Muktamar menyimpulkan bahwa ajaran Islam yang
sunnah, yang moderat yang adil, yang baik hanyalah mereka yang ikut dalam
muktamar, yaitu yang diwakili sebagaian kaum Sufi Thariqat, Asy’ariyah dan
Maturidiyyah (mereka mewakili diri mereka). Sementara Salafiyyah, Ahli Hadits
yang justru konsisten dengan Sunnah Nabi, para Sahabatnya dan Tabi’in
dikeluarkan dari istilah Ahli sunnah, tidak dianggap pengikut Sunnah, yang bisa
disimpulkan bahwa salafiyyah dan Ahli hadits bukan Ahlussunnah, bukan Islam
yang baik, dan bukan moderat, alias radikal atau sumber radikalisme atau
terorisme.
Kepada
Peserta Muktamar Shufiyyah di Chechnya
Berkata syaikh Muqbil Bin
Hadi Al Wadi'i رحمه
الله :
Sepantasnya kita
memperingatkan dari dua kelompok ini yaitu kelompok Shufiyyah dan kelompok
Syi'ah dikarenakan kedua kelompok tersebut merupakan alat bagi kaum komunis.
Berkata syaikh Muqbil Bin
Hadi Al Wadi'i رحمه
الله :
Tidaklah engkau menjumpai
negeri dari negeri-negeri kaum muslimin melainkan padanya terdapat kuburan yang
dibangun dan dimintai pertolongannya dan
disembelih (hewan sembelihan) di sisinya serta dimintai darinya sesuatu yang
tidak boleh diminta kecuali kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kesyirikan-kesyirikan ini
menyusup dalam agama islam.
Dan yang melakukan
khurafat-khurafat dan kebidahan-kebidahan ini adalah kaum Syi'ah dan Shufiyyah
dan orang-orang yang menempuh jalan mereka.
(Fadhoih Wa Nashoih hal.11)
Berkata syaikh Usamah Bin
Su'ud Al Amry حفظه
الله :
Salafiyyin merupakan manusia
yang paling mengetahui keadaan orang-orang (sesat).
Betapa banyak dari
orang-orang yang menghadiri muktamar kedunguan dan hawa nafsu yang ditahdzir
oleh Salafiyyin.
Alangkah mulianya mereka dan
alangkah bagusnya jasa mereka terhadap manusia dan alangkah jeleknya perbuatan
manusia terhadap mereka.
Dimana kaum Asy'ariyyah, kaum
Maturidiyyah di masa-masa yang penuh dengan keutamaan (masa shohabat, tabi'in
dan tabi'ut tabi'in). Di waktu itu belum ada kaum Asy'ariyyah dan kaum
Maturidiyyah.
Maka bagaimana bisa mereka
dikatakan sebagai Ahlussunnah ?
Maka sungguh jauh hasil
muktamar ini -yang dipenuhi dengan kedunguan- dari kebenaran.
Yaitu menganggap tiga
kelompok ahlul bida' yaitu Shufiyyah, Asya'iroh, dan Maturidiyyah semuanya
termasuk Ahlussunnah.
Sesungguhnya ini perkara yang
menakjubkan.
MUKTAMAR CHECHNYA MERUPAKAN
UPAYA MENGHIDUPKAN KEBID'AHAN DAN HAWA NAFSU.
Sumber : Channel telegram Al Qolamus Salafy
telegram.me/dinulqoyyim
Muktamar
shufi di chechnya
Jangan Lupakan Sejarah Kaum
Shufi!!
"Dalam perjalanan
sejarah kita baru-baru ini, bencana dari mereka (kaum Shufi) terus
berulang-ulang dalam bentuknya yang paling jelek!! Jangan lupa, penjajah
Inggris merekrut dan mengerahkan kaum Shufi untuk menjatuhkan negara Tauhid
yang didirikan oleh al-Imam al-Mujahid Ahmad bin Irfan dan rekan-rekannya di
Pesawar (Pakistan).
Juga suatu yang telah
diketahui oleh semua pihak, kerja sama kaum Shufi dengan pemerintah komunis di
bumi 'Aden - Yaman.
Demikian pula tak tersembunyi
bagi siapa yang meneliti sejarah, hubungan yang kuat dan mesra antara penjajah
Prancis dengan tarekat-tarekat Shufiyyah di bumi Aljazair. Prancis telah
memberi bantuan berbagai fasilitas materi dan immateri kepada kaum Shufi!!
Persatuan Islam apakah yang
akan tegak di atas pundak-pundak orang-orang seperti mereka (Kaum Shufi)??!
Manakah kemenangan Islam yang
diharapkan terwujud melalui mereka (kaum Shufi)?!"
Mauqif al-Imamain : Ibn
Taimiyah wa Ibnil Qayyim min ash-Shufiyyah.
ditulis oleh
Rabi' bin Hadi Umair
al-Madkhali
Makkah, 14 / 5 / 1426 H
#مؤتمر_الشيشان_الصوفي
ﻭﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺨﻨﺎ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺗﺘﻜﺮﺭ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻤﺨﺎﺯﻱ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﺄﺑﺸﻊ
ﺻﻮﺭﻫﺎ ؛ ﻓﻼ ﻳﻨﺴﻰ ﺃﺣﺪ ﺗﺠﻨﻴﺪ ﺍﻻﺳﺘﻌﻤﺎﺭ ﺍﻟﺒﺮﻳﻄﺎﻧﻲ ﻟﻠﺼﻮﻓﻴﺔ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺇﺳﻘﺎﻁ ﺩﻭﻟﺔ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻗﺎﻣﻬﺎ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺠﺎﻫﺪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺮﻓﺎﻥ ﻭﺇﺧﻮﺍﻧﻪ ﻓﻲ ( ﺑﻴﺸﺎﻭﺭ ) .
ﻭﻣﻌﺮﻭﻑ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ ﺗﻌﺎﻭﻥ ﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻣﻊ ﺍﻟﺤﻜﻮﻣﺔ
ﺍﻟﺸﻴﻮﻋﻴﺔ
ﻓﻲ ﺃﺭﺽ ( ﻋﺪﻥ) ﺍﻟﻴﻤﻨﻴﺔ.
ﻭﻻ ﻳﺨﻔﻰ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻘﺮﺃ ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ
ﻋﻼﻗﺔ ﻭﻃﻴﺪﺓ ﻭﺣﻤﻴﻤﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻻﺳﺘﻌﻤﺎﺭ ﺍﻟﻔﺮﻧﺴﻲ ﻭﻃﺮﻕ ﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﺑﺄﻧﻮﺍﻋﻬﺎ ﻓﻲ ﺃﺭﺽ (
ﺍﻟﺠﺰﺍﺋﺮ) ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻛﺎﻥ ﻳﻤﺪﻫﺎ ﺑﻜﻞ ﺍﻟﻮﺳﺎﺋﻞ ﺍﻟﻤﺎﺩﻳﺔ ﻭﺍﻟﻤﻌﻨﻮﻳﺔ !!
ﻓﺄﻱُّ ﻭﺣﺪﺓ ﺇﺳﻼﻣﻴﺔ ﺗﻘﻮﻡ ﻋﻠﻰ ﻛﻮﺍﻫﻞ ﻣﺜﻞ ﻫﺆﻻﺀ ؟!
ﻭﺃﻱُّ ﻧﺼﺮٍ ﻟﻺﺳﻼﻡ ﻳﺘﺤﻘَّﻖ ﺑﻬﻢ ؟!
موقف الإمامين ابن تيمّية وابن القيّم من
الصُّوفية
ﻭﻛﺘﺐ :
ﺭﺑﻴﻊ ﺑﻦ ﻫﺎﺩﻱ ﻋﻤﻴﺮ ﺍﻟﻤﺪﺧﻠﻲ
- ﻛﺎﻥ
ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ - ﻣﻜﺔ : 14/5/1426 ﻫـ
•••••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya
Muktamar
“shufi” chechnya menyingkap
sunni gadungan
Asy-Syaikh Abdullah
al-Bukhary hafizhahullah berkata:
“مؤتمر
الشيشان” فيه من النعم ما يلي:
١. ظهر
للسني المحض بجلاء استبانة سبيل المجرمين {ولتستبين سبيل المجرمين}.
٢. تميّز أهل الحق من أهل الباطل {ما كان الله ليذر المؤمنين على
ما أنتم عليه حتى يميز الخبيث من الطيب}.
Muktamar Chechnya padanya
terdapat beberapa nikmat yang diantaranya sebagai berikut:
1. Nampaknya seorang sunni
murni dengan nampak jelasnya jalan orang-orang yang jahat.
ﻭَﻟِﺘَﺴْﺘَﺒِﻴﻦَ ﺳَﺒِﻴﻞُ ﺍﻟْﻤُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ.
“Dan agar nampak jelas jalan
orang-orang yang suka berbuat dosa.” (QS. Al-An’am: 55)
2. Terpisahnya orang-orang
yang mengikuti kebenaran dari para pengekor kebathilan.
مَا ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻴَﺬَﺭَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
ﻋَﻠَﻰٰ ﻣَﺎ ﺃَﻧﺘُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻳَﻤِﻴﺰَ ﺍﻟْﺨَﺒِﻴﺚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺐ.
“Allah sekali-kali tidak akan
membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian seperti ini (tanpa
ujian) hingga Dia memisahkan yang buruk (yang dusta imannya) dari yang baik
(yang jujur imannya).” (QS. Ali Imran: 179)
Benarkah
Muktamar Chechnya itu Ahlussunnah Wal Jama’ah?
September 6, 2016
[Muktamar Chechnya menetapkan
bahwasanya Asya-‘irah dan Maturidiyah,
merekalah Ahlussunnah wal jama’ah! !]
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على نبي بعده،
أما بعد:
Muktamar Chechnya telah
mengumpulkan campur aduknya Ahlul Ahwa dan Bid’ah, dari kalangan pegiat kuburiyun dan extremnya
tasawuf, sehingga mereka menetapkan bahwasanya sifat Ahlussunnah wal Jama’ah
itu dimuthlakan terhadap Asya-‘irah dan Maturidiyah! ! dan berikut ini bantahan
dari ucapan-ucapan Ahli ilmu atas tolok ukur buatan mereka itu.
Sejatinya, yang mereka
inginkan dengan ucapan ini ialah menyerang Dakwah Salafiyah dan terhadap para
Ulamanya, dan menyingkirkan kitab-kitab mereka,
seperti kitab-kitabnya Ibnu Taimiyah,
Ibnul Qoyyim, dan Imam Mujaddid
Muhammad bin Abdulwahhab, sehingga
mereka pun menjadikan apa yang terjadi di masa kini berupa perpecahan dan
perselisihan, peperangan dan pengusiran, kekacauan dan kegoncangan itu
disebakan kitab-kitab ini!
Dan mereka sebelum munculnya
ISIS yang jahat, pernah dahulu mereka menerangkan juga seperti penerangan
mereka pada hari ini dalam Muktamar,
kalau demikian: sebenarnya ketetapan mereka itu termasuk permusuhan
terhadap Dakwah Salafiyah dan para Ulamanya, melempar tuduhan, memuthlakan
julukan guna memperingatkan dari mereka, perhatikanlah sebagai percontohan
saja: [Hasan Al Maliki yang Sesat]
Kata Hasan Al Maliki:
– bersamaan ini dan bersamaan
pula penyifatannya dalam Qiroat-nya (hal 80-81) terhadap kitab-kitab yang
ditulis dalam masalah aqidah-aqidah bahwasanya itu merusak kaum muslimin, dan
dia menyebutkan contoh-contoh yang banyak dari kitab-kitab yang dibuat oleh
Hanabilah dalam masalah aqidah dan itu sangatlah banyak, diantaranya Kitab
Tauhid karya Ibnu Khuzaimah, dan Asy
Syari’ah karya Al Ajurry, Ushulussunnah
karya Al Lalikay dan kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim, bersamaan hal
itu dia berkata pada (hal.154) dari Qiroat-nya: (Saya tidak berpendapat
maknanya untuk melarang kitab-kitab asya-‘irah dan Syi’ah, dan Ibadhiyah dan
selain mereka dari kaum muslimin yang masuk ke Mamlakah(Saudi pent) dalam sinar
pancaran ilmu!!!))
Berkata Asy Syaikh Robi’
Hafidzahulloh : Sungguh dia telah mengumpulkan dalam pada itu antara melecehkan
perihal kitab-kitab Ahlussunnah dan menguatkan kitab-kitab selainnya, jadi dia
inginnya mengambil yang lebih rendah sebagai pengganti yang lebih baik!
Dan tulisan-tulisannya terbangun
di atas cacian kepada Ahlussunnah, dimulai dari para Shahabat radhiallohu
‘anhum sampai orang yang ada di zaman ini yang berada di atas metode mereka di
Mamlakah (Saudi) dan selainnya.
[Al intishor lishshohabatil akhyar firoddi
abathili Hasan Al Maliki: hal.117]
Inilah dia hasil dalam
Muktamar Chechnya berupa penghinaan dan penyingkiran dari kitab-kitab
Ahlussunnah dan menguatkan kitab-kitab Ahlul bid’ah, sehingga para penyimak
Muktamar dari kalangan awam menyangka bahwa merekalah Ulama, dan apa yang mereka tetapkan itulah yang
benar, -akan dimulailah pembahasan
terkait Ulama asya-‘irah dan Maturidiyah,
dan pembahasan mengenai kitab-kitab mereka dan ketetapan-ketetapan
mereka yang rusak, karena urusannya
berbahaya, jadinya Muktamar ini akan
menambah perselisihan dan perpecahan, dan ucapan-ucapan jelek terhadap Ulama
Ahlussunnah, dan peringatan dari
kitab-kitab mereka, dan tidak kita
dengar dari mereka dalam Muktamar peringatan dari Ikhwanul Muflisin (IM pent)
dan kitab-kitabnya, dan mengambil
jama’ah-jama’ah seperti sumbernya bagi mereka dalam inspirasi mereka terkait
pengkafiran orang-orang sebagaimana kelakuan Sayid Qutbh berupa pengkafiran
masyarakat.
SEKILAS RINGKAS TENTANG
KEYAKINAN ASYA-‘IRAH/asy’ariyah OLEH AL ALLAMAH AL JAMI رحمه
الله
Al asya-‘irah: suatu kelompok
dari Ahlilkalam
Al asya-‘irah: nisbat kepada
Abul Hasan al asy’ary-Abul Hasan al asy’ary bersandar ke Abu Musa al asy’ary
seorang shahabat- Abul Hasan al asy’ary tumbuh pada periode pertama diatas
sebuah metode yang disebut metode Mu’tazilah,
karena gurunya dahulu menikahi ibunya, Ibunya mulai mendidiknya sejak
kecil bersama Abu Ali al Jubba’i-suami ibunya-jadi ia pun berguru padanya,
sedangkan Abu Ali al Jubba’i termasuk tokoh besar Mu’tazilah, dan perbincangan pun mengalir
seterusnya, yang mempertanyakan akan
berkata Apasih Mu’tazilah itu sendiri?!
Al Mu’tazilah: suatu kelompok
dari Ahlil Kalam(Mantiq) yang meniadakan sifat-sifat Alloh ta’ala tidak
menetapkan bagi Alloh sifat apapun, dalam klaimnya sebagai penyucian Alloh
ta’ala. Maknanya: meniadakan sifat-sifat, tidak ada kemampuan bagi-Nya, dan
tidak ada pula keinginan, tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak
berkata-kata sampai akhirnya. Ini yang disebut: Metode Mu’tazilah, karena
mereka sebenarnya dahulu di majelisnya Abul Hasan, majelisnya al Hasan al
Bashri. Washil bin Atha’ -tokoh mereka-memisahkan diri keluar dari majelisnya
al Hasan, jadi pisahlah sendiri,
kemudian datang membawa dengan pemikiran baru dan bersendirianlah dari
kaum muslimin pada aqidah mereka, tidaklah dinamakan dengan Mu’tazilah lantaran
kondisinya yang memisahkan diri dari majelisnya al Hasan saja, mereka memisahkan diri dari majelisnya al
Hasan kemudian mereka juga memisahkan diri dari kaum muslimin pada banyak dari
aqidahnya, dimuthlakan pada mereka itu
sebutan: Mu’tazilah, yaitu kelompok
besar yang terkenal.
Dan jika kamu bertanya apakah
itu ada sekarang ini?! Iya. setiap orang berhaluan syiah maka iapun berhaluan
mu’tazilah, camkan kaidah ini: Setiap
orang yang berhaluan syi’ah berawal dari yang terdekatnya syi’ah ke Sunnah, dan
mereka itu ialah: Zaidiyah, dan ujungnya yang terjauhnya mereka yaitu Imamiyah
Ja’fariyah, mereka semua di atas aqidah mu’tazilah dalam persoalan aqidah.
inilah kaidahnya.
Mu’tazilah ini, padanyalah Abul Hasan al asy’ary tumbuh
selama 40 tahun hingga menjadi imam setelah pamannya, namun Alloh
menginginkan, ia berselisih dengan
pamannya pada sebagian masalah di antaranya:
Apakah wajib atas Alloh untuk berbuat baik bagi hamba-Nya yang
memperbaiki?!
di atas aqidahnya yang masih
Mu’tazilah, Abul Hasan mengingkari dengan fitrahnya keadaan hamba, dia berkata:
Wajib atas Alloh untuk berbuat begini begitu, sehingga dia
meninggalkannya, dan mulai mencari
kebenaran, sikapnya serupa dengan sikap
Salman al farisi yang meninggalkan pemikiran Majusi guna mencari kebenaran lalu
ia pun mendampingi Rahib-rahib sampai Alloh menunjukinnya-bertemu dengan
Rosululloh-عليه الصلاةوالسلام- di
Madinah. Persis serupa ini, Abul Hasan
keluar dari pemikiran Mu’tazilah lalu mencari kebenaran dan berhenti pada…dari
Kullab, lalu dia mengambil aqidah
Kullabiyah, akan tetapi karena keadaannya dia seorang imam yang terkenal, dan
karena nasabnya yang terkenal, maka
terlupakanlah pemilik aqidah Kullabiy ini, jadi terlupakanlah. Jadi penisbatan
kepadanya berupa aqidah asy’ariyah yaitu membedakan diantara sifat-sifat,
sebagai pengganti meniadakan seluruh sifat-sifat di atas metode
Mu’tazilah, membedakan antara
sifat-sifat aqliyah dia tetapkan untuk Alloh,
dan adapun sifat-sifat yang termasuk sifat khobariyah dia menakwilnya,
inilah metode asy’aroyah. Dia hidup di atas metode ini sekian masa dan akhirnya
sebagaimana berjumpanya Salman al farisi dengan Rosululloh -alaihishsholatu
wasalam- dan Alloh beri hidayah ke arah kebenaran, Berjumpalah Abul Hasan dengan Manhaj Salaf
Sholih, lalu dia menulis kitab yang dia sebut “Al Ibanah”, dan dia menyebutkan
di awal pembukaannya-kitab ini ada dan tercetak- Bahwasanya dia berada di atas
metodenya Imam Ahlus sunnah wal jama’ah,
yaitu: Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan dia memujinya dengan pujian harum
sesuai denannya pada mukadimah kitab, maka dia umumkan bahwasanya dia kembali
ke Manhaj Salaf Sholih.
Dan asy’ariyah yang ada
sekarang ini yang dipelajari di banyak universitas-universitas di luar negeri
ini (Saudi), padahal itu adalah aqidah Kullabiyah yang dahulu Abul Hasan berada
di atasnya setelah rujuk dari pemahaman Mu’tazilah, senantiasa mereka mendustakan apa yang ada
pada “Al Ibanah” mereka mengatakan: “Tidak benar itu tentang kembalinya Abul
Hadan ke Manhaj Salaf, dan kitab ini
bukan karyanya, tapi orang yang mendakwahkan Salafiyah-merekalah yang menulis
dengan gaya ucapannya dan berdusta atas namanya. Akan tetapi Alloh menghendaki
bahwasanya tokoh-tokoh pembesar pengikut Abul Hasan, mereka rujuk diantaranya:
al imam Ghozali menyesal dengan penyesalan yang ia menangisinya, dan menulis kitab yang ia beri nama “Iljamul
awam an ilmil kalam”, dan Imamul Haromain,
dan orang tuanya, ar Razi, Asysyahrastaniy-mereka ulama terkemuka
asya’irah-mereka semuanya menyesal, dan mencela ilmu kalam/mantiq dengan apa
yang ada dalam asya’irah, adapun orang tua imamul haromain maka ia rujuk dengan
rujuk yang jelas sekali dan menulis risalah yang isinya menjelaskan tentang
aqidahnya, dan bagaimana keadaannya dan
bagaimana rujuknya, dan risalahnya ada
terkandung dalam kumpulan “Al Mutunul Muniriyah” bagimu untuk meniliknya guna
mengetahuinya.
Kalau begitu al asy’ariyah
ialah aqidah yang Abul Hasan dahulu pernah berada di atasnya sebelum kembalinya dia ke Manhaj Salaf lalu iapun
rujuk. Dan aqidah itu dipelajari kini pada banyak universitas-universitas yang
disebut dengan universitas islami di luar negeri ini (Saudi) seperti Al Azhar
dan cabangnya Al Azhar dan semua yang dipelajari di Fakultas Dakwah dan
Ushuluddin di Al Azharusy Syarif dan pengikut Al Azharusy syarif, semuanya aqidah Kullabiyah asy’ariyah yang
Abul Hasan al asy’ariy telah bertaubat darinya. inilah dia al asy’ariyah.
Berkata Syaikhulislam Ibnu
Taimiyah: “Lafadz Ahlussunnah yang dimaukan dengannya ialah siapa saja yang
menetapkan kekhilafahan yang tiga, lalu memasukan padanya semua kelompok
kecuali Rafidhah, dan seringnya yang
dimaukan dengannya ialah Ahlul hadits dan sunnah yang murni, sehingga tidak termasuk padanya kecuali siapa
saja yang menetapkan sifat-sifat Alloh ta’ala dan mengatakan: Al Qur’an bukan
makhluk, dan sesungguhnya Alloh akan
dilihat di akhirat, dan menetapkan takdir dan selain itu dari pokok-pokok yang
terkenal pada Ahlul hadits was sunnah.
(Minhajussunnah 2/221)
Kalau demikian: asya-irah dan
maturidiyah bukanlah termasuk Ahlussunnah wal jama’ah, disebabkan mereka
memiliki suatu pengubahan dan peniadaan pada sifat-sifat Alloh jalla wa’ala dan
selain itu dari berbagai penyimpangan.
Berkata al allamah Bin Baz
dalam bantahannya terhadap ash shobuniy: “Asya-‘irah dan yang serupa mereka itu
tidak termasuk dalam Ahlussunnah dalam penetapan sifat-sifat Alloh, dikarenakan mereka telah menyelisihi
Ahlussunnah dalam hal itu dan menempuh selain manhaj metodenya, dan hal itu
menuntut untuk pengingkaran atas mereka ini dan penjelasan tentang kesalahan
mereka dalam ta’wil, dan bahwasanya hal
itu menyelisihi manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana telah lewat penjelasannya
di permulaan peringatan-peringatan penting ini, sebagaimana bahwasanya tidak
terlarang untuk dikatakan bahwa asya-‘irah bukan termasuk dari Ahlussunnah
dalam bab nama-nama dan sifat-sifat Alloh meskipun mereka bagian darinya pada
bab-bab lain sehingga mengetahui sang pengamat
dalam madzhab mereka bahwasanya mereka telah salah dalam ta’wil sebagian
sifat-sifat Alloh, dan mereka telah
menyelisihi para Shahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan para
pengikutnya dengan baik pada permasalahan ini, sebagai bentuk mengukuhkan
kebenaran dan mengingkari kebatilan dan mendudukkan posisi setiap yang dari
Ahlussunnah dan asya-‘irah pada posisinya yang ia berada di atasnya. (Majmu’ul
fatawa 3/74)
Berkata Ibnu Utsaimin dalam
Syarh al wasithiyah: “Jadinya makna Ahlussunnah wal Jama’ah yaitu Ahlussunnah
wal ijtima’, disebut dengan Ahlussunnah karena mereka menempuh jalan Sunnah,
dan karena mereka bersatu di atas Sunnah…
Dan diketahui dari ucapan
penulis rahimahulloh bahwasanya tidak dimasukkan ke dalam Ahlussunah wal Jama’ah
siapa saja yang menyelisihi mereka dalam metode cara mereka, jadi asya-‘irah
sebagai contohnya dan juga maturidiyah tidak tergolong dari Ahlussunnah wal
jama’ah dalam bab ini, karena mereka
menyelisihi terhadap perkara yang Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan para
Shahabatnya berada di atasnya dalam memperlakukan sifat-sifat Alloh subhanahu
wata’ala sesuai kebenarannya. Oleh karena ini salah-lah orang yang mengatakan:
“Sesungguhnya Ahlussunnah wal Jama’ah itu ada 3: Salafiyun, Asy’ariyun, dan Maturidiyun, maka ini salah, Kami jawab: “Bagaimana mungkin semuanya
Ahlussunnah padahal mereka berbeda? Sebab tidak ada setelah kebenaran kecuali
kesesatan! dan bagaimana bisa semuanya menjadi Ahlussunnah padahal setiap
masing-masingnya membantah yang lainnya? ini tidak mungkin, kecuali jika
memungkinkan untuk mengumpulkan antara: dua yang berlawanan, jadi iya,
kalau tidak bisa, maka tidak ragu
lagi bahwa salah satu dari mereka saja-lah yang ia itu Shohibusunnah, siapa
dia? kami katakan: siapa saja yang sesuai
dengan Sunnah, maka dia lah
Shahibussunnah, dan siapa saja yang menyelisihi Sunnah, maka bukan Shohibussunnah, maka kami berkata:
Salaf, mereka itu-lah Ahlussunnah wal
Jama’ah, dan tidak benar penyifatan ini
kepada selainnya selama-lamanya.
Asy Syaikh Muhammad Aman Al
Jami ditanya:
Soal: Bagaimana mereka bisa
menjadi yang terdekatnya kelompok Kalam/mantiq dari Ahlussunnah seiring dengan
adanya aqidah yang rusak ini?
Jawab. Ini adalah dekat
sekedar penisbatan saja, ditinjau dari yang selain mereka dalam ketidak
penetapannya bagi Alloh (sifat yang satu seperti Mu’tazilah, karena Asya-‘irah
sebagaimana yang telah lalu, mereka menetapkan sifat-sifat makna-makna seperti
kemampuan, keinginan, mendengar, melihat,
ilmum hidup, berbicara, dan dalam
masalah berbicara ada perbincangan yang panjang. Syarhul wasithiyah
Beliau berkata pula: “Dari
sini kalian tahu bahwasanya asya-‘irah mereka bukan termasuk Ahlussunnah, karena mereka menyelisihi Ahlussunnah wal
Jama’ah pada hal ini dan selainnya dari hal-hal yang banyak. Sumber yang sama
tadi.
Dan [Dalam Syarh Sunan Abi
Dawud karya al allamah al Abbad]
Apakah asya-‘irah termasuk
Ahlussunnah wal Jama’ah?
Jawab: Mereka bukan termasuk
Ahlussunnah wal Jama’ah, namun mereka
paling dekat dari pada selain mereka ke Ahlussunnah wal Jama’ah, dan karena Ahlussunnah wal Jama’ah itu
ialah mereka orang-orang yang berada di atas apa yang Rasulullah shollallohu
‘alaihi wasallam dan Shahabatnya. Dan telah diketahui bahwa aqidah asya-‘irah
tidak diketahui oleh para Shahabat, dan
belum pernah ada pada zaman Shahabat,
melainkan tumbuh setelah masa Shahabat. Jadi apakah masuk akal jika ini
baik terluputkan dari para Shahabat dan dimiliki oleh orang yang muncul setelah
mereka? Tidak masuk akal, sebab para Shahabat mereka itu terawal pada setiap
kebaikan, dan mereka orang amat cepat ke
arah semua kebaikan, dan mereka orang
paling semangat di atas seluruh kebaikan. Adapun aqidah asya-‘irah itu aqidah
yang muncul sedangkan Sebaik-baik umat ini tidak mengetahuinya. Dan aqidah yang
padanya ada keberuntungan ialah aqidah yang berada di atasnya para Shahabat
Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam sebagaimana ucapan Malik: Tidak akan
baik akhir umat ini kecuali dengan apa yang membaikkan permulaannya.
dan berkata: “Apa yang bukan
agama pada zaman Muhamnad shollallohu ‘alaihi wasallam dan para
Shahabatnya, maka sesungguhnya itu tidak
akan menjadi agama sampai hari kiamat. Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda: (Wajib atasmu berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaurrosyidin)
sedangkan aqidah mereka (asy’ariyah pent) itu tidak dari Rasul dan tidak juga
dari Khulafaurrosyidin. Dan Beliau bersabda: (Akan terpecah umat ini pada 73
kelompok, semuanya di Neraka kecuali 1,
ditanyakan: siapa mereka wahai Rasulullah? Beliau jawab: Siapa saja yang di
atas apa yang Aku dan para Shahabatku berada.”
Asy Syaikh Robi’
hafidzahulloh ditanya:
Soal: Apakah asya-‘irah
mereka itu termasuk Ahlussunnah wal Jama’ah kecuali dalam bab nama-nama dan
sifat-sifat Alloh?
Jawab: Bukan, mereka memiliki
sekian perkara yang banyak, dan apakah
bab nama-nama dan sifat-sifat Alloh itu remeh?! al asya-‘irah pada masa kini
mereka itu ada Tijaniyah, Marghaniyah,
Sahrawardiyah, dan Sufiyah, Pegiat kubur mayoritas mereka itu-nas-alullohal
afiyah- mereka menyebut diri mereka sendiri Asya-‘irah, dan mereka menyebut diri mereka sendiri
Ahlussunnah! ! [Fatawa fil aqidah wal manhaj]
🔷Berkata Syaikh Sholih Alu Syaikh: Maksud dari
bahwasanya asya-‘irah termasuk Ahlussunnah wal Jama’ah atau bukan, maka
sebagian Ulama Hanabilah era belakangan atau kebanyakan dari era belakangan
termasuk yang menulis dalam aqidah Salaf
dan mereka belum menelitinya secara benar dalam hal ini, mereka anggap
Ahlussunnah wal Jama’ah ada 3 golongan:
Ahlul hadits wal atsar, asya-‘irah,
dan Maturidiyah.
Seperti yang dilakukan
safariniy dan juga diperbuat oleh selainnya,
dan ini yang berlaku pada kebanyakan orang, dan mengadopsinya akhir-akhir ini sebagian
dari jama’ah-jama’ah islamiyah dan semakin luasnya perbincangan mengenainya
sebagaimana yang telah dikenal.
Namun sebenarnya kata
Ahlussunnah iya, semua masuk dalam kata
Ahlussunnah tanpa keraguan, karena mereka semua berhujah dengan Sunnah dan
beriman dengan Sunnah sampai akhirnya, tapi
kata Jama’ah semuanya mengklaimnya, dan asya-‘irah mengatakan kami Ahlussunnah
waljama’ah, dan Maturidiyah mengatakan kami Ahlussunnah wal Jama’ah, dan seringnya tiada beda antara keduanya,
jadi semuanya berkata Ahlussunnah wal Jama’ah mereka maukan adalah asya-‘irah dan
maturidiyah. Dan Ahlulhadits wal atsar mengatakan kamilah Ahlussunnah wal
Jama’ah dst…
Akan tetapi bila kamu teliti
secara benar, masing-masingnya mengklaim
punya hubungan dengan Jama’ah, namun
apakah sah pengakuan mereka itu atau tidak sah?
Kata (Al Jama’ah) di sini maknanya yangtidak memecah-belah
agama, apa yang sesuai dengan Jama’ah yang pertama yaitu para Shahabat dan para
Tabi’in, maka apakah ucapan-ucapan mereka itu memecah-belah dalam agama? Dan
apakah hal itu di atas apa yang dahulu para pendahulu berada di atasnya atau
tidak?
Kalau demikian ketemulah
jawabannya dan ketemulah hasilnya, jadi
apabila suatu perbuatan mereka itu di atas apa yang dahulu para pendahulu
berada, yakni asya-‘irah dan sejenis mereka
dan sebagian kelompok-kelompokyang ada di masa kini dan Jama’ah-jama’ah
islamiyah dan selainnya, jika mereka
berada di atas yang dahulu para Salaf di atasnya, maka tentunya mereka akan
melestarikan Jama’ah yang pertama yang termasuk orang-orang yang tidak
membeda-bedakan antara sebuah dalil dan dalil,
khususnya dalam urusan ghoib pada masalah aqidah, mereka tidak membuang
sesuatu dalil pun (yang sah) bahkan menetapkannya sebagaimana Alloh
tetapkan, maka sesungguhnya mereka
termasuk Jama’ah. Tapi jika sebaliknya,
justru mereka membeda-bedakan,
mengubah-ubahnya, dan mempertentangkan terhadap hal-hal ghoib
sebagaimana yang mereka pertentangkan itu,
bahkan mereka menyelisihi pada makna kata Tauhid, pada kewajiban
pertama, dan pada hal iman mereka
menyelisihinya, dan pada hal takdir mereka
menyelisihinya, dan pada hal sifat-sifat
Alloh mereka menyelisihinya, dan pada
masalah-masalah yang lain mereka juga menyelisihinya dan pada hal aqidah meteka
menyelisihi apa yang dahulu para Salaf berada di atasnya, Jadi bagaimana
mungkin kita akan mengatakan bahwasanya mereka itu berpegang teguh dengan al
Jama’ah.
Berpegang teguh dengan
Ahlussunnah wal Jama’ah itu bukamlah sekedar pengakuan dan bukan sebuah
pemberian yang seorang insan memberikannya dengan pilihannya, kita katakan fulan termasuk Ahlussunnah wal
jama’ah atau bukan, bukan
pembawaan, bukan akal-akalan, bukan sumbangan yang dibagi-bagikan kepada
orang-orang, sifat ini ada pada Kitab dan Sunnah bahwasanya orang yang
memecah-belah agamanya bukanlah termasuk al Jama’ah
”Dia telah mensyari’atkan
bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
[Asy Syura: 13]
kita katakan sesungguhnya
kita menyifati Alloh dengan mendengar dan melihat takkan pernah kita
mena’wilnya, tapi marah dan ridha kita mena’wilnya yakni kita mengatakan itu
adalah kehendak. makna bahwasanya Dia tidak marah? kita katakan: iya tidak
marah.
Dan oleh karena ini ada
orang-orang yang menyebutkan bahwa asya-‘irah termasuk Ahlussunnah
waljama’ah, kita jawab mereka:
Ahlussunnah iya, tapi al Jama’ah kami ingin berharap bahwasanya mereka termasuk
dari Ahlussunnah wal Jama’ah secara sebenarnya,
bukan yang pemberian bukan pula tunjukkan, namun apakah mereka di atas al Jama’ah?
Tidak diragukan lagi bahwa
Ahli ilmu yang amanah dalam penyifatan yang Alloh lekatkan terhadap siapa saja
yang Dia janjikan dengan keselamatan.
Amanah dalam penyifatan yang
tidak boleh ada pada mereka untuk membagi-bagi sifat-sifat sebatas ijtihad
mereka, ini begini itu begitu.
Bukankah mereka para pemegang
amanah syariat, maka seharusnya
memperlakukan syariat sesuai amanah yang dipikulkan. Mereka membantah apa yang
mereka dibantah, tapi seharusnya apa
yang ada padanya.
Iya, datanglah metode apa
yang dia katakan dengannya yaitu hendaknya berkata dengan yang lebih baik, ini merupakan perhatian terhadap kebaikan dan
kerusakan.
Namun kata itu pada dasarnya
haruslah jelas dan gamblang, bukan
berbasa-basi bukan pula sekedar pemanis.
Al Jama’ah merupakan sifat
syar’i siapa saja yang merealisasikannya maka dia disifati dengannya, dan siapa saja yang tidak menerapkannya, maka sesungguhnya dia tidak disifati dengan
itu. [ithafusa-il bima fi thahawiyah min masa-il] dengan perubahan.
Penulis: Nurs Al Hasyimi
Mift@h
[ مؤتمر الشيشان يقرر أن الأشاعرة و الماتريدية هم
أهل السنة و الجماعة ] – المنبر الإسلامي – شبكة سحاب السلفية
[ مؤتمر
الشيشان يقرر أن الأشاعرة و الماتريدية هم أهل السنة و الجماعة !! ]
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي
بعده، أما بعد :
مؤتمر الشيشان
فقد جمع خليط من أهل الأهواء والبدع ، ومن القبوريين، ومن غلاة التصوف ،
فقرر هولاء أن وصف أهل السنة والجماعة يطلق على الاشاعرة والماتريدية !! ، و سياتي
الرد على عباراتهم من كلام أهل العلم .
و بالحقيقة هم ارادو بهذا الكلام ، الحرب على
الدعوة السلفية، وفي علماؤها ، والتزهيد
من كتبهم ، ككتب ابن تيمية ، وابن القيم، والامام المجدد محمد بن عبد الوهاب ،
فهولاء جعلوا ما يحصل الآن من تفرقات
واختلافات ، وقتل وتشريد ، و اضطرابات وقلاقل بسبب هذه الكتب !
وهولاء قبل ظهور داعش المجرمة ، كانوا يصرحون
بنفس تصريحهم اليوم في المؤتمر ، إذن: كان هذا متقرر عندهم من عداوة للدعوة
السلفية وعلماؤها، والصاق التهم ، واطلاق القاب للتحذير منهم و انظر ععلى سبيل المثال : [حسن المالكي الضال ]
قال حسن المالكي : مع هذا ومع وصفه أيضاً في
قراءته (ص:80 ـ 81) للكتب المؤلفة في العقائد بأنَّها تمزِّق المسلمين، وذِكره
أمثلة كثيرة للكتب التي عوَّل عليها الحنابلة في العقيدة وهي كثيرة، منها كتاب
التوحيد لابن خزيمة والشريعة للآجري وأصول السنة للالكائي وكتب ابن تيمية وابن
القيم، مع ذلك يقول في (ص:154) من قراءته: ((أنا لا أرى معنى لمنع كتب الأشاعرةوالشيعة
والإباضية وغيرهم من المسلمين من دخول المملكة في ضوء هذا التفجُّر المعرفي!!!)) .
قال الشيخ ربيع حفظه الله : فقد جمع في ذلك بين
التهوين من شأن كتب أهل السنة والإشادة بكتب غيرهم، فاستبدل الذي هو
أدنى بالذي هو خير!
وكتاباته مبنيَّةٌ على النَّيل من أهل السنة،
بدءاً من الصحابة رضي الله عنهم حتى مَن كان في هذا العصر على طريقتهم في المملكة
وغيرها. [ الانتصار للصحابة الاخيار في رد اباطيل حسن المالكي : ص 117 ].
هذا هو الحاصل في مؤتمر الشيشان من التهوين و
التزهيد من كتب أهل السنة و الإشادة بكتب المبتدعة ، فالمستمع للمؤتمر من العوام
يظن ان هولاء علماء ، وما يقررونه هو الصواب ، سيبدأ عن البحث عن علماء الاشاعرة
والماتريدية ، والبحث عن كتبهم وتقريراتهم الفاسدة ، فإن الامر خطير ، فهذا المؤتمر سيزيد من الاختلافات والتفرق ، والكلام
السوء في علماء اهل السنة ، والتحذير من كتبهم ، ولم نسمع من هولاء في المؤتمر
التحذير من الإخوان المفلسين ومن كبتهم ،
واتخاذ الجماعات كمرجع لهم في انطلاقهم في تكفير الناس كما فعل سيد قطب بتكفير
المجتمعات .
نبذة مختصرة عن عقيدة الاشاعرة للعلامة الجامي رحمه الله :
الأشاعرة: فرقة من أهل الكلام، الأشاعرة: نسبة
إلى أبي الحسن الأشعري – أبو الحسن الأشعري – ينتسب إلى أبي موسى الأشعري –
الصحابي -، أبو الحسن الأشعري نشأ نشأته الأولى على طريقة تسمى طريقة المعتزلة،
لأن شيخه كان زوج أمه، أخذ أمه وهو طفل صغير تربى عند أبي علي الجبَّائي – زوج أمه
-، فتتلمذ عليه وأبو علي الجبَّائي من كبار المعتزلة، والكلام يجر بعضه بعضًا، من
سائل أن يقول ماهي المعتزلة نفسها!؟
المعتزلة: فرقة من أهل الكلام ينفون صفات الله –
تعالى – لا يثبتون لله أي صفة، في زعمه تنزيه الله تعالى معناه: نفي الصفات، لا
قدرة له، ولا إرادة، ولا سمع، ولا بصر، ولا كلام إلى آخره، هذه يقال لها: طريقة
المعتزلة لأنهم كانوا في مجلس أبي الحسن، مجلس الحسن البصري، واصل ابن عطاء –
رئيسهم – اعتزل خرج من مجلس الحسن فاعتزله، فأتى بأفكار جديدة واعتزل المسلمين في
عقيدتهم، لم يسموا معتزلة لكونه اعتزلوا مجلس الحسن فقط، اعتزلوا مجلس الحسن ثم
اعتزلوا المسلمين في كثير من عقائدهم، أطلق عليهم: معتزلة، وهي طائفة كبيرة معروفة.
وإذا سألت هل لها وجود الأن!؟ نعم. كل شيعي فهو
معتزلي خذوا هذه قاعدة: كل شيعي بدءً من أقرب الشيعة إلى السنة، وهم: الزيدية،
ونهايةً إلى أبعدهم الإمامية الجعفرية كلهم على عقيدة الإعتزال في العقيدة. هذه
قاعدة، هذه المعتزلة عاش فيها أبو الحسن الأشعري نحو أربعين عامًا حتى أصبح إمامًا
بعد عمِّه، ولكن أراد الله، اختلف مع عمِّه في بعض المسائل منها: هل يجب على الله
أن يفعل لعباده الأصلح فالأصلح!؟
على عقيدة المعتزلة، أبو الحسن أنكر بفطرته كون
العبد يقول: يجب على الله أن يفعل كذا وكذا ففارقه، فجعل يبحث عن الحق، يشبه موقفه
موقف سلمان الفارسي الذي فارق المجوسية ليبحث عن الحق وعكف عند الرهبان حتى هداه
الله، ولحق برسول الله – عليه الصلاة والسلام – بالمدينة، تمامًا يشبه هذا، أبو
الحسن خرج من الإعتزال فيبحث عن الحق وعكف عند … من كلاب فأخذ العقيدة الكلابية،
ولكن لكونه كان إمامًا ومشهورًا، ولكونه عالي النسب مشهور النسب نسي صاحب العقيدة
الكلابي فنُسي؛ فنسبة إليه العقيدة الأشعرية وهي التفريق بين الصفات، بدلاً أن
تنفى جميع الصفات على طريقة المعتزلة، يفرق بين الصفات، ما كان من الصفات العقلية
يثبت لله، وما كان من
الصفات الخبرية يؤوَّل، هذه طريقة الأشعرية، عاش
على هذا فترةً من الزمن وأخيرًا كما لحق سلمان الفارسي برسول الله – عليه الصلاة
والسلام – وهداه الله إلى الحق، لحق أبو الحسن بمنهج السلف الصالح، وألَّف كتابًا
سماه ” الإبانة “، وذكر في مقدمته – الكتاب مطبوع موجود – أنه على طريقة إمام أهل
السنة والجماعة يعني: الإمام أحمد ابن حنبل، وأثنى عليه ثناءً عاطرًا يليق به في
مقدمة الكتاب فأعلن أنه رجع إلى منهج السلف الصالح.
والأشعرية الموجودة الأن التي تدرس في كثير من
الجامعات خارج هذا البلد؛ إنما هي على العقيدة الكلابية التي كان أبو الحسن عليها
بعد رجوعه من الإعتزال، لايزالون يكذبون ما في ” الإبانة ” يقولون: ما هو صحيح
رجوع أبي الحسن إلى منهج السلف، وهذا الكتاب ليس له، وإنما من يدعون السلفية هم
الذين ألَّفوا على لسانه وكذبوا عليه، ولكن أراد الله، أن كبار أتباع أبي الحسن
رجعوا منهم: الإمام الغزالي ندم ندمًا بكى فيه، وألَّف كتابًا سماه: ” إلجام
العوام عن علم الكلام “، وإمام الحرمين، ووالد إمام الحرمين، والرازي، والشهرستاني
– هؤلاء فطاحلة علماء الأشاعرة – كلهم ندموا، وذموا علم الكلام بما فيه الأشعرية،
أما والد إمام الحرمين فرجع رجوعًا صريحًا وألَّف رسالةً بين فيها عقيدته، وكيف
كان وكيف رجع، ورسالته موجودة ضمن مجموعة ” المتون المنيرية ” لكم أن ترجعوا إليها
لتعرفوا، الأشعرية إذن عقيدةٌ كان عليها أبو الحسن الأشعري قبل رجوعه إلى منهج
السلف ثم رجع عنها، وهي المدروسة الأن في كثير من الجامعات التي تسمى الجامعات
الإسلامية خارج هذا البلد كـ ” الأزهر “، وفروع ” الأزهر ” كل ما يدرس في كلية
الدعوة وأصول الدين في ” الأزهر الشريف ” وأتباع ” الأزهر الشريف ” كلها عقيدة
كلابية أشعرية تاب عنها أبو الحسن الأشعري. هذه هي الأشعرية.
يقول شيخ الاسلام أبن تيميه”(( فلفظ أهل السنة
يُرَادُ به من أثبت خلافة الخلفاء الثلاثة , فيدخل في ذلك جميع الطوائف إلا
الرافضة , وقد يُرَادُ به أهل الحديث والسنة المحضة فلا يدخل فيه إلا من يثبت
الصفات لله تعالى ويقول : إن القرآن غير مخلوق , وإن الله يرى في الآخرة , ويثبت
القدر وغير ذلك من الأصول المعروفة عند أهل الحديث والسنة ( منهاج السنة / 2 – 221 ) .
اذن : الاشاعرة والماتريدية ليسوا من اهل
السنة والجماعة ، لما عندهم من تحريف ونفي
لصفات الله جل وعلا وغيرها من الانحرافات
قال العلامة ابن باز في رده على الصابوني :
فالأشاعرة وأشباههم لا يدخلون في أهل السنة في إثبات الصفات لكونهم قد خالفوهم في
ذلك وسلكوا غير منهجهم وذلك يقتضي الإنكار عليهم وبيان خطئهم في التأويل، وأن ذلك
خلاف منهج أهل السنة والجماعة كما تقدم بيانه في أول هذه التنبيهات، كما أنه لا
مانع أن يقال إن الأشاعرة ليسوا من أهل السنة في باب الأسماء والصفات وإن كانوا
منهم في الأبواب الأخرى حتى يعلم الناظر في مذهبهم أنهم قد أخطأوا في تأويل بعض
الصفات وخالفوا أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم وأتباعهم بإحسان في هذه المسألة
تحقيقا للحق وإنكارا للباطل وإنزالا لكل من أهل السنة والأشاعرة في منزلته التي هو
عليها. مجموع الفتاوى ( 3/74)
قال ابن عثيمين في شرح الواسطية : فيكون معنى أهل
السنة والجماعة، أي: أهل السنة والاجتماع، سموا أهل السنة، لأنهم متمسكون بها،
لأنهم مجتمعون عليها…
وعلم من كلام المؤلف رحمه الله أنه لا يدخل فيهم
من خالفهم في طريقتهم، فالأشاعرة مثلا والماتريدية لا يعدون من أهل السنة والجماعة
في هذا الباب، لأنهم مخالفون لما كان عليه النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه في
إجراء صفات الله سبحانه وتعالى على حقيقتها، ولهذا يخطئ من يقول: إن أهل السنة
والجماعة ثلاثة: سلفيون، وأشعريون، وماتريديون، فهذا خطأ، نقول: كيف يمكن الجميع
أهل سنة وهم مختلفون؟! فماذا بعد الحق إلا الضلال؟! وكيف يكونون أهل سنة وكل واحد
يرد على الآخر؟! هذا لا يمكن، إلا إذا أمكن الجمع بين الضدين، فنعم، وإلاّ، فلا شك
أن أحدهم وحده هو صاحب السنة، فمن هو؟ الأشعرية، أم الماتريدية، أم السلفية؟
نقول: من وافق السنة، فهو صاحب السنة ومن خالف السنة، فليس صاحب سنة،فنحن نقول:
السلف هم أهل السنة والجماعة، ولا يصدق الوصف على غيرهم أبداً.
سئل الشيخ محمد آمان الجامي :
سؤال: كيف يكونون من أقرب فِرق الكلام من أهل
السنة مع هذه العقيدة الفاسدة؟
هذا القُرب نسبي بالنسبة إلى غيرهم الذين لا يثبتون
لله (صفة واحدة كالمعتزلة؛ لأن الأشاعرة كما تقدم يثبتون صفات المعاني كالقدرة
والإرادة والسمع والبصر والعلم والحياة والكلام , وفي الكلام كلام طويل. شرح
الواسطية
و قال أيضا : من هنا تعلمون أن الأشاعرة ليسوا من
أهل السنة؛ لأنهم مخالفون لأهل السنة والجماعة في هذا الموقف وفي غيره من المواقف
الكثيرة. نفس المصدر السابق
و [ في شرح سنن ابي داود للعلامة العباد] :
هل الأشاعرة من أهل السنة والجماعة؟
الجواب: ليسوا من
أهل السنة والجماعة؛ ولكنهم أقرب من غيرهم إلى
أهل السنة والجماعة، وإلا فأهل السنة والجماعة هم الذين كانوا على ما كان عليه
رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه، ومعلوم أن عقيدة الأشاعرة لا يعرفها
الصحابة، ولم تكن وجدت في زمن الصحابة، وإنما نبتت بعد الصحابة، فهل يعقل أن يكون
هذا خيراً فات الصحابة وادُّخر لمن جاء بعدهم؟! لا يعقل، فالصحابة هم أولى الناس بكل
خير، وهم أسرع الناس إلى كل خير، وهم أحرص الناس على كل خير. فعقيدة الأشاعرة
عقيدة نابتة، وخير هذه الأمة لا يعرفونها، والعقيدة التي فيها الفلاح: هي التي كان
عليها أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم كما قال مالك : لن يصلح آخر هذه الأمة
إلا بما صلح أولها، وقال: ما لم يكن ديناً في زمن محمد صلى الله عليه وسلم وأصحابه
فإنه لا يكون ديناً إلى قيام الساعة. والنبي صلى الله عليه وسلم قال: (عليكم بسنتي
وسنة الخلفاء الراشدين) وعقيدتهم لم تأتِ عن الرسول ولا عن الخلفاء الراشدين،
وقال: (ستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة، قيل: من
هي يا رسول الله؟ قال: من كان على ما أنا عليه وأصحابي).” انتهى
سئل الشيخ ربيع حفظه الله :
السؤال: يقول السائل: هل الأشاعرة هم من أهل
السنّة والجماعة إلاّ في باب الأسماء والصِّفات؟
الجواب: لا ,عندهم أشياء كثيرة ,وهل باب الأسماء
والصفات هيِّن؟! الأشاعرة في هذا العصر هم التِّيجانيّة والمرغنية والسهروردية
والصّوفية القبوريين أكثرهم – نسأل الله العافية – سمّوا أنفسهم أشاعرة ,وسمّوا
أنفسهم أهل السنّة!!. [ فتاوى في العقيدة و المنهج ]
قال الشيخ صالح ال الشيخ : المقصود أنَّ كون الأشاعرة
من أهل السنة والجماعة أم لا، فبعض علماء الحنابلة المتأخرين أو أكثر المتأخرين
ممن صَنَّفُوا في عقيدة السلف وهم لم يُحَقِّقُوا في هذا الأمر عَدّوا أهل السنة
والجماعة ثلاثة فئات:
أهل الحديث والأثر، والأشاعرة، والماتريدية.
مثل ما فعلها السَّفَاريني وفعله أيضاً غيره،
وهذه مشت على كثيرين وتبنَّاهَا أخيراً بعض الجماعات الإسلامية وَوَسَّعُوا الكلام
فيها كما هو معلوم.
ولكن في الحقيقة كلمة أهل السنة نعم، الجميع من
أهل السنة ولاشك؛ لأنَّهُم جميعا يحتجون بالسنة ويؤمنون بها إلى آخره؛ لكن كلمة
الجماعة كُلٌّ يدعيها، فالأشاعرة يقولون نحن أهل السنة والجماعة، الماتريدية
يقولون نحن أهل السنة والجماعة، وربما لا يُفَرَّقْ بينهما فالجميع يقولون أهل
السنة والجماعة يعنون الأشاعرة والمارتريدية، وأهل الحديث والأثر يقولون نحن أهل
السنة والجماعة إلخ..
لكن إذا نظرت للحقيقة، كُلٌ يَدَّعِي وَصْلَاً
بالجماعة؛ لكن هل يصح ادِّعَاؤُهُ أم لا يصح؟
كلمة (الجماعة) هنا معناه الذي لم يُفَرِّقْ في
الدين، ما كانت عليه الجماعة الأولى وهم الصحابة والتابعون، فهل أقوال هؤلاء
فَرَّقَتْ في الدين، وهل هي على ما كان عليه الأوائل أم لا؟
إذا أتى الجواب جاءت النتيجة، فإذا كان فعلاً هم
على ما كان عليه الأوائل؛ يعني الأشاعرة ونحوهم وبعض الفرق الموجودة الآن
والجماعات الإسلامية وغيرها، إذا كانوا على ما كان عليه السلف فحافظوا على الجماعة
الأولى ممن لم يُفَرِّقُوا بين دليل ودليل خاصة في الأمور الغيبية في مسائل العقيدة،
ولم ينفوا شيئاً بل أثبتوا كما أثبت الله ?، فإنَّ هؤلاء من الجماعة، لكن إذا
كانوا يُفَرِّقُونَ ويَتَأَوَّلُون ويَتَعَرَّضُون للغيبيات بما يتعرضون له؛ بل
يخالفون في معنى كلمة التوحيد، في أول واجب، وفي الإيمان يخالفون وفي القدر
يخالفون، وفي الصفات يخالفون، وفي مسائل أُخَرْ أيضاً في العقيدة يخالفون ما كان
عليه السلف كيف نقول أنَّهُم متمسكون بالجماعة.
التمسك بأهل السنة والجماعة ليست دعوة وليست
مِنْحَةْ يمنحها الإنسان باختياره، نقول فلان من أهل السنة والجماعة أو لا، ليست
مزاجاً وليست عقلاً وليست هِبَات تُوَزَّعْ على الناس، هذا وصف جاء في الكتاب
والسنة بأنَّ الذي فَرَّقَ دينه ليس من الجماعة، ?شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا
وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ
إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا
فِيهِ?[الشورى:13]، نقول: إنّناَ نَصِفُ الله ? بالسمع والبصر ما نتأول؛ لكن الغضب
والرضا نتأوله يعني نقول هي الإرادة. معنا أنه ما يغضب؟ نقول: نعم ما يغضب..
ولهذا عندك الذين ذَكَرُوا أنَّ الأشاعرة من أهل
السنة والجماعة، نقول لهم:أهل السنة نعم؛ لكن الجماعة نحن نود ونرغب ونتمنى
أنَّهُم من أهل السنة والجماعة حقيقة، وليست منحة ولا هوى؛ لكنهم هل كانوا على
الجماعة؟
لاشك أنَّ أهل العلم أُمَنَاء في الأوصاف التي
عَلَّقَهَا الله ? بمن وعده بالنجاة.
أمناء في الأوصاف لا يجوز لهم أن يُوَزِّعُوا
الأوصاف بمحض اجتهادهم هذا كذا وهذا كذا.
لا هم أمناء على الشريعة.
فلابد أن يُؤَدُّوا الشريعة على ما أؤتمنوا عليه.
يُطَاعُون ما يطاعون، لكن لابد يكون
ما عنده.
نعم يأتي أسلوب ما يقول به وهو أن يقول بالتي هي
أحسن، هذا رعاية مصالح ومفاسد.
لكن الكلمة في نفسها لابد أن تكون حقاً واضحةً،
لا مداهنة فيها ولا مجاملة.
الجماعة وصف شرعي من تَحَقَقَ به وُصِفَ به، ومن
لم يتحقق به فإنَّهُ لا يوصف به. [ اتحاف السائل بما في الطحاوية من مسائل ] بتصرف
وكتب : نورس الهاشمي
Abul-Hasan Al-Asy’ariy Bertaubat ke ‘Aqidah
Asy’ariyyah atau Salafiyyah ?
Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy’ariy, Asyaa’irah
(Asy’ariyyah), dan Bahasan Pemalsuan Kitab Al-Ibaanah ‘an Ushuulid-Diyaanah
Mereka Membenci Kitab “Al-Ibanah” Karya Abul
Hasan al-Asy’ari?! (Bagian 1 dari 2 Tulisan)
Mereka Membenci Kitab “al-Ibanah” Karya Abul
Hasan al-Asy’ari?! (Bagian 2 dari 2 Tulisan)
Apakah Imam Madzhab Itu Lebih Tahu Seluruh
Hadits Daripada Ulama Setelahnya? Akidah Imam Yang Empat Itu Adalah Satu… Yaitu
Akidah Yang Benar..!
Pada hari kamis 24-26 Dzul
Qa’dah 1437 H/26-28 Agustus 2016 M di Grozny ibu kota Checnya negara bagian
Rusia digelar muktamar bertajuk “Siapakah Ahlussunnah Wal Jamaah? Disana
dibahas Penjelasan Manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah; Akidah, Fikih dan Akhlak serta
Dampak Penyimpangan darinya di Tataran Realitas. Muktamar dihadiri
Grand Shaikh Al-Azhar, dan para undangan pilihan dari kalangan tertentu sekitar
dua ratusan ulama dari beberapa negara dan sengaja tidak mengundang para Ulama
Ahlussunnah dari kalangan Salafiyyah yang tersebar di seluruh dunia khususnya
di Saudi Arabia.
Muktamar ini diadakan di negara bagian Rusia, dimana Rusia bersama Iran sedang
menghancurkan negeri-negri Islam, membantai ahlussunnah baik mujahidin maupun
sipil di Suria. Sementara Ahlussunah di Irak sedang dihancurkan oleh Amerika
bersama Iran dan syiah Irak. Dan Ahlussunnah di Yaman sedang dijajah oleh Iran.
Muktamar ini diadakan diwaktu Iran menjalankan penjajahannya di negeri-negri
Ahlussunah di seluruh dunia, khususnya di kawasan timur tengah, tidak
ketinggalan di Indonesia. Muktamar ini diadakan disaat Iran menggantung secara
massal para aktifis Ahlussunnah, dan melancarkan permusuhan terhadap seluruh
Ahlussunnah atas nama wahabisme dan radikalisme.
Muktamar ini diadakan diwaktu Saudi Arabiya negeri Ahlussunnah pengikut madzhab
Imam Ahmad itu menghadapi makar Syiah, liberalisme dan komunisme, di waktu
Saudi menghadapi ekspansi dan terorisme syiah di Yaman, suria dan Irak.
Muktamar ini diadakan saat Palestina dijajah Yahudi Israel. Saat Rohingya
dibantai Budha Myanmar, saat Libiya dipecah belah oleh Barat dan Eropa.
Muktamar ini diadakan saat Turki yang sedang bangkit dengan Islam dijadikan
target terorisme dan kekuatan-keuatan yang tidak suka Islam.
Muktamar ini diadakan saat “dunia” memerangi terorisme dan berusaha menyematkan
tuduhan terorisme pada pejuang Palestina, Suria, Yaman dan Saudi Arabiya.
Muktamar ini diadakan saat Amerika, Yahudi, Eropa dan Rusia memerangi Islam,
memecah belah Islam, tidak ingin kebangkitan Islam. Kemudian akhirnya Muktamar
menyimpulkan bahwa ajaran Islam yang sunnah, yang moderat yang adil, yang baik
hanyalah mereka yang ikut dalam muktamar, yaitu yang diwakili sebagaian kaum
Sufi Thariqat, Asy’ariyah dan Maturidiyyah (mereka mewakili diri mereka). Sementara
Salafiyyah, Ahli Hadits yang justru konsisten dengan Sunnah Nabi i, para
Sahabatnya dan Tabi’in dikeluarkan dari istilah Ahli sunnah, tidak dianggap
pengikut Sunnah, yang bisa disimpulkan bahwa salafiyyah dan Ahli hadits bukan
Ahlussunnah, bukan Islam yang baik, dan bukan moderat, alias radikal atau
sumber radikalisme atau terorisme.
Sementara Muktamar tidak membahas sama sekali tentang ancaman umat Islam yang
nyata seperti penjajahan atas Palestina, Irak, Suria dan ekspansi Syiah
Rafidhah yang mengerikan.
Ini sungguh ironis, muktamar Ahlussunnah bukan menyatukan Ahlussunnah malah
memecah belah Ahlussunnah. Muktamar Ahlussunnah bukan menguntungkan Ahlussunnah
malah merugikan Ahlussunnah, dan menguntungkan Barat, Rusia, Iran dan Israel
karena sesuai dengan agenda mereka.
Sungguh ini memperihatinkan dengan sangat dalam, mengingatkan kita kepada sabda
Nabi i tentang fitnah akhir zaman. Nabi bersabda:
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ (سِنُونَ خَدَّاعَةٌ)، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ
Akan datang atas manusia tahun-tahun yang menipu, di dalamnya orang dusta
dibenarkan dan orang benar didustakan, orang yang berkhianat diamanahi orang
amanah dikhianati…”
(HR Ibn Majah, Ahmad dari Abu Hurairah 2/338. Dari abu Hurairah, dihasankan
oleh Syaikh al-Albani)
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari hadis Anas dengan redaksi:
إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّالِ سِنِينَ خَدَّاعَةً
Sedangkan Bazzar meriwayatkan dari Auf bin Malik dengan redaksi:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ سِنِينَ خَدَّاعَةً
Oleh karena itulah tidak heran jika para ulama, akademisi dan da’I dunia Islam
rame-rame memberikan penilaian miring terhadap muktamar ini. Juga banyak
lembaga-lemabaga Ahlussunnah dari belahan dunia menyatakan keprihatinannya dan
menyayangkannya.
Related Articles
Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah...baca
disini
Daftar Referensi Studi Komparatif Antara Tuduhan Dan Fakta :
Salafi (Ahlus Sunnah, “Wahhabi"?), Aswaja, Ibnu Taimiyah,
Sifat/Keberadaan/ Melihat Allah Diakhirat, Tanduk Setan, Najd, Muawiyah Bin Abi
Sofyan, Takfiri Syi’ah, Nawashib,Saudi, Malaysia Dan Lain-Lain.
Rangkuman artikel :
Apa,siapakah dan rujukan Ahlus-Sunnah wal-jama’ah ?
Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mengikuti Manhaj (Pemahaman, Cara
Beribadah) Para Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in ( Tiga Generasi Terbaik).
Merekalah Yang Mendengar, Mencatat, Menghafal, Membukukan Semua Wahyu (
Al-Quran Dan Hadits) Dari Nabi. Juga Merujuk Kepada Empat Imam Mazhab, Imam
Bukhari-Muslim. Pedoman Ini Sudah Sangat Cukup Untuk Mereview, Apakah Ibadah
Kita Benar-Benar Ittiba’ Kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam.
Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Menurut Ali Jum’ah (
“Ulama” Berlumuran Darah, Taqiyaher Syi’ah) Pada Pembukaan Konferensi “ Dhirar
Chechnya”. Tampak Menyelisihi Pemahaman Tiga Generasi Terbaik Setelah Nabi.
Sangat Ribet Dan Jelimet, Bandingkan Dengan ulasan Dilamurkha.
Konferensi Dhirar ”Chechnya” Manifestasi Kedengkian Dan
Kepanikan Terhadap “ Ahlus Hadits (Atsariyah) Dan Kemenangan Mujahidin Suriah,
Atas Pesanan Komunis Putin ( Rusia). Takut Mengundang Ulama Bermanhaj Salafi
Yang akan Mengancam Eksistensi Peserta.
Muktamar Dhirar “Chechnya” Dihadiri “Ulama-Ulama”
Koplak Dari Jenis Yang Sama (Berhati Syi’ah). Memanipulir Definisi Ahlus Sunnah
Dengan Meniadakan “ Ahlul Hadits,Atsariyyah,Salafiyyah, Pemahaman Tiga Generasi
Terbaik Setelah Nabi (Al-Haq)”. 21 Wadah Ulama Ahlussunnah Di Dunia Mengutuk
Konferensi Tersebut.
Ulama Syafi’iyah Antara Salafi Dan Asy’ari
Kemana Umat Islam Akan Dibawa? Ke Blok Putin (Komunis)
Dan Ini Berarti Dukung Syi’ah Iran Dan Rezim (Pembantai) Suriah, Atau Pilih
Blok Salafi, Yang Berarti Ke Blok Saudi ( Tempat Al-Haramain, Al-Haq) ? Pecah
Belah, Strategi Kuno Tapi Tetap Efektif.
Peran Ulama Jahat Dan Ulama Penjaja Dunia Melumpuhkan
Kekuatan Umat Islam
Apa Jadinya Jika Saudi Arabia Dikuasai Oleh Sufi Dan Syiah,
Serta Metode (Pemahaman) Nenek Moyang (Tradisi).
Bagi Yang Membenci SAUDI, Bacalah Surat Cinta Ini,.
Dakwah Salafiyyah Dan Daulah Su’udiyyah
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/08/dakwah-salafiyyah-dan-daulah-suudiyyah.html
Pembelaan Atas Negeri Saudi ( Sunni Salafy ) Pendukung Manhaj Salaf Dan Kembali Pada Al Haq
Pembelaan Atas Negeri Saudi ( Sunni Salafy ) Pendukung Manhaj Salaf Dan Kembali Pada Al Haq
Saudi Arabia Memimpin Umat Islam Memerangi Syi’ah. Wajib Atas
Setiap Muslim Di Seluruh Belahan Dunia Untuk Bekerjasama Dengan Pemerintah Arab
Saudi. Syukur Dan Dukungan Terhadap Kerajaan Islam Saudi Arabia.