Oleh : Ustadz Drs. Muhammad Thalib
Amir Majelis Mujahidin
Dalam
suatu demonstrasi yang dipimpin Imam Khomeini pada tahun 1979, Shah Iran, Mohammed Reza Pahlevi, berhasil
ditumbangkan. Inilah revolusi Syi’ah yang melahirkan Republik Islam Iran.
Namun, secara mengejutkan Imam besar Syi’ah, Musa al-Musyawi, menganggap
Khomeini itu kafir. Karena, Khomeini membuat doktrin yang tidak pernah dikenal
dalam ajaran Syi’ah. Doktrin tersebut adalah wilayatul
faqih, yakni
kekuasaan tertinggi Syi’ah berada di tangan seorang faqih, yaitu Khomeini
sendiri.
Pada
hakikatnya Syi’ah lahir dari rahim kebencian terhadap Islam. Karena, akidah
Syi’ah sesungguhnya berdiri di atas dusta dan kebencian pada Nabi dan para
shahabatnya. Lalu, mengapa dan ada apa dengan agama Syi’ah?
Syi’ah
merupakan sebuah ordo agama yang tidak bisa dipisahkan dari mut’ah (kawin
kontrak). Benihnya mulai tumbuh pada akhir masa kekhalifahan Abû Bakar
ash-Shiddîqradhiyallâhu ’anhu, tidak lama setelah wafatnya Rasulullah Shallallâhu
’alayhi wasallam.
Ditanam dan dirawat oleh Abdullah bin Sabâ’ yang berasal dari keturunan Yahudi
dengan melemparkan dua isu. Pertama, setiap rasul memiliki pewaris kerasulan.
Sebagaimana Musa pewarisnya Hârûn, maka Muhammad pewarisnya ’Alî dan keturunan
tertentu dari ’Alî. Kedua, para imam dari keturunan tertentu tadi bersifat
maksum. Karena itu, tiga orang khalifah sebelum ‘Ali dianggap bukan pewaris
kerasulan Muhammad Shallallâhu ’alayhi wasallam. Maka, kekhalifahan mereka dianggap
batal. Akhirnya, mereka menuduh semua shahabat, kecuali lima orang shahabat Nabi (yaitu Salman
al-Fârisi, Sûhaib ar-Rûmî, Abû Mûsâ al-Asy’arî, Abû Dzar al-Ghîfarî, dan ’Amar
bin Yasîr) sebagai orang-orang kafir.
Pada masa
kekhalifahan Abû Bakar Shiddîq dan kemudian diganti ‘Umar bin Khaththâb, intrik
Abdullah bin Sabâ’ yang menghembuskan fanatisme jahiliyah tidak dapat tumbuh
subur. Selain reputasi kepemimpinan keduanya hampir tak tercela, juga karena
jumlah para shahabat Nabi masih cukup banyak. Akan tetapi, pada pengujung masa
kekhalifahan Utsman bin Affan, mayoritas kaum Muslimin merupakan generasi baru. Mereka
belum seratus persen memahami Islam secara benar, khususnya pemeluk Islam di
Persia, Mesir, dan Afrika bagian Utara. Dari kalangan mereka
inilah doktrin Abdullah bin Sabâ’ mendapat sambutan antusias.
Oleh
karena itu, segala pemikiran keagamaan yang lahir dari kondisi ini mencerminkan pertentangan, bahkan
permusuhan dengan Islam. Mereka sama sekali tidak menghargai otentisitas
al-Qur`an dan kebersihan para shahabat Nabi. Keyakinan bahwa di dunia ini
manusia yang memiliki sifat maksum hanya nabi dan rasul ditolak secara hina.
Mullah Fathullah al-Kasânî, seorang ulama Syi’ah, dalam kitab tafsirnya Minhajus
Shâdiqînhalaman
356 menyatakan: “Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang
yang melakukan kawin mut’ah empat kali derajatnya sama tingginya dengan Nabi
Muhammad Shallallâhu ’alayhi wasallam.”
Dalam
pandangan orang-orang berakal, ucapan demikian tentulah menjijikkan. Hanya
bermodal syahwat belaka, seseorang dianggap lebih mulia, bahkan dibandingkan
Nabi sekalipun! Menganggap pelaku mut’ah lebih mulia daripada Nabi Shallallâhu
’alayhi wasallam,
seakan mereka mengatakan bahwa kemaluan para pelacur lebih mulia dari Nabi dan
para shahabat! Na’ûdzubillahi min dzâlik, la’natullâh ’alâ Syi’ah.
Tidak
cukup hanya sekadar menghina Nabi Muhammad Shallallâhu
’alayhi wasallam,
bahkan Allah Subhânahu wata’âlâ juga dinista dengan mengatakan
Allah bersifat al-bada’ yaitu tidak tahu hal yang akan terjadi. Sebagaimana
dikatakan ulama besar ahli hadis Syi’ah, al-Kûlaini: “Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila
sudah terjadi. Akan tetapi, para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal
yang belum terjadi” (Ushûlul Kâfî hlm. 40).
Menurut
al-Kûlaini, Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin ’Alî akan mati
terbunuh. Dia berkeyakinan bahwa pada mulanya Tuhan tidak tahu, sehingga Tuhan
membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Sebaliknya, imam Syi’ah
dianggap telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh karena itu, menurut
doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada’ (Ushûlul Kâfî hlm. 232).
Terhadap
para shahabat Nabi, kaum Syi’ah memandang mereka sebagai penjahat, pengkhianat,
perusak agama, dan penilaian keji lainnya. Dalam hal ini, Muhammad Baqîr
al-Majlîsî menulis dalam kitab Haqqul Yaqîn, hlm. 519: “Abû Bakar, ‘Umar, Utsman
bin ’Affan, Muâwiyah, ’Aisyah, Hafshah, Hindûn, dan Ummul Hakâm
adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi ini. Mereka adalah musuh-musuh
Allah. Barangsiapa yang tidak memusuhi mereka maka tidaklah sempurna imannya
kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah.”
Dendam
lama Yahudi dan Persia terhadap Islam, yang dimodifikasi menjadi ajaran Syi’ah,
merupakan alat indoktrinasi guna menghancurkan Islam dan membangun agama
Syi’ah. Untuk kepentingan ini, Syi’ah menggunakan pola rasionalisme, yaitu
mengembalikan kebenaran kepada akal. Dalam praktiknya, segala kebenaran agama
dikontrol dengan akal. Apa saja yang tidak sesuai dengan akalnya ditolak.
Tujuannya, menciptakan keragu-raguan terhadap Qur`an, hadis, dan kejujuran para
shahabat Nabi. Lalu, mereka ganti dengan doktrin imam yang maksum.
Dengan
pola ini, sudah banyak generasi muda Islam yang disesatkan. Bentuk kesesatannya
seperti di bawah ini.
Berkeyakinan
para imam Syi’ah maksum dan derajatnya lebih tinggi dari Rasul;
Al-Qur`an
yang ada sekarang tidak asli, alias palsu;
Para
shahabat semuanya berdusta dan berkhianat kepada Nabi Shallallâhu
’alayhi wasallam kecuali
beberapa orang;
Semua
hadis yang dianggap sahih dalam kitab hadis kaum Muslimin dianggap palsu;
Khalifah
selain dari ’Alî adalah penjahat, karena merebut kekuasaan kekhalifahannya.
Indoktrinasi
seperti di atas mengakibatkan banyak intelektual Islam yang dangkal
pemahamannya terhadap Islam, tetapi berlagak sok ilmiah dan rasionalis, secara
membabi buta menelan semua indoktrinasi Syi’ah tersebut. Hal ini dapat dilacak,
misalnya, pada buku-buku Jalaluddin Rahmat, juga Quraisyi Shihab yang dengan
lihai dan santun mempropagandakan Syi’ah seperti dalam bukunya Sunnah-Syi’ah
Bergandengan Tangan, Mungkinkah? (penerbit Lentera Hati, Jakarta). Termasuk dalam kelompok
ini, pujian Amien Rais terhadap Khomeini dan ‘Ali Syari’ati yang dapat dibaca
dalam buku Satu Islam Sebuah Dilema (penerbit Mizan, Bandung).
Jalur
pertemuan antara doktrin Syi’ah dan Zionisme bisa dilacak melalui sikap
antipati terhadap al-Qur`an karena membongkar seluk beluk kejahatan Yahudi dan
Ahlul-Kitab. Yahudi menolak kenabian Muhammad Shallallâhu ’alayhi
wasallam karena
bukan dari keturunan bangsa Israel, begitu pula Syi’ah yang kental dengan darah
Persia membenci Islam karena dibawa oleh bangsa Arab yang meruntuhkan imperium
Persia. Mereka sama-sama mempertahankan doktrin paganisme penyembah berhala.
Dengan
melihat background Yahudi dan Persia—yang secara historis-sosiologis memusuhi
bangsa Arab dengan Islam dan Rasul dari kalangan etnis ini—menjadi mudah
dipahami mengapa Syi’ah dan Yahudi serta Zionisme tidak rela melihat Islam
tumbuh dan berpengaruh di dunia ini.
Ada tujuh
belas doktrin Syi’ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum Muslimin sebagai
langkah taqiyyah (menyembunyikan Syi’ahnya) sebagai berikut.
Dunia
dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan
dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang
dikehendakinya (al-Kulainî, Ushûlul Kâfi, hlm. 259, cet. India). Jelas doktrin semacam ini
bertentangan dengan firman Allah Subhânahu wata’âlâ, surat al-A’râf [7]: 128: “Sesungguhnya
bumi adalah milik Allah, Dia karuniakan kepada siapa yang Dia kehendaki.” Kepercayaan Syi’ah di atas
menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam dengan Allah dan doktrin ini
merupakan akidah syirik.
‘Ali bin
Abî Thâlib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai
dzat yang pertama dan terakhir, yang zhahir dan yang batin sebagaimana
termaktub dalam surat al-Hadîd [57]: 3 (Rijâlul Kashi hlm. 138). Doktrin semacam
ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama Khalifah ‘Ali bin
Abî Thâlib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan ‘Ali sebagai Tuhan.
Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum Muslimin dan
kesucian akidahnya.
Para imam
Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah, dan tangan-tangan Allah yang membawa
rahmat bagi para hamba Allah (Ushûlul Kâfi hlm. 83).
Amirul
Mukminin ‘Ali bin Abî Thâlib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam
menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh
manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala
sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang gaib (Ushûlul Kâfi hlm. 84).
Keinginan
para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushûlul Kâfi hlm. 278).
Para imam
Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan saat
kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu, maka tentu
ia tidak berhak menjadi imam (Ushûlul Kâfi hlm. 158).
Para imam
mengetahui apa pun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab apa saja
bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal gaib sebagaimana
yang Allah ketahui (Ushûlul Kâfi hlm. 193).
Allah itu
bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan
tetapi, para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushûlul Kâfi hlm. 40). Menurut al-Kulainî,
Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin ‘Ali akan mati terbunuh. Menurut
mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu, karena itu Tuhan membuat ketetapan baru
sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi, imam Syi’ah telah mengetahui apa
yang akan terjadi. Oleh sebab itu, menurut doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada’ (Ushûlul Kâfi hlm. 232).
Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga
penerjemah ilmu Allah. Para imam bersifat maksum (bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa
apalagi berbuat dosa). Allah menyuruh manusia untuk menaati imam Syi’ah, tidak
boleh mengingkarinya, dan mereka menjadi hujjah (argumentasi kebenaran) Allah atas langit dan bumi
(Ushûlul Kâfi hlm.
165).
Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Shallallâhu ’alayhi wasallam (Ibid).
Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah ‘Ali bin Abî
Thâlib, Husein bin ‘Ali, Hasan bin ‘Ali, dan Muhammad bin ‘Ali (Ushûlul Kâfi hlm. 109).
Al-Qur`an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi, dan
ditambah (Ushûlul Kâfihlm. 670).
Salah satu contoh ayat al-Qur`an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat
al-Qur`an an-Nisâ’ [4]: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Yâ ayyuhalladzîna
ûwtul kitâba âminû bimâ nazzalnâ fî ’Aliyyin nûranmubînan” (Fashlul Khithâb,hlm. 180)
Menurut Syi’ah, al-Qur`an yang dibawa Jibril kepada Nabi
Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushûlul Kâfi hlm. 671)
Menyatakan bahwa Abû Bakar, ‘Umar, Utsman bin Affan,
Muâwiyah, ’Aisyah,Hafshah, Hindûn, dan Ummul Hakâm adalah makhluk
yang paling jelek di muka bumi; mereka ini adalah musuh-musuh Allah.
Barangsiapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada
Allah, Rasul-Nya, dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yâqîn hlm. 519 oleh Muhammad Baqîr
al-Majlisî).
Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah
orang yang melakukan kawin Mut’ah empat kali derajatnya sama tingginya dengan
Nabi MuhammadShallallâhu ’alayhi wasallam (Tafsîr Minhajush Shâdiqîn hlm. 356,
oleh Mullah Fathullah Kasanî).
Menghalalkan tukar-menukar budak perempuan untuk
disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, Imam Ja’far berkata kepada
temannya, “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau
sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku” (Al-Istibshar III hlm. 136 oleh Abû Ja’far
MuhammadHasan ath-Thûsî).
Rasulullah dan para shahabat akan dibangkitkan sebelum
hari kiamat. Imam Mahdi, sebelum hari kiamat, akan datang dan dia membongkar
kuburan Abû Bakar dan ‘Umar yang ada di dekat kuburan Rasulullah. Setelah
dihidupkan, kedua orang ini akan disalib. (Haqqul Yaqîn hlm. 360 oleh Mulla Muhammad Baqîr
al-Majlisî).
Ketujuh belas doktrin Syi’ah di atas, apakah dapat
dianggap sebagai akidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Shallallâhu ’alayhi wasallam dan
dipegang teguh oleh para shahabat serta kaum Muslimim yang hidup sejak zaman
tabi’in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian
dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak mengafirkan
akidah Syi’ah ini, maka dia termasuk kafir.
Kitab-kitab tersebut di atas adalah kitab-kitab induk
atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab Hadis
Imam Bukhârî, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasâ’i, Tirmidzî, Abû Dawud, dan Ibnu
Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, dengan tegas harus ditolak
upaya-upaya untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum
Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip
RABU, JANUARI 08, 2014
WAJIB DIKETAHUI UMAT ISLAM
Berikut tujuh belas doktrin Syi’ah yang perlu diketahui umat Islam. Syi'ah
selalu menyembunyikan siasat jahat dari kaum muslimin sebagai bagian
dari doktrin taqiyah (menyembunyikan kesyi’ahan).
Ini dia 17 doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syi’ah:
1. Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan
memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa
yang dikehendaki (Ushulul
Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT QS:
Al-A’raf 7: 128, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan
kepada siapa yang Dia kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah diatas menunjukkan
penyetaraan kekuasaan para imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan
aqidah syirik.
2. Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama
dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin
sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang
berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan
doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah
pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.
3. Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah
yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).
4. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah
dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh
manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala
sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).
5. Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal. 278).
6. Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang
menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam
itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).
7. Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan
menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal
ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).
8. Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi.
Akan tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum
terjadi (Ushulul Kaafi,
hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak
mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada
mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan
kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan
terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
9. Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah
dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari
kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh
manusia untuk mentaati imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka
menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
10. Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).
11. Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali,
Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)
12. Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah
(Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari
aslinya yaitu ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya
ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran
mubiinan”. (Fashlul Khitab, hal. 180).
13. Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17
ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).
14. Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah,
Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi,
mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka
tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh
Muhammad Baqir Al-Majlisi).
15. Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang
melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal.
356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
16. Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada
sesama temannya. Kata mereka, imam Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai
Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka
kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar
III, hal. 136, oleh Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).
17. Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam
Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan
Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang
ini akan disalib (Haqqul
Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).
Ketujuh belas doktrin Syi’ah di atas, apakah bisa dianggap sebagai aqidah Islam
sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw dan dipegang teguh oleh para Sahabat
serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga sekarang? Adakah
orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam
Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia termasuk
Kafir.
Semua kitab tersebut diatas
adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti
halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i,
Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu,
upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum
Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan
harus ditolak tegas !!!.
[Risalah
Mujahidin, edisi 9, th 1 Jumadil Ula 1428 / Juni 2007]
Lima Sisi Lain Ayatollah Khomeini
SIAPA tak kenal Ayatollah Ruhullah Khomeini, tokoh Revolusi Iran. Sosok yang
banyak diidolakan dan menginspirasi para pemuda muslim, termasuk di
Indonesia. Tak heran, poster dari tokoh revolusi ini banyak menghiasi
dinding-dinding kamar mereka.
Peran dan keberhasilannya dalam menumbangkan rezim Shah Pahlevi
tahun 1979 tak diragukan lagi. Semua orang pun tahu, dan karenanya sosok ini
banyak dielu-elukan. Namun, ada sisi lain dari sang tokoh yang mungkin jarang
diungkap. Karenanya, pada edisi kali ini, al-Fikrah akan mengungkap beberapa
hal terkait dengan penyimpangan Ayatullah Khomeini yang dikutip dari buku-buku
karyanya sendiri.
1. KEDUDUKAN IMAM-IMAM SYIAH LEBIH
TERHORMAT DARIPADA PARA NABI
Sebagai penganut Syiah, Khomeini dalam mengamalkan keyakinannya
lebih cenderung memilih pendapat orang-orang yang ekstrem di kalangan para
penganut Syiah. Di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah perkataannya
yang ia sandarkan kepada orang-orang Syiah yang ekstrem dalam menetapkan
keutamaan para wali mereka hingga melebihi keutamaan para nabi Allah dan
rasul-rasul-Nya.
Khomeini berkata, “Sesungguhnya di antara hal yang
termasuk paling urgen dalam madzhab kami, bahwasanya imam-imam kami
memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh para malaikat yang didekatkan
dan tidak pula para nabi yang diutus…. Telah diriwayatkan dari mereka ‘alaihimus
salam(imam-imam Syiah-pent.) “Bagi kami keadaan-keadaan tertentu bersama Allah
yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat yang didekatkan, demikian pula para
nabi yang diutus.” (Lihat al-Hukumah al-Islamiyah hal. 52, karya
Khomeini).
Khomeini juga
berkata tentang salah seorang imam mereka yang hingga saat ini masih gaib dan
terus ditunggu-tunggu, “Telah datang para nabi seluruhnya untuk meneguhkan
prinsip-prinsip keadilan, tapi mereka tidak berhasil. Bahkan Nabi Muhammad
sekalipun, penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki kehidupan
manusia. Sesungguhnya, orang yang akan berhasil mewujudkan hal tersebut
hanyalah al-Mahdi al-Muntazhar.” (Di antara isi khutbah Khomeini yang disampaikan
dalam acara peringatan Maulid al-Mahdi pada tanggal 15 Sya’ban 1400 H).
Bahkan Khomeini telah
melontarkan tuduhan keji terhadap Nabi bahwa beliau
tidak menyampaikan risalah Islam sebagaimana mestinya. Khomeini berkata dalam salah satu bukunya, ”Fakta
menunjukkan bahwa sekiranya Nabi telah menyampaikan persoalan imamah sesuai
perintah Allah dan mencurahkan segenap potensi yang baik dalam hal ini,
mustahil akan berkecamuk perselisihan, pertengkaran, dan
peperangan. Demikian pula, tidak akan terjadi perpedaan-perbedaan dalam
perkara pokok maupun cabang dalam agama ini.” (Lihat Kasyf
al-Asraar hal. 55).
Demikian pula,
Khomeini telah menyematkan bagi imam-imam Syiah dengan sifat-sifat ketuhanan.
Khomeini berkata, “Sesungguhnya atas para imam kedudukan yang terpuji dan
khilafah yang terbentuk. Tunduk terhadap pemerintahan dan kekuasaannya semesta
alam.”
Adapun para nabi,
maka Khomeini menyifati mereka ‘alaihimus salam dengan sifat lemah.
Khomeini berkata, “Dan kita katakan bahwasanya para nabi belum diberi taufiq
dalam melaksanakan maksud dan tujuan mereka diutus. Dan bahwasanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus di akhir zaman seseorang yang
akan menyelesaikan malasalah-masalah para nabi.” Seseorang yang mereka
maksudkan adalah imam mereka yang masih gaib.
2. APA KATA KHOMEINI TENTANG PERUBAHAN AL-QUR’AN
Khomeini mendoakan
rahmat dan ampunan bagi orang yang telah murtad, pengikut agama Majusi, penulis
buku Fashl al-Khithab. Ia juga telah mengambil ilmu secara langsung dari
bukunya Mustadrak al-Wasail dan berhujjah dengannya.
Perhatikan ucapan
kekufuran yang sangat jelas dalam perkataan berikut ini, Khomeini ucapkan dalam
salah satu bukunya berjudul Kasyf al-Asrar, “Sesungguhnya orang-orang
yang tidak memiliki hubungan keterikatan dengan Islam dan al-Qur’an kecuali
karena alasan kedudukan dan duniawi, di mana mereka menjadikan al-Qur’an
sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka yang rusak. Adalah hal yang sangat mungkin terjadi, mereka
(sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam-pent.) mengubah kitab samawi
(al-Qur’an) ini ketika nama imam disebutkan dalam al-Qur’an, atau mereka
menghapus ayat yang menyebutkan tentang imam itu dari al-Qur’an dan menyematkan
aib ini dalam kehidupan kaum Muslimin.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 114, karya Ayatullah
Khomeini).
Inilah imam Syiah
Rafidhah yang mereka sanjung dan mereka yakini makshum telah menghina para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menganggap para sahabat
kemungkinan besar telah mengubah-ubah al-Qur’an al-Karim.
Khomeini telah mengingkari firman Allah Ta’ala
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩)
(artinya), “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9).
Padahal ayat ini
telah memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran
selama-lamanya.
3. KHOMEINI MENGAFIRKAN SELURUH
SAHABAT DAN AHLUS SUNNAH
Khomeini
mengafirkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dan menyifati
mereka dengan an-Nawashib, bahkan Khameini memilih pendapat yang paling ekstrem
dari pengikut-pengikut Syiah dalam hal bermuamalah dengan mereka, yaitu
dianggap sebagai kafir harbi (kafir yang harus diperangi). Khomeini
berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah mengikutkan an-nashib dalam golongan
kafir harbi dalam hal bolehnya memanfaatkan apa saja yang dia usahakan, dan hal
ini telah termasuk khumus (1/5 bagian dari harta yang wajib
dikeluarkan oleh orang Syiah-pent.). Bahkan yang nampak secara nyata adalah
bolehnya menjarah hartanya di mana saja dan bagaimana pun bentuknya, dan
wajibnya mengeluarkan khumus darinya.” (Tahrir al-Wasilah, I/352).
Lalu siapakah yang
Khomeini maksudkan sebagai an-nawasib? Mereka adalah Anda para pembaca yang
Sunni, dan kita seluruhnya Ahlussunnah wal Jama’ah.
Khameini juga
berkata, “Adapun Nawashib dan Khawarij—semoga Allah melaknat kedua golongan
ini—keduanya tidak diragukan lagi adalah najis.” (Lihat, Tahrir
al-Wasilah).
4. KHAMEINI MENOLAK PERIBADAHAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
“Sesungguhnya kami
tidak menyembah Ilah (sembahan) yang mendirikan bangunan yang tinggi untuk
ibadah, keadilan, dan agama, kemudian Ia menghancurkannya sendiri. Kemudian Ia
mendudukkan Yazid, Mu’awiyah, dan Utsman, dan selain mereka dari golongan
orang-orang yang melampaui batas terhadap manusia dalam pemerintahan. Dan Ia
tidak pula menentukan nasib ummat setelah wafatnya nabi-Nya.” (Lihat Kasyf
al-Asrar, hal. 123, karya Imam Ayatullah Khameini).
Khomeini dengan
jelas mengumumkan bahwasanya ia tidak menyembah Allah Ta’ala yang tidak mampu
memenuhi permintaan-permintaan dan angan-angannya. Pernyataan Khomeini di atas
ia tujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan yang sangat jauh dari
adab, penyucian dan pengagungan terhadap-Nya.
5. KEYAKINAN KHOMEINI: PENGARUH BINTANG DAN HARI-HARI TERTENTU TERHADAP
AKTIVITAS MANUSIA
Khomeini meyakini
bahwa terdapat hari-hari sial dalam setiap bulan, di mana setiap penganut Syiah
wajib untuk menghentikan segala aktivitasnya. Dan bahwsanya pergeseran bulan ke
rasi bintang tertentu menimbulkan pengaruh negatif terhadap aktivitas manusia.
Maka orang-orang Syiah wajib untuk menghentikan setiap kegiatan yang telah
mereka rencanakan hingga bulan melewati rasi bintang tersebut.
Keyakinan semacam
ini jelas mengeluarkan orang yang meyakininya dari lingkup iman, sebagaimana
telah diketahui oleh siapa pun yang telah belajar akidah, pemula sekalipun.
Hal yang
menunjukkan akidah Khameini yang kufur ini adalah pernyataannya dalam
bukunya Tahrir al-Wasilah, 2/238, “Makruh hukumnya untuk mengadakan
akad nikah sementara bulan sedang berada pada rasi bintang Scorpio, atau pada
akhir bulan, atau pada salah satu hari-hari sial dalam setiap bulan yang
terdiri dari tujuh hari, yaitu; hari ke-3, hari ke-5, hari ke-13, hari ke-16,
hari ke-21, hari ke-24, dan hari ke-25. Demikianlah pada setiap bulan.”
Khameini telah
menyelisi perkataan imamnya sendiri, yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu yang diriwayatkan dalam kitab Nahj al-Balaghah (yaitu
kitab yang paling terpercaya bagi Syiah), “Wahai sekalian manusia! Jauhkanlah
diri kalian dari mempelajari ilmu perbintangan kecuali sekadar untuk menjadi
petunjuk di darat maupun laut, karena sesungguhnya hal tersebut bisa menyeret
seseorang kepada dunia perdukunan. Ahli nujum itu seperti seorang dukun, dan
dukun ibarat seorang tukang sihir. Tukang sihir serupa dengan orang kafir, dan
orang kafir tempatnya di neraka.” (Lihat Nahj al-Balaghah, 1/157).
Beginilah sisi
lain dari pemimpin revolusi Syiah Iran, sang tokoh yang banyak dielu-elukan,
ternyata akidahnya menyimpang jauh dari Islam. Masihkah
kita mengidolakannya?
[sumber: Buletin Al Fikrah STIBA Makassar]
By ADMIN ISLAMPOS on
February 23, 2013
shoutussalam.com/.../pandangan-abdullah-azzam-tentang-syiah-dan-revo...
jaser-leonheart.blogspot.com › Takfir
Dan hal tersebut juga merupakan
takfir dan hinaankhomeini terhadap
Kaum ... Syi'ah · Al-Khui Mentautsiq-kan Orang KAFIR &
KURANG AJAR (Di Mata Syi'ah) ...
abujibriel.com/index.php/tag/kafir/
Inilah revolusi Syi'ah yang
melahirkan Republik Islam Iran. Namun, secara mengejutkan Imam besar Syi'ah,
Musa al-Musyawi, menganggap Khomeini itu kafir.
www.arrahmah.com › Kajian Islam › Hakekat
Syi'ah
24 Feb 2013 - 1408 H.
Mu'tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia Islam di Mekah mengumumkan fatwa
bahwaKhomeini telah kafir. 1409 H. Pada ...
www.titokpriastomo.com/.../syubhat-hizbut-tahrir-mau-membaiat-khome...
10 Okt 2012 - Padahal
sebenarnya, kepergian Hizbut Tahrir menemui khomeini adalah .... hubungan
dengan seluruh Negara kafir; Hendaklah membatalkan ...
aslibumiayu.wordpress.com › ahlul
bait
14 Mar 2011 - Khomeini, sebuah nama yang dikenal di seluruh penjuru dunia, ... Memang
ada larangan untuk bermuamalah dengan orang-orang kafir atau ...
m.voa-islam.com/.../ustadz-mudzakkirsiapapunyakin-ada-yang-ma'sum-s...
14 Jul
2013 - Pasalnya, dia tidak secara tegas menyatakan Syi'ah dan
personalnya Kafir. Padahal, seperti Khomeinidan tokoh Syi'ah lainnya secara jelas ...
zilzaal.blogspot.com/2012/01/sejarah-syiah.html
29 Jan
2012 - 1408 H. Mu'tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia
Islam di mekah mengumumkan fatwa bahwakhomeini telah kafir. 1409 H. Pada ...
muslim.or.id/manhaj/kesesatan-agama-syiah-1.html
30 Okt
2008 - Berkata Imam mereka Ayatullah al-Khomeinidi dalam kitabnya .... Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.
id-id.facebook.com/notes/.../pernikahan-khomeini.../279120088801159
Ketika Imam Khomeini tinggal
di Irak, aku bolak-balik berkunjung kepadanya. ... Sebelum
dikatakan tokoh fiktif, Sayyid Husain Al Musawi difatwakan kafir olh ...
www.akhirzaman.info/.../1789-sekilas-sejarah-hitam-kaum-rafidhah-sepa...
1408 H. Mu'tamar Islam yang
diadakan oleh Liga Dunia Islam di Mekah mengumumkan fatwa bahwa Khomeinitelah kafir. 1409 H. Pada musim haji tahun ini ...
wajahsyiah.wordpress.com/category/al-khomeini/nasab-al-khomeini/.../3/
17 Mei 2012 - Benarkah
Al Khomeini seorang
Sayyid?? ...kepada lelaki yang bukan
ayahnya, sedangkan ia mengetahuinya maka ia adalah seorang kafir.
tanyasyiah.wordpress.com/tag/syiah-kafir/page/4/
2 Jan 2013 - Categories:
Syiah Murtad Tags: al mufid murtad, al qummi murtad, khomeini murtad,
nuri ath thabrisi murtad, pendeta syiah kafir, pendeta syiah ...
alfanarku.wordpress.com/.../penghinaan-khomeini-terhadap-istri-dan-sah...
18 Sep 2012 - Khomeini Dajjal
Zindiq,,,,gembong Rafidhah ini kalau sdh berani menghina Isteri Tercinta
Rasulullah saw,,,berarti Khomeini telah Kafir !