Syi’ah Rafidhah Mengkafirkan Asya’irah
Ulama syiah yang bernama
Nikmatullah al-Jazairi dalam al-Anwar al-Nukmaniyyah berkata:
فالأشاعرة لم يعرفوا ربهم بوجه صحيح، بل عرفوه
بوجه غير صحيح، فلا فرق بين معرفتهم هذه وبين معرفة باقي الكفار .. فالأشاعرة
ومتابعوهم أسوء حالاً في باب معرفة الصانع من المشركين والنصارى … وحاصله أنّا لم
نجتمع معهم على إله ولا على نبي ولا على إمام .. فظهر من هذا أن البراءة من أولئك
الأقوام من أعظم أركان الإيمان، وظهر أن المراد بالقدرية في قوله صلى الله عليهة وسلم:
“القدرية مجوس هذه الأمة– هم الأشاعرة ” ــ الأنوار النعمانية: 2/278-279 طبعة
مؤسسة الأعلمي ــ .
“Asyairah tidak mengenali
tuhan mereka dengan benar, tetapi mengenalinya dengan pandangan yang salah,
sehingga tidak ada bedanya antara ma’rifatnya asyairah ini dengan ma’rifatnya
orang-orang kafir lainnya... Asya’irah dan para pengikutnya lebih buruk
keadaannya dalam hal ma’rifat terhadap pencipta dari pada orang musyrik dan
nasharani... Kesimpulannya, kami (Syi’ah) tidak bertemu dengan mereka
(Asy’ariyyah) dalam hal tuhan, tidak juga dalam hal Nabi, tidak juga dalam hal
imam.. Maka dengan ini tampaklah bahwa bara’ah (berlepas diri) dari
mereka-mereka itu termasuk rukun iman terbesar, dan tampaklah bahwa yang
dimaksud qadariyyah dalam sabda Nabi i “al-Qadariyyah adalah majusinya umat
ini” adalah mereka kaum asy’ariyyah itu.”[1]
[1] Al-Anwar al-Nukmaniyyah, 2/278-279, Terb.
Muassasah al-A’lamiy
Diambil dari ebook Himpunan
Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah.
(nisyi/jurnalmuslim.com)
Syiah Menganggap Kelompok 'Asyariyah Adalah
Musyrik
Berikut adalah Al-Hafizh mereka
(Syi’ah) yakni Rajab Al-Bursiy (w. 813 H) ia berkata tentang Asy’ariyyah:
وأما الإمامية الإثناعشرية، فإنهم أثبتوا لله
الوحدانية، ونفوا عنه الاثنينية، ونهوا عنه المثل والمثيل، والشبه والتشبيه،
وقالوا للأشعرية: إن ربنا الذي نعبده ونؤمن به ليس هو ربكم الذي تشيرون إليه، لأن
الرب مبرأ عن المثلات، منـزه عن الشبهات، متعال عن المقولات
“Adapaun Imamiyyah Itsna Asyariyyah maka
mereka menetapkan wahdaniyat Allah dan menafikan al-Itsnainiyyah dari-Nya,
mencegah dari-Nya perumpamaan, padanan, keserupaan dan penyerupaan. Mereka
berkata kepada kaum Asyairah: sesungguhnya Rabb kita yang kami sembah dan kami
imani bukanlah Tuhan yang kalian isyaratkan kepada=Nya, karena karena Rabb itu
bebas dari perumpamaan, suci dari kemiripan-kemiripan dan Maha Tinggi dari ucapan-ucapan.”[1]
Mushthafa al-Khumaini
berkeyakinan bahwa Asya’irah itu musrik menyekutukan Allah, dimana dia berkata:
ولعمري إن هذه الشبهة ربما أوقعت الأشاعرة في
الهلكة السوداء، والبئر الظلماء، حتى أصبحوا مشركين
“Saya bersumpah, sesungguhnya syubhat ini telah
menjerumuskan Asyairah dalam kebinasaan yang hitam dan jurang yang gelap hingga
mereka menjadi Musyrik.”[2]
Ulama mereka lainnya yang
masyhur, An-Na’ini[3] dalam Hasyiyahnya ketika menafsirkan sabda Imam Maksum
yang berbunyi; “Saudaranya para penyembah berhala”, ia berkata; “Sabda beliau
tersebut adalah isyarat kepada Asya’irah”.[4]
[1] Masyariq Anwar Al-Yaqin
oleh Al-Bursiy, hal. 337, Tahqiq: Ali Asur, , cet Pertama 1419 H, Muassasah
Al-A’lamiy Lil-Mathbu’at, Beirut.
[2] Tafsir Al-Quran Al-Karim
Miftah Ahsan Al-Khazain Al-Ilahiyyah, 1/103, Sayyid Mushthafa Al-Khumainiy,
Tahqiq Muassasah Tanzhim wa Nasyr Atsar Al-Imam Al-Khumainiy, Muassasah
Al-‘Uruj, cet Pertama 1418 H.
[3] Rafi’uddin Muhammad bin
Haidar Al-Husainiy Ath-Thabathaba’iy An-Na’iniy Al-Ashfahaniy (998-1082 H).
Al-Muhaddits An-Nuriy berkata mengenainya; “Tuannya para Hakim dan sandaran
para muhaqqiq juga mudaqqiq”. Demikian pula dikatakan Al-Irdibiliy, Al-Qummiy
dan lainnya dengan menambahkan berbagai pujian lainnya.
[4] Al-Hasyiyah ‘alaa Ushul
Al-Kafiy, hal. 497. Terb. Mu’assasah Dar Al-Hadits Al-‘Ilmiyyah.
Diambil dari ebook Himpunan
Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah.
(nisyi/jurnalmuslim.com)
Ulama Syiah: 'Asyariyah adalah Majusinya Umat
ini
Seorang alim besar Syi’ah
Al-Mazandaraniy[1] meyakini bahwa kaum Asy’ariyyah adalah majusi umat ini. Dia
meriwayatkan hadits yang dinisbatkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
yaitu yang artinya “Qadariyyah adalah majusinya umat ini.” Lalu dia
mengomentari: “mereka adalah asyairah.”[2]
[1] Muhammad Shalih
Al-Mazandaraniy (1297–1391 H). Ja’far As-Subhaniy berkata mengenainya; “Beliau
seorang ahli fiqih Imamiy, ushuliy, ahli sastra, mu’allif, termasuk dari
kalangan ulama terkenal di zamannya”.
[2] Syarah Ushul A-Kafi,
Muhammad Shalih al-Mazindarani 5/11
Diambil dari ebook Himpunan
Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah.
(nisyi/jurnalmuslim.com)
Ulama Syiah: 'Asyariyah Lebih Hina dan Rendah
dalam Memaknai Sifat dan Asma Allah SWT
Seorang alim besar Syi’ah
Al-Mazandaraniy[1] berkata:
فالأشاعرة هم أنذل وأنزل من أن يفهموا هذه المعاني
“Asyairah itu lebih hina dan lebih rendah dari
pada memahami makna-makna ini.”[2]
: (الأشاعرة
يثبتون له تعالى صفات الجسم ولوازم الجسمية ويتبرؤن من التجسيم.. وهذا تناقض
يلتزمون به ولا يبالون، وهذا يدل على عدم تفطنهم لكثير من اللوازم البينة أيضاً،
وعندنا هو عين التجسيم)
“Kaum asyairah menetapkan
bagi Allah sifat-sifat jisim dan konsekuensi-konsekuensi jismiyyah, namun
mereka berlepas diri dari tajsimm. Ini adalah kontradiksi yang mereka pegangi
dan mereka tidak peduli. Ini juga menunjukkan ketidak sadaran mereka terhadap
banyak konsekuensi-konsekuensi yang nyata. Menurut kami (Syiah) ini adalah
hakekat tajsim”.[3]
Lalu Nashiruddin Ath-Thusi,
Al-‘Allamah Al-Hilli dan Muhammad Hasan Tarhini, tiga ulama syiah ini
menisbatkan asyairah kepada syirik dan berbilangnya dzat Allah, karena menurut
mereka konsekuensi madzhab asyairah dalam sifat adalah adanya dzat-dzat yang
qadim bersama Allah sejak azal, ini jelas syirik dan ta’addud.[4]
[1] Muhammad Shalih
Al-Mazandaraniy (1297–1391 H). Ja’far As-Subhaniy berkata mengenainya; “Beliau
seorang ahli fiqih Imamiy, ushuliy, ahli sastra, mu’allif, termasuk dari
kalangan ulama terkenal di zamannya”.
[2] Syarah Ushul al-Kafi 3/102
[3] Ibid, 3/202
[4] Lihat Syarah al-Isyarat
wa al-Tanbihat, al-Thusi, tahqiq Sulaiman Dunya 3/70, cet. 3, Darul Ma’arif;
Al-Risalah As-Sa’diyyah, Al-Hilli, diterbitkan oleh Mahmud al-Mur’isyi, Abdul
Husain Muhammad Ali Baqqal hal. 50-51; Al-Ihkam Fi Ilmi Al-Kalam, Sayyid
Muhammad Hasan hal. 25, Darul Amir litstsaqafah wa al-Ilm.
Diambil dari ebook Himpunan
Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah.
(nisyi/jurnalmuslim.com)