Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly dengan
ruh Islam, ketiganya mampu mengguncang pusat-pusat kekuasaan dunia. Paris, Washington,
dan London. Tiga
Muslim yang menyerang simbol ideologi kebebasan, yaitu Charlie Hebdo,
benar-benar menghunjam ideologi Barat.
Cherif Kouachi,
Said Kouchi, dan Amedy Coulibaly menjadi pahlawan bagi Muslim di
seluruh dunia. Dengan ruh Islam yang tertanam di dada mereka, berani melakukan
tindakan yang dikutuk oleh masyarakat Barat, membunuh para penista Nabi
Muhammad Shallahu alaihi wassalam.
Di dalam Islam
tidak ada hukuman terhadap penista Nabi Shallahu alaihi wassalam, kecuali
dibunuh.
Cherif Kouachi, Said Kouchi, dan Amedy Coulibaly,
berhasil mengubah sejarah kehidupan umat manusia. Ketiganya berhasil menggugah
kesadaran secara kolektif seluruh umat manusia, terutama Muslim, bagaimana
mengamalkan Islam dalam realitas kehidupan. Islam sebagai doktrin dan
keyakinan, bukan hanya bagi ‘kenikmatan’ akal semata.
Cherif Kouachi,
Said Kouachi dan Amedy Coulibaly telah menunjukkan kepada seluruh umat
manusia, dan kepada Muslim tentang bagaimana Muslim dalam mencintai Allah,
Rasul dan orang-orang Mukmin, serta mensikapi terhadap orang-orang yang kafir
musyrik, dzalim, dan fasik.
Bagaimana
mensikapi terhadap mereka yang sudah sangat berlebihan yaitu menghina dan
menistakan Nabi Shallahu alaihi wassalam.
Cherif Kouachi,
Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, ketiganya menghentakan kesadaran Muslim, dan
di tengah terlelapnya mereka yang sudah jatuh kepada materialisme Barat.
Materialisme
Barat yang bersumber dari paganisme, yaitu Yahudi dan Nasrani, menyebabkan
Muslim kehilangan ‘izzah’ (kemuliaan), dan menjadi lemah dan hina. Muslim di
seluruh dunia, sudah kehilangan ruh Islam, dan tersungkur di telapak kaki
perabadan materialisme. Materialisme telah meracuni seluruh rongga kehidupan
Muslim di seluruh dunia.
Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, seperti
‘ledakan’ meteor yang sangat dahsyat, dan membuat semua peradaban Barat yang
sudah mapan porak-poranda.
Ketiganya
dengan keyakinan Islamnya berbuat yang sangat dramatik, sbagai bentuk
‘jual-beli’ antara diri mereka dengan Rabb mereka. Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly
telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Dzat yang sangat mereka
cintai dan rindukan yaitu Allah Rabbul Alamin dan rasul-Nya.
Cherif Kouachi,
Said Kouachi, dan Amedy Coulibaly, selalu merindukan keagungan wajah Rabbnya.
Rabbul Alamin menjadi tujuan hidupnya, dan mati syahid menjadi cita-cita
tertinggi mereka.
Karena itu, kematian membela Allah, Rasul, dan oranng-orang
Mukmin, sebagai cita-cita tertinggi mereka. Karena itu, mereka tidak pernah
memikirkan resiko yang akan dihadapinya. Hanya satu tujuan mereka, bagaimana bisa bertemu dengan Rabb mereka dengan
bahagia.
Cherif Kouachi, Said Kouachi dan Amedy Coulibaly, bukan
hanya membuat pusat-pusat kekuasaan dunia, Washington, Paris, dan London
menjadi terhenyak, dan sekarang negara Uni Eropa dan Amerika, termasuk
negara-negara Arab, sibuk melakukan kerjasama dan koalisi menghadapi
terorisme.
Cherif Kouachi, Said
Kouachi dan Amedy Coulibaly, membangkitkan ruh dan dhamir Muslim di seluruh
dunia. Ruh dan dhamir Muslim di seluruh dunia hidup dan bangkit.
Sesudah terjadinya
serangan terhadap media Charlie Hebdo di Paris. Muslim di seluruh dunia
bangkit kembali, dan meninggalkan mimpi-mimpi mereka. Menghadapi realitas
kehidupan yang sangat absurd di tengah kehidupan mereka, yaitu budaya
materialisme.
Di Turki, puluhan ribu
Muslim mulai dari ibukota Turki Ankara, Istambul, sampai kota-kota privinsi di
Turki, semua melakukan aksi mengutuk Charlie Hebdo.
Di Pakistan ribuan Muslim di
Karachi dan Islamabad mereka melaksanakan aksi menentang penghinaan terhadap
Nabi oleh Charlie Hebdo.
Di Yordania,
Gaza, Tepi Barat, Aljazair, Maroko, bahkan di Niger, gereja-gereja di
bakar, pasca serangan terhadap Charlie Hebdo.
Tentu, yang paling menarik, di ibukota Chechnya, Grozni, berlangsung aksi
menentang kartun Nabi Shallahu alaihi wassalam oleh ribuan Muslim Chechnya.
Aksi demo menentang Charlie Hebdo itu, berlangsung di depan Masjid Agung
Grozni. Hadir Presiden Chechnya Kadyrov.
Ribuan orang yang berkumpul itu, meneriakan takbir ‘Allahu
Akbar’, berulangkali, sambil mengucapkan kalimah thayyibah ‘la ilaha ilLah’.
Sangat luar biasa. Padahal,
Grozni belum lama pernah diratakan dengan tanah oleh rezim Moskow. Tapi, Islam
terus bangkit, dan tetap hidup di Chechnya.
Barangkali
hanya di Jakarta yang sepi. Tak ada suara apapun. Padahal indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia.
Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari
penduduk Indonesia. Juga memiliki jumlah masjid terbanyak dan Negara asal jamaah
haji terbesar di dunia. Sebanyak 250 juta penduduk Indonesia, sebagian besar Muslim, tapi semuanya
terlelap. Mereka sudah kehilangan ruh Islamnya. Tak lagi merasakan denyut
kehidupan saudaranya di luar negaranya. Muslim di Indonesia sudah sangat terlelap,
akibat ikut meneriakan ‘salam dua jari’, dan sekarang mereka menikmati, yaitu
kesengsaraan dan kehinaan. Tanpa kemuliaan dan izzah Islam.
Setiap tahun
Muslim di Indonesia memperingati Maulid Nabi Shallahu’ alaihi wassalam. Selalu
mereka melakukannya, dan itu sebagai bentuk cinta mereka kepada Nabi Shallahu
alaihi wasssalam. Muslim Indonesia tak pernah terbetik di dalam hati mereka
kemarahan, ketika Nabi dihina dan dinistakan oleh orang-orang kafir musyrik.
Ruh Islam mereka sudah hilang dari dhamir mereka. Tak ada ghirah kecemburuan
terhadap agamanya (Islam).
Peringatan
Maulid Nabi, tak dapat membangkitkan ruh Islam, dan ghirah mereka. Umumnya,
peringatan atau perayaan Maulid Nabi di Indonesia, hanya diisi ceramah, dan
isinya penuh dengan lawakan, dan terkadang ada ungkapan yang ‘jorok’.
Selesai perayaan
berlangsung makan nasi kebuli, dan penceramahnya sambil merokok, kemudian
pulang mendapatkan ‘amplop’ jutaan rupiah. Begitulah Muslim Indonesia. Maka
menjadi hina dina, tanpa kemuliaan, dan hidup dibawah telapak kaki kafir
musyrik, serta tidak ada kemarahan, bahkan menerima dengan ridha. Wallahu’alam.
KH Ali Mustafa Yaqub: Jangan Cuma
Gembar-gembor Cinta Nabi, Tapi Malah Lecehkan Nabi
KIBLAT.NET,
Jakarta – Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mutafa Ya’qub mengatakan bahwa
penghinaan terhadap Nabi terjadi karena umat Islam mencintai Nabi hanya sebatas slogan.
Menurutnya wujud kecintaan kepada Nabi adalah dengan mengamalkan ajaran Nabi.
“Ini harus diambil hikmahnya. Mungkin kita hanya
slogan-slogan saja cinta kepada Nabi, tapi tidak mengikuti petunjuk Nabi,” kata KH Ali Mustafa Ya’qub kepada Kiblat.net,
Sabtu (24/01).
“Jangan-jangan
kita cuma gembar-gembor cinta Nabi, tapi kita sendiri justru melecehkan Nabi,”
imbuhnya.
Ulama
mantan santri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang ini kemudian menyoroti
fenomena perayaan Maulid
Nabi Muhammad yang dibarengi dengan musik. Padahal hal itu justru merupakan
bentuk pelecehan terhadap Nabi, sebagaimana ditulis dalam kitab pendiri
Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari. “KH Hasyim Asy’ari punya kitab At Tanbihat Al Wajibat.
Disitu dikatakan oleh beliau bahwa menyelenggarakan Maulid Nabi dibarengi
dengan kemungkaran, dibarengi dengan malahi, musik dan sebagainya, itu sudah
pelecehan kepada nabi sendiri,” terangnya.
“Dan orang
NU sendiri tidak pernah baca buku seperti itu. Coba tanya orang NU, yang baca
kitab itu hampir tidak ada,” kata jebolan Fakultas Syariah Unversitas Hasyim
Asy’ari itu.
Imam Besar
Masjid Istiqlal ini juga menghimbau umat Islam untuk melakukan introspeksi. Dia
juga mengajak agar mencintai Nabi tak hanya sebatas pembicaraan. “Kalau mencintai Nabi ya kita
mengikuti Nabi. Perilaku kita mengikuti Nabi, bukan perilaku setan,” tegasnya.
Ayo Bermaulid 'Ala Nabi ...!
وَسُئِلَ
عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: «ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ
بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam ditanya tentang puasa hari senin, maka beliau menjawab : "Itu
adalag hari aku dilahirkan, hari aku diutus sebagai nabi, dan hari diturunkan
wahyu kepadaku" (HR Muslim no 1162)
Cara maulid Nabi yaitu :
1) dengan berpuasa sebagai bentuk bersyukur kpd Allah.
2) dilakukan setiap pekan bukan tiap tahun
3) gemar membaca Sirah Nabawiyah dari sumber/ periwayatan yang shahih (QS. al-Ahzab :21, Yusuf : 111, Ali Imran : 31, red lamurkha)
3) gemar membaca Sirah Nabawiyah dari sumber/ periwayatan yang shahih (QS. al-Ahzab :21, Yusuf : 111, Ali Imran : 31, red lamurkha)
4) gemar menghafal dan mentadaburkan Al-Qur’an ( red lamurkha)
Namun cara maulid ala Nabi diganti dgn cara model sekarang ;
1)dengan bersenang-senang dengan menyediakan banyak makanan, bahkan ada yg
mengadakan pawai dengan membuat patung-patungan hewan makhluk bernyawa.
Sehingga banyak mubadzir
2) dilakukan setiap tahun
3)terkadang dibarengi dengan kemungkaran-kemungkaran seperti:
- musik-musikan/membakar petasan
- ikhtilat (bercampurnya) lelaki dan wanita, dll
Apakah kita ingin
mengganti cara maulid nabi dengan cara yang buruk?
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
"Maukah kalian mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik?"
Buat Apa
Maulid, Kalau Kecintaan pada Rasul Tidak Tumbuh?
KIBLAT.NET, Jakarta – Minimnya reaksi umat Islam
Indonesia terhadap penistaan Nabi Muhammad SAW oleh Majalah Charlie Hebdo, dinilai Sekjen MIUMI sebagai tanda
bahaya.
Menurutnya, bukti cinta kepada Rasulullah adalah
dengan pembelaan terhadap syiar-syiar kesucian Nabi SAW. “Indonesia ini kan
mayoritas ya. Mayoritas ini kadang merasa dirinya sudah berislam, padahal
dirinya sendiri sedang terkungkung,” kata Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir
kepada Kiblat.net, beberapa waktu lalu.
“Bahaya
ketika orang Islam tidak peduli tentang penistaan kepada Nabinya SAW.
Orang-orang Indonesia yang tidak peduli pada urusan ini, kemungkinan bukan
orang Islam. Hanya simpatisan orang Islam yang sholat,” ungkap dai muda yang akrab disapa UBN ini.
Menurut Ustadz Bachtiar Nasir, bukti cinta kepada
Rasulullah adalah dengan pembelaan terhadap syiar-syiar kesucian Nabi SAW. Jika kesucian Nabi dihinakan, umat
Islam harus membelanya. Dia kemudian menyebutkan sejumlah penghinaan
terhadap simbol-simbol syiar nabi. Mulai dari bendera hitam yang dinistakan,
stempel Nabi Muhammad SAW yang diidentikkan dengan teroris, sampai kepada sosok
nabinya sendiri yang dinistakan.
“Buat apa kita bermaulid
kalau pada akhirnya ghirah kecintaan kepada Rasul itu tidak tumbuh,” tegasnya.
Charlie Hebdo;
Al-Qaidah yang Tuntas dan Iran yang Omdo
Al-Qaidah yang Tuntas dan Iran yang Omdo
KIBLAT.NET — Kebengalan Charlie Hebdo memang membuat
amarah umat Islam memuncak. Tak jera diganjar serangan yang menewaskan Pimred
beserta 11 orang lainnya, majalah itu kembali memuat kartun yang menyindir
junjungan umat, Nabi Muhammad SAW.
Akibatnya, jutaan umat Islam tumpah ke jalan-jalan di
berbagai negara meluapkan amarahnya. Demonstrasi mengecam kebengalan Charlie Hebdo ibarat gelinding bola
salju. Makin lama makin besar. Puncaknya di Chechnya, ketika ratusan ribu umat Islam tumpah di
jalan-jalan utama ibukota Grozny.
Padahal, sebagai salah satu pilar kekuatan dunia, prestasi Iran sudah terbukti menyangga Presiden Suriah Bashar Ashad dari dahsyatnya serangan oposisi. Pada saat bersamaan, dengan dukungan Iran, hari ini kelompok Houtsi berhasil melakukan kudeta militer di Yaman.
Namun, tetap saja @ShamsiAli2 berkilah “Yg pasti pembunuhan krn alasan seperti ini condemned…” Diskusi yang sebenarnya cukup menarik ini pun harus berakhir karena Shami mem-block akun @syarifbaraja. “Yah baru diskusi begini aja sudah diblock. :D Katanya toleransi dan bisa lapang dada dalam bertukar pikiran,” kicau Syarif. “Sama umat lain bisa toleransi dan senyum, sama sesama muslim malah alergi diskusi. Payah,” tambahnya.
Sikap yang bisa kita lakukan, jelas, menyuarakan bahwa Islam adalah agama yang sangat indah jika dilihat dari perspektif yang berbeda. Islam sangat banyak memiliki sisi positif. Saat ini memang banyak orang yang belum mengerti yang memandang Islam kebanyakan dari sisi negatifnya. Kita bisa menjelaskan berbagai keindahan yang ditawarkan oleh Islam. Bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai toleransi, sangat mengatur keberlangsungan hidup para umatnya supaya tetap dalam jalan yang benar, Islam sangat jelas mengatur hak dan kewajiban umatnya, dari hal kecil (misal menjaga kebersihan) hingga hal yang besar sampai urusan politik dan tata negara pun jelas diatur oleh Islam dalam ayat Al Quran. Islam juga telah banyak melahirkan ilmuwan – ilmuwan yang menjadi cikal bakal ilmuwan Eropa saat ini. Bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia ini, tidak terlepas dari peran umat Islam. Ada Ibnu Sina, Muhammad Al Khawarizmi, Ibnu Nafis, Al Biruni, serta tokoh – tokoh Islam lain yang menjadi kunci peradaban dunia. Ingat Muhammad Al Fatih? Beliau adalah seorang pemimpin yang berhasil mengalahkan Bangsa Romawi yang pada masa itu, adalah bangsa yang sangat kuat dan sulit terkalahkan. Namun Muhammad Al Fatih mampu menunjukkan kejayaan Islam dan menjadikan Islam unggul dalam segala bidang kehidupan.
Di sisi lain,
fenomena kemarahan umat Islam ini menarik untuk dicermati. Terjadi secara
serempak dan kolosal, menembus sekat-sekat negara dan bangsa. Bahkan gelombang
kemarahan ini membungkam suara-suara miring sebagian tokoh umat Islam sendiri
yang sebelumnya memandang negatif aksi
Kouachi bersaudara tersebut.
Tanpa menafikan realitas Islamopobhia yang
meningkat di Eropa, gerakan massal umat Islam di seluruh dunia—sekali
lagi—menarik dicermati. Jarang sekali umat Islam bisa melakukan respon serempak
menanggapi satu isu. Tragedi Suriah yang menguras darah, harta dan segalanya
dari umat Islam saja tidak segegap gempita kasus Charlie Hebdo ini. Lalu, siapa aktor cerdik yang bermain di sini?
Juru bicara AQAP, Syaikh Nashir bin Ali Al-Ansi
Secara resmi,
belum ada pihak yang mengaku terlibat selain Al-Qaidah. Juru bicara Al-Qaidah cabang Jazirah Arab (AQAP), Nashir
bin Al-Ansi menjelaskan bahwa operasi itu diarahkan dan didanai
langsung oleh komando Al-Qaidah. Itu semua demi memenuhi perintah Allah dan
menolong Rasulullah. Hal itu juga telah diperintahkan langsung oleh orang nomor
satu Al-Qaidah, Syaikh Aiman Az-Zawahiri.
Klaim ini
memang masuk akal. Maret 2013, Majalah Inspire milik AQAP memajang foto
Stephane Charbonnier, Pimred Charlie Hebdo sebagai daftar pencarian orang;
hidup atau mati! Tak sampai dua tahun kemudian, tunai sudah janji AQAP.
Ketuntasan janji tersebut ditambah timing dan sasaran yang tepat membuat Al-Qaidah layak
diacungi jempol.
Tepat dan Terukur
Pemilihan
Charlie Hebdo sebagai target serangan adalah sebuah keputusan brilian. Secara legal
hukum Islam, dosa-dosa Charlie Hebdo
tidak dapat diampuni. Hukuman bagi penghina Nabi adalah eksekusi mati,
tanpa istitabah (diminta bertobat
terlebih dahulu).
Sementara dari sisi lokasi, keberadaan Charlie Hebdo di
Prancis (Eropa)—salah satu aliansi vital Amerika dalam perang melawan
Islam, sangat strategis. Serangan itu memang menewaskan “hanya” dua belas
orang. Tetapi telah menciptakan efek ketakutan luar biasa
bagi seluruh penduduk Barat.
Efek tersebut timbul karena karakteristik Barat yang
lebih memilih perang “hemat” nyawa ketimbang “boros” nyawa yang banyak
dipraktikkan negara-negara Timur seperti Iran dan Rusia. Abdullah bin Muhammad, dalam Strategi
Dua Lengan (Jazera,
2013) halaman 205 memberikan ilustrasi menarik.
“Di
negara-negara Barat, teror yang terjadi di wilayah dalam negeri mereka akan
sangat berpengaruh terhadap ekonomi, keamanan, politik dan seluruh sektor
lainnya. Peristiwa percobaan peledakan pesawat terbang di Detroit, Amerika
adalah bukti nyata. Meskipun peledakan tersebut gagal, namun telah memaksa
Barat merogoh 40 milyar USD untuk memperkuat sistem keamanan transportasi
udara.”
Serangan
tersebut juga disebut terukur, karena hanya menjatuhkan “korban seperlunya.”
Sebagaimana diketahui, jatuhnya korban yang tidak perlu menjadi celah
pengkritik untuk mendeligitimasi sebuah amaliyat jihad. Adapun korban Muslim bernama Ahmad
Merabet (42) memang sulit dihindari. Sebab, sebagai seorang polisi, Merabet
memang bertugas mencegah serangan tersebut.
Adegan
“memukau” juga diperankan dengan baik oleh Kouachi bersaudara ketika berhadapan
dengan kaum Hawa, Sigolene Vinson. Saat wanita penulis itu pasrah di bawah
todongan moncong senjata, sang penodong malah menegaskan, “Saya tak akan
membunuhmu karena kamu seorang perempuan dan kami tidak membunuh perempuan.”
Miftah Shira’
Ketepatan dalam
memilih target sampai kematangan perencanaan membuahkan aksi yang tuntas.
Ketuntasan itu tidak hanya berhenti pada tewasnya otak pelecehan kepada Nabi
SAW di majalah Charlie Hebdo, tetapi berlanjut kepada efek lanjutan pasca
serangan.
Selain
menanamkan ketakutan kepada siapapun yang mencoba mengikuti jejak Charlie Hebdo
dalam mempermainkan Nabi Muhammad SAW, aksi tersebut memancing majalah satire
itu untuk mengulangi kebodohannya, dengan kembali mencetak karikatur serupa. Akibatnya, jutaan umat Islam bereaksi lebih
besar daripada aksi pertama yang bersimpati kepada Kouachi bersaudara.
Di sini,
Al-Qaidah berhasil menempukan miftah shira’ (key point, pemantik konflik) yang sangat efektif,
karena mampu menggerakkan jutaan umat Islam sedunia untuk turut berpartisipasi.
Sebagai catatan, aksi jutaan umat sebagaimana disebut di atas baru sebatas aksi
demonstrasi di jalanan. Jumlahnya akan semakin meledak bila aksi-aksi di dunia
maya juga dimasukkan dalam statistik.
Abu Mush’ab
As-Suri dalam Visi Politik Gerakan Jihad (Jazera, 2010) menekankan miftah
shira’ sebagai elemen
penting dalamDakwah Muqawamah Islamiyah ‘Alamiyah. Ia menyebutnya sebagai salah satu unsur
pembentuk “Mobilisasi, Pemantik Konflik dan Iklim Jihad” (hal 60). Dilihat dari
perspektif proyek Dakwah Muqawamah yang digagas oleh Abu Mush’ab As-Suri,
serangan terhadap Charlie Hebdo ini telah berhasil membuahkanMuqawamah
Sya’biyah, salah satu
bentuk dari sekian macamMuqawamah.
Panggung Opini Dunia
Namun,
keberhasilan Al-Qaidah dalam aksi tersebut tidak terhenti pada Muqawamah
Sya’biyah semata. Dengan
Charlie Hebdo, panggung opini dunia memberikan ruang seluas-luasnya bagi
organisasi yang dipimpin oleh Syaikh Aiman Al-Dzawahiri itu untuk menjelaskan
logika aksi-aksinya.
Panggung pun
semakin semarak, ketika “musuh” pun turut mengapresiasi. Presiden Liga Katolik
Amerika, Bill Donohue dalam sebuah artikel yang berjudul “Muslim Berhak untuk
Marah”, mengecam “intoleransi” yang diusung oleh Charlie Hebdo. Apalagi setelah
berulang kali menggambarkan secara buruk sosok yang sangat dimuliakan umat
Islam itu. Tak hanya itu. Paus Fransiskus pun turut memaklumi aksi menuntut balas
tersebut. “Itu
normal. Anda tidak boleh memprovokasi. Anda tidak boleh memperolok keyakinan
orang lain,” katanya.
Tuntas vs Omdo
Penghinaan
terhadap simbol-simbol Islam dan bagaimana kerasnya umat Islam bereaksi ini, mengingatkan
kita kepada kejadian-kejadian sebelumnya. Salah satu yang cukup fenomenal
adalah buku The Satanic Verses, karya Salman Rushdie pada tahun 1989. Atas
kebejatannya itu, pemimpin Syiah sekaligus Presiden Iran saat itu, Khomeini
pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdie.
26 tahun
berlalu, namun Salman Rushdie tetap hidup dengan aman. Tak ada langkah kongkit
Teheran untuk menuntaskan sesumbarnya itu. Paling banter, Khordad Foundation,
sebuah yayasan keagamaan di Iran menaikkan harga kepala Salman dari 500 USD
menjadi 3,3 juta USD, atau setara Rp. 31 miliar.
Padahal, sebagai salah satu pilar kekuatan dunia, prestasi Iran sudah terbukti menyangga Presiden Suriah Bashar Ashad dari dahsyatnya serangan oposisi. Pada saat bersamaan, dengan dukungan Iran, hari ini kelompok Houtsi berhasil melakukan kudeta militer di Yaman.
Di balik
kekuatan besar yang belum sanggup menuntaskan janjinya, publik pun bisa
menilai: mana yang sungguh-sungguh tuntas membela kehormatan Islam, dan mana
yang cuma pencitraan dan omong besar tapi kosong (omdo).
Tak salah bila
kemudian congkaknya Salman Rushdie menanggapi ancaman mati tersebut sebagai sekadar
retorika belaka, bukan aksi nyata.
Penulis: Hamdan
Orang
beriman share informasi yang benar
Syarif Baraja:
Menghina Nabi Tidak
Ada Hukumannya? Enak Aja!
KIBLAT.NET, Jakarta — Asap pasca serangan kantor
majalah Charlie Hebdo mengepul ke mana-mana. Tak terkecuali di dunia maya.
Selain kecaman dan hujatan, tidak sedikit pula yang memuji aksi yang diduga
kuat hukuman atas penghinaan Charlie Hebdo kepada Nabi Muhammad SAW melalui
karikaturnya. Pro-kontra itu sendiri bahkan terjadi sesama akun tokoh dan
pendakwah Islam.
Sebut saja misalnya akun @ShamsiAli2. Pria
kelahiran Sulawesi yang kini tersohor sebagai dai di Amerika, terlibat adu
argument dengan @syarifbaraja, mubaligh muda dengan lebih dari 30 ribu
follower. @ShamsiAli2 mengecam aksi yang menewaskan 12 orang, termasuk
penanggungjawab karikatur penghina Nabi SAW. Namun, @syarifbaraja mengingatkan,
“Mencela Nabi SAW tidak ada hukumannya? Enak aja.”
Menanggapi
hal tersebut, @ShamsiAli2 mengatakan, “Cinta Nabi tdk dgn membunuh. Cinta nabi
dg dakwah, bkn benci.” Tak hanya itu, dai yang pernah jalan bareng George W.
Bush dalam safari doa di bekas reruntuhan gedung WTC itu menantang
@syarifbaraja: “
Tunjukkan kapan nabi membunuh yg menghinanya?”
Syarif pun menjawab dengan memberikan
contoh pada kasus pembunuhan Ka’ab bin Asyraf, laki-laki yang pernah menghina
dan menyakiti Nabi SAW. “Nabi SAW menyuruh sahabat membunuh Ka’ab bin Asyraf.
Nabi SAW yang mengucapkan itu, menyuruh membunuh Ka’ab bin Asyraf.”
Syarif menambahkan, “Nabi SAW tidak mengiqishash pembunuh budak yang memaki
Nabi SAW.”
Namun, tetap saja @ShamsiAli2 berkilah “Yg pasti pembunuhan krn alasan seperti ini condemned…” Diskusi yang sebenarnya cukup menarik ini pun harus berakhir karena Shami mem-block akun @syarifbaraja. “Yah baru diskusi begini aja sudah diblock. :D Katanya toleransi dan bisa lapang dada dalam bertukar pikiran,” kicau Syarif. “Sama umat lain bisa toleransi dan senyum, sama sesama muslim malah alergi diskusi. Payah,” tambahnya.
Para
netizen yang menyimak pun memberikan komentar beragam. Misalnya
@yefz_solihin yang berkata, “Diskusi selesai krn ketika ditunjukan dalil lalu
ngeyel kemana mana.” @PejuangFaqir
juga nimbrung, “Getol merayakan maulid, tapi diam ketika nabi dihina?” Di
timeline selanjutnya, @syarifbaraja menjelaskan sikap Nabi SAW terhadap
penghinaan. Bisa disimak di http://chirpstory.com/li/36781.
Penulis:
Hamdan
Assalamu’alaikum...
Hanya ingin sekedar menuangkan
ide yang ada di pikiran, hehe. Selamat menyimak ^^
Jika kita sering memperhatikan
berbagai peristiwa aktual yang terjadi di sekitar kita, mungkin kita akan tahu
bahwa akhir – akhir ini dunia sedang digemparkan oleh peristiwa Charlie Hebdo.
Charlie Hebdo adalah sebuah kantor redaksi majalah yang berpusat di Perancis.
Nah, yang membuat Charlie Hebdo itu terkenal di seluruh dunia karena redaksi
majalah tersebut biasa menghasilkan karya yang aneh -_- yang berbeda dari karya
– karya sewajarnya, dan karya – karya mereka seringkali mengundang kemarahan
umat Islam di dunia. Mereka biasa menghasilkan karya karikatur Nabi Muhammad
dengan memvisualisasikan Nabi Muhammad sebagai tokoh kartun komik, dsb.
Astaghfirullahaladzim. Saya sendiri sebagai seorang Muslim juga tentu tidak
terima atas perlakuan Charlie Hebdo kepada Nabi Muhammad SAW. Begitu juga
dengan semua umat Islam yang masih waras, tentu akan marah jika mengetahui
bahwa Nabi atau Junjungan kita, Rasulullah SAW dihina sedemikian rupa.
Sebenarnya saya sendiri tidak
mempunyai andil yang besar dalam peristiwa tersebut. Saya hanyalah seorang
pengamat, yang hanya sedikit mengambil peran sebagai seorang pemerhati masalah
– masalah seperti itu. Menyikapi dan memberi solusi tentunya lebih baik
daripada hanya duduk dan diam bukan? Saya berusaha untuk tidak menjadikan diri
ini sebagai orang yang apatis, sehingga lama kelamaan hati akan menjadi keras
karena kurangnya kesadaran akan masalah yang sedang terjadi. Naudzubillaah,
jangan sampai ya ^^ hehe. Oke baiklah, kembali ke topik. Charlie
Hebdo baru saja mengalami aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mengaku diri mereka sebagai orang Islam. Aksi teror tersebut tidak tangggung –
tanggung, sampai mengakibatkan 12 orang karyawan kantor majalah tersebut tewas.
Tentu saja dunia langsung mengecam peristiwa yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam tersebut. Berbagai aksi kecaman
datang dari seluruh penjuru dunia, sehingga mengakibatkan banyak media langsung
memberitakan peristiwa itu dengan versi bahasa mereka. Sebagian besar
masyarakat dunia langsung mengutuk tindakan penyerangan tersebut. Termasuk juga di Indonesia. Tidak sedikit orang yang langsung mengutuk
tanpa melewati proses “wait and see” terlebih dahulu.
Jujur, saya memposisikan diri
saya sebagai orang yang mendukung aksi penyerangan terhadap kantor majalah
Charlie Hebdo itu. Saya
juga tidak habis pikir kenapa banyak umat Muslim di Indonesia (di mana
mayoritas nya adalah Muslim) senang memvonis dan senang menghakimi suatu hal
yang secara logika, peristiwa tersebut “benar” untuk dilakukan. Haloo,
apa yang salah dengan aksi penyerangan itu? Kenapa harus dikutuk secara
berlebihan? Bukannya menjadi kewajiban setiap Muslim untuk selalu membela Nabi
Muhammad ketika Beliau dihina? Lantas apa yang salah dengan peristiwa
penyerangan itu?
Jika dibilang peristiwa penyerangan tsb sebagai aksi yang keji, di mana
letak kekejiannya? Aksi penyerangan itu belum sepadan dengan hinaan Charlie
Hebdo yang secara terang – terangan jelas menghina seorang Nabi Muhammad SAW.
Penghinaan tersebut sangat melukai perasaan mayoritas Muslim di dunia. Dan
memang bahwa membunuh orang yang menghina Nabi itu jelas hukumnya dan sudah
tertuang dalam hadits Nabi. Seperti yang saya kutip dari media Islampos tentang
hukum membunuh penghina Nabi seperti berikut ini.
Ka’ab bin Al-Asyraf menghina Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW bersabda,
“Siapa yang mau membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti
Allah dan RasulNya.” Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata: “Wahai
Rasulullah, apakah engkau suka jika aku membunuhnya?” Nabi SAW menjawab: “Ya.”
Singkat cerita, Ka’ab bin Al-Asyraf pun dibunuh oleh Muhammad bin Maslamah.
(Muttafaq ‘Alaih dari Jabir).
Bahwa memang jelas hukumnya membunuh orang yang berani menghina Nabi
SAW, bahkan Nabi pun tanpa pikir panjang langsung menyetujui permintaan
Muhammad bin Maslamah untuk membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf karena telah menyakiti
Allah dan RasulNya.
Kalau dibilang aksi penyerangan
itu sebagai sikap fanatisme yang berlebihan, ya memang saya setuju dengan
pendapat itu. Bukannya sudah menjadi suatu kewajiban kita untuk selalu fanatik kepada Rasulullah
sebagai salah satu wujud cinta kita kepadanya? Aksi penyerangan tersebut juga
tidak akan terjadi,jika penghinaan kepada Nabi oleh Charlie Hebdo tidak
dilakukan. Seharusnya pemerintah Perancis juga harus adil dalam hal ini. Jika
Charlie Hebdo berdalih bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapat dan
berekspresi, tidak sewajarnya mengeluarkan pendapat dengan cara menghina Nabi
Muhammad, karena sangat menciderai perasaan umat Muslim. Kalau ada aksi, tentu
ada reaksi. Dan memang Pemerintah Perancis bisa dikatakan kurang peduli dalam
menyikapi masalah tersebut. Seharusnya Pemerintah Perancis memikirkan dampak
yang akan terjadi jika kantor redaksi Charlie Hebdo tetap beroperasi. Jika
penghinaan kepada Nabi dilakukan hanya sekali, atau dua kali saya pikir masih
bisa ditoleransi. Namun, Charlie Hebdo telah melakukannya dari dahulu hingga
sekarang, sampai karya mereka pun tersebar di seluruh dunia. Saya masih ingat,
berita Charlie Hebdo ini sudah muncul dari dulu, sejak saya masih duduk di
bangku Sekolah Dasar hingga saat ini. Saya juga berpikir bahwa aksi penyerangan
tersebut merupakan wujud ketegasan sekelompok umat Muslim dalam membela Nabi
SAW. Dan kita sebagai umat Muslim, yang tinggal di negara yang juga masyoritas
Muslim, juga harus berpikir secara logis dan jernih, bahwa ketegasan dalam
membela Agama Allah itu wajib hukumnya.
Jika kita memang cinta kepada Allah dan RasulNya, lantas hal apa yang
bisa kita lakukan di saat ada orang lain yang menghina Allah dan Rasulullah?
Apakah hanya dengan duduk dan diam? Tentu saja tidak. Kita harus tegas
menyatakan sikap, bahwa menghina Allah dan Rasulullah itu suatu perbuatan yang
buruk. Lalu jika ditanya, Rasulullah saja ketika dihina beliau membalasnya
dengan kebaikan, lalu kenapa Charlie Hebdo sampai diserang sedemikian
brutalnya? Oke, memang perlu kita ketahui bahwa Rasulullah SAW merupakan
manusia yang sangat mulia, Beliau membalas kejahatan yang dilakukan oleh orang
kafir dengan kebaikan. Iya. Beliau adalah seorang Nabi, yang dianugerahi oleh
Allah kesabaran yang luar biasa. Sedangkan kita, hanya manusia biasa bung!
Malaikat Jibrilpun, ketika melihat Rasulullah didzalimi oleh kaum kafir,
malaikat Jibril ingin melempar mereka (orang kafir) dengan sebuah gunung. Namun
karena Nabi adalah manusia yang paling luar biasa kesabarannya, Beliau melarang
Jibril untuk melakukan hal tersebut. Tidak sepantasnya kita yang hanya manusia
biasa, disamakan kadar kesabarannya dengan kesabaran seorang Nabi. Ingat.
Charlie Hebdo bukan hanya sekali, dua kali, atau tiga kali, menghina Rasulullah
SAW, namun berkali – kali. Dengan adanya penyerangan tersebut, juga menyadarkan
dunia, bahwa Islam adalah agama yang tegas muaranya jika ada suatu hal
keburukan yang menimpa terhadap diri Rasulullah. Sadarlah wahai kaum Muslim
semua!
Lantas bagaimana dengan Islamophobia yang muncul pasca
Peristiwa Charlie Hebdo?
Tidak bisa dipungkiri memang, dampak yang ditimbulkan
setelah peristiwa Charlie Hebdo ini. Sikap Islamophobia perlahan mulai muncul
pada sebagian masyarakat Eropa, bahkan masyarakat dunia. Lantas bagaimana sikap
yang benar untuk menangkal Islamophobia yang perlahan mulai muncul?
Sikap yang bisa kita lakukan, jelas, menyuarakan bahwa Islam adalah agama yang sangat indah jika dilihat dari perspektif yang berbeda. Islam sangat banyak memiliki sisi positif. Saat ini memang banyak orang yang belum mengerti yang memandang Islam kebanyakan dari sisi negatifnya. Kita bisa menjelaskan berbagai keindahan yang ditawarkan oleh Islam. Bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai toleransi, sangat mengatur keberlangsungan hidup para umatnya supaya tetap dalam jalan yang benar, Islam sangat jelas mengatur hak dan kewajiban umatnya, dari hal kecil (misal menjaga kebersihan) hingga hal yang besar sampai urusan politik dan tata negara pun jelas diatur oleh Islam dalam ayat Al Quran. Islam juga telah banyak melahirkan ilmuwan – ilmuwan yang menjadi cikal bakal ilmuwan Eropa saat ini. Bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia ini, tidak terlepas dari peran umat Islam. Ada Ibnu Sina, Muhammad Al Khawarizmi, Ibnu Nafis, Al Biruni, serta tokoh – tokoh Islam lain yang menjadi kunci peradaban dunia. Ingat Muhammad Al Fatih? Beliau adalah seorang pemimpin yang berhasil mengalahkan Bangsa Romawi yang pada masa itu, adalah bangsa yang sangat kuat dan sulit terkalahkan. Namun Muhammad Al Fatih mampu menunjukkan kejayaan Islam dan menjadikan Islam unggul dalam segala bidang kehidupan.
Nah, sekarang pertanyaannya, akankah masa – masa kejayaan
Islam tersebut bisa terulang kembali? Saya yakin tentu sangat bisa. Dan hal
tersebut kuncinya ada pada diri umat Islam sendiri. Kita harus tegas membedakan
mana hal yang benar, mana yang salah. Saya yakin, jika memang umat Islam ingin berusaha
menjadikan dirinya sebagai umat Islam yang kaffah (menyeluruh), niscaya Islam
akan kembali menorehkan kejayaannya di dunia ini. Dimulai dari diri saya
tentunya, dan diri kita semua. Jika kita memang belum bisa memberikan
kontribusi yang besar bagi peradaban Islam saat ini, bisa dimulai dengan
melakukan hal – hal kecil yang mengandung maslahat bagi banyak orang. Belajar
ilmu agama dengan benar serta mengamalkannya, dan tidak lupa untuk
mendakwahkannya kepada orang lain, menjadi suatu hal kecil yang suatu saat akan
berdampak besar bagi kemajuan Islam. Biidznillah, cahaya Islam lama kelamaan
akan muncul kembali, untuk menerangi cahaya dunia yang saat ini mulai meredup
oleh kebaikan ^^
Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kita semua
dalam jalan istiqomah. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb........
Aneh, Saat Rasulullah Dihina Diam Saja Giliran Si Penghina Diserang
Pemerintah Ikut Mengutuk
Jakarta (SI Online) – Aneh tapi nyata, itulah pemerintah Indonesia. Saat Nabi Muhammad Saw,
yang merupakan Nabi dan panutan mayoritas masyarakat Indonesia dihinakan oleh
majalah satir asal Perancis, Chalie Hebdo, pemerintah diam saja, tak bereaksi.
Tapi kini giliran kantor majalah tersebut diserang oleh orang tak dikenal, yang
menewaskan pemrednya, pemerintah ikut-ikutan mengeluarkan kutukan.
“Pemerintah Indonesia mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya kepada
pemerintah dan rakyat Perancis, khususnya terhadap keluarga para korban,” tulis
Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan pers yang dikutip Tribunnews.com, Rabu (07/01 malam.
Dalam keterangan sama, Pemerintah Indonesia menegaskan
bahwa tindak kekerasan apapun tidak dapat dibenarkan. Karena itu, Indonesia
mendukung upaya Pemerintah Perancis menangkap dan mengadili para pelaku.
Sementara itu, dari hasil koordinasi dengan KBRI Paris,
dijelaskan tidak ada korban warga negara Indonesia dalam tragedi tersebut.
Meski demikian, Pemerintah Indonesia mengimbau kepada segenap WNI yang berada
di Perancis untuk dapat menghindari tempat-tempat keramaian, dan menghubungi
perwakilan Indonesia (KBRI Paris dan KJRI Marseille) yang berada di wilayah
masing-masing sekiranya membutuhkan bantuan.
Sebelumnya, kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo
diserang orang tidak dikenal dan dikabarkan telah menewaskan 12 orang. Menurut
saksi mata para pelaku yang menggunakan sebo alias penutup wajah juga
menggunakan senapan AK47, ada juga laporan mereka menggunakan granat roket yang
digunakan dalam serangan itu.
“Ada tembakan keras dan setidaknya satu ledakan,” kata
seorang saksi mata. Ketika polisi tiba ada tembak-menembak massa. Orang-orang
berhasil melarikan diri dengan mobil, mencuri mobil,” ujarnya seperti dikutip
Daily Mail, Rabu(07/01).
Majalah mingguan satir tersebut sebelumnya menimbulkan
kontroversi karena antara lain menerbitkan karikatur menghina Nabi Muhammad dan
menjadikan nabi sebagai “pemimpin redaksi” pada November 2011. Sehari
sesudahnya, kantor majalah diserang dengan bom molotov.
Dalam tweet terbaru Charlie Hebdo mengeluarkan kartun Abu
Bakr al-Baghdadi, pemimpin Islamic State.
red: shodiq ramadhan, Kamis, 08/01/2015 06:25:30 | Dibaca
: 2912
***
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ } [التوبة: 73]
Hai
Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah
tempat kembali yang seburuk-buruknya. [QS. At-Taubah: 73]
{بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ
عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ
دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ
لِلَّهِ جَمِيعًا} [النساء: 138، 139]
Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih
(yaitu) orang-orang
yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang
kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah [QS. An-Nisaa’:
138-139]
Baca juga :