Saturday, April 25, 2015

Ulama Syiah:Jika Kehilangan Suriah, Kami Tak Bisa Pertahankan Teheran

seorang ulama Syiah melontarkan statmen yang memicu kemarahan luas di kalangan politik, di mana ia menyatakan bahwa Suriah sebagai propinsi Iran no 35. Ia menganggap bahwa urgensinya lebih besar dibandingkan Ahwaz yang memiliki populasi Arab terbanyak di Iran.
Mahdi Thaib, yang mengepalai kantor pusat “Ammar Strategis” untuk pemberantasan perang melawan Republik Iran, mengatakan jika mereka kehilangan Suriah, maka mereka tidak bisa mmempertahankan Teheran. Tapi kalau Iran kehilangan Khuzestan Ahwaz, mereka masih bisa untuk mengembalikannaya jika tidak kehilangan Suriah.
Iran Harus Bantu Rezim Suriah Dalam Strategi Perang
Ulama Syiah yang dekat dengan pemerintah Teheran itu menegaskan pentingnya system pemerintaha di Suriah untuk Teheran. “Jika kita bisa menjaga Suriah, maka kita bisa mengembalikan Khuzestan” tegas Mahdi.
Mahdi Thaib juga menegaskan pentingnya mendukung rezim Bashar Al-Asad dalam mengemudikan perang di kota – kota. “Pemerintah Suriah memiliki tentara, tapi ia membutuhkan strategi perang kota Suriah. Maka dari itu, Pemerintah Iran harus mengusulkan untuk pembentukan pasukan yang akan memobilisasi perang kota.. jumlah personelnya sekitar 60 tentara yang akan memainkan perang di jalan – jalan kota melawan FSA” tutur Mahdi.[usamah/imo
Perang Suriah Bukan Revolusi Menjatuhkan Pemerintah, Namun Peperangan Melawan Syiah !!!
Banyak yang tidak mengetahui bahawa peperangan yang berlaku di Syria, bukanlah revolusi menjatuhkan pemerintahan, akan tetapi ia adalah operasi penyembelihan ahlus sunnah oleh kerajaan Syiah alawiyah Syria yang diketuai oleh Basyar Assad. Lalu ahlus sunnah bangun mempertahankan diri!
Ini telah berlaku  dan sedang berlaku di Afghanistan, di Iraq dan peperangan hebat sedang berlaku di Yaman antara ahlus Sunnah dan Syiah.
Jadi isunya bukan revolusi menjatuhkan pemerintah, akan tetapi ini adalah peperangan antara Ahlus Sunnah dan Syiah!!! Sedarlah wahai ahlus sunnah dan pastikan kalian tidak melantik Syiah atau pentaksub Syiah menjadi pemimpin kalian! Kenali aqidah dan taqiyyah mereka!
 https://www.youtube.com/watch?v=6KmAnPEllfY      
        
                     

PERLAWANAN AHWAZ (IRAN SUNNI)MEMPERINGATKAN KEBOHONGAN MEDIA MASSA IRAN

Gensyiah: Perlawanan Ahwaz telah memperingatkan kebohongan-kebohongan yang digembar-gemborkan oleh media Iran, juga menolak kontak Iran dengan delegasi asing yang bertujuan menodai citra pejuang Ahwaz dengan mengesankan kepada mereka bahwa pejuang Ahmaz sebagai teroris.
Sebuah faksi dari Organisasi Nasional untuk Pembebasan Ahwaz menegaskan bahwa alat-alat propaganda Iran menghembuskan kebohongan-kebohongannya kepada publik minggu lalu, dan berhubungan dengan para delegasi yang datang ke Teheran untuk menjajakan kepalsuan-kepalsuan tentang perlawanan muslim dengan mengatakan bahwa para pejuang Ahwaz adalah para “teroris”

Pernyataan itu mengatakan: “kampanye media melawan putera-putera tanah air kita Ahwaz meningkat setelah gagal kekuasaan Persia untuk mengembalikan mereka dengan memanggil negara-negara yang telah menerima mereka sebagai pengungsi,” seraya mengisyaratkan bahwa para pengungsi itu melaksanakan peran mereka secara politik dan opini yang ditambah dengan gambar dan dokumentasi film dan kesaksian, atas semua praktek pelanggaran Iran secara jelas dan gamblang.

Pernyataan itu menambahkan, dengan mengarahkan pembicaraannya kepada negara-negara yang menghadiri KTT Non-Blok “telah meluas Halaman kriminalitas Persia Safawi termasuk tindakan-tindakannya yang jahat dan kejam terhadap semua lapisan masyarapkat Ahwaz, yang mendorong Pengawal Revolusi untuk memudahkan perjalanan bagi para delegasi yang berpartisipasi dalam KTT, dengan mengecualikan tanah masyarakat ‘ yang bukan Persia agar dunia tidak mengetahui ketidakadilan dan penganiayaan yang yang dilakukan terhadap bangsa Ahwaz ini, “menurut situs” Ahoazna “.
Iran beberapa waktu lalu telah memulai proyek perampasan lahan baru di Ahwaz yang dijajah, dimana ia mulai menyerahkan 1500 unit rumah untuk “pemukim” Persia di kota Umaidiyyah, juga memulai proyek pemukiman baru terdiri dari 5.000 unit rumah di kota yang sama.
Disebutkan bahwa bangsa Arab yang hidup di iklim Arabistan dan Ahwaz di sebelah selatan barat (barat daya) Iran yang kaya minyak itu termasuk etnis minoritas terbesar di Iran, akan tetapi pihak berwenang Iran menerapkan politik diskriminasi melawan mereka, di bidang pendidikan, pekerjaan, perumahan dan menghalangi mereka dari hak-hak politik dan budaya.


TANDA-TANDA KEBANGKRUTAN POLITIK IRAN

Ditulis oleh Sherif Abdel Aziz, diterjemah oleh Abu Hamzah
Di antara kesalahan terbesar yang mungkin dilakukan oleh sebuah negara yang berdaulat dan dalam sikap konfrontasi dengan kekuatan asing yang menunggu kesempatan untuk menggebuknya, adalah mengikuti langkah yang sama dan strategi yang sama dengan peristiwa dan mauqif yang berbeda. Jika ini mengandung makna, maka itu menunjukkan adanya kebangkrutan politik dan hilangnya kreativitas dalam berpikir, khususnya jika negara ini berada pada tahap sensitif dan bahaya dalam sejarahnya.
Seolah-olah saya sedang menonton kisah novelis sinematik daur ulang, atau sandiwara yang diputar ulang yang para pemirsa telah muak/bosan terhadapnya, adegan yang sama dan skenario yang sama dan output yang sama, dan bahkan mungkin para pahlawan yang sama dengan generasi yang berbeda; adegan mahasiswa muda yang cenderung emosi dan antusiasme dan keinginan untuk balas dendam atas martabat negara mereka, dan mereka menyerbu dinding kedutaan, tapi berbeda waktu lebih dari tiga puluh tahun, dan berbeda dalam nama kedutaan.
Pada tanggal 4 November 1979, pasukan Garda Republik Iran menyerbu Kedubes AS dan menahan 52 staf sebagai para sandera. Yang sangat menarik bahwa Presiden Iran saat ini, Ahmadinejad, adalah salah satu peserta dalam serangan itu. Maka meletuslah satu krisis  yang dikenal  dengan krisis kedutaan. Kurt Valdhim, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa waktu itu menjadi penengah untuk mengakhiri krisis. Sejak  hari itu mulailah dikenal di dunia internasional apa yang disebut dengan konflik Amerika-Iran, yang masih ada hingga sekarang, meskipun fakta dan peristiwa serta dokumen membuktikan sebaliknya. Yang penting bahwa Khomeini pada waktu itu ingin menerobos masuk ke kedutaan untuk mencapai beberapa tujuan dan strategi politik, yang tersembunyi darinya jauh lebih besar daripada yang tampak dipermukaan. Yang ditampakkan dipermukaan adalah untuk menghentikan intervensi AS di Iran dan memaksa untuk menyerahkan Syah yang telah digulingkan untuk diadili, meskipun itu tidak di wilayahnya sama sekali. Sementara yang tersembunyi adalah lebih bersifat propaganda ketimbang politik, yaitu sesuai dengan strategi Ekspor Revolusi Iran, dan promosi pemikiran Khomeini di negara-negara Muslim. Maka al-Khumaini menyerbu kedutaan tidak mencapai tujuan yang nyata selain hanya muncul isu bahwa ia sebagai musuh Amerika dan Israel dan pelindung perjuangan Palestina. Inilah yang benar-benar ia capai, sebab untuk waktu yang cukup lama di mata massa dan masyarakat yang lugu dia menjadi contoh dan teladan bagi penguasa Muslim yang peduli pada isu-isu Muslim, meskipun ia tidak benar-benar berkontribusi dalam mendukung perjuangan Palestina meski hanya satu peluru, dan semua perangnya adalah melawan tetangganya yang Muslim dalam perang yang dia gambarkan sebagai perang besar, sementara perang melawan Yahudi maka ia sebut sebagai perang kecil!
Hari ini, setelah tiga puluh dua tahun, Iran kembali mengulang menggelar drama lama, para mahasiswa yang bersemangat menyerang kedutaan Inggris dan memanjat pagar, aksi mereka itu dilakukan di hadapan pasukan keamanan Iran, yang berdiri melihat adegan sandiwara yang menyenangkan ini.Maka isi-isinya diobrak-abrik berantakan, kertas-kertas dan dokumen dicuri, persis seperti cara menyerbu kedutaan Zionis di Kairo, bendera Inggris  diturunkan dan menggantinya dengan bendera Iran, dalam krisis diplomatik yang datang dalam konteks kebijakan menggigit jari antara Iran dan Inggris.
Serangan itu memicu gelombang sikap internasional yang mengutuk, Dewan Keamanan PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan: sesungguhnya ia mengutuk dengan ungkapan yang pedas atas serangan itu, seraya mengingatkan prinsip untuk tidak melanggar markas diplomatik dan konsuler, dan tugas dari pemerintah tuan rumah untuk mengambil semua tindakan yang tepat guna melindungi mereka. Presiden AS, Obama mengatakan serangan terhadap Kedutaan Besar Inggris itu adalah  perilaku Iran yang  tidak bertanggung jawab. Ia menekankan bahwa seharusnya menjadi tanggung jawab Teheran untuk melindungi misi diplomatik. Kata juru bicara Gedung Putih, Carney, dalam sebuah pernyataannya: Departemen Luar Negeri AS berhubungan dengan pemerintah Inggris, dan Washington siap untuk mendukung sekutu-sekutunya di masa sulit ini, dan ia dan Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan dalam sebuah pernyataan keprihatinan mendalam terhadap penyerbuan demonstran ke tempat milik Kedutaan Besar Inggris di Teheran, ia mengecam dengan keras  dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak dapat diterima sama sekali. Perancis dan Rusia pun ikut mengecam dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak layak. Kecaman-kecaman ini datang dalam konteks meningkatnya embargo internasional terhadap Iran dan kebijakannya yang bersifat regional dan internasional.
Sebaliknya, Di kantor berita Iran, Faris, mengatakan pada hari Selasa: Sesungguhnya sekelompok mahasiswa Iran menyerbu markas kedutaan besar Inggris di Teheran sebagai reaksi terhadap kemartiran Dr. Majeed Shahryari, profesor fisika nuklir di Shahid Beheshti University, di mana peristiwa ini bertepatan dengan ulang tahun pertama kematiannya. Kantor berita mengatakan bahwa martir Shahryari❠telah mati syahid di tangan pasukan milik barat, yang  Inggris banyak berperan di dalamnya. Dia mengisyaratkan bahwa para mahasiswa demonstran membawa gambar Shahryari juga mengangkat slogan bertuliskan Ganyang Inggris dan Matilah Amerika dan Israel. Kantor berita menyebutkan bahwa para pengunjuk rasa menyatakan bahwa Kedutaan Besar Inggris tidak lagi tunduk pada Protokol diplomatik, tetapi telah menjadi bagian dari wilayah Iran. Ratusan mahasiswa pengunjuk rasa di Iran hari ini menyerang kedutaan besar Inggris di Teheran, mereka  menurunkan bendera dan menuntut pengusiran duta besar Inggris. Pengunjuk rasa memanjat pagar dan memasuki kompleks kedutaan, di mana mereka mulai menyalakan api, mereka menurunkan bendera Inggris dan merobek-robek dokumen serta gambar Ratu Elizabeth II. Alasan-alasan ini di mata politik internasional tidak dapat diterima dan bukan alasan yang diperbolehkan.
Iran sejak pecahnya Arab Spring(al-Rabiâ al-Arabi) menderita berbagai krisis berturut-turut dalam kancah internal dan eksternal. Secara eksternal,  Iran sekarang sedang dalam penurunan yang drastis dalam perannya di regional dan internasional,  hal itu terwakili dalam mundurnya para sekutu Iran yang sekarang ini; yang satu di ambang kehancuran, yaitu rezim Suriah, dan yang kedua kelompok bersenjata yang menderita banyak krisis setelah diterpa pukulan geopolitik dan militer karena pengepungan Suriah dan tekanan terhadap Iran, yaitu kelompok Hassan Nasrallah di Lebanon. Sebagaimana Garda Revolusi Iran, yang merupakan sayap militer dan ekonomi bagi pemikiran revolusi, dan penanggung jawab pertama tentang peletakan kebijakan prinsip-prinsip ekspor revolusi Khomeini, mengalami kemunduran berturut-turut mulai kegagalan besar di Bahrain, meskipun Orang Syiah Bahrain sudah dikerahkan, kemudian kegagalan di lapangan dan militer dalam menyelamatkan rezim Assad , yang dengan terang-terangan perang melawan rakyat Suriah. Kegagalan terbesar dari itu semua adalah dalam menunggangi revolusi Mesir, Libya, dan Yaman, beserta eksploitasinya. Kemudian kegagalan ekonomi, yang terlihat dalam pengepungan proyek Ekonomi yang diawasi oleh Garda Revolusi Iran, dan sanksi yang dikenakan pada para pemimpin penjaga Revolusi, kemudian kegagalan dalam mencapai rencana kudeta dan revolusi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Adapun di tingkat internal maka ada puluhan krisis internal yang krusial dan yang disebabkan oleh fanatik rezim Iran terhadap jafariyahnya, dan yang menindas/menganiaya etnis dan komunitas lain dari bangsa Arab, Baluchis, dan Uzbek, sebagaimana  rezim sektarian ini mengalokasikan sebagian besar pendapatan minyaknya dalam rangka ekspor revolusi Iran dan proyek-proyek lain yang berhubungan dengannya. Sementara di waktu yang sama, ia  meninggalkan proyek infrastruktur tanpa pembangunan dan pengembangan. Banyak wilayah Iran mengeluhkan masalah-masalah sosial, ekonomi, pembangunan, kemiskinan dan tingkat pengangguran melebihi rasio dunia, juga masalah narkoba dan anak jalanan karena pernikahan mutah yang tidak tersentuh oleh solusi dan penanganan Belum lagi konflik yang terus meningkat hingga menjadi bentrokan terbuka antara Ahmadinejad dan Ali Khamenei, yang memasuki tahap keretakan dan mematahkan tulang punggung. Kemudian masalah-masalah Iran dalam rupa tanda-tanda pemberontakan internal mengikuti arus musim semi Arab untuk menggulingkan negara wilayah al-Faqih, yang diciptakan oleh Khomeini, dan dijadikan dasar revolusinya.
Iran sekarang tahu dengan pasti bahwa situasi internasional dan regional telah berubah dan bahwa aturan berurusan dengan file-file Timur Tengah telah berubah banyak setara setelah Musim Semi Arab, dan tahu betul bahwa peran mereka yang dulu dalam meneror wilayah dan mengintimidasinya, serta campur tangan dalam urusannya dan mengerahkan mata-mata dan kaki tangan mereka dalam negara-negara itu tidak lagi berguna, sehingga mereka mencoba untuk mendorong dirinya untuk ke depan melalui beberapa langkah pertunjukan kuno yang merenovasi popularitasnya dan popularitas Garda Revolusi yang sudah runtuh karena revolusi Suriah dan Bahrain, dan ini sendiri adalah satu bentuk kebangkrutan politik dan kurangnya kepintaran dalam menindaklanjuti masa setelah Musim Semi Arab, dan lemahnya perkembangan kinerjanya selama krisis hukuman berturut-turut yang  menyakitkan yang dikenakan dan akan dikenakan pada mereka.
Iran sekarang dalam fase-sensitif dan berbahaya karena kebangkrutan dan keras kepalanya dalam  memainkan peran untuk menakut-nakuti kawasan Timur Tengah, yang meneror negara-negara tetangga, yang memaksa intervensi dalam urusan negara-negara tetangga, sehingga kita menemukannya menggerakkan para pemberontak syiah Khutsiyyiin menyerang kubu sunni Salafi di Yaman dan mengepung selama lebih dari sebulan dan mengebom sekolah-sekolah hadits di sana. Sepertinya mereka membalas dendam terhadap Salafi dan memerangi mereka karena untuk madzhab, sedangkan yang tersembunyi  yang hanya diketahui oleh para ahli yang mendalami karakter pemikiran dan kebijakan Iran bahwa serangan itu untuk membuka jalur strategi di Laut Merah, yang bisa memungkinkan Iran untuk bernapas dan bisa bergerak pada saat mengalami tekanan eksternal dan blokade laut di Laut Arab dan Samudra Hindia, dalam rangka mengambil keuntungan dari situasi Yaman dalam pembentukan Emirat Syiah Ravidah dan kantong Iran di tempat yang strategis dan penting di dunia ini.
Apapun motif dari serangan Iran di Kedutaan Besar Inggris,
maka insiden itu merupakan kegagalan baru Iran setelah serangkaian kegagalan akhir-akhir ini dan menyatakan dengan jelas bahwa ada kebangkrutan politik Iran. Dan pikiran yang tidak berkembang di Iran hari ini yang mengindikasikan mulai redupnya mitos yang dibuat oleh Barat dengan tipu muslihatnya, dan dengan jahl-nya Arab juga keluguan serta ketulusan hatinya.
 ( Rabu 30 November 2011,