seorang ulama Syiah melontarkan
statmen yang memicu kemarahan luas di kalangan politik, di mana ia menyatakan
bahwa Suriah sebagai propinsi Iran no 35. Ia menganggap bahwa urgensinya lebih
besar dibandingkan Ahwaz yang memiliki populasi Arab terbanyak di Iran.
Mahdi Thaib, yang mengepalai
kantor pusat “Ammar Strategis” untuk pemberantasan perang melawan Republik
Iran, mengatakan jika mereka kehilangan Suriah, maka mereka tidak bisa
mmempertahankan Teheran. Tapi kalau Iran kehilangan Khuzestan Ahwaz, mereka
masih bisa untuk mengembalikannaya jika tidak kehilangan Suriah.
Iran
Harus Bantu Rezim Suriah Dalam Strategi Perang
Ulama Syiah yang dekat dengan
pemerintah Teheran itu menegaskan pentingnya system pemerintaha di Suriah untuk
Teheran. “Jika kita bisa menjaga Suriah, maka kita bisa mengembalikan
Khuzestan” tegas Mahdi.
Mahdi Thaib juga menegaskan
pentingnya mendukung rezim Bashar Al-Asad dalam mengemudikan perang di kota –
kota. “Pemerintah Suriah memiliki tentara, tapi ia membutuhkan strategi perang
kota Suriah. Maka dari itu, Pemerintah Iran harus mengusulkan untuk pembentukan
pasukan yang akan memobilisasi perang kota.. jumlah personelnya sekitar 60
tentara yang akan memainkan perang di jalan – jalan kota melawan FSA” tutur
Mahdi.[usamah/imo
Perang Suriah
Bukan Revolusi Menjatuhkan Pemerintah, Namun Peperangan Melawan Syiah !!!
Banyak yang tidak mengetahui bahawa peperangan yang berlaku di
Syria, bukanlah revolusi menjatuhkan pemerintahan, akan tetapi ia adalah
operasi penyembelihan ahlus sunnah oleh kerajaan Syiah alawiyah Syria yang
diketuai oleh Basyar Assad. Lalu ahlus sunnah bangun mempertahankan diri!
Ini
telah berlaku dan sedang berlaku di Afghanistan, di Iraq dan peperangan
hebat sedang berlaku di Yaman antara ahlus Sunnah dan Syiah.
Jadi
isunya bukan revolusi menjatuhkan pemerintah, akan tetapi ini adalah peperangan
antara Ahlus Sunnah dan Syiah!!! Sedarlah wahai ahlus sunnah dan pastikan
kalian tidak melantik Syiah atau pentaksub Syiah menjadi pemimpin
kalian! Kenali aqidah dan taqiyyah mereka!
https://www.youtube.com/watch?v=6KmAnPEllfY
PERLAWANAN AHWAZ (IRAN SUNNI)MEMPERINGATKAN KEBOHONGAN
MEDIA MASSA IRAN
Gensyiah:
Perlawanan Ahwaz telah memperingatkan kebohongan-kebohongan yang
digembar-gemborkan oleh media Iran, juga menolak kontak Iran dengan delegasi
asing yang bertujuan menodai citra pejuang Ahwaz dengan mengesankan kepada
mereka bahwa pejuang Ahmaz sebagai teroris.
Sebuah faksi dari Organisasi Nasional untuk Pembebasan
Ahwaz menegaskan bahwa alat-alat propaganda Iran menghembuskan
kebohongan-kebohongannya kepada publik minggu lalu, dan berhubungan dengan para
delegasi yang datang ke Teheran untuk menjajakan kepalsuan-kepalsuan tentang
perlawanan muslim dengan mengatakan bahwa para pejuang Ahwaz adalah para
“teroris”
Pernyataan itu mengatakan: “kampanye media melawan putera-putera tanah air kita
Ahwaz meningkat setelah gagal kekuasaan Persia untuk mengembalikan mereka
dengan memanggil negara-negara yang telah menerima mereka sebagai pengungsi,”
seraya mengisyaratkan bahwa para pengungsi itu melaksanakan peran mereka secara
politik dan opini yang ditambah dengan gambar dan dokumentasi film dan
kesaksian, atas semua praktek pelanggaran Iran secara jelas dan gamblang.
Pernyataan itu menambahkan, dengan mengarahkan
pembicaraannya kepada negara-negara yang menghadiri KTT Non-Blok “telah meluas
Halaman kriminalitas Persia Safawi termasuk tindakan-tindakannya yang jahat dan
kejam terhadap semua lapisan masyarapkat Ahwaz, yang mendorong Pengawal
Revolusi untuk memudahkan perjalanan bagi para delegasi yang berpartisipasi
dalam KTT, dengan mengecualikan tanah masyarakat ‘ yang bukan Persia agar dunia
tidak mengetahui ketidakadilan dan penganiayaan yang yang dilakukan terhadap
bangsa Ahwaz ini, “menurut situs” Ahoazna “.
Iran beberapa waktu lalu telah memulai proyek perampasan
lahan baru di Ahwaz yang dijajah, dimana ia mulai menyerahkan 1500 unit rumah
untuk “pemukim” Persia di kota Umaidiyyah, juga memulai proyek pemukiman baru
terdiri dari 5.000 unit rumah di kota yang sama.
Disebutkan bahwa bangsa Arab yang hidup di iklim Arabistan
dan Ahwaz di sebelah selatan barat (barat daya) Iran yang kaya minyak itu
termasuk etnis minoritas terbesar di Iran, akan tetapi pihak berwenang Iran
menerapkan politik diskriminasi melawan mereka, di bidang pendidikan,
pekerjaan, perumahan dan menghalangi mereka dari hak-hak politik dan budaya.
TANDA-TANDA KEBANGKRUTAN POLITIK IRAN
Ditulis oleh
Sherif Abdel Aziz, diterjemah oleh Abu Hamzah
Di antara kesalahan terbesar yang mungkin dilakukan oleh
sebuah negara yang berdaulat dan dalam sikap konfrontasi dengan kekuatan asing
yang menunggu kesempatan untuk menggebuknya, adalah mengikuti langkah yang sama
dan strategi yang sama dengan peristiwa dan mauqif yang berbeda.
Jika ini mengandung makna, maka itu menunjukkan adanya kebangkrutan politik dan
hilangnya kreativitas dalam berpikir, khususnya jika negara ini berada pada
tahap sensitif dan bahaya dalam sejarahnya.
Seolah-olah saya sedang menonton kisah novelis sinematik
daur ulang, atau sandiwara yang diputar ulang yang para pemirsa telah
muak/bosan terhadapnya, adegan yang sama dan skenario yang sama dan output yang
sama, dan bahkan mungkin para pahlawan yang sama dengan generasi yang berbeda;
adegan mahasiswa muda yang cenderung emosi dan antusiasme dan keinginan untuk
balas dendam atas martabat negara mereka, dan mereka menyerbu dinding kedutaan,
tapi berbeda waktu lebih dari tiga puluh tahun, dan berbeda dalam nama
kedutaan.
Pada tanggal 4 November 1979, pasukan Garda Republik Iran
menyerbu Kedubes AS dan menahan 52 staf sebagai para sandera. Yang sangat menarik bahwa Presiden Iran saat ini, Ahmadinejad, adalah salah
satu peserta dalam serangan itu. Maka meletuslah satu krisis yang dikenal dengan krisis kedutaan. Kurt Valdhim, Sekretaris
Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa waktu itu menjadi penengah untuk mengakhiri
krisis. Sejak hari itu mulailah dikenal di dunia internasional apa yang
disebut dengan konflik Amerika-Iran, yang masih ada hingga sekarang, meskipun
fakta dan peristiwa serta dokumen membuktikan sebaliknya. Yang penting bahwa
Khomeini pada waktu itu ingin menerobos masuk ke kedutaan untuk mencapai
beberapa tujuan dan strategi politik, yang tersembunyi darinya jauh lebih besar
daripada yang tampak dipermukaan. Yang ditampakkan dipermukaan adalah untuk
menghentikan intervensi AS di Iran dan memaksa untuk menyerahkan Syah yang
telah digulingkan untuk diadili, meskipun itu tidak di wilayahnya sama sekali.
Sementara yang tersembunyi adalah lebih bersifat propaganda ketimbang politik,
yaitu sesuai dengan strategi Ekspor Revolusi Iran, dan promosi pemikiran
Khomeini di negara-negara Muslim. Maka al-Khumaini menyerbu kedutaan tidak
mencapai tujuan yang nyata selain hanya muncul isu bahwa ia sebagai musuh
Amerika dan Israel dan pelindung
perjuangan Palestina. Inilah yang benar-benar ia capai, sebab untuk waktu yang
cukup lama di mata massa dan masyarakat yang lugu dia menjadi contoh dan
teladan bagi penguasa Muslim yang peduli pada isu-isu Muslim, meskipun ia tidak
benar-benar berkontribusi dalam mendukung perjuangan Palestina meski hanya satu
peluru, dan semua perangnya adalah melawan tetangganya yang Muslim dalam perang
yang dia gambarkan sebagai perang besar, sementara perang melawan Yahudi maka
ia sebut sebagai perang kecil!
Hari ini,
setelah tiga puluh dua tahun, Iran kembali mengulang menggelar drama lama, para
mahasiswa yang bersemangat menyerang kedutaan Inggris dan memanjat pagar, aksi
mereka itu dilakukan di hadapan pasukan keamanan Iran, yang berdiri melihat
adegan sandiwara yang menyenangkan ini.Maka isi-isinya diobrak-abrik
berantakan, kertas-kertas dan dokumen dicuri, persis seperti cara menyerbu
kedutaan Zionis di Kairo, bendera Inggris diturunkan dan menggantinya
dengan bendera Iran, dalam krisis diplomatik yang datang dalam konteks
kebijakan menggigit jari antara Iran dan Inggris.
Serangan itu memicu gelombang sikap internasional yang
mengutuk, Dewan Keamanan PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan: sesungguhnya
ia mengutuk dengan ungkapan yang pedas atas serangan itu, seraya mengingatkan
prinsip untuk tidak melanggar markas diplomatik dan konsuler, dan tugas dari
pemerintah tuan rumah untuk mengambil semua tindakan yang tepat guna melindungi
mereka. Presiden AS, Obama mengatakan
serangan terhadap Kedutaan Besar Inggris itu adalah perilaku Iran
yang tidak bertanggung jawab. Ia menekankan bahwa seharusnya menjadi
tanggung jawab Teheran untuk melindungi misi diplomatik. Kata juru bicara
Gedung Putih, Carney, dalam sebuah
pernyataannya: Departemen Luar Negeri AS berhubungan dengan pemerintah Inggris,
dan Washington siap untuk mendukung sekutu-sekutunya di masa sulit ini, dan ia
dan Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan dalam sebuah
pernyataan keprihatinan mendalam terhadap penyerbuan demonstran ke tempat milik
Kedutaan Besar Inggris di Teheran, ia mengecam dengan keras dan
menyebutnya sebagai tindakan yang tidak dapat diterima sama sekali. Perancis
dan Rusia pun ikut mengecam dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak layak.
Kecaman-kecaman ini datang dalam konteks meningkatnya embargo internasional
terhadap Iran dan kebijakannya yang bersifat regional dan internasional.
Sebaliknya, Di kantor berita Iran, Faris, mengatakan pada hari
Selasa: Sesungguhnya sekelompok mahasiswa Iran menyerbu markas kedutaan
besar Inggris di Teheran sebagai reaksi terhadap kemartiran Dr. Majeed Shahryari, profesor fisika nuklir di Shahid
Beheshti University, di mana peristiwa ini bertepatan dengan ulang tahun
pertama kematiannya. Kantor berita mengatakan bahwa martir Shahryariâ telah mati syahid di tangan pasukan milik barat, yang Inggris banyak berperan di dalamnya. Dia mengisyaratkan bahwa para
mahasiswa demonstran membawa gambar Shahryari juga mengangkat slogan
bertuliskan Ganyang Inggris dan Matilah
Amerika dan Israel. Kantor berita menyebutkan bahwa para pengunjuk rasa
menyatakan bahwa Kedutaan Besar Inggris tidak lagi tunduk pada Protokol
diplomatik, tetapi telah menjadi bagian
dari wilayah Iran. Ratusan
mahasiswa pengunjuk rasa di Iran hari ini menyerang kedutaan besar Inggris di
Teheran, mereka menurunkan bendera dan menuntut pengusiran duta besar
Inggris. Pengunjuk rasa memanjat pagar dan memasuki kompleks kedutaan, di mana
mereka mulai menyalakan api, mereka menurunkan bendera Inggris dan
merobek-robek dokumen serta gambar Ratu Elizabeth II. Alasan-alasan ini di mata
politik internasional tidak dapat diterima dan bukan alasan yang diperbolehkan.
Iran sejak pecahnya Arab Spring(al-Rabiâ al-Arabi) menderita berbagai krisis
berturut-turut dalam kancah internal dan eksternal. Secara eksternal, Iran sekarang sedang dalam penurunan yang drastis dalam perannya di
regional dan internasional, hal itu terwakili dalam mundurnya para
sekutu Iran yang sekarang ini; yang satu di ambang kehancuran, yaitu rezim
Suriah, dan yang kedua kelompok bersenjata yang menderita banyak krisis setelah
diterpa pukulan geopolitik dan militer karena pengepungan Suriah dan tekanan
terhadap Iran, yaitu kelompok Hassan Nasrallah di Lebanon. Sebagaimana Garda
Revolusi Iran, yang merupakan sayap militer dan ekonomi bagi pemikiran
revolusi, dan penanggung jawab pertama tentang peletakan kebijakan
prinsip-prinsip ekspor revolusi Khomeini, mengalami kemunduran berturut-turut
mulai kegagalan besar di Bahrain, meskipun Orang Syiah Bahrain sudah
dikerahkan, kemudian kegagalan di lapangan dan militer dalam menyelamatkan
rezim Assad , yang dengan terang-terangan perang melawan rakyat Suriah. Kegagalan
terbesar dari itu semua adalah dalam menunggangi revolusi Mesir, Libya, dan
Yaman, beserta eksploitasinya. Kemudian kegagalan ekonomi, yang terlihat dalam
pengepungan proyek Ekonomi yang diawasi oleh Garda Revolusi Iran, dan sanksi
yang dikenakan pada para pemimpin penjaga Revolusi, kemudian kegagalan dalam
mencapai rencana kudeta dan revolusi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Adapun di tingkat internal maka ada puluhan krisis
internal yang krusial dan yang disebabkan oleh fanatik rezim Iran terhadap
jafariyahnya, dan yang menindas/menganiaya etnis dan komunitas lain dari
bangsa Arab, Baluchis, dan Uzbek, sebagaimana rezim sektarian ini
mengalokasikan sebagian besar pendapatan minyaknya dalam rangka ekspor
revolusi Iran dan proyek-proyek lain yang berhubungan dengannya. Sementara di
waktu yang sama, ia meninggalkan proyek infrastruktur tanpa pembangunan
dan pengembangan. Banyak wilayah Iran mengeluhkan masalah-masalah sosial,
ekonomi, pembangunan, kemiskinan dan tingkat pengangguran melebihi rasio dunia,
juga masalah narkoba dan anak jalanan karena pernikahan mutah yang tidak
tersentuh oleh solusi dan penanganan Belum lagi konflik yang terus meningkat
hingga menjadi bentrokan terbuka antara Ahmadinejad dan Ali Khamenei, yang
memasuki tahap keretakan dan mematahkan tulang punggung. Kemudian
masalah-masalah Iran dalam rupa tanda-tanda pemberontakan internal mengikuti
arus musim semi Arab untuk
menggulingkan negara wilayah al-Faqih, yang diciptakan oleh Khomeini, dan
dijadikan dasar revolusinya.
Iran sekarang tahu dengan pasti bahwa situasi
internasional dan regional telah berubah dan bahwa aturan berurusan dengan
file-file Timur Tengah telah berubah banyak setara setelah Musim Semi Arab, dan tahu betul bahwa peran mereka yang dulu dalam
meneror wilayah dan mengintimidasinya, serta campur tangan dalam urusannya dan
mengerahkan mata-mata dan kaki tangan mereka dalam negara-negara itu tidak lagi
berguna, sehingga mereka mencoba untuk mendorong dirinya untuk ke depan melalui
beberapa langkah pertunjukan kuno yang merenovasi popularitasnya dan
popularitas Garda Revolusi yang sudah runtuh karena revolusi Suriah dan
Bahrain, dan ini sendiri adalah satu bentuk kebangkrutan politik dan kurangnya
kepintaran dalam menindaklanjuti masa setelah Musim Semi Arab, dan lemahnya
perkembangan kinerjanya selama krisis hukuman berturut-turut yang menyakitkan yang dikenakan dan akan dikenakan pada mereka.
Iran sekarang dalam fase-sensitif dan berbahaya karena
kebangkrutan dan keras kepalanya dalam memainkan peran untuk
menakut-nakuti kawasan Timur Tengah, yang meneror negara-negara tetangga, yang
memaksa intervensi dalam urusan negara-negara tetangga, sehingga kita
menemukannya menggerakkan para pemberontak syiah Khutsiyyiin menyerang kubu
sunni Salafi di Yaman dan mengepung selama lebih dari sebulan dan mengebom
sekolah-sekolah hadits di sana. Sepertinya mereka membalas dendam
terhadap Salafi dan memerangi mereka karena untuk madzhab, sedangkan yang
tersembunyi yang hanya diketahui oleh para ahli yang mendalami karakter
pemikiran dan kebijakan Iran bahwa serangan itu untuk membuka jalur strategi di
Laut Merah, yang bisa memungkinkan Iran untuk bernapas dan bisa bergerak pada
saat mengalami tekanan eksternal dan blokade laut di Laut Arab dan Samudra
Hindia, dalam rangka mengambil keuntungan dari situasi Yaman dalam pembentukan
Emirat Syiah Ravidah dan kantong Iran di tempat yang strategis dan penting di
dunia ini.
Apapun motif dari serangan Iran di Kedutaan Besar Inggris,
maka insiden itu merupakan kegagalan baru Iran setelah serangkaian
kegagalan akhir-akhir ini dan menyatakan dengan jelas bahwa ada kebangkrutan
politik Iran. Dan pikiran yang tidak berkembang di Iran hari ini yang
mengindikasikan mulai redupnya mitos yang dibuat oleh Barat dengan tipu
muslihatnya, dan dengan jahl-nya Arab juga keluguan serta ketulusan hatinya.
( Rabu 30 November
2011,