Hingga saat ini pasukan AS dan para agen
CIA terus melancarkan perang melawan terorismeglobal di Afganistan meski
hasilnya makin tidak jelas.
Para mujahidin Taliban yang selama ini merupakan musuh utama pasukan AS dan CIA
justru makin menunjukkan keunggulan di medan tempur menggunakan taktik perang
gerilya yang sudah teruji.
Sebelum Taliban menjadi pasukan tempur yang merajai medan perang di Afganistan,
bersama para pejuang Mujahidin, mereka berhasil mengalahkan pasukan Rusia.
Militer AS dan CIA termasuk yang memberikan andil besar dalam upaya mengalahkan
pasukan Rusia.
Mereka banyak membantu para gerilyawan Afganistan (mujahidin Taliban ) dengan
mensuplai rudal Stinger untuk merontokkan pesawat-pesawat Soviet.
Setelah perginya pasukan Rusia dari Afganistan, karena saling berebut
kekuasaan, antara mujahidin Taliban dan pejuang malah saling bertempur satu
sama lain.
Pertempuran lokal yang juga mencerminkan konflik antar suku itu kemudian
dimenangkan oleh Taliban.
Sebagai kelompok militan yang beradab, Taliban makin kuat kekuasaannya ketika
berafiliasi dengan kelompok Al Qaeda pimpinan Osama Bin Laden.
Tapi karena Osama Bin Laden, ‘kabur’ ke Afganistan akibat diusir oleh Arab
Saudi, terkait sikap Osama yang tidak setuju terhadap kehadiran militer AS di Arab
Saudi, Osama lalu mengajak Taliban menyerang AS.
Serangan teror yang didalangi Osama Bin Laden dan dilancarkan pada 11 September
2011 ke AS ternyata berhasil membuatshock berat AS.
Hanya dalam beberapa hari kemudian, militer AS menyatakan perang melawanterorisme
global dengan cara menggempur Afganistan dan Irak.
Meskipun Osama Bin Laden sendiri sudah berhasil ditangkap dan dibunuh oleh
pasukan khusus AS di Pakistan (2011), upaya pasukan AS untuk menaklukkan para
pejuang Taliban tak pernah berhasil.
Korban di pihak pasukan AS bahkan terus berjatuhan dan hingga bulan Juli 2018
sebanyak 2.372 personel pasukan telah tewas serta lebih dari 20 ribu personel
lainnya luka-luka.
Cara bertempur pasukan khusus AS dan para agen CIA di Afganistan bahkan sering
mencerminkan kakacauan prosedur dan koordinasi.
Pasalnya CIA sering memanfaatkan pasukan khusus untuk mendukung operasi-operasi
rahasianya.
Sedangkan para pasukan khusus AS sebenarnya sudah memiliki cara tersendiri
ketika bertempur.
Heli AS sedang mengevakuasi pasukan gugur di Afghanistan ()
Akibatnya pasukan khusus AS sering menderita jatuh korban karena kerap
dimanfaatkan agen CIA yang nota bene bukan personel militer dan kurang terlatih
selayaknya pasukan khusus.
Akibat sering gugurnya anggota pasukan khusus ketika sedang mendukung operasi
CIA di Afganistan, para komandan pasukan khusus seperti Ranger dan Navy Seals
pun mulai menyalahkan para agen CIA.
Pasalnya para anggota pasukan khususjustru menjadi ‘lemah’ ketika dimanfaatkan
oleh CIA karena memiliki metode dan strategi tempur berbeda.
Misalnya saja pasukan khusus AS ketika bertempur masih mempertimbangkan aturan
seperti tidak menyerang orang yang tidak bersenjata.
Sedangkan CIA dalam misinya cenderung menghalalkan segala cara sehingga sering
melakukan kecerobohan.
Akibat kecerobohan itulah, pasukan khususAS yang bertempur dibawah kendali CIA
sering jadi korban, karena tidak bisa bertempur secara profesional.
Militer AS yang merasa kewalahan melawan Taliban akhirnya hanya memiliki satu
pilihan, yakni melakukan perundingan damai dengan Taliban.
Biasanya setelah perundingan damai akan disusul penarikan mundur seluruh
pasukan AS dari Afganistan.
Penarikan mundur pasukan itu jelas akan menjadi kekalahan telak bagi CIA dan
militer AS. Seperti kekalahan pasukan AS di Vietnam (1975).(Intisari-Online)
http://ungarans.blogspot.com/2018/08/tanpa-pasukan-khusus-mujahidin-thaliban.html
http://ungarans.blogspot.com/2018/08/tanpa-pasukan-khusus-mujahidin-thaliban.html