UkasyahKamis, 19 Zulhijjah 1434 H / 24 Oktober 2013
13:54
Tokoh-tokoh syi'ah
Indonesia (dari atas kiri: Haidar Bagir, Jalaludin Rahmat, Muhsin Labib. bawah
kiri: Dina Y. Sulaeman, Khalid Al Walid, Haddad Alwi.)
Oleh: Munarman,
SH.
(Arrahmah.com) – Perkembangan aliran Syiah di
Indonesia mengalami akselerasi yang luar biasa sejak meletusnya Revolusi Iran
menumbangkan Rezim Syah Iran Reza Pahlevi, sekitar 1970. Pada masa itu, banyak
kalangan muda, baik dari kalangan pondok pesantren maupun kalangan perguruan
tinggi terkagum kagum dengan revolusi tersebut.
Titik pusat
kekaguman tersebut adalah karena revolusi yang berhasil menumbangkan rezim
zhalim dan antek Amerika sekaligus antek zionis Israel.
Sehingga image yang dihasilkan dari revolusi Iran tersebut, adalah
menjadi ikon bagi kalangan muda untuk menentang hegemoni Amerika dan
Israel yang sangat kuat di dunia Islam. Image dan citra sebagai
penentang Amrika dan Israel tersebut terus dipropagandakan secara sistematis
sebagai pintu masuk penyebaran aliran syiah di Indonesia.
Lima tahapan aliran
Syiah dalam menyebarkan ajarannya adalah sebagai berikut, yaitu:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Iran dan
“Hizbullah” Lebanon-lah pihak satu-satunya yang melawan Amerika dan Zionis.
Taktik ini menjadi pintu utama bagi kalangan Syiah dalam mempengaruhi anak muda
yang memiliki semangat perlawanan terhadap hegemoni Amerika dan Israel di dun
ia saat ini. Dengan slogan slogan anti Amerika dan anti Israel ini, anak anak
muda yang hanya bermodalkan semangat perlawanan tanpa memperhatikan aspek
akidah, akan hanyut terbawa.
Kedua, mengeksploitasi peristiwa Karbala dengan
bersikap ghulu (berlebih-lebihan) untuk menarik simpati kalangan awam
agar membenarkan kelompok Syiah.
Ketiga, mengedepankan penggunaan akal, logika
dan nalar serta argumen bersifat politik dalam beragama, terutama dalam
meriwayatkan pemerintahan era Muawiyah.
Keempat, menggiatkan “Studi Kritis” terhadap
hadits-hadits Ahlus Sunnah, khususnya Bukhari dan Muslim, bahkan hingga riwayat
sejumlah shahabat, teristimewanya Abu Hurairah RA, dengan berbasiskan logika
dan nalar politik.
Kelima, mencela istri-istri Rasulullah SAW dan
para sahabat seperti Abu Bakar RA, Umar bin Al-Khaththab RA dan Ustman bin
Affan RA.
Dua Kubu besar kelompok Syiah di Indonesia :
Kubu pertama adalah LKAB (Lembaga komunikasi Ahlul Bait) yang
merupakan wadah para alumni al Qum.
Kubu ini dimotori
oleh ICC Jakarta yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah Republik Islam
Iran (RII). LKAB membawai Yayasan Al Munthazar, Fathimah Aqilah, Ar
Radiyah, Mulla Sadra, An Naqi, Al Kubra, Al Washilah, MT Ar Riyahi dan gerakan
dakwah Al Husainy. LKAB berkantor di Jl Bintaro KODAM Grand Bintaro Jaksel.
Kubu kedua dipegang oleh IJABI.
Dalam kubu ini
metode taqiyah kurang disenangi. Sebaliknya, IJABI tampak lebih pluralis. Hal
ini terlihat dari beberapa tokoh Sunni yang menjadi pengikut IJABI.
Kiblat IJABI, bukanlah ke Iran, melainkan Marja Lebanon di bawah pimpinan
Ayatollah Sayyed Mohammad Hussein Fadlallah. Tokoh utama di Indonesia adalah Dr
Jalaluddin Rahmat.
(Ukasyah/arrahmah.com)
- See more at:
http://www.arrahmah.com/kajian-islam/5-strategi-taktik-penyebaran-aliran-syiah-indonesia-waspadalah.html#sthash.pFCdbNF8.dpuf
inilah 15 ciri pengikut
Syi'ah di Indonesia
UkasyahJum'at, 12 Ramadhan 1434 H / 19 Juli 2013 22:19
Penganut Agama Syi'ah di Indonesia.
Indonesia tengah menjadi target
Syi’ahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai
wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua
Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat,
pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia , “Perkiraan
tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang
Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan,
sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga
kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso,
Pasuruan, dan Madura.
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka
sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni.
Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya
tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja
menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari
musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang
sangat membahayakan orang Islam.
Sementara itu menurut Syi’ah bahwa
Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka.
Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran
Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah
kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui
pemerintahan Islam selain Syi’ah.
Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah
dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran;
Pertama, Menampilkan hal yang berbeda
dari apa yang ada dalam hatinya.
Kedua, taqiyah digunakan dalam
berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah.
Ketiga, taqiyah berhubungan dengan
perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan.
Keempat, digunakan di saat berada dalam
kondisi mencemaskan
Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi
di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah
dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
Mengenakan songkok hitam dengan bentuk
tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia,
songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat
jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan
salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia
menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak
meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau
wakilnya.
Pengikut Syi’ah juga tidak akan
mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin,
tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah
karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya
tiga waktu saja.
Mayoritas pengikut Syi’ah selalu
membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala –
redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat
tidak didekat orang lain.
Jika Anda perhatikan caranya berwudhu
maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal
kaum Muslimin.
Anda tidak akan mendapatkan penganut
Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
Anda juga akan melihat penganut Syi’ah
banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan
Husain radhiyallahu anhum.
Mereka juga tidak akan menunjukkan
penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul
Mukminin radhiyallahu anhum.
Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak
langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan
seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit,
dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam.
(mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya
sebagai bid’ah)
Mereka berusaha sekuat tenaga untuk
menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain,
sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan
jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
Anda tidak akan mendapati seorang
penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun
sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut
mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu
kedatangannya.
Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari
Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
Mereka juga berusaha keras mempengaruhi
kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan
sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para
wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda
akan dapati;
Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang
tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut
Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita
tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya
ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut
Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah.
Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan,
kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda,
sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan
agama Syi’ah.
Ciri-ciri mereka
sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri
lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut
wajah. Wajah mereka merah
padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan
Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada
sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Akhirnya, dengan hati yang terang
Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena
tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan
membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang
mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang
dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah
kepada Allah untuk kita dan mereka semua.
Wallahu a’lam.
(fimadani.com/arrahmah.com)
Iran Cegah Ikhwan dan Gerakan Islam di
Mesir Kembali Berkuasa
heri
– Jumat, 25 Oktober 2013 08:00 WIB
Seorang tokoh sufi terkemuka mengungkap
adanya ketelibatan kelompok Sufi dalam mendukung Menteri Pertahanan Abdul
fattah Al-Sisi dengan pendanaan dari Iran, untuk mencegah Ikhwanul Muslimin dan
kelompok Islam berkuasa kembali.
Dia menjelaskan bahwa tiga pemimpin dari salah
satu partai sufi yang terkenal telah mengadakan perjalanan saat Idul Adha lalu
ke Iran untuk menerima dana dalam rangka membangun gerakan mengumpulkan tanda
tangan untuk mencalonkan Jenderal Abdul Fattah Al-Sisi sebagai Presiden.
Menurutnya Iran tidak menginginkan Ikhwanul
Muslimin atau gerakan Islam lainnya kembali berkuasa di Mesir, hal itu karena
peran mereka dalam memerangi Bashar Assad sedangkan di sisi lain kelompok Sufi
menolak keberadaan Ikhwan. (hr/im)