Di tengah perang Yaman
yang sedang berlangsung, , sebuah rekaman audio yang beredar secara
online yang diduga berasal dari suara Imam Masjidil Haram , “Imam masjidil
Haram di Mekkah serukan perang habis-habisan melawan Syiah.”
“Perang kami dengan Iran, katakan dengan keras, perang itu adalah perang antara Sunni dan Syiah,” Seru Abdul Rahman al-Sudais mengatakan dalam rekaman audio sekitar tujuh menit. “Perang kami dengan Iran … itu perang benar-benar sektarian…” Begitu juga dengan Yahudi dan nasrani, mereka akan temui hari harinya, Roma akan kami taklukan …!
Ketidaksetujuan kami dengan Rafidha “- kata lain untuk Syiah – “tidak akan dihapus, untuk melawan mereka … selama mereka berada di muka bumi ….” Seru Imam Al Sudais.
Seruan Imam al-Sudais dari masjidil Haram di Mekkah merupakan eskalasi konflik Muslim dan Syiah yang belum pernah terjadi sebelumnya .
“Ingat tanggal 31 maret 2015, adalah hari perang
Muslim dan Syiah diumumkan. Ini akan berlangsung lebih lama dari perang salib,
“kata Ahmed Abul Hussein, pemimpin sebuah kantor berita Irak.
(JL/KH/eramuslim)
http://muslimina.blogspot.com/2015/04/khotbah-imam-masjidil-haram-sudais-ini.html
Setelah Imam Masjidil Haram, Giliran Imam Masjid Nabawi Dukung Operasi Militer Serang Pemberontak Yaman
Setelah Imam Masjidil Haram, Giliran Imam Masjid Nabawi Dukung Operasi Militer Serang Pemberontak Yaman
MADINAH (gemaislam) – Pekan lalu Imam Besar Masjidil Haram, Syaikh Abdurrahman As-Sudais memberikan pernyataan dukungan atas operasi militer yang dilancarkan Arab Saudi terhadap pemberontak Hutsiyin di Yaman. Tak lama berselang, giliran Imam dan Khatib Masjid Nabawi, Syaikh Ali Al-Hudzaifi mengeluarkan pernyataan senada.
Dalam khutbahnya di Masjid Nabawi, Jumat (3/4/2015), Syaikh Ali Al-Hudzaifi mengingatkan akan keberkahan yang ada di Yaman dan adzab bagi siapa saja yang hendak merubah Yaman.
“Bahwasanya barangsiapa yang hendak merubah akidah yang telah disebarkan oleh para sahabat di Yaman dan hendak menghapus Islam maka Allah akan menyegerakan kepadanya siksaan yang pedih, menyakitkan dan menghinakan, dan menjadikannya pelajaran bagi orang yang setelahnya, serta benar-benar terhina oleh manusia,” kata Syaikh Al-Hudzaifi seperti dikutip dari firanda.com, Ahad (5/4/2015).
Beliau juga kemudian mengingatkan kaum muslimin akan bahaya kelompok pemberontak yang kini merongrong masyarakat Yaman.
“Dan kelompok yang menyimpang ini, yang membuat makar untuk menyerang Yaman, hendak merubah kepribadian Yaman, merubah agama Islamnya, akhlaknya yang mulia, ingin merendahkan orang-orang mulianya, ingin menghinakan orang-orang yang memiliki ghirah Islam dan mulia. Ini adalah kelompok yang tersohor dengan permusuhan dan tipu muslihat,” tambahnya lagi.
Bahkan, Syaikh Al-Hudzaifi juga tak lupa mengingatkan kaum muslimin terhadap pihak yang memberikan dukungan terhadap kelompok pemberontak Hutsiyin ini.
“Sungguh telah terkuak secara terperinci siapakah yang berdiri dibalik kelompok ini baik yang di dalam Yaman maupun yang diluar Yaman, maka jadilah tujuan mereka dan niat mereka terbongkar dan terlihat oleh mata, berupa penghancuran dan perusakan dan pernyataan-pernyataan,” jelasnya.
Syaikh Ali Al-Hudzaifi kemudian memberikan pujiannya kepada pemerintah Arab Saudi dan negara-negara yang telah membantu pemerintah Yaman dalam menghadapi tekanan para pemberontak. Hal itu dilakukan karena memang pemerintah Yaman secara resmi melayangkan permintaan tolong mereka.
“Kerajaan Arab Saudi memenuhi permintaan tersebut, lalu menegakan kewajibannya yang patut untuk disyukuri, dimana Arab Saudi menolong negara tetangga yang terzolimi, yang telah dirampas kepemimpinannya dan dilanggar hak-hak penduduknya. Maka Pelayan dua kota suci Raja Salman hafizohullah menyelamatkan negara tetangga yang terzolimi ini dengan keputusan yang tepat dengan taufiq dari Allah,” puji Syaikh Al-Hudzaifi.
Di penghujung khutbahnya, beliau kemudian memberikan nasihat kepada kaum muslimin untuk berlaku ikhlas dan memperbanyak doa untuk kemaslahatan kaum muslimin, serta kehancuran makar dan tipu muslihat musuh-musuh Islam.
Raja Salman VS Pengkhianatan
By: Nandang Burhanudin
Nampaknya, perang yang berkecamuk di Yaman tidak
akan selesai dalam minggu atau bulan. Perang akan berkepanjangan. Tidak lagi
antara 9 negara Sunni vs Syiah Houtsi, tapi juga melibatkan negara-negara besar.
Ya. Raja Salman sebagai komandan koalisi berhadapan
pada fakta pengkhianatan di lapangan:
1. Pengkhianatan Uni Emirates Arab, yang
membocorkan detail serangan 'Ashifatul Hazm kepada anak-anak Abdullah Shalih.
Salah satu anaknya kini menjadi Dubes Yaman di Emirates. Bocornya detail
serangan ini, membuat serangan 'Ashifatul Hazm tidak efektif.
2. Pengkhianatan Junta kudeta As-Sisi di Mesir. Di
era Raja Abdullah, As-Sisi mengatakan, akan menjadi pelindung negara-negara
Teluk termasuk Saudi. Baginya Mesir dan Teluk ibarat 2 sisi rel kereta api.
Mudah! Namun kini, As-Sisi malah balik arah. Ia tidak akan mengirimkan pasukan
Mesir membantu Saudi Arabia dalam perang Yaman.
3. Pengkhianatan Russia dan AS.
Russia jelas-jelas membackup Syiah Houtsi dengan
senjata-senjata rudal anti pesawat. Plus senjata serbu yang biasanya hanya
dimiliki pasukan reguler. Padahal di era Menhan Bandar bin Sulthan, Saudi
memborong puluhan pesawat tempur dengan syarat RUssia mendukung kudeta di
Mesir. Di sisi lain, AS pun mengkhianati Raja Salman. Puluhan ribu pasukan AS
di Saudi Arabia dan Qatar, nampaknya memilih diam dan membiarkan Saudi melawan
SYiah Houtsi sendirian. Belum lagi kesepakatan AS-Iran soal senjata nuklir yang
baru ditandatangani. Hal yang membuat Raja Salman marah!
4. Pengkhianatan intelejen.
Perlu diketahui, intelejen Saudi masih terpengaruh
oleh At-Tuwaijiri. Sekian puluh tahun menjadi orang paling dominan, tentu tidak
serta merta bisa disingkirkan hanya dalam hitungan bulan.
Sebagai jalan keluar, Raja Salman mau tak mau
harus kembali merevisi kebijakan Raja Abdullah yang terang benderang mendukung
kudeta di Mesir. Seperti diketahui, Raja Salman pernah mengatakan,
"Zhalamna Mursi" (Kita telah menzhalimi Presiden Muri). Raja Salman
termasuk yang tidak setuju kudeta di Mesir.
Kini seiring dengan kebutuhan personil darat melawan
Syiah Houtsi yang tidak bisa hanya dengan serangan udara, Raja Salman melakukan
rekonsiliasi dengan Al-Ishlah Yaman sayap Ikhwanul Muslimin di Yaman.
Targetnya, Ikhwan Yaman akan menjadi personil darat vs milisi Syiah Houtsi.
Kemudian memperbaiki hubungan dengan Qatar dan TUrki. Plus kemungkinan besar,
Raja Salman akan mendorong jenderal militer Mesir lainnya untuk menggantikan
As-Sisi.
Saya hingga kini masih terus mendoakan, Raja
Salman dalam keadaan sehat walafiat. Lalu memohon kepada Allah dalam istikhoroh
panjang, agar menunjukkan jalan terbaik. Karena nampaknya AS-Russia sepakat,
membiarkan Teluk terutama Saudi Arabia berdarah-darah. Targetnya jelas,
menyedot sumber daya ekonomi dan uang yang berlimpah di negara Teluk hingga
kering sekering-keringnya.