Saturday, April 25, 2015

[ Mengenang Kembali ] Muawiyyah Ibnu Abu Sofyan

Sebagaimana banyak subhat masuk kepada kami dari para penganut agama Syi’ah atau orang yang mengusung pemahaman Syiah tentang sahabat Rasulullah -shalallahu alaihi wa salam- Muawiyah ibnu abi Sofyan, maka berikut beberapa kutipan yang kami ulang semoga menambah manfaat bagi kaum muslimin.
sahabat Nabi -shalallahu alaihi wa salam- adalah orang yang bertemu Nabi -shalallahu alaihi wa salam- dalam keadaan mukmin dan meninggal dalam keadaan mukmin, bukan munafik bukan murtad.
Sahabat muawiyyah berijtihad : menuntut qishash pembunuh khalifah Usman, dan khalifah ali berijtihad merasa dia khalifah dan meminta dibaiat dulu lalu memerangi para pembunuh bersama-sama. Muawiyyah sebagai keluarga Khalifah Usman, dan dia merasa punya pasukan kuat yang mampu menyeret pembunuh usman memandang qishash dulu baru baiat. jadi mereka berdua berijtihad, lalu para pembunuh tidak ingin mereka berdua bersatu sehingga mereka bikin kacau, maka terjadilah perang fitnah.
Maka jika ada ucapan bahwa sahabat muawiyyah memusuhi sayyidina ali dan memuat makar adalah ucapan yang biasa digunakan oleh ahli bidah yang sesat dari al-Quran, sunnah dan sejarah.
Dari Ibnu Tharif dan Ibnu Alwan dari Jafar dari ayahnya, bahwa Ali mengatakan pada pasukannya :

Kami tidak memerangi mereka karena mereka kafir, juga bukan karena mereka menganggap kami kafir, tetapi merasa kamilah yang benar, mereka pun demikian (Biharul Anwar jilid 32 hal 321-330, Bab hukum memerangi Amirul Mukminin Ali.Riwayat ini diriwayatkan juga oleh Himyari dari kitab Qurbul Isnad hal 45. )
Ketahuilah bahwa sahabat muawiyyah adalah tabir penutup para sahabat Nabi Muhammad saw, jika dia disingkap (dikritik dan dipermasalhakn) maka akan lancang atau lebih berani mempermasalahkan di balik itu. Sebagaimana ucapan al-Rabial-Halabi (8/139 ).
Muawiyyah adalah Tameng bagi para sahabat Nabi lainnya, jika dia disingkap maka akan berani merambah yang dibelakangnya.
Oleh karena membela muawiyyah adalah membela para sahabat Nabi saw, dan membela Islam, dan mengkritik muawiyyah adalah mencela Nabi saw dan mencela Islam. 
Abdullah bin Mubarak, seorang ulama besar yang sekaligus dikenal dengan jihadnya,  ditanya: “Mana yang lebih utama? Muawiyah atau Umar bin Abdul Aziz?” Beliau menjawab:
“Debu yang masuk ke hidung Muawiyah saat berperang bersama Rasulullah, lebih baik dari Umar (bin Abdul Aziz) seribu kali.
Muawiyah pernah shalat di belakang Rasulullah , dan Rasulullah  berkata: Sami’allahu liman hamidah, lalu Muawiyah berkata: Rabbana walakal Hamd. Apa yang lebih utama dari ini?” (Wafayat Al A’yan, jilid 3 hal 33.)
sahabat Nabi yang besar, penulis wahyu, Ipar Nabi -Shalallahu alaihi wasalam- dan raja islam yang agung; Muawiyyah bin abi sufyan
Nabi -Shalallahu alaihi wasalam- menyebutkan keutamaan sahabat muawiyyah dalam banyak hadits yang masyhur, sebagiannya ada di shahih Bukhari dan shahih Muslim. Ibnu Asakir berkata: yang paling shahih dalam keutamaan sahabat muawiyyah adalah hadits Abu Hamzah dari Ibnu Abbas bahwa dia (Muawiyah) adalah juru tulis Nabi -Shalallahu alaihi wasalam- sejak dia masuk Islam (HR. Muslim) dan setelah itu hadits al-Irbadh:
Ya Allah ajari dia al-Qur`an dan setelah itu hadits ibnu abi amirah:
Ya Allah Jadikanlah ia orang yang memberi petunjuk dan mendapatkan petunjuk. maka siapa yang melaknat sahabat Muawiyyah berarti melaknat Nabi dan al-Qur`an.
kepada para pecinta sahabat Muawiyyah ataupun kepada para pembenci muawiyah -Radiallahuanhu- kami nasehatkan anda agar membaca makalah-makalah berikut ini:


KHALIFAH MU’AWWIYAH DI MATA ORANG BESAR!

Salah satu sahabat besar yang dijamin masuk surga Saad bin Abi Waqqas berkata :
Tak pernah saya melihat seorang yang lebih pandai memutuskan hukum selepas Sayyidina Utsman selain daripada pemilik pintu ini (beliau maksudkan Muawiyah)”. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 133)
Seorang lagi sahabat Qabishah bin Jabir berkata : Tak pernah saya melihat seorang yang lebih penyantun, lebih layak memerintah, lebih hebat, lebih lembut hati dan lebih luas tangan di dalam melakukan kebaikan daripada Muawiyah. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 135)
Abdullah bin Mubarak, seorang tabiin terkenal pernah ditanya : Apa pendapat anda tentang Muaawiyah dan Umar bin Abdul Aziz, siapakah di antara mereka yang lebih utama?. Mendengar pertanyaan itu Abdullah Ibnu al-Mubarak naik Pitam lalu berkata: Kamu bertanya tentang perbandingan keutamaan antara mereka berdua. Demi Allah! Debu yang masuk ke dalam lubang hidung Muawiyah karena berjihad bersama-sama Rasulullah itu saja lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 139)
Umar bin Khattab berkata tatkala mengangkatnya sebagai Gubernur Syam, Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan. (Al-Bidayah 8/125)
Zuhri berkata, Muawiyah bekerja dalam pemerintahan Umar bin Khattab bertahun-tahun tiada cela sedikit pun darinya. (As-Sunnah I/444 Al-Khallal).
Ali bin Abi Thalib berkata sepulangnya dari perang Shiffin, Wahai manusia, janganlah kalian membenci kepemimpinan Muawiyah, seandainya kalian kehilangan dia, niscaya kalian akan melihat kepala kepala bergelantungan dari badannya (banyak pembunuhan). (Al-Bidayah 8/134)
Ibnu Umar ra berkata, Saya tidak melihat setelah Rasulullah orang yg lebih pandai memimpin manusia daripada Muawiyah. Dikatakan padanya, Sekalipun Ayahmu? katanya, Ayahku Umar lebih baik daripada Muawiyah, tetapi Muawiyah lebih pandai berpolitik darinya. (As-Sunnah I/443 Al-Khallal, Siyar Alam Nubala 3/152, Al-Bidayah 8/138)
Ibnu Abbas berkata, Saya tidak melihat seorang yang lebih arif tentang kenegaraan daripada Muawiyah (Al-Bidayah 8/138) Beliau juga mensifati Muawiyah dengan œfaqih (Shahih Bukhari 3765)
Mujahid berkata, Seandainya kalian melihat Muawiyah, niscaya kalian akan mengatakan : Inilah Al Mahdi. Ucapan senada juga dikatakan Qatadah (As-Sunnah I/438 Al-Khallal)
Zuhri berkata, Muawiyah bekerja dalam pemerintahan Umar bin Khattab bertahun-tahun tiada cela sedikit pun darinya. (As-Sunnah I/444 Al-Khallal).
Suatu kali pernah diceritakan kepada Amasy Sulaiman bin Mihran (seorang ulama besar yang hidup pada masa Muawiyyah dan menjumpai masa Umar bin Abdul Aziz) tentang keadilian Umar bin Abdul Aziz, maka dia berkata, Bagaimana kiranya seandainya kalian mendapati Muawiyah? Mereka berkata, Wahai Abu Muhammad apakah dalam kelembutannya? Dia menjawab, Tidak, demi Allah, bahkan dalam keadilannya. (As-Sunnah I/437)
Al-Muafa bin Imran pernah ditanya, Wahai Abu Masud, siapakah yang lebih utama: Umar bin Abdul Aziz atau Muawiyah? Beliau langsung marah sekali seraya berkata,
Seorang sahabat tidak boleh dibandingkan dengan seorang pun. Muawiyah adalah juru tulis Nabi i, sahabat Nabi, iparnya, dan orang kepercayaan Nabi atas wahyunya. (Tarikh Dimasyq 59/208)
Ibrahim bin Maisarah berkata, Saya tidak melihat Umar bin Abdul Aziz memukul sesorang kecuali seorang yang mencela Muawiyah, beliau mencambuknya dengan beberapa cambukan. (Tarikh Dimasyq 59/211)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang mencela Muawiyah dan Amr bin Ash, Apakah dia Rafidhah? Katanya, Tak seorang pun berani mencela keduanya kecuali mempunyai tujuan jelek. (Tarikh Dimasyq 59/210)
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata, Muawaiyah adalah paman kaum mukminin, penulis wahyu Alloh, salah seorang khalifah muslimin- semoga Allah meridhai mereka. (Lumatul Itiqad hal 33)
Ibnu Taimiyah berkata, Para ulama sepakat bahwa Muawiyah adalah raja terbaik dalam umat, karena 4 pemimpin sebelumnya adalah para khalifah nubuwwah, adapun dia adalah awal raja dan kepemimpinannya adalah rahmat. (Majmu Fatawa 4/478, Minhaj Sunnah 6/232)
 Ibnu Abil Izzi Al Hanafi berkata, Raja pertama kaum muslimin adalah Muawiyah, dan dia adalah sebaik-baiknya raja kaum muslimin. (syarh Aqidah Thahawiyah hal 722)
Adz-Dzahabi berkata dalam biografinya, Amirul mukminin, raja Islam. Muawiyah adalah raja pilihan yang keadilannya mengalahkan kezhaliman. (Siyar 3/120, 259)
Kaab al-Ahbar berkata : “Tidak ada orang yang akan berkuasa sebagaimana berkuasanya Muawiyah.”
Adz-Dzahabi berkata : “Kaab meninggal sebelum Muawiyah menjadi khalifah, maka benarlah apa yang dikatakan Kaab. Sebab Muawiyah menjadi khalifah selama dua puluh tahun, tidak ada pemberontakan dan tidak ada yang menandinginya dalam kekuasaannya. Tidak seperti para khalifah yang datang setelahnya. Mereka banyak yang menentang, bahkan ada sebagian wilayah yang menyatakan melepaskan diri.”
Muawiyah terlibat peperangan dengan Khalifah Ali, kemudian dia menyatakan dirinya sebagai khalifah. Kemudian dia juga terlibat peperangan dengan al-Hasan. Al-Hasan akhirnya mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada sahabat Muawiyyah. Kemudian Muawiyah menjadi khalifah pada bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula, tahun 41 H. Tahun ini disebut sebagai Aam Jamaah (Tahun Kesatuan), sebab pada tahun inilah umat Islam bersatu dalam menentukan satu khalifah. Pada tahun itu pula Muawiyah mengangkat Marwan bin Hakam sebagai gubernur Madinah.
Alhamdulillahirabbil alamin.

Pada tahun 43 H, kota Rukhkhaj dan beberapa kota lainnya di Sajistan ditaklukkan. Waddan di Barqah dan Kur di Sudan juga ditakÂlukkan. Pada tahun itu pulalah Muawiyah menetapkan Ziyad ibnu abihi. Ini -menurut ats-Tsalabi- merupakan keputusan pertama yang dianggap mengubah hukum yang ditetapkan Rasulullah.
Pada tahun 45 H, Qaiqan dibuka/ditaklukkan.
Pada tahun 50 H, Qauhustan dibuka/ditaklukkan lewat peperangan. Pada tahun 50 H, Muawiyah menyerukan untuk membaiat anaknya Yazid sebagai putra mahkota dan khalifah setelahnya jika dia meninggal.
Muawiyah meninggal pada bulan Rajab tahun 60 H. Dia dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir. Disebutkan bahwa usianya mencapai tujuh puluh tujuh tahun. Dia memiliki beberapa helai rambut Rasulullah dan sebagian potongan kukunya. Dia mewasiatkan agar dua benda itu di diletakkan di mulut dan kedua matanya pada saat kematiannya. Dia berkata, Kerjakan itu, dan biarkan saya menemui Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang!.

Buka lagi :