Sunday, February 26, 2017

Kerajaan Syiah Yang Membantai Kaum Muslimin


Vonis sesat terhadap Syiah dinilai sebagian orang hanyalah ungkapan emosional semata. Dianggap sebagai ekspresi kepuasan, ‘kamu sesat dan saya tidak’. Padahal tujuannya lebih bernilai dan memiliki dampak membangun tatanan masyarakat. Hal ini berdasarkan fakta sejarah. Ketika Syiah memiliki kekuatan, maka kecenderungan rusaknya tatanan sosial semakin besar.

Lihat saja upaya Syiah Houthi di Yaman yang merupakan boneka Iran di Arab, baru-baru ini mereka menembakkan rudal mereka mengarah ke tanah suci Mekah. walaupun berhasil digagalkan oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi, namun tindakan keji ini adalah permasalahan serius, dan bisa kita jadikan tolok ukur, Syiah itu bagian mananya yang dikatakan Islam ketika mereka sudah berani menyerang Mekah.

Syiah atau Rafidhah dalam kurun sejarah perjalanan sekte ini selalu membawa misi mendirikan negara. Setelah runtuhnya Daulah al-Ubaidiyah (Fatimid) di Mesir, Syiah tidak lagi memiliki negara besar dan kuat semisal itu. Keadaan ini terus berlangsung hingga Ismail bin Haidar ash-Shafawi berhasil mendirikan kerajaan Syiah yang baru yakni Daulah Shafawiyah.

Daulah Shafawiyah didirikan dengan ideologi Syiah Itsna ‘Asyari (Syiah 12 Imam). Negara yang berdiri di Iran pada tahun 907 H/1502 M ini disebut-sebut sebagai negara yang paling buruk perlakuannya terhadap kaum muslim sunni. Mereka memiliki kesan yang mendalam terhadap sejarah Iran secara khusus, dan sejarah dunia Islam secara umum.

Ismail Syah ash-Shafawi adalah seorang Syiah fanatik. Ia membunuh hampir satu juta kaum muslim sunni. Ia menyiksa ulama sunni dengan cara dibakar hidup-hidup. Kebijakannya sangat represif, ia mewajibkan semua warga negara untuk memeluk ajaran Syiah Itsna ‘Asyari. Fanatik kabilah ia jadikan senjata memaksa masyarakat mengubah keyakinan mereka. Kabilah yang ia pakai sebagai kekuatan politik adalah Kabilah Kızılbaş, salah satu suku Turki. Ismail adalah seorang yang sangat kejam dan ditakuti. Sampai-sampai pasukannya sujud kepadanya karena begitu mengagungkannya.

Tidak hanya memaksa masyarakat di wilayahnya saja untuk memeluk Syiah, Ismail juga menyebarkan ideologi sesatnya ini ke luar batas wilayah kekuasaannya. Kebijakannya ini membuat Daulah Shafawi harus berhadapan dengan kerajaan besar lainnya, yaitu Turki Utsmani yang berpaham sunni. Bahkan, kala itu, Turki Utsmani dianggap sebagai pemimpin masyarakat sunni di dunia. Setelah kerajaan Sunni lainnya, Kerajaan Mamluk, melemah.

Ketegangan dengan Turki Utsmani membuat Ismail mengadakan kerja sama militer dengan tentara salib Portugal. Yang juga sama-sama memerangi umat Islam. Saat itu Portugal berambisi besar menguasai wilayah-wilayah Islam. Mereka berencana mengekspansi Kota Madinah dan menggali makam Nabi Muhammad .

Kesepakatan Ismail dengan Portugal ini tentu menjadi aib sejarah tersendiri bagi kerajaan Syiah Shafawi dan Ismail sendiri. Dan demikianlah perjalanan sejarah kaum Syiah. Penuh dengan makar, pengkhianatan, dan konspirasi.

Apa yang dilakukan oleh Ismail ash-Shafawi inilah yang memicu peperangan antara Daulah Utsmani dengan Daulah Shafawi. Hingga akhirnya pada pertempuran 2 Rajab 920 H bertepatan dengan 22 Agustus 1514 M, Turki Utsmani berhasil memenangkan peperangan. Ibu kota Shafawi, Tabriz, jatuh ke tangan Turki Utsmani.

Diterjemahkan dengan sedikit penambahan dari tulisan Raghib as-Sirjani yang berjudul Daulah Syiah Qatalat Miliyun Sunni
Sumber: