Gerakan
perlawanan Hamas menyatakan dukungannya terhadap keabsahan konstitusi Yaman.
Hamas juga memberikan dukungan kepada Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi. Pesan
ini dinilai sebagai bentuk dukungan mereka atas kampanye militer negara Teluk.
“Hamas berdiri bersama keabsahan di Yaman,”
demikian pernyataan Hamas dikutip Middleeasteye (28/03).
Dalam pernyataan tersebut Hamas mendukung
pilihan demokratis rakyat Yaman. “Kami menggarisbawahi pentingnya persatuan,
keamanan dan stabilitas Yaman,” lanjut pernyataan itu.
Pernyataan ini dinilai merupakan pesan
pertama yang disampaikan Hamas, sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye
militer negara Teluk terhadap kelompok Syiah Hautsi di Yaman.
Pemerintah Turki juga menyatakan dukungan
pada operasi militer pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi di Yaman.
Operasi yang disebut sebagai “Operation Decisive Storm”.
Turki juga menyerukan agar Houthi dan para
pendukung asingnya (Iran dkk, red) segera menghentikan aksi-aksi mereka yang
dapat mengancam perdamaian dan kestabilan kawasan tersebut.
Menurut pemerintah Ankara, operasi militer
ini adalah upaya untuk mengembalikan posisi pemerintahan yang sah di Yaman dari
rongrongan atau aksi grup teroris.
Seperti diberitakan oleh Al-Arabiya yang
mengutip wawancara dengan France 24, Erdogan menyatakan bahwa Turki siap
memberikan bantuan logistik untuk mendukung operasi militer ini.
“Kami mendukung intervensi (yang dipimpin)
Arab Saudi,” kata Erdogan dalam wawancara tersebut.
“Turki mungkin mempertimbangkan untuk
memberi dukungan logistik berdasarkan perkembangan situasi,” lanjutnya.
“Iran dan grup teroris itu harus mundur,”
tambah Erdogan.
Hamas Tolak Syiah: Palestina Hanya Kenal
Madzhab Sunni
Jika ada yang mengatakan Hamas dan Hizbullah Syiah adalah sekutu dan sesama
aliran syiah itu adalah fitnah. Kementrian Dalam Negeri di Jalur Gaza, Senin
(16/01) kemarin menegaskan bahwa satu-satunya madzhab yang ada di Palestina
hanyalah Sunni. Dia mengatakan bahwa tidak ada sedikitpun tempat untuk
kegiatan-kegiatan madzhab Syiah.
Dalam pernyataannya, pihak kementrian tidak keberatan dan menerima
madzhab-madzhab yang ada termasuk Syiah dan kegiatan-kegiatan mereka. Pihaknya
tidak akan ikut campur dalam kegiatan berbagai madzhab tadi. Sebaliknya, mereka
juga tidak senang jika madzhab Syiah campur tangan dalam kegiatan dan tradisi
rakyat Palestina yang notabene beradzhab Sunni, sebagaimana dilaporkan agen
berita Timur Tengah.
Menanggapi insiden penangkapan terhadap sejumlah warga Syiah, Sabtu (15/01)
lalu, Kementrian menjelaskan bahwa hal itu dilakukan karena perkumpulan warga
Syiah pada saat itu sudah melampaui hukum yang berlaku dan menjurus pada tindak
kriminal. Walaupun begitu, pihaknya tetap akan menindak aparat yang bertugas,
jika terjadi pelanggaran HAM pada saat penangkapan itu.
Komisi Independen untuk HAM Diwan Al-Madzolim,
Ahad (16/01) kemarin di Jalur Gaza menuding aparat kepolisian Palestina
melakukan tindak kekerasan atas 20 warga Syiah yang sedang merayakan
Arba'iniyah (40 hari) syahidnya Imam Husain. Insiden ini mengakibatkan sejumlah
warga Syiah luka-luka.
Komisi Independen juga mendesak Kementrian Dalam Negeri di Jalur Gaza untuk
segera menyelidiki serta menindak oknum yang terbukti bersalah dalam kasus ini.
sumber :
http://alislamu.com/dunia-islam/4702-hamas-tolak-syiah-palestina-hanya-kenal-madzhab-sunni.html
Benarkah Syiah Peduli
Palestina ??
Jalur Gaza kembali
membara. Tahukah Anda mengapa Zionis Israel kembali menbantai Muslimin
Palestine di Ramadhan ini? Yahudi Israel ingin mengesankan bahwa saudara
kandungnya-lah yang paling peduli akan penderitaan muslimin di Gaza.
Lantas siapa saudara kandung Yahudi?Yaa tepat, SYIAH jawabnya.
Sudah menjadi jadwal rutin tahunan Syiah (khususnya di Indonesia), untuk
melakukan solidaritas besar-besar an untuk Muslimin Palestine di setiap jumat
terakhir di Bulan Ramadhan.
Perlu kita ketahui, tujuan utama Syiah bukanlah ikhlas membantu Muslimin Gaza,
melainkan hanya untuk menggaet muslimin Indonesia agar salut akan kepedulian
Syiah kepada Muslimin Gaza dan menganggap Syiah tidaklah sesat.
Voice of Palestine adalah organisasi milik Syiah di Indonesia yang paling vokal
menyuarakan solidaritas untuk palestine. Setiap Jumat terakhir pada Bulan
Ramadhan mereka selalu berorasi besar2an dengan tema solidaritas untuk Muslimin
Gaza. Mujtahid Hashem adalah Direktur organisasi tersebut.
Mirisnya, alumni SMA Al Islam Surakarta ini besar dan berkembang dengan ajaran
Syiah bersama Syiah Solo yang lantas terbang ke Qum-Iran untuk menyempurnakan
pemahaman Syiahnya.
Siapa Syiah Solo? Tentu kita semua mengetahuinya.
Bisa Anda buktikan sendiri dari fakta-fakta yang ada sebagai berikut:
1. Orasi Mujatahid Hashem untuk Palestine pada tahun 2010 dengan menyanjung2
Khomeini di tengah orasi (sangat aneh).http://m.youtube.com/watch?v=Ls8hJ6ItAW8
2. Pamflet kegiatan VOP bersolidaritas
untuk Palestine pada setiap Jumat terakhir di Bulan Ramadhan. (Perhatikan
gambar)
3. VOP bersama Jose Rizal Mer-C masuk ke
Gaza bersama Garda Revolusi Iran pada tahun 2010. http://m.voa-islam.com/…/merc-tembus-gaza-bersama-garda-re…/
4. Syiah Indonesia lagi-lagi bersama
Mujtahid Hashem dengan VOP nya seakan2 peduli dengan Muslimin Gaza melalui
website resmi Syiah Indonesia.
http://ahlulbaitindonesia.org/…/2214/menolak-lupa-palestina/
5. Status FB terakhir Direktur VOP
mengajak umat Islam bergabung bersama Syiah dalam bersolidaritas untuk Muslimin
Gaza (lihat gambar)
#PerselingkuhanYahudiDanSyiah
SEBARKAN!!! ORANG-ORANG TERDEKATMU HARUS TAHU SANDIWARA SYIAH
INDONESIA!!!
Benarkah
Syiah Serius akan Bebaskan al-Quds?
Benarkah Syiah Serius akan
Bebaskan al-Quds? Perhatian mereka kepada isu Palestina dan Al-Quds memang
disebabkan faktor politis non ideologis, memperluas Syiah
Oleh: Fahmi Salim, MA
SEMENJAK tahun 2006, ketika
Hizbullah Libanon mengalahkan mesin perang Israel dan mampu mengusir mereka
keluar dalam perang 33 hari, berita ini akhirnya menjadi komoditas dan merek
dagang baru jualan Syiah untuk banyak mengelabui umat Muslim yang mayoritas
mutlak berakidah Ahlusunnah wal jamaah.
Jauh sebelumnya memang sudah
pernah ada usaha Syiah untuk mengeksploitasi isu Palestina ini misalnya dengan
fatwa Imam Khomeini, Rahbar Iran, yang menetapkan hari jumat terakhir bulan
Ramadhan sebagai Hari Al-Quds Internasional. Namun sepertinya, tidak begitu
berpengaruh dan ‘ngefek’ untuk menarik simpati kaum muslimin sunni untuk
melirik akidah Syiah.
Baru setelah kisah heroism
perlawanan milisi Hizbullah tahun 2006 itulah, terjadi titik balik fitnah
tasyayyu di dunia Islam terutama di Syam (Mesir, Suriah, Libanon dan Yordania)
dan Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia).
Hanya karena sekali peristiwa
perlawanan Syiah terhadap Zionis-Israel, yang sebelumnya selalu bekerjasama
menghancurkan perlawanan bangsa Palestina, yang lebih didorong faktor politis
untuk menguasai Selatan Libanon sebagai basis milisi Syiah secara nasional
dengan tidak menyatakan kepentingan perang itu demi Palestina.
Sekali lagi, hanya karena sekali
itu saja, kita lalu dibuat –akibat bombardir media massa pro Syiah di dunia-
buta dan tidak kenal sama sekali kepahlawanan para tokoh-tokoh pejuang Sunni
yang puluhan ribu gugur untuk membela isu Al-Quds dan Masjidil Aqsha.
Nama besar seperti Hasan
Al-Banna, Mustafa Siba’I, Ahmad Yassin, Abdul Aziz Rantisi, Yahya Ayyash, dan
sederet martir-martir Ahlusunnah lenyap sirna seolah tertelan dan tenggelam
oleh kehebatan sosok milisi Hizbullah dengan pemimpinnya Hasan Nasrallah.
Waktu
itu, saya pun ikut mengagumi Nasrallah, sambil tetap mengenal baik jasa-jasa
martir Sunni di kepala saya. Sehingga doa selalu kami kirim untuk arwah mereka.
Namun
tidak sedikit, kawan-kawan saya wartawan media massa sudah termakan jualan
Syiah ini. Sambil meledek saya, ada yang berkata, mana orang-orang Sunni yang
seberani Hizbullah dan Ahmadinejad menentang dan menantang Israel dan AS?
Subhanallah, dia lupa akan nama-nama tadi dan jadi korban
media-media Syiah yang rajin membombardir kita dengan Hizbullah sehingga kita
lupa terhadap jasa para martir Ahlusunnah.
Selain faktor media itu dan
kondisi memalukan dari sikap politik resmi rejim pemerintahan Negara-negara
sunni yang lebih tunduk kepada tekanan AS dan ikut memusuhi Hamas, tidak banyak
yang mengetahui bagaimana sebenarnya sikap keimanan Syiah terhadap Al-Quds dan
Masjidil Aqsha, baik dari kalangan para mufasirnya maupun dari kalangan ulama
akidah yang menjadi marja’ utama kaum Syiah di dunia.
Masjidil Aqsha dalam Literatur
Syiah
Seorang peneliti masalah-masalah
Syiah, Thoriq Ahmad Hijazi dalam bukunya yang berjudul “As-Syi’ah wa Al-Masjid
Al-Aqsha”, telah memaparkan hasil penelitiannya tentang kedudukan Masjidil
Aqsha ini di mata ulama dan marja Syiah.
Hijazi memaparkan bahwa, hampir
semua kitab-kitab tafsir Syiah Imamiyah ketika menafsirkan ayat Isra Mi’raj
yang populer dalam QS. Al-Isra: 1, menyatakan bahwa posisi Masjidil Aqsha yang
sebenarnya itu adalah di langit atau baytul ma’mur. Ketika dinyatakan bahwa
orang awam (Ahlusunnah) menganggapnya itu adalah masjid yang ada di atas bukit
di kawasan kota Al-Quds, para ulama Syiah menyatakan bahwa Masjid Kufah lebih
utama dari Masjidil Aqsha yang di bumi itu. (lihat Tafsir As-Shafi karya
Al-Faydh Al-Kasyani vol.3/166; Tafsir Nur Al-Tsaqalain karya Al-Huwaizi
vol.3/97; Tafsir Al-‘Iyasyi vol.2/302; Tafsir Bayan As-Sa’adah vol.2/431)
Hakikat Masjidil Aqsha yang
dinyatakan oleh para mufasir Syiah itu juga sama dengan yang diungkapkan oleh
ulama marja’ Syiah di dalam kitab-kitab akidah mereka, yaitu di antaranya:
Muhammad Baqir Al-Majlisi dalam Bihar Al-Anwar vol.97/405; Abbas Al-Qummi dalam
Muntaha Al-Amal hal.70; Ja’far Al-‘Amili dalam As-Sahih min Sirah Ar-Rasul
Al-A’zham vol.3/101; Al-Kulayni dalam kitab Al-Kafi vol.1/481).
Bahkan Al-Hurr Al-Amili dalam kitab
Tafshil Wasail Syiah ila Tahsil Masail Al-Syari’ah menyatakan bahwa hanya ada 3
tempat suci bagi umat Islam (tentu saja Syiah maksudnya) yaitu Masjidil Haram
di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Kufah karena ia adalah haram-nya
Imam Ali b. Abi Thalib (lihat vol.14/360). Ungkapan Hurr Amili ini didukung
oleh Syeikh Al-Shaduq penulis kitab “Man La Yahdhuruh Al-Faqih” yang merupakan
satu dari 4 kitab rujukan utama Syiah, seperti dikutip Hurr Amili dalam
kitabnya, yang meriwayatkan hadis dari Amirul Mu’minin Ali b. Abi Thalib bahwa:
“Tidak dianjurkan mengencangkan perjalanan kecuali kepada 3 Masjid: Al-Haram di
Mekkah, Nabawi di Madinah dan Masjid Kufah” (vol.3/525)
Anehnya, ketika mengagungkan
Masjid Kufah karena didalamnya Imam Ali b. Abi Thalib dimakamkan, Syiah sudah
melupakan fakta bahwa Masjid tersebut dibangun oleh panglima muslim salah satu
sahabat nabi yaitu Sa’ad bin Abi Waqqas, satu dari 10 orang sahabat yang
dijamin masuk surga, atas perintah Khalifah Umar bin Khattab saat ummat Islam berhasil
menaklukkan ibukota kerajaan Persia.
Sebagaimana maklum Umar bin
Khattab dianggap dajjal dan ‘kafir’ oleh Syiah karena ikut merampas hak
kekhalifahan Ali, demikian pula Sa’ad bin Abi Waqqas dikafirkan oleh mereka
karena tidak membaiat khalifah Ali. Sa’ad bahkan dijuluki oleh mereka Qarun-nya
umat Islam. Bagaimana bisa Masjid yang dibangun oleh panglima Sa’ad yang
“murtad” dan atas perintah khalifah Umar yang “kafir” itu demikian mulia di
mata para ulama rujukan kaum Syiah dan para pengikutnya?
Hubungan Masjidil Aqsha dan
Proyek Syiah
Sebelum rejim partai Ba’ats di
Iraq pimpinan Presiden Saddam Husain terguling oleh koalisi ‘halus’ Amerika
Serikat dan Syiah Iraq pada tahun 2003, pada tahun 2002 sebuah majalah Syiah
“Al-Minbar” di Kuwait membuat reportase ekslusif tentang Karbala dan Al-Quds.
Majalah itu dipimpin oleh Yasir Habib, yang heboh pada tahun 2006 melaknat
Aisyah dan sahabat Nabi secara terbuka di Youtube sehingga memaksa Rahbar Iran
Ayatullah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa haram mencaci symbol-simbol tokoh
ahlusunnah demi persatuan Islam.
Di dalam majalah Al-Minbar edisi
23, bulan Maret 2002, Yasir Habib menulis tajuk redaksi berjudul “Sebelum
Al-Quds, Bebaskan Dulu Karbala!”, di situ ia mengatakan bahwa “Meskipun Al-Quds
istimewa dan suci namun tetap urutannya ada setelah Karbala, kedudukan Quds
tidak sama dengan Karbala dan kedudukan Dome of Rock juga tidak lebih istimewa
dari Hussein, Masjid Aqsha juga tidak sama dengan Haram Masjid Kufah… Quds
bukanlah fokus perhatian pertama kami (Syiah), Karbala lah fokus utama kami,
maka sebelum membebaskan Al-Quds maka kita wajib membebaskan Karbala (yang
masih dijajah oleh rejim Saddam Husein saat itu tahun 2002).” Setelah itu bisa
dibebaskan, lanjut Yasir, maka barulah kita bergerak ke Palestina, dan dari
sana lah kita akan bergerak ke seluruh dunia menyebarkan cahaya dan petunjuk.
Ia kembali menegaskan, “Telah
kami jelaskan bahwa Al-Quds tidak akan kembali ke pangkuan umat Islam selama
umat Islam belum kembali ke pangkuan Muhammad dan Ali alayhima assalam!
(maksudnya mengikuti akidah Syiah) Ia menambahkan seruannya, “Kembalilah kalian
semua kepada Muhammad dan Ali, niscaya Al-Quds akan kembali ke pangkuan kalian
dengan Al-Mahdi! Bebaskan Karbala dahulu sebelum segala sesuatunya, baru
pikirkan (langkah membebaskan) Al-Quds dan wilayah-wilayah sekitarnya. (Majalah
Al-Minbar edisi 23, Maret 2002 M)
Syiah, Propaganda Yahudi dan
Orientalis
Kaum Zionis-Yahudi selalu
berusaha untuk meninjau ulang penafsiran ayat-ayat alquran yang menyatakan
keistimewaan Masjidil Aqsha dan meragukan hadis-hadis nabi yang dinyatakan
kesahihannya oleh ijma’ ulama ahlusunnah wal jama’ah.
Mereka menyatakan bahwa kata
Al-Aqsha berarti tempat shalat di langit, dan untuk tujuan itu mereka
mendapatkan pembenaran dari riwayat-riwayat Syiah yang menyatakan bahwa
Masjidil Aqsha adalah nama Masjid di langit yang mirip namanya dengan Masjid
yang terletak di Al-Quds sekarang ini.
Pandangan Zionis semacam ini
mudah didapatkan di dalam beberapa literatur seperti entri Al-Quds yang ditulis
F. Buhl, cendekiawan Yahudi di dalam Encyclopedia of Islam. Ia menulis,
“barangkali Rasul (Muhammad) mengira bahwa Masjidil Aqsha adalah suatu tempat
di langit”. (lihat buku Fadhail Bayt Al-Maqdis fi Makhtutat ‘Arabiyyah Qadimah
karya Dr. Mahmud Ibrahim hlm.47, terbitan Ma’had Al-Makhtutat Al-‘Arabiyyah,
cet.1 tahun 1985)
Salah satu peneliti senior di
Akademi Studi Asia dan Afrika di Universitas Hebrew Jerussalem, Yitzhak Hasson,
pernah meneliti manuskrip kitab Fadhail Bayt Al-Maqdis karya Abu Bakr Muhammad
bin Ahmad Al-Wasithi.
Ia menulis dalam kata
pengantarnya, “telah dimaklumi bahwa sekte-sekte Syiah tidak memandang adanya
keistimewaan Masjid Bayt Al-Maqdis ini di atas Masjid-Masjid lainnya”.
Yitzhak Hasson juga mengajukan
dalil hadis-hadis yang tertera di dalam kitab Bihar Al-Anwar karya Al-Majlisi,
seorang marja utama Syiah, dengan menulis bahwa “ulama Islam tidak pernah
bersepakat bahwa Masjid al-Aqsha yang dimaksud adalah Masjid yang sekarang ada
di kota Al-Quds sekarang ini, karena sebagian mereka menganggap bahwa Masjidil
Aqsha adalah Masjid yang letaknya di langit berada tepat di atas kota Al-Quds
atau Mekkah” (ibid, Dr. Mahmud Ibrahim, hlm.41)
Propaganda Yahudi yang
menyangsikan posisi dan kedudukan Masjidil Aqsha di dalam keyakinan umat Islam
yang mayoritas berakidah ahlusunnah wal jamaah, juga didukung oleh beberapa
serpihan pemikiran orientalis.
Ignas Goldziehr (Orientalis
Hongaria berdarah Yahudi, 1850-1920 M) adalah orang pertama yang meragukan
hadis-hadis keutamaan Masjidil Aqsha yang ada sekarang ini dengan mengklaim
bahwa khalifah Abdul Malik bin Marwan pada masa Umawiyah, telah melarang orang
pergi haji ke Mekkah pada masa fitnah yang terjadi pada masa Abdullah ibnu
Az-Zubair yang memproklamirkan dirinya sebagai khalifah yang menguasai kota
Mekkkah.
Sebagai tandingannya, Abdul Malik
ibnu Marwan membangun The Dome of Rock (Qubbat Sakhra) di Masjidil Aqsha agar
umat Islam pergi haji ke sana sebagai alternatif berhaji ke Mekkah yang sedang
dikuasai oleh Ibnu Zubair.
Untuk memuluskan politik ‘haji’
ala Abdul Malik bin Marwan inilah, menurut Ignas Goldziehr, ia meminta Imam
Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk membuat hadis-hadis palsu yang menerangkan keutamaan
Masjidil Aqsha seperti hadis populer tentang syaddu rihal ke Masjid Haram,
Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.
Goldziher mengklaim bahwa semua
hadis keutamaan baytul maqdis itu melalui jalur periwayatan ibnu Syihab
Az-Zuhri. (lihat pembahasan ini dalam kitab As-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’
Islami, karya Dr. Musthafa As-Siba’I, hlm. 189-199, cet. Maktab Islami, tahun
1985)
Dari paparan tersebut, jelaslah
bahwa Yahudi memanfaatkan hadis-hadis Syiah yang bertujuan politis untuk
melawan para khalifah Bani Umayyah dan untuk memberikan keistimewaan bagi
kota-kota suci Syiah yang melebihi kedudukan Masjidil Aqsha.
Dengan demikian jelas pula
kedudukan Masjidil Aqsha di mata Syiah. Karena mereka tidak mengakui
keistimewaan Masjid suci ketiga dan kiblat pertama umat Islam, yang dibebaskan
oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA dan dipugar oleh para khalifah Bani
Umayyah, serta dibebaskan kedua kali dari Pasukan Salib oleh Sultan An-Nashir
Shalahudin Ayyubi.
Jadi mana mungkin mereka mengakui
keistimewaan Masjid yang dimuliakan oleh tokoh-tokoh Ahlusunnah yang dimata
mereka semua sangat dibenci. Khalifah Umar bin Khattab jelas dituding merampas
hak kekhalifahan Ali, Bani Umayyah apalagi jelas dituding membantai dan
menindas Ahlul Bayt dan pengikutnya, dan Sultan Shalahudin Ayyubi jelas sekali
menghancurkan kekuatan daulah Syiah ismailiyah, saudara kembar Syiah imamiyah,
yaitu Daulah Fatimid di Mesir, sebelum beliau mengalahkan kekuatan Salib.
Kenapa Al-Quds?
Sekarang, pertanyaannya mengapa
kelompok Syiah dunia saat ini menaruh perhatian besar terhadap persoalan
Al-Quds dan Masjidil Aqsha? Sudah beberapa seminar internasional digelar dan
juga seminar-seminar nasional yang diadakan oleh pihak-pihak Indonesia yang pro
Syiah yang mengangkat tema pembebasan Al-Quds.
Saya menduga, bahwa perhatian
mereka terhadap persoalan Al-Quds dan Masjid Aqsha belakangan ini lebih
disebabkan faktor-faktor politis, non ideologis keagamaan murni.
Salah satu blog Syiah (www.yahosein.com)
di dunia Arab pernah pertanyakan status dan kedudukan Masjidil Aqsha di mata
Syiah.
Uniknya, salah satu peserta
diskusi jelas menyatakan bahwa “Masjid Al-Quds itu menurut Syiah dan
golongan-golongan sesat (Ahlusunnah, di dalamnya) diakui telah dibangun oleh
perampok nomor dua (kiasan untuk Khalifah Umar), dan di dalamnya ada kayu
minbar yang populer dengan sebutan mimbar shalahuddin, di mana sultan
kharabuddin (perusak agama, julukan buat Shalahudin Ayyubi di kalangan Syiah)
membacakan khutbah, amat disayangkan ada umat Syiah yang bersedih dan menangis
ketika Yahudi menggali di kawasan sekeliling Masjidil Aqsha.”
Hemat saya, perhatian mereka
belakangan ini kepada isu Palestina dan Al-Quds memang disebabkan faktor
politis non ideologis. Sebab jika ditilik akidah atau ideologi Syiah tentang
Masjid Al-Aqsha jelas sekali dianggap tidak suci dan tidak istimewa melebihi
Masjid Kufah, Karbala, Kubah Samarra, Najaf dan lain-lain. Satu-satunya alasan
yang tersisa adalah faktor politis.
Seperti kita maklumi, Iran sejak
revolusi Khomeini bersemangat ingin mengekspor revolusi Syiahnya ke seluruh
dunia Islam dan bekerja siang malam untuk menyebarkan paham Syiah dengan segala
sumber daya yang dimiliki.
Untuk tujuan itu, mereka berpikir
keras agar paling tidak sebagai tahap awal bisa diterima oleh mayoritas mutlak
umat Islam yang ahlusunnah ini dan tidak dicurigai membawa paham Syiah. Mereka
melihat bahwa isu Palestina dan Al-Quds sejak beberapa dekade silam menjadi isu
sentral sekaligus seksi di mata umat Islam dunia. Oleh sebab itulah, para
politisi dan ulama Syiah mengangkat isu ini sebagai ‘jualan’ komoditas mereka
(trademark).
Mereka juga sejak dekade lalu
menetapkan Hari Al-Quds Internasional pada setiap jum’at terakhir bulan
Ramadhan. Isu sentral Al-Quds memang sangat sentral dan empuk untuk meraih
kepercayaan dan simpati publik Muslim Sunni di dunia Islam.
Persoalan utamanya justru yang
bisa menjadi pembenar dugaan saya bahwa isu ini dieksplotasi secara politis
untuk menyebarkan paham Syiah dengan seolah menggambarkan kepahlawanan Syiah
lah sesungguhnya yang mengalahkan Israel dalam perang Hizbullah tahun 2006 dan
manuver Ahmadinejad, presiden Iran, yang terus menerus berkoar akan melumatkan
Israel dan menghapusnya dari peta dunia.
Strategi ini cukup sukses untuk
membius dan menipu ulama dan cendekiawan sunni yang awam terhadap strategi
Syiah ini, sehingga secara langsung atau tidak ikut membantu dan membela hak
Syiah menyebarkan ajarannya di tengah komunitas Ahlusunnah.
Padahal tanah yang diberkahi
yaitu Palestina dan Al-Quds tidaklah dimuliakan dan disucikan oleh Allah dan
Rasul-Nya melainkan karena di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha. Untuk itulah,
terdapat hadis-hadis mutawatir yang menyebutkan keutamaan shalat di dalamnya,
dan bepergian kesana. Namun, seperti yang sudah saya singgung, sikap dan
pendirian para mufasir dan ulama-ulama rujukan utama Syiah tidak menganggap
sama sekali adanya Masjidil Aqsha, apalagi keistimewaannya seperti dijelaskan
oleh sumber-sumber Ahlusunnah.
Oleh sebab itu tidak ada tafsir
lain yang bisa menjelaskan perhatian besar mereka terhadap isu Al-Quds dan
palestina, selain faktor politis yang saya kemukakan di atas. Silahkan pembaca
menilainya sendiri secara objektif. Diterima atau tidak terserah pembaca.
Mamduh Ismail, seorang kolumnis
Palestina menulis di situs Islamway.com bahwa poros aliansi Syiah
Iran-Suriah-Hizbullah adalah kaum munafik yang memanfaatkan isu Palestina untuk
kepentingan mereka sendiri sebagai jualan heroisme kepada rakyatnya dan
bangsa-bangsa muslim dunia. Namun pada saat Gaza digencet Israel dan
dibombardir Zionis selama lebih dari 20 hari di akhir tahun 2008 sampai Januari
2009, poros Syiah yang tampil heroik di depan publik muslim dunia ternyata
tidak menolong sedikitpun kepada ‘saudara-saudara’ mereka kaum muslimin di Gaza
yang menderita akibat agresi Israel. Tidak satupun roket atau senjata yang mereka
kirim untuk membantu Hamas yang berjuang sendirian mempertahankan Gaza dari
agersi Israel. Padahal katanya mereka adalah Negara kuat yang memiliki kekuatan
militer yang bisa menghancurkan pasukan Zionis. Namun apa yang terjadi? Apa
yang mereka lakukan hanyalah bentuk kemunafikan yang menjijikkan (lihat link
berbahasa arab http://ar.Islamway.com/article/4939 diunduh
oleh penulis pada tanggal 4 Juli 2012)
Kesimpulannya, saya berkeyakinan
bahwa kelompok yang ‘terbiasa’ menghina Khalifah Umar bin Khattab dan
mendiskreditkan Shalahuddin Ayyubi pada masa silam, tentu saja tidak akan bisa
membebaskan Palestina dan Al-Quds pada masa kini.
Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha hanya
bisa dibebaskan oleh kelompok yang mendapat pertolongan Allah ta’ala, mereka
disebut At-Thoifah Al-Manshurah yang teguh dan istikamah memegang Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah saw, dan memiliki akidah yang sahih tidak bercampur
sedikitpun dengan bid’ah-bid’ah dhalalah seperti akidah kemaksuman manusia
biasa selain Rasul, dan apalagi yang meyakini Al-Qur’an ini palsu dan
terdistorsi. Wallahu A’lam.*
Penulis adalah pemerhati Al-Quds
dan Wakil Sekjen MIUMI
Bantuan Hizbullah
Ditolak Hamas
UPAYA kelompok Syiah untuk
menancapkan eksistensinya di Palestina dilakukan dengan berbagai macam cara.
Namun segala upaya itu selalu ditolak oleh Hamas.
Wartawan Indonesia di Gaza, Abdillah Onim,
menerangkan, selama lima tahun Iran berencana membuat kantor cabang di Gaza
dengan biaya senilai USD 250.000.000. Akan tetapi, rencana Iran ini ditolak
keras oleh Hamas.
Langkah serupa juga dilakukan Hizbullah.
Garda Syiah itu mengaku siap menggelontorkan bantuan perlengkapan sekolah bagi
anak-anak Gaza. Dengan syarat di masing-masing tas sekolah anak-anak Gaza
dipasang foto Hasan Nasrullah. Hal ini dilakukan agar Syiah bisa eksis di Gaza.
Sontak, rencana ini langsung ditolak mentah-mentah oleh Hamas.
“Lagi-lagi ditolak keras oleh pihak Hamas.
Sebesar apapun bantuan dan sepenting apapun bantuan yang diberikan kepada warga
Gaza jika ada motif tertentu maka di tolak mentah-mentah oleh pemerintah di
Gaza,” ujar Onim dalam keterangannya, Sabtu (6/9).
Manuver Syiah di Gaza kembali terulang
pada tahun 2011. Menurut informasi yang dikumpulkan Onim, pada akhir tahun 2011
akhir, ada beberapa oknum di Gaza mencoba mengadakan ritual syiah.
Tak lama berselrang, rencana ini kemudian
tercium aparat militer di Gaza. 20 orang yang mencoba menggelar ritual Syiah
itu langsung ditangkap. Pihak militer di Gaza akhirnya menjatuhkan hukuman
kepada mereka.
“Mereka dipukul dengan menggunakan balok
dan kayu,” ucap Onim. [Pz/Islampos]
Pejuang
Hamas secara tegas menolak bantuan Hizbullah dalam peperangan melawan
Israel.
“Untuk Zionis Israel, biar kami yang
hadapi, dan kami minta tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,” kata Hamas
sebagaimana dilaporkan Abdullah onim dari Gaza
Abdullah onim menambah, Hamas mempunyai
roket dari hasil usaha sendiri bukan bantuan dari negara lain. Roket-roket itu
dihasilkan Hamas dari jantung kota Gaza.
Jika ada negara yang mengatakan, ‘Kami
yang membekalkan roket ke Gaza’, “Itu Bohong,” lapor onim.
Sebelumnya, Hamas juga mengecam campur
tangan Hizbullah dalam perang Syria yang telah membunuh beratus-ratus ribu
Muslim Syria dan ribuan pelarian Palestin.
Pada Disember 2012, petinggi Hamas Bara
‘Nizar Rayyan putra Asy-Syahid DR Nizar Rayyan melontarkan kritikan pedas
terhadap pemimpin Hizbullah, Hasan Nashrallah. Dengan tegas, Nizar meminta
Hasan berhenti cari muka.
“Ya Hasan Nashrallah, jangan kau cari sensasi
di Gaza, sedangkan penjenayah Bashar Asad kau bela …!” Kritiknya.
*Diterjemahkan oleh Detik Islam dari sumber
islampos.com
(http://detikislam.blogspot.com/2014/07/hamas-tolak-bantuan-syiah-hizbullah.html#)
(nahimunkar.com)
sumber :
http://alislamu.com/dunia-islam/4702-hamas-tolak-syiah-palestina-hanya-kenal-madzhab-sunni.html
Benarkah Syiah Peduli
Palestina ??
Jalur Gaza kembali
membara. Tahukah Anda mengapa Zionis Israel kembali menbantai Muslimin
Palestine di Ramadhan ini? Yahudi Israel ingin mengesankan bahwa saudara
kandungnya-lah yang paling peduli akan penderitaan muslimin di Gaza.
Lantas siapa saudara kandung Yahudi?Yaa tepat, SYIAH jawabnya.
Sudah menjadi jadwal rutin tahunan Syiah (khususnya di Indonesia), untuk melakukan solidaritas besar-besar an untuk Muslimin Palestine di setiap jumat terakhir di Bulan Ramadhan.
Sudah menjadi jadwal rutin tahunan Syiah (khususnya di Indonesia), untuk melakukan solidaritas besar-besar an untuk Muslimin Palestine di setiap jumat terakhir di Bulan Ramadhan.
Perlu kita ketahui, tujuan utama Syiah bukanlah ikhlas membantu Muslimin Gaza,
melainkan hanya untuk menggaet muslimin Indonesia agar salut akan kepedulian
Syiah kepada Muslimin Gaza dan menganggap Syiah tidaklah sesat.
Voice of Palestine adalah organisasi milik Syiah di Indonesia yang paling vokal
menyuarakan solidaritas untuk palestine. Setiap Jumat terakhir pada Bulan
Ramadhan mereka selalu berorasi besar2an dengan tema solidaritas untuk Muslimin
Gaza. Mujtahid Hashem adalah Direktur organisasi tersebut.
Mirisnya, alumni SMA Al Islam Surakarta ini besar dan berkembang dengan ajaran
Syiah bersama Syiah Solo yang lantas terbang ke Qum-Iran untuk menyempurnakan
pemahaman Syiahnya.
Siapa Syiah Solo? Tentu kita semua mengetahuinya.
Bisa Anda buktikan sendiri dari fakta-fakta yang ada sebagai berikut:
1. Orasi Mujatahid Hashem untuk Palestine pada tahun 2010 dengan menyanjung2
Khomeini di tengah orasi (sangat aneh).http://m.youtube.com/watch?v=Ls8hJ6ItAW8
2. Pamflet kegiatan VOP bersolidaritas untuk Palestine pada setiap Jumat terakhir di Bulan Ramadhan. (Perhatikan gambar)
3. VOP bersama Jose Rizal Mer-C masuk ke Gaza bersama Garda Revolusi Iran pada tahun 2010. http://m.voa-islam.com/…/merc-tembus-gaza-bersama-garda-re…/
4. Syiah Indonesia lagi-lagi bersama Mujtahid Hashem dengan VOP nya seakan2 peduli dengan Muslimin Gaza melalui website resmi Syiah Indonesia.
2. Pamflet kegiatan VOP bersolidaritas untuk Palestine pada setiap Jumat terakhir di Bulan Ramadhan. (Perhatikan gambar)
3. VOP bersama Jose Rizal Mer-C masuk ke Gaza bersama Garda Revolusi Iran pada tahun 2010. http://m.voa-islam.com/…/merc-tembus-gaza-bersama-garda-re…/
4. Syiah Indonesia lagi-lagi bersama Mujtahid Hashem dengan VOP nya seakan2 peduli dengan Muslimin Gaza melalui website resmi Syiah Indonesia.
http://ahlulbaitindonesia.org/…/2214/menolak-lupa-palestina/
5. Status FB terakhir Direktur VOP mengajak umat Islam bergabung bersama Syiah dalam bersolidaritas untuk Muslimin Gaza (lihat gambar)
#PerselingkuhanYahudiDanSyiah
5. Status FB terakhir Direktur VOP mengajak umat Islam bergabung bersama Syiah dalam bersolidaritas untuk Muslimin Gaza (lihat gambar)
#PerselingkuhanYahudiDanSyiah
SEBARKAN!!! ORANG-ORANG TERDEKATMU HARUS TAHU SANDIWARA SYIAH
INDONESIA!!!
Benarkah
Syiah Serius akan Bebaskan al-Quds?
Benarkah Syiah Serius akan
Bebaskan al-Quds? Perhatian mereka kepada isu Palestina dan Al-Quds memang
disebabkan faktor politis non ideologis, memperluas Syiah
Oleh: Fahmi Salim, MA
SEMENJAK tahun 2006, ketika
Hizbullah Libanon mengalahkan mesin perang Israel dan mampu mengusir mereka
keluar dalam perang 33 hari, berita ini akhirnya menjadi komoditas dan merek
dagang baru jualan Syiah untuk banyak mengelabui umat Muslim yang mayoritas
mutlak berakidah Ahlusunnah wal jamaah.
Jauh sebelumnya memang sudah
pernah ada usaha Syiah untuk mengeksploitasi isu Palestina ini misalnya dengan
fatwa Imam Khomeini, Rahbar Iran, yang menetapkan hari jumat terakhir bulan
Ramadhan sebagai Hari Al-Quds Internasional. Namun sepertinya, tidak begitu
berpengaruh dan ‘ngefek’ untuk menarik simpati kaum muslimin sunni untuk
melirik akidah Syiah.
Baru setelah kisah heroism
perlawanan milisi Hizbullah tahun 2006 itulah, terjadi titik balik fitnah
tasyayyu di dunia Islam terutama di Syam (Mesir, Suriah, Libanon dan Yordania)
dan Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia).
Hanya karena sekali peristiwa
perlawanan Syiah terhadap Zionis-Israel, yang sebelumnya selalu bekerjasama
menghancurkan perlawanan bangsa Palestina, yang lebih didorong faktor politis
untuk menguasai Selatan Libanon sebagai basis milisi Syiah secara nasional
dengan tidak menyatakan kepentingan perang itu demi Palestina.
Sekali lagi, hanya karena sekali
itu saja, kita lalu dibuat –akibat bombardir media massa pro Syiah di dunia-
buta dan tidak kenal sama sekali kepahlawanan para tokoh-tokoh pejuang Sunni
yang puluhan ribu gugur untuk membela isu Al-Quds dan Masjidil Aqsha.
Nama besar seperti Hasan
Al-Banna, Mustafa Siba’I, Ahmad Yassin, Abdul Aziz Rantisi, Yahya Ayyash, dan
sederet martir-martir Ahlusunnah lenyap sirna seolah tertelan dan tenggelam
oleh kehebatan sosok milisi Hizbullah dengan pemimpinnya Hasan Nasrallah.
Waktu
itu, saya pun ikut mengagumi Nasrallah, sambil tetap mengenal baik jasa-jasa
martir Sunni di kepala saya. Sehingga doa selalu kami kirim untuk arwah mereka.
Namun
tidak sedikit, kawan-kawan saya wartawan media massa sudah termakan jualan
Syiah ini. Sambil meledek saya, ada yang berkata, mana orang-orang Sunni yang
seberani Hizbullah dan Ahmadinejad menentang dan menantang Israel dan AS?
Subhanallah, dia lupa akan nama-nama tadi dan jadi korban
media-media Syiah yang rajin membombardir kita dengan Hizbullah sehingga kita
lupa terhadap jasa para martir Ahlusunnah.
Selain faktor media itu dan
kondisi memalukan dari sikap politik resmi rejim pemerintahan Negara-negara
sunni yang lebih tunduk kepada tekanan AS dan ikut memusuhi Hamas, tidak banyak
yang mengetahui bagaimana sebenarnya sikap keimanan Syiah terhadap Al-Quds dan
Masjidil Aqsha, baik dari kalangan para mufasirnya maupun dari kalangan ulama
akidah yang menjadi marja’ utama kaum Syiah di dunia.
Masjidil Aqsha dalam Literatur
Syiah
Seorang peneliti masalah-masalah
Syiah, Thoriq Ahmad Hijazi dalam bukunya yang berjudul “As-Syi’ah wa Al-Masjid
Al-Aqsha”, telah memaparkan hasil penelitiannya tentang kedudukan Masjidil
Aqsha ini di mata ulama dan marja Syiah.
Hijazi memaparkan bahwa, hampir
semua kitab-kitab tafsir Syiah Imamiyah ketika menafsirkan ayat Isra Mi’raj
yang populer dalam QS. Al-Isra: 1, menyatakan bahwa posisi Masjidil Aqsha yang
sebenarnya itu adalah di langit atau baytul ma’mur. Ketika dinyatakan bahwa
orang awam (Ahlusunnah) menganggapnya itu adalah masjid yang ada di atas bukit
di kawasan kota Al-Quds, para ulama Syiah menyatakan bahwa Masjid Kufah lebih
utama dari Masjidil Aqsha yang di bumi itu. (lihat Tafsir As-Shafi karya
Al-Faydh Al-Kasyani vol.3/166; Tafsir Nur Al-Tsaqalain karya Al-Huwaizi
vol.3/97; Tafsir Al-‘Iyasyi vol.2/302; Tafsir Bayan As-Sa’adah vol.2/431)
Hakikat Masjidil Aqsha yang
dinyatakan oleh para mufasir Syiah itu juga sama dengan yang diungkapkan oleh
ulama marja’ Syiah di dalam kitab-kitab akidah mereka, yaitu di antaranya:
Muhammad Baqir Al-Majlisi dalam Bihar Al-Anwar vol.97/405; Abbas Al-Qummi dalam
Muntaha Al-Amal hal.70; Ja’far Al-‘Amili dalam As-Sahih min Sirah Ar-Rasul
Al-A’zham vol.3/101; Al-Kulayni dalam kitab Al-Kafi vol.1/481).
Bahkan Al-Hurr Al-Amili dalam kitab
Tafshil Wasail Syiah ila Tahsil Masail Al-Syari’ah menyatakan bahwa hanya ada 3
tempat suci bagi umat Islam (tentu saja Syiah maksudnya) yaitu Masjidil Haram
di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Kufah karena ia adalah haram-nya
Imam Ali b. Abi Thalib (lihat vol.14/360). Ungkapan Hurr Amili ini didukung
oleh Syeikh Al-Shaduq penulis kitab “Man La Yahdhuruh Al-Faqih” yang merupakan
satu dari 4 kitab rujukan utama Syiah, seperti dikutip Hurr Amili dalam
kitabnya, yang meriwayatkan hadis dari Amirul Mu’minin Ali b. Abi Thalib bahwa:
“Tidak dianjurkan mengencangkan perjalanan kecuali kepada 3 Masjid: Al-Haram di
Mekkah, Nabawi di Madinah dan Masjid Kufah” (vol.3/525)
Anehnya, ketika mengagungkan
Masjid Kufah karena didalamnya Imam Ali b. Abi Thalib dimakamkan, Syiah sudah
melupakan fakta bahwa Masjid tersebut dibangun oleh panglima muslim salah satu
sahabat nabi yaitu Sa’ad bin Abi Waqqas, satu dari 10 orang sahabat yang
dijamin masuk surga, atas perintah Khalifah Umar bin Khattab saat ummat Islam berhasil
menaklukkan ibukota kerajaan Persia.
Sebagaimana maklum Umar bin
Khattab dianggap dajjal dan ‘kafir’ oleh Syiah karena ikut merampas hak
kekhalifahan Ali, demikian pula Sa’ad bin Abi Waqqas dikafirkan oleh mereka
karena tidak membaiat khalifah Ali. Sa’ad bahkan dijuluki oleh mereka Qarun-nya
umat Islam. Bagaimana bisa Masjid yang dibangun oleh panglima Sa’ad yang
“murtad” dan atas perintah khalifah Umar yang “kafir” itu demikian mulia di
mata para ulama rujukan kaum Syiah dan para pengikutnya?
Hubungan Masjidil Aqsha dan
Proyek Syiah
Sebelum rejim partai Ba’ats di
Iraq pimpinan Presiden Saddam Husain terguling oleh koalisi ‘halus’ Amerika
Serikat dan Syiah Iraq pada tahun 2003, pada tahun 2002 sebuah majalah Syiah
“Al-Minbar” di Kuwait membuat reportase ekslusif tentang Karbala dan Al-Quds.
Majalah itu dipimpin oleh Yasir Habib, yang heboh pada tahun 2006 melaknat
Aisyah dan sahabat Nabi secara terbuka di Youtube sehingga memaksa Rahbar Iran
Ayatullah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa haram mencaci symbol-simbol tokoh
ahlusunnah demi persatuan Islam.
Di dalam majalah Al-Minbar edisi
23, bulan Maret 2002, Yasir Habib menulis tajuk redaksi berjudul “Sebelum
Al-Quds, Bebaskan Dulu Karbala!”, di situ ia mengatakan bahwa “Meskipun Al-Quds
istimewa dan suci namun tetap urutannya ada setelah Karbala, kedudukan Quds
tidak sama dengan Karbala dan kedudukan Dome of Rock juga tidak lebih istimewa
dari Hussein, Masjid Aqsha juga tidak sama dengan Haram Masjid Kufah… Quds
bukanlah fokus perhatian pertama kami (Syiah), Karbala lah fokus utama kami,
maka sebelum membebaskan Al-Quds maka kita wajib membebaskan Karbala (yang
masih dijajah oleh rejim Saddam Husein saat itu tahun 2002).” Setelah itu bisa
dibebaskan, lanjut Yasir, maka barulah kita bergerak ke Palestina, dan dari
sana lah kita akan bergerak ke seluruh dunia menyebarkan cahaya dan petunjuk.
Ia kembali menegaskan, “Telah
kami jelaskan bahwa Al-Quds tidak akan kembali ke pangkuan umat Islam selama
umat Islam belum kembali ke pangkuan Muhammad dan Ali alayhima assalam!
(maksudnya mengikuti akidah Syiah) Ia menambahkan seruannya, “Kembalilah kalian
semua kepada Muhammad dan Ali, niscaya Al-Quds akan kembali ke pangkuan kalian
dengan Al-Mahdi! Bebaskan Karbala dahulu sebelum segala sesuatunya, baru
pikirkan (langkah membebaskan) Al-Quds dan wilayah-wilayah sekitarnya. (Majalah
Al-Minbar edisi 23, Maret 2002 M)
Syiah, Propaganda Yahudi dan
Orientalis
Kaum Zionis-Yahudi selalu
berusaha untuk meninjau ulang penafsiran ayat-ayat alquran yang menyatakan
keistimewaan Masjidil Aqsha dan meragukan hadis-hadis nabi yang dinyatakan
kesahihannya oleh ijma’ ulama ahlusunnah wal jama’ah.
Mereka menyatakan bahwa kata
Al-Aqsha berarti tempat shalat di langit, dan untuk tujuan itu mereka
mendapatkan pembenaran dari riwayat-riwayat Syiah yang menyatakan bahwa
Masjidil Aqsha adalah nama Masjid di langit yang mirip namanya dengan Masjid
yang terletak di Al-Quds sekarang ini.
Pandangan Zionis semacam ini
mudah didapatkan di dalam beberapa literatur seperti entri Al-Quds yang ditulis
F. Buhl, cendekiawan Yahudi di dalam Encyclopedia of Islam. Ia menulis,
“barangkali Rasul (Muhammad) mengira bahwa Masjidil Aqsha adalah suatu tempat
di langit”. (lihat buku Fadhail Bayt Al-Maqdis fi Makhtutat ‘Arabiyyah Qadimah
karya Dr. Mahmud Ibrahim hlm.47, terbitan Ma’had Al-Makhtutat Al-‘Arabiyyah,
cet.1 tahun 1985)
Salah satu peneliti senior di
Akademi Studi Asia dan Afrika di Universitas Hebrew Jerussalem, Yitzhak Hasson,
pernah meneliti manuskrip kitab Fadhail Bayt Al-Maqdis karya Abu Bakr Muhammad
bin Ahmad Al-Wasithi.
Ia menulis dalam kata
pengantarnya, “telah dimaklumi bahwa sekte-sekte Syiah tidak memandang adanya
keistimewaan Masjid Bayt Al-Maqdis ini di atas Masjid-Masjid lainnya”.
Yitzhak Hasson juga mengajukan
dalil hadis-hadis yang tertera di dalam kitab Bihar Al-Anwar karya Al-Majlisi,
seorang marja utama Syiah, dengan menulis bahwa “ulama Islam tidak pernah
bersepakat bahwa Masjid al-Aqsha yang dimaksud adalah Masjid yang sekarang ada
di kota Al-Quds sekarang ini, karena sebagian mereka menganggap bahwa Masjidil
Aqsha adalah Masjid yang letaknya di langit berada tepat di atas kota Al-Quds
atau Mekkah” (ibid, Dr. Mahmud Ibrahim, hlm.41)
Propaganda Yahudi yang
menyangsikan posisi dan kedudukan Masjidil Aqsha di dalam keyakinan umat Islam
yang mayoritas berakidah ahlusunnah wal jamaah, juga didukung oleh beberapa
serpihan pemikiran orientalis.
Ignas Goldziehr (Orientalis
Hongaria berdarah Yahudi, 1850-1920 M) adalah orang pertama yang meragukan
hadis-hadis keutamaan Masjidil Aqsha yang ada sekarang ini dengan mengklaim
bahwa khalifah Abdul Malik bin Marwan pada masa Umawiyah, telah melarang orang
pergi haji ke Mekkah pada masa fitnah yang terjadi pada masa Abdullah ibnu
Az-Zubair yang memproklamirkan dirinya sebagai khalifah yang menguasai kota
Mekkkah.
Sebagai tandingannya, Abdul Malik
ibnu Marwan membangun The Dome of Rock (Qubbat Sakhra) di Masjidil Aqsha agar
umat Islam pergi haji ke sana sebagai alternatif berhaji ke Mekkah yang sedang
dikuasai oleh Ibnu Zubair.
Untuk memuluskan politik ‘haji’
ala Abdul Malik bin Marwan inilah, menurut Ignas Goldziehr, ia meminta Imam
Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk membuat hadis-hadis palsu yang menerangkan keutamaan
Masjidil Aqsha seperti hadis populer tentang syaddu rihal ke Masjid Haram,
Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.
Goldziher mengklaim bahwa semua
hadis keutamaan baytul maqdis itu melalui jalur periwayatan ibnu Syihab
Az-Zuhri. (lihat pembahasan ini dalam kitab As-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’
Islami, karya Dr. Musthafa As-Siba’I, hlm. 189-199, cet. Maktab Islami, tahun
1985)
Dari paparan tersebut, jelaslah
bahwa Yahudi memanfaatkan hadis-hadis Syiah yang bertujuan politis untuk
melawan para khalifah Bani Umayyah dan untuk memberikan keistimewaan bagi
kota-kota suci Syiah yang melebihi kedudukan Masjidil Aqsha.
Dengan demikian jelas pula
kedudukan Masjidil Aqsha di mata Syiah. Karena mereka tidak mengakui
keistimewaan Masjid suci ketiga dan kiblat pertama umat Islam, yang dibebaskan
oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA dan dipugar oleh para khalifah Bani
Umayyah, serta dibebaskan kedua kali dari Pasukan Salib oleh Sultan An-Nashir
Shalahudin Ayyubi.
Jadi mana mungkin mereka mengakui
keistimewaan Masjid yang dimuliakan oleh tokoh-tokoh Ahlusunnah yang dimata
mereka semua sangat dibenci. Khalifah Umar bin Khattab jelas dituding merampas
hak kekhalifahan Ali, Bani Umayyah apalagi jelas dituding membantai dan
menindas Ahlul Bayt dan pengikutnya, dan Sultan Shalahudin Ayyubi jelas sekali
menghancurkan kekuatan daulah Syiah ismailiyah, saudara kembar Syiah imamiyah,
yaitu Daulah Fatimid di Mesir, sebelum beliau mengalahkan kekuatan Salib.
Kenapa Al-Quds?
Sekarang, pertanyaannya mengapa
kelompok Syiah dunia saat ini menaruh perhatian besar terhadap persoalan
Al-Quds dan Masjidil Aqsha? Sudah beberapa seminar internasional digelar dan
juga seminar-seminar nasional yang diadakan oleh pihak-pihak Indonesia yang pro
Syiah yang mengangkat tema pembebasan Al-Quds.
Saya menduga, bahwa perhatian
mereka terhadap persoalan Al-Quds dan Masjid Aqsha belakangan ini lebih
disebabkan faktor-faktor politis, non ideologis keagamaan murni.
Salah satu blog Syiah (www.yahosein.com)
di dunia Arab pernah pertanyakan status dan kedudukan Masjidil Aqsha di mata
Syiah.
Uniknya, salah satu peserta
diskusi jelas menyatakan bahwa “Masjid Al-Quds itu menurut Syiah dan
golongan-golongan sesat (Ahlusunnah, di dalamnya) diakui telah dibangun oleh
perampok nomor dua (kiasan untuk Khalifah Umar), dan di dalamnya ada kayu
minbar yang populer dengan sebutan mimbar shalahuddin, di mana sultan
kharabuddin (perusak agama, julukan buat Shalahudin Ayyubi di kalangan Syiah)
membacakan khutbah, amat disayangkan ada umat Syiah yang bersedih dan menangis
ketika Yahudi menggali di kawasan sekeliling Masjidil Aqsha.”
Hemat saya, perhatian mereka
belakangan ini kepada isu Palestina dan Al-Quds memang disebabkan faktor
politis non ideologis. Sebab jika ditilik akidah atau ideologi Syiah tentang
Masjid Al-Aqsha jelas sekali dianggap tidak suci dan tidak istimewa melebihi
Masjid Kufah, Karbala, Kubah Samarra, Najaf dan lain-lain. Satu-satunya alasan
yang tersisa adalah faktor politis.
Seperti kita maklumi, Iran sejak
revolusi Khomeini bersemangat ingin mengekspor revolusi Syiahnya ke seluruh
dunia Islam dan bekerja siang malam untuk menyebarkan paham Syiah dengan segala
sumber daya yang dimiliki.
Untuk tujuan itu, mereka berpikir
keras agar paling tidak sebagai tahap awal bisa diterima oleh mayoritas mutlak
umat Islam yang ahlusunnah ini dan tidak dicurigai membawa paham Syiah. Mereka
melihat bahwa isu Palestina dan Al-Quds sejak beberapa dekade silam menjadi isu
sentral sekaligus seksi di mata umat Islam dunia. Oleh sebab itulah, para
politisi dan ulama Syiah mengangkat isu ini sebagai ‘jualan’ komoditas mereka
(trademark).
Mereka juga sejak dekade lalu
menetapkan Hari Al-Quds Internasional pada setiap jum’at terakhir bulan
Ramadhan. Isu sentral Al-Quds memang sangat sentral dan empuk untuk meraih
kepercayaan dan simpati publik Muslim Sunni di dunia Islam.
Persoalan utamanya justru yang
bisa menjadi pembenar dugaan saya bahwa isu ini dieksplotasi secara politis
untuk menyebarkan paham Syiah dengan seolah menggambarkan kepahlawanan Syiah
lah sesungguhnya yang mengalahkan Israel dalam perang Hizbullah tahun 2006 dan
manuver Ahmadinejad, presiden Iran, yang terus menerus berkoar akan melumatkan
Israel dan menghapusnya dari peta dunia.
Strategi ini cukup sukses untuk
membius dan menipu ulama dan cendekiawan sunni yang awam terhadap strategi
Syiah ini, sehingga secara langsung atau tidak ikut membantu dan membela hak
Syiah menyebarkan ajarannya di tengah komunitas Ahlusunnah.
Padahal tanah yang diberkahi
yaitu Palestina dan Al-Quds tidaklah dimuliakan dan disucikan oleh Allah dan
Rasul-Nya melainkan karena di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha. Untuk itulah,
terdapat hadis-hadis mutawatir yang menyebutkan keutamaan shalat di dalamnya,
dan bepergian kesana. Namun, seperti yang sudah saya singgung, sikap dan
pendirian para mufasir dan ulama-ulama rujukan utama Syiah tidak menganggap
sama sekali adanya Masjidil Aqsha, apalagi keistimewaannya seperti dijelaskan
oleh sumber-sumber Ahlusunnah.
Oleh sebab itu tidak ada tafsir
lain yang bisa menjelaskan perhatian besar mereka terhadap isu Al-Quds dan
palestina, selain faktor politis yang saya kemukakan di atas. Silahkan pembaca
menilainya sendiri secara objektif. Diterima atau tidak terserah pembaca.
Mamduh Ismail, seorang kolumnis
Palestina menulis di situs Islamway.com bahwa poros aliansi Syiah
Iran-Suriah-Hizbullah adalah kaum munafik yang memanfaatkan isu Palestina untuk
kepentingan mereka sendiri sebagai jualan heroisme kepada rakyatnya dan
bangsa-bangsa muslim dunia. Namun pada saat Gaza digencet Israel dan
dibombardir Zionis selama lebih dari 20 hari di akhir tahun 2008 sampai Januari
2009, poros Syiah yang tampil heroik di depan publik muslim dunia ternyata
tidak menolong sedikitpun kepada ‘saudara-saudara’ mereka kaum muslimin di Gaza
yang menderita akibat agresi Israel. Tidak satupun roket atau senjata yang mereka
kirim untuk membantu Hamas yang berjuang sendirian mempertahankan Gaza dari
agersi Israel. Padahal katanya mereka adalah Negara kuat yang memiliki kekuatan
militer yang bisa menghancurkan pasukan Zionis. Namun apa yang terjadi? Apa
yang mereka lakukan hanyalah bentuk kemunafikan yang menjijikkan (lihat link
berbahasa arab http://ar.Islamway.com/article/4939 diunduh
oleh penulis pada tanggal 4 Juli 2012)
Kesimpulannya, saya berkeyakinan
bahwa kelompok yang ‘terbiasa’ menghina Khalifah Umar bin Khattab dan
mendiskreditkan Shalahuddin Ayyubi pada masa silam, tentu saja tidak akan bisa
membebaskan Palestina dan Al-Quds pada masa kini.
Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha hanya
bisa dibebaskan oleh kelompok yang mendapat pertolongan Allah ta’ala, mereka
disebut At-Thoifah Al-Manshurah yang teguh dan istikamah memegang Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah saw, dan memiliki akidah yang sahih tidak bercampur
sedikitpun dengan bid’ah-bid’ah dhalalah seperti akidah kemaksuman manusia
biasa selain Rasul, dan apalagi yang meyakini Al-Qur’an ini palsu dan
terdistorsi. Wallahu A’lam.*
Penulis adalah pemerhati Al-Quds
dan Wakil Sekjen MIUMI
UPAYA kelompok Syiah untuk
menancapkan eksistensinya di Palestina dilakukan dengan berbagai macam cara.
Namun segala upaya itu selalu ditolak oleh Hamas.