Salafisme Tidak Menentang Modernisme Yang Sejalan Dengan Syariat
Membantah Turki Al-Hamad, Saudi Liberal Tentang
Salafisme Dan Modernisme
Turki Al-Hamad, seorang doktor politik lulusan
University of Southern California, yang pernah mengajar di Universitas King Su’ud
Riyadh, kembali mencuit ide liberalnya.
Tokoh liberal Saudi ini pernah terancam
dipidanakan karena cuitannya yang menghina Islam. Kali ini twit salah
pahamannya terkait definisi “salafisme” dan “modernisme” dibantah lunas.
Turki menulis: “Salafisme”, apapun jenisnya,
dan “modernisme” adalah dua hal yang tidak akan bertemu atau bercampur, seperti
air dan minyak, karena perbedaan rujukan adalah sesuatu yang tidak dapat
didamaikan atau dibuat-buat.
Salafisme didasarkan pada taqlid dan ittiba’,
sedangkan modernime didasarkan pada kreativitas dan kebangkitan. Tidak ada
ruang antara ittiba’ dan kreativitas untuk bersepakat.”
Tidak lama, cuitannya dibalas oleh Syaikh Hamad
Al-Atiq, peneliti paham ekstremis di Arab Saudi, pengasuh web islamancient.com:
“Liberalisme”, apapun jenisnya, dan “Islam”
adalah dua hal yang tidak akan bertemu, dan tidak dapat dipertemukan atau
bercampur, seperti air dan minyak, karena perbedaan referensi adalah sesuatu
yang tidak dapat didamaikan atau dibuat-buat!
Intinya, liberalisme didasarkan pada kekacauan,
sedangkan Islam didasarkan pada ittiba’, dan tidak ada ruang antara kekacauan
dan ittiba’ untuk bersepakat.”
Lebih lanjut Syaikh Hamad menulis kulwit:
Adapun klaim Anda: bahwa “Salafisme”, apapun
jenisnya, dan “modernisasi” adalah dua hal yang tidak dapat dipertemukan… dst,
merujuk pada cacat pemahaman Anda tentang makna salafisme atau makna
modernisasi.
Salafisme adalah Islam yang benar dan murni
dari bid’ah dengan mengikuti Kitab dan Sunnah dengan pemahaman salaf, yaitu
konsensus (ijma‘) para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam
kebaikan.
Adapun modernisme adalah perkembangan sistem
kehidupan duniawi.
Ada sebagian orang yang memahami bahwa
salafisme adalah penolakan terhadap setiap hal yang baru dalam sistem kehidupan.
Dan memahami modernisme sebagai adopsi setiap
perkembangan dan pembaruan sistem kehidupan, bahkan jika Allah melarangnya
dalam Kitab dan Nabi melarangnya dalam Sunnah, atau para salaf sepakat untuk
melarangnya.
Maka, siapa pun yang memahami salafisme dan
modernitas dalam pengertian tersebut, tidak diragukan lagi bahwa dia akan
melihatnya sebagai pertentangan yang tidak akan bertemu dan bercampur seperti
air dan minyak.
Salafisme tidak melarang pendidikan,
pembangunan, ekonomi, pariwisata, hiburan dan persenjataan dengan spesifikasi
tercanggih dan terkini.
Sebaliknya, salafisme mendorong dan
mendukungnya, seperti yang Alla Ta’ala firmankan: “Dan persiapkanlah dengan
segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan
dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah.” (QS. Al-Anfal ayat
60).
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengembangkan persenjataan dan pertahananannya dengan memasukkan strategi yang
“modern” kala itu, yaitu dengan menggali parit untuk mempertahankan Madinah.
Tidak ada masalah antara salafisme, yaitu Islam
sejati yang murni dari kotoran bid’ah. Tidak ada masalah dengan salafisme dalam
pengertian ini dengan modernisasi, yang berarti pembaruan dan pembangunan yang
dibolehkan yang datang dari Timur atau Barat!
Masalah Salafiyyah dengan “yang diharamkan”
saja, apakah itu lama atau baru, dan apakah itu diperkenalkan oleh orang Arab
atau diciptakan oleh orang lain.
Sebaliknya, prinsip-prinsip salafisme dalam
Al-Qur’an dan Sunnah menyerukan pembaruan dan modernisasi, dan untuk
memanfaatkan segala sesuatu di bumi dan di langit untuk apa yang baik dan
bermanfaat.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Tidakkah kamu
perhatikan, bahwa Allah telah menundukkan bagimu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi?” (Surah Luqman, ayat 20).
Sebagaimana Allah firmankan: “Allah-lah yang
menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan
perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu
bersyukur.” (QS. Al-Jasiyah, ayat 12).
Di antara prinsip-prinsip salafisme adalah
bahwa prinsip dasar dalam semua masalah adalah diperbolehkan, sebagaimana
firman Allah Ta’ala: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di
bumi.” (QS. Al-Baqarah, ayat 29).
Allah berfirman: “Katakanlah (Muhammad),
“Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk
hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?” (QS. Al-‘Araf, ayat 32).
Dan Allah juga berfirman: “Katakanlah, “Tidak
kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan
memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati
(bangkai), darah yang mengalir, daging babi.” (QS Al-An’am, ayat 145).
Salafisme dengan modernisasi dalam
perekonomian, memanfaatkan semua sarana modern dalam perekonomian, seperti
kartu ATM dan penggunaan teknologi dan sistem digital.
Meskipun modern, tetapi pada saat yang sama
menentang riba dan penjualan alkohol, misalnya, yaitu mengambil keuntungan
secara ekonomi dari hal seperti ini, meskipun riba dan miras bukan hal yang
modern melainkan sudah lama ada.
Salafisme tidak menentang modernisasi
pariwisata dan hiburan, seperti kota-kota rekreasi, meskipun dengan konsep
“modern.” Ini sebagaimana Nabi shawallallahu alaihi wa sallam menawarkan kepada
Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk menyaksikan orang-orang Etiopia saat mereka
sedang bermain.
Salafisme tidak bertentangan dengan mode dan
pakaian baru, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan
(siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (QS Al-An’am, ayat 32).
Tapi Salafisme menentang apa yang dilarang,
seperti memakai sutra untuk pria dan tabarruj untuk wanita, apakah itu di masa
lalu: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS Al-Ahzab, ayat
33). Atau tabarruj dengan cara modern atas nama fashion dan rumah mode.
Jika pembaruan menurut Anda adalah:
●Riba dan penjualan alkohol dalam perekonomian;
●Prostitusi dan alkohol untuk pariwisata dan
hiburan;
●Daging babi dan minuman keras untuk makanan;
●Laki-laki memakai sutra dan perempuan memakai
pakaian;
Jika ini yang anda maksudkan, maka saya
bersaksi bahwa Salafisme -yang merupakan Islam sejati- tidak akan dapat
menerima “modernisasi” versi Anda ini, melainkan menentangnya sampai Hari
Pembalasan.
Sumber: Kulwit Syaikh Hamad al-Atiq
https://saudinesia.com/2021/09/22/membantah-turki-al-hamad-saudi-liberal-tentang-salafisme-dan-modernisme/