang mempelajari
Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits yang shahih untuk diamalkan dan dida’wahkan.
Padahal dalam kitab tersebut banyak hadits-hadits dhoif, dan palsu, serta
cerita-cerita hayalan kaum sufi yang sama sekali bertentangan dengan nash-nash
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu diantara “1001” khurafat yang terdapat
dalam Fadhail Amal pada bab fadhilah haji adalah kisah tentang Ahmad Rifa’i
yang mengunjungi makam Rasulullah pada tahun 555H, dimana dia berdiri di depan
makam Rasulullah dan membacakan dua bait syi’ir, lalu Rasulullah mengeluarkan
tangannya dari dalam kubur yang selanjutnya dicium oleh Ahmad Rifa’i. Lihatlah,
bagaimana mereka membawakan cerita, yang para sahabat dan Imam-imam pun belum
pernah mengalami hal sehebat Ahmad Rifa’i ini. Masih dalam kerangka fanatisme
dan ekslusivisme yang memecah belah ummat ; Jama’ah Tabligh mengikat para
anggotanya dengan sumpah setia (bai’at) yang menyimpang dari Sunnah. Pada tahun
1315H, Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi -pendiri Jama’ah Tabligh- memberikan bai’at
shufiyah kepada Rasyid Ahmad Al-Kankuwi yang sangat dicintainya. Setelah
meninggalnya Rasyid Al-Kankuwi, kemudian beliau memperbaharui bai’at-nya kepada
Kholil Ahmad As-Saharunfuri yang memberikan izin kepadanya mem-bai’at orang
lain ala manhaj shufi. [Lihat. Jama’ah Tabligh Fi Syibhil Qarah Hindiyah, karya
Sayid Thalibur Rahman hal. 21 dan Haqiqat Da’wah Ila Allah karya Sa’ad
Al-Husein hal. 62]
[D]. Sisi Kemiripan Jama’ah Tabligh Dengan
Yahudi
Semua ini berawal dari tuduhan dusta Jama’ah Tabligh terhadap da’wah Salafiyyah
sebagaimana yang telah jelas bagi pembaca. Maka dihalaman terakhir ini, kami
ingin mengungkap sesuatu yang tersembunyi bagi para pembaca; tentang “Tiga
Belas Asas Da’wah Jama’ah Tabligh”. Ada satu poin dari 13 asas tersebut yang
justru menunjukkan “kemiripan” Jama’ah Tabligh dengan Yahudi. Entah mereka
sadar akan hal ini atau tidak.
Nadhar M. Ishaq Shahab dalam bukunya
“Khuruj fii Sabilillah” [hal. 27, penerbit Pustaka Billah, Bandung], membawakan
13 asas Da’wah (menurut Jama’ah Tabligh). Pada poin yang ke-5 dia berkata :
“Amar ma’ruf, bukan nahi munkar”
Prinsip inilah yang menyebabkan hancurnya
Bani Israil. Entahlah, Jama’ah Tabligh dan Yahudi dalam hal yang satu ini,
tampaknya ada kemiripan. Allah telah berfirman tatkala menggambarkan prinsip
dan sikap Yahudi : “
“Artinya : Telah dilaknati orang -orang
kafir dari bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian
itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama
lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [ Al-Maidah: 78-79]
Sungguh menakjubkan, begitu cepat Yahudi
mengetahui rahasia dari sebuah “chaos” (malapetaka yang dahsyat). Prinsip yang
telah menyebabkan kehancuran peradaban inilah yang coba mereka tembakkan ke
negeri-negeri kaum muslimin. Agar umat Islam tidak lagi menegur saudaranya yang
menyimpang dari aqidah dan sunnah yang lurus, agar kaum muslimin tidak lagi
mencegah saudaranya yang berbuat syirik, bid’ah dan maksiat. Jika hal ini telah
merata di bumi-bumi Islam maka tunggulah kehancuran. Prinsip ini juga
membuktikan bahwa Jama’ah Tabligh bukanlah Jama’ah yang membawa kebaikan justru
membawa kerusakan dengan tidak memperdulikan kemungkaran yang bertengger di
depan hidungnya. Dan membuktikan pula bahwa Jama’ah ini bukanlah Jama’ah yang
membawa ilmu, yang dipuji oleh Rasulullah dalam sabdanya : “Yang akan terus
menerus membawa ilmu agama ini pada setiap generasi adalah orang-orang yang
adil dan terpercaya ilmu agamanya dan perangainya. Mereka yang membawa ilmu
agama dengan kriteria demikian itu melakukan gerakan-gerakan : (1) Meluruskan
kembali penyimpangan kalangan ekstrimis dalam memahami agama. (2) Membantah
kedustaan para pendusta yang ingin mengekspliotasi agama demi kepentingan
pribadi atau golongannya. (3) Meluruskan kembali kesalahan penafsiran agama
yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh ” [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim
dalam Al-Jarh wa Ta’dil 1/1/17 dan Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra 10/209]
Dan Jama’ah Tabligh telah membuktikan
prinsip tersebut dengan masih menjamurnya simbol-simbol kesyirikan dan bid’ah
di India, Pakistan -negeri kayangan yang dielu-elukan Jama’ah Tabligh-. Padahal
jumlah mereka yang keliling dunia hampir jutaan. Bukankah syirik dan bid’ah
adalah dua dosa besar yang bertengger di papan atas yang mengalahkan dosa-dosa
kelas kaliber lainnya ?. Inilah akhir dari bantahan kami.
“Jika engkau tidak merasa malu, maka
berbuatlah sekehendakmu” [HR. Bukhori, Arbain Nawawi No. 20]
[Disalin dari Risalah Dakwah Al-Hujjah,
Edisi Khusus/Rabi’ul Akhir/1424H Islamic Center Al-Hunafa’ Masjid ‘Aisyah Lt
II, Jl Soromandi No.1A Lawata – Mataram Tlp 0370-642405]
_______
Footnote
[1] Kami membedakan antara pengekor hizby (kelompok / jama’ah) dengan
tokoh-tokohnya, dan prinsip dasar jama’ah itu sendiri. Kritikan-kritikan pedas
para ulama’ Ahlussunnah hanya ditujukan kepada tokoh-tokoh hizby dan
prinsip-prinsip mendasar hizby yang menyimpang, dikarenakan bahaya pemikiran
dan da’wah mereka bagi umat Islam. Sedangkan pengekor hizby adalah sekumpulan
pemuda-pemuda Islam yang terbakar semangatnya dikarenakanpengaruh pemikiran
tokoh-tokoh hizby dan tanpa sadar telah mempraktekkan prinsip-prinsip hizby
yang menyimpang. Mereka ini tidak tahu menahu tentang hakikat hizby yang
sesungguhnya. Kepada mereka tidak boleh bersikap keras; da’wah dan nasehat
kepada mereka haruslah sesuai dengan asal prinsip dak’wah Ahlussunnah yaitu :
“Lemah Lembut” . Kaidah ini berlaku bagi setiap jama’ah bid’ah lainnya.
[2]. Ibn Taimiyyah, Minhajus Sunnah Juz 1, hal 7, dan hal disebutkan pula oleh
: Al-Baghdadi dalam, Al-Farq Bainal Firaq, hal 15-225, Imam Bukhori, Al-Jami’
As-Shohih Juz 8 hal 57, dll.
[3]. Apa dan bagaimana Tauhid Hakimiyah menurut Quthbiyyin (pengekor Quthub) ??
Bagaimana pemahaman yang lurus menurut Al-Qur’an dan hadits serta penjelasan
salaf ??. Insya Allah Al-Hujjah akan menerbitkan risalah khusus tentang takfir;
kaidah Ahlussunnah dan hukum-hukum yang berkaitan tentangnya
https://almanhaj.or.id/802-siapa-sebenarnya-yang-agen-yahudi.html
https://almanhaj.or.id/802-siapa-sebenarnya-yang-agen-yahudi.html
Indonesia
nampaknya menjadi lahan subur bagi lahir dan berkembangnya berbagai gerakan
Islam.
Baik yang hanya sekadar perpanjangan tangan dari gerakan yang sebelumnya telah
ada, atau yang dapat dikategorikan sebagai gerakan yang benar-benar baru.
Pemain-pemain baru ini, juga secara perlahan tapi pasti juga mulai menanamkan
pengaruhnya.
Salah satu gerakan Islam itu mengklaim dirinya dengan nama salafi. Peristiwa
fenomenal yang sempat menghebohkan negeri ini adalah keberadaan Laskar Jihad.
Laskar perang yang dikomandani Ja’far Umar Thalib ini lahir 6 April 2000, pasca
meletusnya konflik SARA di Ambon dan Poso. Sejak itulah gerakan ini semakin
kental mewarnai dinamika umat Islam Indonesia.
Sayangnya, seiring menguatnya
kelompok ini, penolakan masyarakat akan pandangan dan pendekatan dakwah yang
mereka jalankan, juga kian menguat. Kenapa kelompok ini menuai protes? Apa yang
sebenarnya mereka ajarkan sehingga menimbulkan resistensi bagi umat Islam
lainnya? Untuk menjawab ini, Sabili mengundang Ketua Umum Al-Irsyad
Al-Islamiyah dan pengurus lainnya dalam diskusi bersama jajaran redaksi.
Berikut petikan diskusi yang berlangsung Selasa (17/11):
Nama salafi muncul sejak
kapan?
Sebenarnya nama salafi diambil
dari nama qurun atau satu masa. Jadi sejak zaman Nabi, sahabat, dan tabi’in
sudah ada istilah ini. Tapi sebelum tahun 1900, 1800, atau sebelumnya, nama
“salafi” dipakai oleh sekolah-sekolah Islam di Indonesia. Saat itu, sekolah
yang didirikan Nahdlatul Ulama (NU) dan mereka yang mengklaim sebagai keturunan
Nabi (Habib) diberi nama Madrasah Salafiyah. Tujuannya, untuk mencerminkan pada
risalah yang dibawa Nabi saw.
Jadi, nama Salafi hanya
menjadi nama sekolah atau buku-buku yang ditulis para Imam terdahulu yang
sangat menjiwai pemahaman para salafushalih. Saat itu, tidak ada kelompok yang
mengklaim diri sebagai salafi. Yang ada kelompok ahli sunnah wal jamaah. Maka,
perbedaan yang ada sejak 1800-an, 1900-an adalah perbedaan khilafiyah yang
bukan bersifat ushul atau perbedaan pada cabang saja. Perbedaan ini juga tidak
menyebabkan saling mengklaim atas kebenaran yang satu dengan yang lain.
Sehingga semua komponen umat Islam hidup berdampingan dan bersaudara dalam
menjalankan ibadah dan keseharian.
Saat ini berkembang kelompok
yang mengklaim sebagai salafi?
Kelompok yang mengklaim
bernama salafi muncul sekitar tahun 1986. Jika diperhatikan, kelompok ini
mengklaim dirinya sebagai salafi untuk menumpang kebesaran istilah salafi agar
seolah-olah dalam pemahaman ad din atau dalam mengamalkan ajaran agama dianggap
yang paling benar. Jadi, mereka memakai nama salafi untuk melegitimasi bahwa
kelompoknyalah yang paling sesuai dengan Sunnah Rasulullah saw. Sehingga,
mereka selalu mengatakan ihya sunnah. Bukannya tidak baik tapi bagaimana kita
menghidupkan sunnah Rasulullah saw. Tapi banyak kewajiban yang kita lupakan, misalnya
perintah Allah agar kita bersaudara, saling menghormati, memberikan salam. Ini
semua perintah Allah untuk menyambung silaturrahim, bukan hanya sunnah.
Sesungguhnya, dulu tidak ada
pemahaman salafi, yang ada hanya empat mazhab, Imam bin Hambal, Imam Malik,
Imam Syafi’I dan Imam Hanafi. Ada yang mengatakan mazhab kelima yakni Mazhab
Syi’ah, tapi ini di luar konteks dari Ahli Sunnah Wal Jamaah. Kelompok dan
pemahaman yang mengklaim sebagai salafi ini berkembang setelah mahasiswa yang
disekolahkan di Timur Tengah kembali ke Indonesia. Pemahaman mereka sebenarnya
beragam. Ada yang murni salafusshalih dengan dakwah yang mauzhah hasanah,
santun, tidak menghujat pada sesama Muslim jika ada perbedaan pemahaman. Tapi
ada juga yang pemahamannya ekstrim. Sebetulnya, baik Muhammadiyah, NU,
al-Irsyad, Persis, dan ormas Islam lain, juga menjiwai pemahaman salafusshalih
sejak dulu. Mereka hidup berdampingan dengan yang lain padahal memiliki
perbedaan pemahaman dalam masalah fikih yang tidak prinsipil.
Perembesan pertama kali di
Indonesia terjadi kapan?
Sejak berdirinya Pesantren
Tengaran di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Mereka yang sekolah di luar negeri
menjadi pengajar di situ seperti, Jafar Umar Thalib dan Yazid Jawas. Sejak itu,
kami melihat, sudah ada indikasi ajaran-ajaran yang membawa kepada hal-hal yang
menyimpang dari mabda’ al-Irsyad al-Islamiyah yang moderat, tidak ekstrim,
toleran dengan pemahaman yang lain selama masih berada dalam lingkup empat
mazhab ahlu sunnah wal jamaah.
Apa
ciri-ciri dari kelompok yang mengklaim diri sebagai salafi ini?
Jika diperhatikan, sistem
dakwah mereka tidak dengan mau’izhatul hasanah tapi dengan doktrin. Inilah yang
akhirnya menghujam, menjadikan anak didik mereka menjadi ekstrim dalam memahami
Islam dan tidak bisa menerima perbedaan. Salah satu basis pendidikan mereka
berpusat di Yaman dan Arab Saudi dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.
Intinya, dalam berdakwah mereka tidak memahami fiqhu ad-da’wah yang baik.
Akibatnya, gerakan mereka menimbulkan masalah di tengah-tengah kehidupan umat
Islam.
Saya pernah berbicara dengan
Dr al-Khadirin Abdullah, dosen di Universitas Madinah. Beliau menyampaikan
persis seperti yang saya amati ini. Gerakan ini didanai dengan biaya yang tidak
kecil untuk mengelola bantuan ke seluruh dunia. Jika gerakan ini masuk ke dalam
kelompok atau komunitas Islam, mereka selalu menjadi penyebab perpecahan di
tengah-tengah masyarakat Islam itu, karena selalu menumbuhkan kebencian dan
permusuhan. Sebabnya hanya masalah khilafiyah seperti, tidak pakai jenggot,
isbal, tidak ada dua titik hitam di kening. Orang yang seperti ini dianggap
bukan ikhwan mereka. Padahal Nabi saw mengatakan, Allah itu tidak melihat pada
penampilan kamu, rupa kamu, tapi Allah melihat pada hati kamu dan amal shalih
kamu. Ini yang seharusnya menjadi acuan kita.
Selain itu, mereka juga selalu
berkutat di tengah-tengah umat Islam sendiri. Padahal kita memiliki musuh yang
sama misalnya, pemurtadan, aliran sesat, gerakan zionis dan lainnya, tapi
mereka tidak pernah berbicara soal ini. Karenanya, saya menduga bahwa gerakan
ini memiliki kaitan dengan kekuatan di luar Islam untuk mengadu-domba kaum
Muslimin. Mengadu domba umat Islam paling mudah memang dengan meniupkan satu
sistem di tengah-tengah umat Islam yang seolah-olah kita kembali pada ajaran
Islam yang murni, salafushalih. Sehingga akan timbul kesan, selama ini kita
tidak murni lagi.
Apakah
ini hanya terjadi di Indonesia?
Kondisi ini tidak hanya
terjadi di Indonesia. Dari kehadiran kami di Muktamar Islam di Libya, saya
berbicara dengan utusan negara-negara Afrika seperti, Afrika Selatan, Tanzania,
Kenya, Mauritania, Rwanda dan lainnya. Saya bertanya tentang gerakan salafi,
mereka menjawab sama seperti yang terjadi di Indonesia. Mereka mengatakan, dulu
kami saling bersaudara, saling menghormati, saling membantu, tolong-menolong,
ta’awun bil birri wa taqwa dalam kehidupan. Tapi, sejak masuknya pemahaman yang
mengklaim dirinya sebagai salafi kami bercerai-berai, kami menjadi tidak
bersaudara lagi, kami menjadi tidak saling menghormati lagi.
Berarti ada satu missing link,
ada sesuatu dari gerakan ini yang memang akhirnya membuat kita ini
porak-poranda. Apakah al-Islam mengajarkan seperti ini? Kan tidak. Islam
mengajarkan agar kita saling bersaudara, bagaimana pun ada perbedaan dalam pemahaman
tapi kita tetap saling menghormati dan bekerjasama karena kita sebenarnya hanya
mengadapi musuh yang satu.
Sepertinya mereka memiliki
sumber dana besar sehingga mampu membagikan buku-buku yang berisi pemahaman
mereka secara gratis?
Saya ingat pertemuan di PP
Muhammadiyah. Pada pertemuan itu ada seorang Pimpinan Cabang NU menceritakan,
sebagian jamaah haji asal daerah pimpinan cabang NU itu, saat pulang ke tanah
air mendapat buku-buku keislaman. Setelah sampai di tanah air dan dibaca,
ternyata buku-buku itu bertentangan dengan pemahaman masyarakat setempat.
Sehingga masyarakat pun resah. Akhirnya, kasus ini sampai ke Menteri Agama
Maftuh Basyuni. Menteri Agama (waktu itu) pun meminta agar jamaah haji
Indonesia tidak diberi buku-buku agama, karena justru akan menimbulkan masalah.
Sumber
dana mereka dari mana?
Dr al-Khadirin Abdullah pernah
mengatakan pada saya tentang pihak-pihak yang membantu gerakan yang mengklaim
dirinya sebagai salafi. Mereka dibantu oleh lajnah-lajnah dan syekh-syekh yang
mengelola semacam lembaga zakat untuk memungut dana zakat dari orang-orang kaya
di Saudi Arabiyah dan Kuwait. Dari dana-dana inilah, kelompok salafi yang ada
di seluruh dunia di danai. Dengan penjelasan ini dan penjelasan pemerintah Arab
Saudi, Kerajaan Arab Saudi sama sekali tidak membantu gerakan-gerakan yang
mengklaim dirinya sebagai salafi. Tapi anehnya lembaga ini memiliki dana yang
sangat besar. Saya katakan, apakah ada indikasi gerakan ini merupakan bagian
dari gerakan zionis? Gerakan di luar Islam? Jika iya lantas bentuknya seperti
apa?
Ini baru indikasi, saya belum
bisa memastikannya. Karena ternyata gerakan ini lebih eksis setelah pecahnya
Perang Teluk 1992. Nah, dana ini dari mana kok bisa terkumpul begitu besar?
Padahal dulu, dana-dana dari Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya tidak
pernah menimbulkan masalah, karena sejak dulu juga sudah disalurkan untuk
membantu kondisi kaum Muslimin di beberapa negara. Tapi dulu sistemnya memang
tidak sistematis seperti sekarang. Dulu, Arab Saudi dan Kuwait juga membantu
Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad al-Islamiyah dan ormas Islam lain, tapi sejak 10
tahun terakhir ormas Al-Irsyad al-Islamiyah ini tidak menerima bantuan lagi.
Tapi anehnya bantuannya mengalir pada kelompok yang mengklaim sebagai salafi
itu. Jadi, sekarang ini sistemnya seperti sel. Makanya, saya menduga gerakan
ini merupakan bagian dari operasi intelijen.
Jika
dana itu dari negara Islam kenapa membuat perpecahan di dalam tubuh umat Islam
sendiri?
Inilah yang masih menjadi
tanda tanya. Jadi di sini ada satu tranformasi misi yang sebenarnya belum kita
ketahui. Karena apa? Karena jika bantuan yang mengalir ke NU, Muhammadiyah, Al
Irsyad Al Islamiyah itu murni untuk masjid, pendidikan, dan sekolah. Tapi,
bantuan yang mengalir ke kelompok yang mengklaim sebagai salafi, saya menduga
tidak sebatas itu, tapi ada tranformasi misi, ide, gagasan, bahkan ideologi.
Misi inilah yang sebenarnya dijalankan dengan mengalirnya bantuan-bantuan itu.
Ini yang sebenarnya berbahaya, sepertinya kita ini disumbang tapi untuk diacak-acak.
Terorisme sering dikaitkan
dengan kelompok salafi ekstrim. Ini sebenarnya bagaimana?
Inilah rancunya, jika
kebesaran istilah salafi digunakan sebagai nama gerakan. Sehingga kita tidak
tahu persis ajaran apa yang sebenarnya mereka tanamkan pada jamaahnya. Sejauh
mana doktrin yang mereka tanamkan. Jika kita perhatikan, sebetulnya mereka
merusak istilah kebesaran salafi. Makanya, saya tidak sepaham jika salafi
menjadi nama gerakan, karena kebesaran dan keharuman makna kata salafi menjadi
tercoreng.
Apalagi, dari pengamatan kami,
gerakan mereka terselubung, doktrin yang ditanamkan pada jamaah sangat tertutup
dan ekslusif. Jika Anda masuk ke masjid mereka, mereka akan mengamati Anda
dengan curiga. Kenapa kita berdakwah harus dengan kecurigaan? Jika kita benar
kita harus terbuka, karena kita rahmatan lil alamin. Dalam berdakwah kita harus
mengajak umat kepada jalan yang benar bukan pada jalan yang bengkok dan salah.
Mereka masih jauh dalam
memahami Islam secara benar, karena mereka selalu berkutat pada hal-hal yang
bersifat ubudiyah. Bagaimana cara mereka berinteraksi dengan masyarakat?
Jangankan kepada orang di luar Islam, kepada sesama Muslim bahkan orang tua
saja tidak menunjukkan akhlakul kharimah (akhlak yang baik), padahal Rasulullah
mengatakan innama bu’itstu li utammima makaarimal akhlaq. Jadi, kepada sesama
Muslim saja mereka sangat ekstrim, bagaimana mereka berurusan dengan orang yang
bukan Islam. Akan lebih ”garang” lagi. Inilah yang bisa menimbulkan terorisme.
Mereka sering menyebut kelompok
lain sebagai khawarij dan lainnya, Apa tujuannya?
Itu untuk membenarkan dan
mengeksiskan kelompoknya sendiri. Tujuannya, agar mereka bisa memanfaatkan
masyarakat menjadi simpati dan percaya dengan pandangan mereka. Sehingga
masyarakat pun akan menopang gerakan ini. Ada satu sistem yang saya perhatikan
dari mereka, ternyata mereka mendekati individu yang memiliki potensi materi
tapi memiliki pemahaman agama yang lemah. Kepada orang ini, dilakukan
pendekatan dan silaturahim berkali-kali secara sistematis untuk menopang dakwah
mereka.
Tapi
di antara mereka juga timbul perpecahan, kenapa?
Perpecahan di kalangan mereka
berkenaan dengan latar belakang pendidikan, siapa gurunya, kitab apa yang
dibaca, dan dasar pemahaman agama yang mereka miliki. Ini semua memunculkan
beberapa kelompok seperti, Salafi Haraki, Salafi Yamani, Salafi Sururi dan
lainnya. Ternyata, perbedaan mereka tidak hanya dalam penerapan pemahaman dalam
dakwah, tapi juga dalam berebut lahan dan bantuan luar negeri. Ternyata,
bantuan luar negeri ini tidak bisa serta merta mereka terima jika orang atau
lembaga yang di luar negeri itu juga tidak sepaham dengan mereka. Jadi,
masing-masing kelompok akhirnya memiliki jaringan dan link sendiri-sendiri.
Contoh, mereka yang sekolah di
Madinah dengan yang di Thosim atau Riyad memiliki stelsel berbeda. Yang sekolah
di Madinah, ketika pulang masih bersedia ikut Maulud dan tahlil. Dari
pengamatan saya, stelsel antara Madinah dengan Riyadh memang berbeda, kemudian
juga tergantung siapa gurunya, apa kitab yang dibanyak dibaca. Sekarang
kitab-kitab agama banyak beredar. Jika kita membaca tanpa dipandu guru, kita
bisa menyimpang. Jadi, kadang-kadang penjabaran hadits tidak pas dengan yang
dimaksud oleh Rasulullah saw, inilah yang kemudian berkembang menjadi pemahaman
yang berbeda.
Apa
dampak bagi Al-Irsyad Al-Islamiyah atas munculnya gerakan ini?
Al-Irsyad Al-Islamiyah menjadi
korban terbesar dari munculnya gerakan ini. Pasalnya, Pertama, secara historis,
antara Timur Tengah dengan Al-Irsyad memiliki hubungan lebih mudah. Kedua,
Al-Irsyad memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai di seluruh
provinsi di Indonesia misalnya, sarana pendidiikan, sekolah, dan masjid. Mereka
pun masuk ke dalam hal-hal yang seperti ini. Saya juga sudah bicara pada Pak Dien
Syamsuddin dan KH Hasyim Muzadi, ternyata masjid mereka juga kecolongan. Jika
mereka sudah masuk, pelan-pelan mereka mengubah dan menguasai masjid. Makanya,
terjadilah konflik dengan takmir dan masyarakat sekitar. Di sini, saya melihat,
hilangnya faktor keikhlasan dalam berdakwah, karena ada unsur kepentingan yakni
kepentingan kelompok (hizbiyah). Karenanya, Al-Irsyad Al-Islamiyah paling
terkena dampaknya, karena mereka menyerang ideologis.
Tapi
yang tampak di luar sepertinya hanya perebutan aset?
Inilah yang saya katakan
sebagai faktor x, ada missing di sini. Tapi jika mereka membentuk organisasi
lain tanpa menyebut-nyebut al-Irsyad, kita tidak akan mempermasalahkannya.
Persoalannya, mereka mencatut nama al-Irsyad.
Apa
yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?
Saya memandang, gerakan ini
bukan bagian dari aliran sesat. Tapi ini pekerjaan rumah kita. Orang
mengistilahkan ”anak-anak nakal”. Bagaimana mengantisipasinya? Tempo hari
ketika ada pertemuan di PP Muhammadiyah, saya mengusulkan agar seluruh ormas
Islam membentuk forum dan kajian untuk mencermati dan mengantisipasi gerakan
yang mengklaim dirinya sebagai salafi ini. Kita memang tidak bisa menyerahkan
100% pada pemerintah, tapi kita minta pemerintah memfasilitasinya. Jika MUI
bisa mengambil inisitaif akan lebaih baik. Tapi menurut kami akan lebih efektif
jika ormas-ormas Islam sendiri yang berinisitif membentuknya.
Masterplan
“HYDRA” Memecah Belah Umat Islam
Isu penolakan Ustadz tertentu
dari kelompok Islam di Samarinda masih hangat dalam ingatan kita. Sejatinya ini
adalah masalah klasik “aswaja” versus “wahabi”. Persoalan lalu hanyalah buih
dari pertengkaran dan perselisihan sejak lama. Keributan ini tidak dibangun
dalam satu hari, di sutu sisi ada dai yang gencar mengangkat isu kontroversial
sehingga menimbulkan keretakan umat, disisi lain barat juga telah memetakan
keuatan umat Islam dan mempelajari cara untuk menghancurkan kekuatan umat
Islam. Hydra yang dimaksud disini adalah RAND Corp.
Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi
dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith
Foundation. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan
Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation,
keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para
personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab
Talmud.
Gerakan tersebut memakai sebutan
“Komunitas Internasional” mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya
selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi
kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen
tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan
Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.
Penulis utama laporan ini, Angel
Rabasa, mengatakan bahwa “Amerika Serikat memiliki peran penting untuk bermain
di level moderat. Apa yang dibutuhkan pada tahap ini adalah untuk memperoleh
pelajaran dari pengalaman Perang Dingin, menentukan penerapan mereka ke kondisi
dunia Islam saat ini, dan mengembangkan sebuah “road map” untuk pembangunan
Muslim moderat dan jaringan muslim liberal”.
Masih menurut dokumen ini, mereka
mendukung muslim moderat dan liberal di Asia Tenggara menggunakan media untuk
merespon dengan cepat dan efektif paham radikalisme ke masyarakat, yang
menyebabkan dua kubu saling bersebrangan untuk menimbulkan perpecahan. Mereka
menciptakan program radio muslim liberal dengan topik “Agama dan Toleransi”
yang menjadi acara talk show paling populer di Indonesia. Transkrip dari acara
ini sudah diterbitkan di Jawa Pos dan membuat sindikasi di lebih dari 70 surat
kabar.
Strategi berikutnya ada dalam
dokumen RAND Corp berjudul Civil Democratic Islam, Parters, Resources, And
Strategies yang ditulis Cheryl Benard, di dalamnya diungkap secara detil upaya
untuk memecah-belah umat Islam.
Dokumen RAND CORPORATION berjudul
Civil Democratic Islam – Partners, Resources and Strategies dikarang oleh
Cherly Benard. Dapat di akses melalui website RAND Corporation disini http://bit.ly/1wLJDnX
Langkah pertama dari usaha adu
domba itu adalah melakukan pengelompokan umat Islam menjadi 4 (empat)
berdasarkan kecenderungan dan sikap politik terhadap Barat dan nilai-nilai
demokrasi.
Pertama: kelompok fundamentalis,
yaitu kelompok yang dinilai menolak nilai-nilai demokrasi dan budaya Barat
serta menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat
menerapkan Hukum Islam yang ekstrem.
Kedua: kelompok tradisionalis,
yaitu kelompok yang menginginkan suatu masyarakat yang konservatif.
Ketiga: kelompok modernis, yaitu
kelompok yang menginginkan Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka
juga ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikan Islam dengan
perkembangan zaman.
Keempat: kelompok sekular, yaitu
kelompok yang menginginkan Dunia Islam dapat menerima paham sekular dengan cara
seperti yang dilakukan negara-negara Barat dimana agama dibatasi pada lingkup
pribadi saja.
Langkah berikutnya adalah
melakukan politik belah bambu, mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain
serta membenturkan antarkelompok.
Pertama: dukung kelompok modernis
dengan mengembangkan visi mereka tentang Islam sehingga mengungguli kelompok
tradisionalis. Caranya dengan memberikan arena yang luas agar mereka dapat
menyebarkan pandangan mereka. Mereka harus dididik dan diangkat ke
tengah-tengah publik untuk mewakili wajah Islam kontemporer.
Kedua: dukung kelompok
tradisionalis sebatas untuk mengarahkan mereka agar berlawanan dengan kelompok
fundamentalis dan untuk mencegah pertalian yang erat di antara mereka;
menerbitkan kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstremisme yang
dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kelompok tradisionalis
dan fundamentalis; mendorong kerjasama antara kaum modernis dan kaum
tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis; juga mendorong popularitas
dan penerimaan atas sufisme.
Ketiga: dukung kelompok sekularis
secara kasus-perkasus dan mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu
musuh bersama; mendorong ide bahwa agama dan negara dapat dipisahkan, dan hal
ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuatnya.
Keempat: musuhi kelompok
fundamentalis dengan menunjukkan kelemahan pandangan keislaman mereka;
mendorong para wartawan untuk mengekspos isu-isu korupsi, kemunafikan dan tidak
bermoralnya kaum fundamentalis, pelaksanaan Islam yang salah dan ketidakmampuan
mereka dalam memimpin dan memerintah. Posisikan mereka sebagai pengacau dan
pengecut, bukan sebagai pahlawan, serta dorong perpecahan antara kaum
fundamentalis.
Berikut ialah inti resume dari
Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut,
antara lain:
Pertama, Komunitas Internasional
menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode
keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan
mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;
Kedua, Komunitas Internasional
menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah
suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of
Civilization (Benturan Peradaban);
Ketiga, Komunitas Internasional
menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta
mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;
Keempat, Komunitas Internasional
perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui
siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya
yang ada di Dunia Islam;
Kelima, Komunitas Internasional
mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan,
dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan
nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak
didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas
agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok,
atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;
Keenam, Komunitas Internasional
membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(1) Fundamentalis: kelompok
masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat
Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;
(2) Tradisionalis: kelompok
masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan.
Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat
Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman,
sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok
masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan
dipisah sama sekali dari urusan negara.
Ketujuh, Komunitas Internasional
menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:
1) Mengkonfrontir dan menentang
kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut:
(a) menentang tafsir mereka atas Islam dan
menunjukkan ketidak-akuratannya;
(b) mengungkap keterkaitan mereka
dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal;
(c) mengumumkan konsekuensi dari
tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka
untuk memerintah;
(e) memperlihatkan
ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka
dan komunitas mereka;
(f) mengamanatkan pesan-pesan
tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas
kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita;
(g) mencegah menunjukkan rasa
hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan
teroris;
(h) kucilkan mereka sebagai
pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan;
(i) mendorong para wartawan untuk
memeriksa isue-isue korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum
fundamentalis dan kaum teroris;
(j) mendorong perpecahan antara
kaum fundamentalis.
2) Beberapa aksi Barat memojokkan
kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur’an,
Contoh: mengharaman poligami pada
satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; mengulang-ulang
tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang
kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian “mengeroyok” dan menyerang
argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan
lainnya; lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku
kekerasan dan lain-lain.
3) Mendorong kaum tradisionalis
untuk melawan fundamentalis, dengan cara:
(a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak
elemen yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif
lagi otoriter;
(b) menerbitkan kritik-kritik
kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum
fundamentalis;
(c) memperlebar perbedaan antara
kaum tradisionalis dan fundamentalis;
(d) mencegah aliansi kaum
tradisionalis dan fundamentalis;
(e) mendorong kerja sama agar
kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis;
(f) jika memungkinkan, kaum
tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum
fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior,
sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang
kabur;
(g) di wilayah seperti di Asia
Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu
mempertahankan pandangan mereka;
(h) melakukan diskriminasi antara
sektor-sektor tradisionalisme berbeda;
(i) memperuncing khilafiyah yaitu
perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni – Syiah, Hanafi – Hambali,
Wahabi – Sufi, dll;
(j) mendorong kaum tradisionalis
agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan;
(k) mendorong mereka untuk
membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah
otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis;
(l) Mendorong popularitas dan
penerimaan atas sufisme;
4) Mendukung sepenuhnya kaum
modernis, dengan jalan:
(a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya
mereka dengan biaya yang disubsidi;
(b) mendorong mereka untuk
menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda;
(c) memperkenalkan
pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam;
(d) memberikan mereka suatu
platform publik;
(e) menyediakan bagi mereka opini
dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi
agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan
tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan
pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan
sarana lainnya; (f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah
pilihan “counterculture” kaum muda Islam yang tidak puas;
(g) memfasilitasi dan mendorong
kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di
kurikulum dari negara-negara yang relevan;
(h) membantu dalam membangun
organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil
(civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri
sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Beberapa bukti tindakan program
ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya
dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money – dengan pengeluaran
sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.
5) Tempo doeloe, pernah dalam
mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan
tulisan dibawahnya: “semua agama sama”.
Mendirikan berbagai LSM yang
bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk
LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil
karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna
menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya
dan lainnya.
6) Mendukung secara selektif kaum
sekularis, dengan cara:
(a) mendorong pengakuan fundamentalisme
sebagai musuh bersama;
(b) mematahkan aliansi dengan
kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan
ideologi kiri;
(c) mendorong ide bahwa dalam
Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan
keimanan tetapi malah akan memperkuat.
7) Untuk menjalankan Building Moderate
Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan
lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun
universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi
tujuan-tujuan AS.
Contoh keberhasilan membangun
jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural
Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen
membentuk jaringan anti komunis.
Hal serupa juga dilakukan dalam
rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu
aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam
secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS
sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya
tampil pura-pura saja.
AS dan sekutu sadar, bahwa ia
tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun
ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis
tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung
pasifnya”.
Ini jelas tujuan dalam rangka
menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak
berperilaku lazimnya seorang muslim.
Pembangunan jaringan muslim
moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu:
(a) menyokong jaringan-jaringan yang telah
ada;
(b) identifikasi jaringan dan
gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya;
(c) memberikan kontribusi untuk
membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham
pluralisme.
Sebagai pelaksana proyek,
Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk
kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan
para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy
(NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic
Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam
and Democracy (CSID).
Pada fase pertama, membentuk
jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian
setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi
jaringan terbuka.
Adapun kelompok-kelompok yang
dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah :
(a) akademisi dan intelektual muslim liberal
dan sekuler;
(b) cendikiawan muda muslim yang
moderat;
(c) kalangan aktivis komunitas;
(d) koalisi dan kelompok
perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender;
(e) penulis dan jurnalis moderat.
Para pejabat Kedutaan Amerika di
negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering
mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan
untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor:
(a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu
dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan
segala sistemnya;
(b) dukungan oleh media massa
melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya — yang
merupakan “medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam;
(c) Advokasi Kebijakan. Hal ini
untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide
radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan
ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah
berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur
Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari
kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.
Agaknya inilah jawaban, kenapa
Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual
muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak
produk baik tulisan maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”,
kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan
dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.
Terkadang umat Islam tidak sadar
menjadi agen Hydra gratisan yang ikut mengompori perpecahan Ahlusunnah dalam
Dunia Islam.
Red : Maulana Mustofa
Islam
Itu Satu, Jangan Cerai-Berai - Ust Khalid Basalamah
Umat Islam menurut penuturan Rosulullah shollallaahu 'alayhi wa sallam akan mengalami ujian yang berat. Islam akan terpecah menjadi 73 golongan yang mana hanya satu golongan yang Allah jamin masuk surga tanpa hisab. Surga akan dimasuki oleh umat Rosulullah untuk pertama kalinya lalu kemudian umat dari Nabi sebelum Nabi Muhammad. Sebuah kemuliaan yang luar biasa tentunya.
Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk bersatu dan jangan bercerai-berai. Allah mengingatkan "Wa laa tafarroqu" dan perintah Allah ini ditunjukkan oleh Rosulullah yang mampu menyatukan hati para sahabat untuk berjuang menegakkan Islam. Islam mulai pecah menjadi beberapa golongan setelah generasi sahabat mulai berangsur tergantikan oleh generasi berikutnya. Namun kendati demikian, umat generasi setelah sahabat yakni tabi'in dan tabi'ut tabi'in telah Rosulullah jamin sebagai generasi terbaik.
Secara sepintas memang sederhana mengatakan umat harus bersatu dan jangan bercerai-berai. Namun dalam faktanya menyatukan umat memang tidak mudah. Perlu kesadaran dari masing-masing personal bahwa kebenaran yang haq adalah mengikuti Al Quran dan Sunnah. Jika mengikuti jalan selain itu maka hanya akan muncul perbedaan yang besar. Selain itu, sikap saling melengkapi dan tidak saling sikut harus ditunjukkan. Islam itu satu dan jangan sampai saling sikut dan merasa paling benar. Kebenaran hanyalah dengan mengikuti pedoman hidup mulia yaitu Al Quran dan Sunnah.
http://www.ambiguistis.net/2016/07/islam-itu-satu-jangan-cerai-berai.html
Salah
Satu Penyebab Perpecahan Umat Islam
Perkara pertama yang membedakan
antara generasi al-salaf dan al-Khalaf adalah dalam subyek Tauhid al-Asma’ wa
al-Sifat. Perkara ini berkaitan dengan cara memahami ayat-ayat al-Qur’an dan
hadis yang memberitakan tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah. Ayat-ayat
al-Qur’an dan hadis yang memberitahukan nama-nama dan sifat-sifat Allah digelar
sebagai nas-nas al-Sifat. Khusus bagi hadis, ianya mesti memiliki sanad yang
shahih dan maksud yang jelas, sebelum dapat diterima sebagai nas al-Sifat.
Salah satu contoh nas al-Sifat
berdasarkan firman Allah adalah:
“Hai iblis, apakah yang
menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua Tangan-Ku.”
(Saad 38:75)
Pertama
Ahl al-Sunnah menerima dan
menetapkannya sebagai salah satu sifat Allah tanpa bertanya atau memikirkan
bagaimana tatacara, ciri-ciri dan bentuk (kaifiat) bagi sifat Tangan tersebut.
Kaedah Ahl al-Sunnah dikenali sebagai kaedah al-Tafwidh yang berarti menyerahkan
kaifiat sesuatu nas al-Sifat kepada Allah `Azza wa Jalla.
Ahl al-Sunnah terdiri dari
generasi al-Salaf yang hidup sebelum tahun 300 Hijrah. Mereka inilah yang
asalnya dikenali sebagai Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Sedangkan mereka yang
berusaha mengikuti manhaj dan teladan generasi al-Salaf secara terperinci
setelah 300 Hijrah disebut sebagai Salafiyyah atau Salafi.
Kedua
Ahl al-Zahir yaitu mereka yang
memahami nas-nas al-Sifat secara zahir sehingga dikatakan Tangan Tuhan seperti
tangan makhluk. Ini menjadikan Tuhan bertubuh dan memilki anggota badan. Ahl
al-Zahir ini terbagi kepada dua bagian:
(a) Ahl al-Bid’ah yang dikenali
sebagai al-Musyabbihah dan al-Mujassimah. al-Musyabbihah adalah orang-orang
yang melakukan Tasybih yaitu menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya. Sedangkan
al-Mujassimah adalah orang-orang yang melakukan Tajsim yaitu menjasmanikan
Tuhan seumpama makhluk-Nya. Mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu
dan kepakaran, tetapi masih mengikuti bisikan nafsu dan syaitan.
(b) Orang-orang awam yang salah
memahami nas-nas al-Sifat. Mereka mencoba mengikuti pemahaman generasi salaf,
tetapi tidak memahaminya secara tepat. Kadang kala mereka terpengaruh dengan
faham al-Musyabbihah dan al-Mujassimah. Kesalahan mereka dimaafkan kalau itu
tidak disengajakan.
Orang awam yang tersilap ini
tidak bisa digelas sebagai Ahl Bid’ah. Ahl Bid’ah adalah gelaran yang hanya
diberikan kepada orang-orang yang memiliki cukup ilmu namun masih mengikuti
nafsu dan bisikan syaitan dalam mencipta hal-hal baru yang mencemari keaslian
agama Islam. Mereka melakukan perbuatan tersebut untuk memelihara kedudukan di
sisi masyarakat, menjaga status dan tidak mau mengakui apa yang mereka ajarkan
selama ini adalah tidak benar.
Ketiga
Ahl al-Takwil yaitu mereka yang mengartikan
nas-nas al-Sifat kepada istilah-istilah yang lain. Mereka ini umumnya hidup
setelah 300 hijrah dan dikenali sebagai generasi al-Khalaf. Ahl al-Takwil
menganggap nas-nas al-Sifat adalah sesuatu yang berbentuk kiasan saja (majaz)
semata-mata karena mustahil bagi Allah untuk memiliki nama dan sifat seperti
makhluk-makhluk-Nya. Menurut mereka nas-nas al-Sifat hanya sedikit sekali yang
betul-betul menerangkan sifat Allah seperti al-Iradah, al-Qudrah, al-`Ilmu,
al-Hayah, al-Basyar, al-Sama’ dan al-Kalam. Yang lainnya wajib dialihkan ke
sesuatu yang lain untuk menghindari tasybih dan tajsim. Oleh karena itu istilah
Tangan dalam ayat di atas, merek alihkan dengan cara menakwil kepada pengertian
lain yaitu “kuasa”.
Pembagian kepada Ahl al-Sunnah,
Ahl al-Zahir dan Ahl al-Takwil hanyalah pembagian yang berbentuk umum.
Sebenarnya ia terbagi kepada malahan puluhan aliran pemahaman. Penyebab
terbesar berpecahnya umat Islam adalah dalam subyek Tauhid al-Asma’ wa
al-Sifat. Perpecahan ini disebabkan masing-masing aliran telah mendahulukan
akal (logika dan teori) atas naqal (dalil-dalil wahyu al-Qur’an dan al-Sunnah
yang shahih). Karena akal adalah sesuatu yang relatif, maka lahirlah berbagai
macam aliran dengan teori masing-masing.
Sikap mendahulukan akal di atas
naqal disebabkan ajaran-ajaran filsafat Yunani yang mulai mendapat tempat di
kalangan sebagian orang Islam. Mereka menganggap ia sebagai bentuk ilmu yang
bermanfaat sehingga diusahakan untuk diterjemahkan dan disebarkan ajaran-ajaran
tersebut.
Sumber: Ringkasan kecil dari buku
“Pembongkaran Jenayah Ilmiah” karangan Hafiz Firdaus Abdullah