Friday, July 25, 2014

Menguak kesesatan syiah

Oleh : Ustadz Drs. Muhammad Thalib
Amir Majelis Mujahidin
Dalam suatu demonstrasi yang dipimpin Imam Khomeini pada tahun 1979, Shah Iran, Mohammed Reza Pahlevi, berhasil ditumbangkan. Inilah revolusi Syi’ah yang melahirkan Republik Islam Iran. Namun, secara mengejutkan Imam besar Syi’ah, Musa al-Musyawi, menganggap Khomeini itu kafir. Karena, Khomeini membuat doktrin yang tidak pernah dikenal dalam ajaran Syi’ah. Doktrin tersebut adalah wilayatul faqih, yakni kekuasaan tertinggi Syi’ah berada di tangan seorang faqih, yaitu Khomeini sendiri.
Pada hakikatnya Syi’ah lahir dari rahim kebencian terhadap Islam. Karena, akidah Syi’ah sesungguhnya berdiri di atas dusta dan kebencian pada Nabi dan para shahabatnya. Lalu, mengapa dan ada apa dengan agama Syi’ah?
Syi’ah merupakan sebuah ordo agama yang tidak bisa dipisahkan dari mut’ah (kawin kontrak). Benihnya mulai tumbuh pada akhir masa kekhalifahan Abû Bakar ash-Shiddîqradhiyallâhu ’anhu, tidak lama setelah wafatnya Rasulullah Shallallâhu ’alayhi wasallam. Ditanam dan dirawat oleh Abdullah bin Sabâ’ yang berasal dari keturunan Yahudi dengan melemparkan dua isu. Pertama, setiap rasul memiliki pewaris kerasulan. Sebagaimana Musa pewarisnya Hârûn, maka Muhammad pewarisnya ’Alî dan keturunan tertentu dari ’Alî. Kedua, para imam dari keturunan tertentu tadi bersifat maksum. Karena itu, tiga orang khalifah sebelum ‘Ali dianggap bukan pewaris kerasulan Muhammad Shallallâhu ’alayhi wasallam. Maka, kekhalifahan mereka dianggap batal. Akhirnya, mereka menuduh semua shahabat, kecuali lima orang shahabat Nabi (yaitu Salman al-Fârisi, Sûhaib ar-Rûmî, Abû Mûsâ al-Asy’arî, Abû Dzar al-Ghîfarî, dan ’Amar bin Yasîr) sebagai orang-orang kafir.
Pada masa kekhalifahan Abû Bakar Shiddîq dan kemudian diganti ‘Umar bin Khaththâb, intrik Abdullah bin Sabâ’ yang menghembuskan fanatisme jahiliyah tidak dapat tumbuh subur. Selain reputasi kepemimpinan keduanya hampir tak tercela, juga karena jumlah para shahabat Nabi masih cukup banyak. Akan tetapi, pada pengujung masa kekhalifahan Utsman bin Affan, mayoritas kaum Muslimin merupakan generasi baru. Mereka belum seratus persen memahami Islam secara benar, khususnya pemeluk Islam di Persia, Mesir, dan Afrika bagian Utara. Dari kalangan mereka inilah doktrin Abdullah bin Sabâ’ mendapat sambutan antusias.
Oleh karena itu, segala pemikiran keagamaan yang lahir dari kondisi ini mencerminkan pertentangan, bahkan permusuhan dengan Islam. Mereka sama sekali tidak menghargai otentisitas al-Qur`an dan kebersihan para shahabat Nabi. Keyakinan bahwa di dunia ini manusia yang memiliki sifat maksum hanya nabi dan rasul ditolak secara hina. Mullah Fathullah al-Kasânî, seorang ulama Syi’ah, dalam kitab tafsirnya Minhajus Shâdiqînhalaman 356 menyatakan: “Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah empat kali derajatnya sama tingginya dengan Nabi Muhammad Shallallâhu ’alayhi wasallam.”
Dalam pandangan orang-orang berakal, ucapan demikian tentulah menjijikkan. Hanya bermodal syahwat belaka, seseorang dianggap lebih mulia, bahkan dibandingkan Nabi sekalipun! Menganggap pelaku mut’ah lebih mulia daripada Nabi Shallallâhu ’alayhi wasallam, seakan mereka mengatakan bahwa kemaluan para pelacur lebih mulia dari Nabi dan para shahabat! Na’ûdzubillahi min dzâlik, la’natullâh ’alâ Syi’ah.
Tidak cukup hanya sekadar menghina Nabi Muhammad Shallallâhu ’alayhi wasallam, bahkan Allah Subhânahu wata’âlâ juga dinista dengan mengatakan Allah bersifat al-bada’ yaitu tidak tahu hal yang akan terjadi. Sebagaimana dikatakan ulama besar ahli hadis Syi’ah, al-Kûlaini: “Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi, para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi” (Ushûlul Kâfî hlm. 40).
Menurut al-Kûlaini, Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin ’Alî akan mati terbunuh. Dia berkeyakinan bahwa pada mulanya Tuhan tidak tahu, sehingga Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Sebaliknya, imam Syi’ah dianggap telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh karena itu, menurut doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada’ (Ushûlul Kâfî hlm. 232).
Terhadap para shahabat Nabi, kaum Syi’ah memandang mereka sebagai penjahat, pengkhianat, perusak agama, dan penilaian keji lainnya. Dalam hal ini, Muhammad Baqîr al-Majlîsî menulis dalam kitab Haqqul Yaqîn, hlm. 519: “Abû Bakar, ‘Umar, Utsman bin ’Affan, Muâwiyah, ’Aisyah, Hafshah, Hindûn, dan Ummul Hakâm adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi ini. Mereka adalah musuh-musuh Allah. Barangsiapa yang tidak memusuhi mereka maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah.”
Dendam lama Yahudi dan Persia terhadap Islam, yang dimodifikasi menjadi ajaran Syi’ah, merupakan alat indoktrinasi guna menghancurkan Islam dan membangun agama Syi’ah. Untuk kepentingan ini, Syi’ah menggunakan pola rasionalisme, yaitu mengembalikan kebenaran kepada akal. Dalam praktiknya, segala kebenaran agama dikontrol dengan akal. Apa saja yang tidak sesuai dengan akalnya ditolak. Tujuannya, menciptakan keragu-raguan terhadap Qur`an, hadis, dan kejujuran para shahabat Nabi. Lalu, mereka ganti dengan doktrin imam yang maksum.
Dengan pola ini, sudah banyak generasi muda Islam yang disesatkan. Bentuk kesesatannya seperti di bawah ini.
Berkeyakinan para imam Syi’ah maksum dan derajatnya lebih tinggi dari Rasul;
Al-Qur`an yang ada sekarang tidak asli, alias palsu;
Para shahabat semuanya berdusta dan berkhianat kepada Nabi Shallallâhu ’alayhi wasallam kecuali beberapa orang;
Semua hadis yang dianggap sahih dalam kitab hadis kaum Muslimin dianggap palsu;
Khalifah selain dari ’Alî adalah penjahat, karena merebut kekuasaan kekhalifahannya.
Indoktrinasi seperti di atas mengakibatkan banyak intelektual Islam yang dangkal pemahamannya terhadap Islam, tetapi berlagak sok ilmiah dan rasionalis, secara membabi buta menelan semua indoktrinasi Syi’ah tersebut. Hal ini dapat dilacak, misalnya, pada buku-buku Jalaluddin Rahmat, juga Quraisyi Shihab yang dengan lihai dan santun mempropagandakan Syi’ah seperti dalam bukunya Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan, Mungkinkah? (penerbit Lentera Hati, Jakarta). Termasuk dalam kelompok ini, pujian Amien Rais terhadap Khomeini dan ‘Ali Syari’ati yang dapat dibaca dalam buku Satu Islam Sebuah Dilema (penerbit Mizan, Bandung).
Jalur pertemuan antara doktrin Syi’ah dan Zionisme bisa dilacak melalui sikap antipati terhadap al-Qur`an karena membongkar seluk beluk kejahatan Yahudi dan Ahlul-Kitab. Yahudi menolak kenabian Muhammad Shallallâhu ’alayhi wasallam karena bukan dari keturunan bangsa Israel, begitu pula Syi’ah yang kental dengan darah Persia membenci Islam karena dibawa oleh bangsa Arab yang meruntuhkan imperium Persia. Mereka sama-sama mempertahankan doktrin paganisme penyembah berhala.
Dengan melihat background Yahudi dan Persia—yang secara historis-sosiologis memusuhi bangsa Arab dengan Islam dan Rasul dari kalangan etnis ini—menjadi mudah dipahami mengapa Syi’ah dan Yahudi serta Zionisme tidak rela melihat Islam tumbuh dan berpengaruh di dunia ini.
Ada tujuh belas doktrin Syi’ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum Muslimin sebagai langkah taqiyyah (menyembunyikan Syi’ahnya) sebagai berikut.
Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendakinya (al-Kulainî, Ushûlul Kâfi, hlm. 259, cet. India). Jelas doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah Subhânahu wata’âlâ, surat al-A’râf [7]: 128: “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia karuniakan kepada siapa yang Dia kehendaki.” Kepercayaan Syi’ah di atas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam dengan Allah dan doktrin ini merupakan akidah syirik.
‘Ali bin Abî Thâlib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang zhahir dan yang batin sebagaimana termaktub dalam surat al-Hadîd [57]: 3 (Rijâlul Kashi hlm. 138). Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama Khalifah ‘Ali bin Abî Thâlib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan ‘Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum Muslimin dan kesucian akidahnya.
Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah, dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushûlul Kâfi hlm. 83).
Amirul Mukminin ‘Ali bin Abî Thâlib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang gaib (Ushûlul Kâfi hlm. 84).
Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushûlul Kâfi hlm. 278).
Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu, maka tentu ia tidak berhak menjadi imam (Ushûlul Kâfi hlm. 158).
Para imam mengetahui apa pun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal gaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushûlul Kâfi hlm. 193).
Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi, para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushûlul Kâfi hlm. 40). Menurut al-Kulainî, Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin ‘Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu, karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi, imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu, menurut doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada’ (Ushûlul Kâfi hlm. 232).
Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam bersifat maksum (bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat dosa). Allah menyuruh manusia untuk menaati imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya, dan mereka menjadi hujjah (argumentasi kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushûlul Kâfi hlm. 165).
Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Shallallâhu ’alayhi wasallam (Ibid).
Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah ‘Ali bin Abî Thâlib, Husein bin ‘Ali, Hasan bin ‘Ali, dan Muhammad bin ‘Ali (Ushûlul Kâfi hlm. 109).
Al-Qur`an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi, dan ditambah (Ushûlul Kâfihlm. 670). Salah satu contoh ayat al-Qur`an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat al-Qur`an an-Nisâ’ [4]: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Yâ ayyuhalladzîna ûwtul kitâba âminû bimâ nazzalnâ fî ’Aliyyin nûranmubînan” (Fashlul Khithâb,hlm. 180)
Menurut Syi’ah, al-Qur`an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushûlul Kâfi hlm. 671)
Menyatakan bahwa Abû Bakar, ‘Umar, Utsman bin Affan, Muâwiyah, ’Aisyah,Hafshah, Hindûn, dan Ummul Hakâm adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi; mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Barangsiapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yâqîn hlm. 519 oleh Muhammad Baqîr al-Majlisî).
Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin Mut’ah empat kali derajatnya sama tingginya dengan Nabi MuhammadShallallâhu ’alayhi wasallam (Tafsîr Minhajush Shâdiqîn hlm. 356, oleh Mullah Fathullah Kasanî).
Menghalalkan tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, Imam Ja’far berkata kepada temannya, “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku” (Al-Istibshar III hlm. 136 oleh Abû Ja’far MuhammadHasan ath-Thûsî).
Rasulullah dan para shahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam Mahdi, sebelum hari kiamat, akan datang dan dia membongkar kuburan Abû Bakar dan ‘Umar yang ada di dekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan, kedua orang ini akan disalib. (Haqqul Yaqîn hlm. 360 oleh Mulla Muhammad Baqîr al-Majlisî).
Ketujuh belas doktrin Syi’ah di atas, apakah dapat dianggap sebagai akidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Shallallâhu ’alayhi wasallam dan dipegang teguh oleh para shahabat serta kaum Muslimim yang hidup sejak zaman tabi’in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak mengafirkan akidah Syi’ah ini, maka dia termasuk kafir.
Kitab-kitab tersebut di atas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab Hadis Imam Bukhârî, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasâ’i, Tirmidzî, Abû Dawud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, dengan tegas harus ditolak upaya-upaya untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip

RABU, JANUARI 08, 2014
Ini Dia 17 Alasan Ulama Islam Mengkafirkan Kaum Syi'ah

WAJIB DIKETAHUI UMAT ISLAM



Berikut tujuh belas doktrin Syi’ah yang perlu diketahui umat Islam. Syi'ah selalu menyembunyikan siasat jahat dari kaum muslimin sebagai bagian dari doktrin taqiyah (menyembunyikan kesyi’ahan).
Ini dia 17 doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syi’ah:

1. Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT QS: Al-A’raf 7: 128, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa yang Dia kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah diatas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan aqidah syirik.

2. Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.

3. Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).

4. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).

5. Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal. 278).

6. Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).

7. Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).

8. Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).

9. Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).

10. Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).

11. Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)

12. Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah (Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran mubiinan”. (Fashlul Khitab, hal. 180).

13. Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).

14. Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).

15. Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).

16. Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, imam Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).

17. Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).

Ketujuh belas doktrin Syi’ah di atas, apakah bisa dianggap sebagai aqidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw dan dipegang teguh oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia termasuk Kafir.
Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus ditolak tegas !!!.
[Risalah Mujahidin, edisi 9, th 1 Jumadil Ula 1428 / Juni 2007]

Lima Sisi Lain Ayatollah Khomeini

SIAPA tak kenal Ayatollah Ruhullah Khomeini, tokoh Revolusi Iran. Sosok yang banyak diidolakan dan menginspirasi para pemuda muslim, termasuk di Indonesia. Tak heran, poster dari tokoh revolusi ini banyak menghiasi dinding-dinding kamar mereka.

Peran dan keberhasilannya dalam menumbangkan rezim Shah Pahlevi tahun 1979 tak diragukan lagi. Semua orang pun tahu, dan karenanya sosok ini banyak dielu-elukan. Namun, ada sisi lain dari sang tokoh yang mungkin jarang diungkap. Karenanya, pada edisi kali ini, al-Fikrah akan mengungkap beberapa hal terkait dengan penyimpangan Ayatullah Khomeini yang dikutip dari buku-buku karyanya sendiri.

1. KEDUDUKAN IMAM-IMAM SYIAH LEBIH TERHORMAT DARIPADA PARA NABI
Sebagai penganut Syiah, Khomeini dalam mengamalkan keyakinannya lebih cenderung memilih pendapat orang-orang yang ekstrem di kalangan para penganut Syiah. Di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah perkataannya yang ia sandarkan kepada orang-orang Syiah yang ekstrem dalam menetapkan keutamaan para wali mereka hingga melebihi keutamaan para nabi Allah dan rasul-rasul-Nya.
Khomeini berkata, “Sesungguhnya di antara hal yang termasuk paling urgen dalam madzhab kami, bahwasanya imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh para malaikat yang didekatkan dan tidak pula para nabi yang diutus…. Telah diriwayatkan dari mereka ‘alaihimus salam(imam-imam Syiah-pent.) “Bagi kami keadaan-keadaan tertentu bersama Allah yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat yang didekatkan, demikian pula para nabi yang diutus.” (Lihat al-Hukumah al-Islamiyah hal. 52, karya Khomeini).
Khomeini juga berkata tentang salah seorang imam mereka yang hingga saat ini masih gaib dan terus ditunggu-tunggu, “Telah datang para nabi seluruhnya untuk meneguhkan prinsip-prinsip keadilan, tapi mereka tidak berhasil. Bahkan Nabi Muhammad sekalipun, penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki kehidupan manusia. Sesungguhnya, orang yang akan berhasil mewujudkan hal tersebut hanyalah al-Mahdi al-Muntazhar.” (Di antara isi khutbah Khomeini yang disampaikan dalam acara peringatan Maulid al-Mahdi pada tanggal 15 Sya’ban 1400 H).
Bahkan Khomeini telah melontarkan tuduhan keji terhadap Nabi  bahwa beliau tidak menyampaikan risalah Islam sebagaimana mestinya. Khomeini berkata dalam salah satu bukunya, ”Fakta menunjukkan bahwa sekiranya Nabi telah menyampaikan persoalan imamah sesuai perintah Allah dan mencurahkan segenap potensi yang baik dalam hal ini, mustahil akan berkecamuk  perselisihan, pertengkaran, dan peperangan. Demikian pula, tidak akan terjadi perpedaan-perbedaan dalam perkara pokok maupun cabang dalam agama ini.” (Lihat Kasyf al-Asraar hal. 55).
Demikian pula, Khomeini telah menyematkan bagi imam-imam Syiah dengan sifat-sifat ketuhanan. Khomeini berkata, “Sesungguhnya atas para imam kedudukan yang terpuji dan khilafah yang terbentuk. Tunduk terhadap pemerintahan dan kekuasaannya semesta alam.”
Adapun para nabi, maka Khomeini menyifati mereka ‘alaihimus salam dengan sifat lemah. Khomeini berkata, “Dan kita katakan bahwasanya para nabi belum diberi taufiq dalam melaksanakan maksud dan tujuan mereka diutus. Dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus di akhir zaman seseorang yang akan menyelesaikan malasalah-masalah para nabi.” Seseorang yang mereka maksudkan adalah imam mereka yang masih gaib.
2. APA KATA KHOMEINI TENTANG PERUBAHAN AL-QUR’AN
Khomeini mendoakan rahmat dan ampunan bagi orang yang telah murtad, pengikut agama Majusi, penulis buku Fashl al-Khithab. Ia juga telah mengambil ilmu secara langsung dari bukunya Mustadrak al-Wasail dan berhujjah dengannya.
Perhatikan ucapan kekufuran yang sangat jelas dalam perkataan berikut ini, Khomeini ucapkan dalam salah satu bukunya berjudul Kasyf al-Asrar, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak memiliki hubungan keterikatan dengan Islam dan al-Qur’an kecuali karena alasan kedudukan dan duniawi, di mana mereka menjadikan al-Qur’an sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka yang rusak. Adalah hal yang sangat mungkin terjadi, mereka (sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam-pent.) mengubah kitab samawi (al-Qur’an) ini ketika nama imam disebutkan dalam al-Qur’an, atau mereka menghapus ayat yang menyebutkan tentang imam itu dari al-Qur’an dan menyematkan aib ini dalam kehidupan kaum Muslimin.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 114, karya Ayatullah Khomeini).
Inilah imam Syiah Rafidhah yang mereka sanjung dan mereka yakini makshum telah menghina para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menganggap para sahabat kemungkinan besar telah mengubah-ubah al-Qur’an al-Karim.
Khomeini telah mengingkari firman Allah Ta’ala
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩)
(artinya), “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9).
Padahal ayat ini telah memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya.
3. KHOMEINI MENGAFIRKAN SELURUH SAHABAT DAN AHLUS SUNNAH
Khomeini mengafirkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dan menyifati mereka dengan an-Nawashib, bahkan Khameini memilih pendapat yang paling ekstrem dari pengikut-pengikut Syiah dalam hal bermuamalah dengan mereka, yaitu dianggap sebagai kafir harbi (kafir yang harus diperangi). Khomeini berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah mengikutkan an-nashib dalam golongan kafir harbi dalam hal bolehnya memanfaatkan apa saja yang dia usahakan, dan hal ini telah termasuk khumus (1/5 bagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh orang Syiah-pent.). Bahkan yang nampak secara nyata adalah bolehnya menjarah hartanya di mana saja dan bagaimana pun bentuknya, dan wajibnya mengeluarkan khumus darinya.” (Tahrir al-Wasilah, I/352).
Lalu siapakah yang Khomeini maksudkan sebagai an-nawasib? Mereka adalah Anda para pembaca yang Sunni, dan kita seluruhnya Ahlussunnah wal Jama’ah.
Khameini juga berkata, “Adapun Nawashib dan Khawarij—semoga Allah melaknat kedua golongan ini—keduanya tidak diragukan lagi adalah najis.” (Lihat, Tahrir al-Wasilah).
4. KHAMEINI MENOLAK PERIBADAHAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
“Sesungguhnya kami tidak menyembah Ilah (sembahan) yang mendirikan bangunan yang tinggi untuk ibadah, keadilan, dan agama, kemudian Ia menghancurkannya sendiri. Kemudian Ia mendudukkan Yazid, Mu’awiyah, dan Utsman, dan selain mereka dari golongan orang-orang yang melampaui batas terhadap manusia dalam pemerintahan. Dan Ia tidak pula menentukan nasib ummat setelah wafatnya nabi-Nya.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 123, karya Imam Ayatullah Khameini).
Khomeini dengan jelas mengumumkan bahwasanya ia tidak menyembah Allah Ta’ala yang tidak mampu memenuhi permintaan-permintaan dan angan-angannya. Pernyataan Khomeini di atas ia tujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan yang sangat jauh dari adab, penyucian dan pengagungan terhadap-Nya.
5. KEYAKINAN KHOMEINI: PENGARUH BINTANG DAN HARI-HARI TERTENTU TERHADAP AKTIVITAS MANUSIA
Khomeini meyakini bahwa terdapat hari-hari sial dalam setiap bulan, di mana setiap penganut Syiah wajib untuk menghentikan segala aktivitasnya. Dan bahwsanya pergeseran bulan ke rasi bintang tertentu menimbulkan pengaruh negatif terhadap aktivitas manusia. Maka orang-orang Syiah wajib untuk menghentikan setiap kegiatan yang telah mereka rencanakan hingga bulan melewati rasi bintang tersebut.
Keyakinan semacam ini jelas mengeluarkan orang yang meyakininya dari lingkup iman, sebagaimana telah diketahui oleh siapa pun yang telah belajar akidah, pemula sekalipun.
Hal yang menunjukkan akidah Khameini yang kufur ini adalah pernyataannya dalam bukunya Tahrir al-Wasilah, 2/238, “Makruh hukumnya untuk mengadakan akad nikah sementara bulan sedang berada pada rasi bintang Scorpio, atau pada akhir bulan, atau pada salah satu hari-hari sial dalam setiap bulan yang terdiri dari tujuh hari, yaitu; hari ke-3, hari ke-5, hari ke-13, hari ke-16, hari ke-21, hari ke-24, dan hari ke-25. Demikianlah pada setiap bulan.”
Khameini telah menyelisi perkataan imamnya sendiri, yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dalam kitab Nahj al-Balaghah (yaitu kitab yang paling terpercaya bagi Syiah), “Wahai sekalian manusia! Jauhkanlah diri kalian dari mempelajari ilmu perbintangan kecuali sekadar untuk menjadi petunjuk di darat maupun laut, karena sesungguhnya hal tersebut bisa menyeret seseorang kepada dunia perdukunan. Ahli nujum itu seperti seorang dukun, dan dukun ibarat seorang tukang sihir. Tukang sihir serupa dengan orang kafir, dan orang kafir tempatnya di neraka.” (Lihat Nahj al-Balaghah, 1/157).
Beginilah sisi lain dari pemimpin revolusi Syiah Iran, sang tokoh yang banyak dielu-elukan, ternyata akidahnya menyimpang jauh dari Islam. Masihkah kita mengidolakannya?
[sumber: Buletin Al Fikrah STIBA Makassar]
By ADMIN ISLAMPOS on February 23, 2013

shoutussalam.com/.../pandangan-abdullah-azzam-tentang-syiah-dan-revo...
jaser-leonheart.blogspot.com › Takfir
Dan hal tersebut juga merupakan takfir dan hinaankhomeini terhadap Kaum ... Syi'ah · Al-Khui Mentautsiq-kan Orang KAFIR & KURANG AJAR (Di Mata Syi'ah)  ...
abujibriel.com/index.php/tag/kafir/
Inilah revolusi Syi'ah yang melahirkan Republik Islam Iran. Namun, secara mengejutkan Imam besar Syi'ah, Musa al-Musyawi, menganggap Khomeini itu kafir.
www.arrahmah.com › Kajian Islam  Hakekat Syi'ah
24 Feb 2013 - 1408 H. Mu'tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia Islam di Mekah mengumumkan fatwa bahwaKhomeini telah kafir. 1409 H. Pada  ...
www.titokpriastomo.com/.../syubhat-hizbut-tahrir-mau-membaiat-khome...
10 Okt 2012 - Padahal sebenarnya, kepergian Hizbut Tahrir menemui khomeini adalah .... hubungan dengan seluruh Negara kafir; Hendaklah membatalkan  ...
aslibumiayu.wordpress.com › ahlul bait
14 Mar 2011 - Khomeini, sebuah nama yang dikenal di seluruh penjuru dunia, ... Memang ada larangan untuk bermuamalah dengan orang-orang kafir atau  ...
m.voa-islam.com/.../ustadz-mudzakkirsiapapunyakin-ada-yang-ma'sum-s...
14 Jul 2013 - Pasalnya, dia tidak secara tegas menyatakan Syi'ah dan personalnya Kafir. Padahal, seperti Khomeinidan tokoh Syi'ah lainnya secara jelas  ...
zilzaal.blogspot.com/2012/01/sejarah-syiah.html
29 Jan 2012 - 1408 H. Mu'tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia Islam di mekah mengumumkan fatwa bahwakhomeini telah kafir. 1409 H. Pada  ...
muslim.or.id/manhaj/kesesatan-agama-syiah-1.html
30 Okt 2008 - Berkata Imam mereka Ayatullah al-Khomeinidi dalam kitabnya .... Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.
id-id.facebook.com/notes/.../pernikahan-khomeini.../279120088801159
Ketika Imam Khomeini tinggal di Irak, aku bolak-balik berkunjung kepadanya. ... Sebelum dikatakan tokoh fiktif, Sayyid Husain Al Musawi difatwakan kafir olh  ...
www.akhirzaman.info/.../1789-sekilas-sejarah-hitam-kaum-rafidhah-sepa...
1408 H. Mu'tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia Islam di Mekah mengumumkan fatwa bahwa Khomeinitelah kafir. 1409 H. Pada musim haji tahun ini  ...
wajahsyiah.wordpress.com/category/al-khomeini/nasab-al-khomeini/.../3/

17 Mei 2012 - Benarkah Al Khomeini seorang Sayyid?? ...kepada lelaki yang bukan ayahnya, sedangkan ia mengetahuinya maka ia adalah seorang kafir.
tanyasyiah.wordpress.com/tag/syiah-kafir/page/4/
2 Jan 2013 - Categories: Syiah Murtad Tags: al mufid murtad, al qummi murtad, khomeini murtad, nuri ath thabrisi murtad, pendeta syiah kafir, pendeta syiah  ...
alfanarku.wordpress.com/.../penghinaan-khomeini-terhadap-istri-dan-sah...
18 Sep 2012 - Khomeini Dajjal Zindiq,,,,gembong Rafidhah ini kalau sdh berani menghina Isteri Tercinta Rasulullah saw,,,berarti Khomeini telah Kafir !