Ya Allah Ya Rabb,
Binasakanlah Gerombolan Syiah Laknatullah, Pembunuh Husain bin ‘Ali RA
dan Keturunannya, Seperti “Kaum-kaum Terdahulu” Yang Telah Engkau Binasakan.
Senin (8/6/2015), delapan
rumah milik komunitas Salafi di Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara,
Lombok Tengah, dirusak oleh sekelompok orang.
Haji
Ihsan, seorang warga setempat, mengatakan bahwa pengrusakan terjadi sekitar
pukul 9 malam.
“Saat
itu kami baru pulang dari tabligh akbar di Mataram. Setelah makan dan rehat,
tiba-tiba lampu padam kemudian muncul suara gaduh dari massa. Lalu gerombolan
tersebut menyerang dan melempari rumah warga dengan batu,” katanya
Ihsan
menambahkan, tidak ada korban luka dari peristiwa tersebut. Namun ada seorang
warga yang mengaku dikepung dan dipukuli oleh para perusak.
Masih
berdasarkan keterangan Haji Ihsan, kejadian ini disebabkan oleh rasa tidak suka
para penyerang kepada warga yang enggan ikuti kegiatan beberapa acara
seremonial di sana.
“Ini
merupakan penyerangan yang kedua dan dampaknya lebih parah. Penyebabnya karena
kami enggan mengikuti acara Tahlilan, Maulid Nabi, Nuzul Qur’an dan yang
semisal. Padahal pada acara-acara kemasyarakatan yang lain kami aktif
berpartisipasi,” ungkap Ihsan.
Ditanya
mengenai tindakan aparat keamanan atas kejahatan tersebut, Ihsan menjawab bahwa
polisi bergerak lambat dan terkesan enggan membela hak warga, yang rumahnya
dirusak.
“Kami
sudah coba mengadukan kasus ini ke Polres Lombok Tengah. Kemarin saat coba lapor,
tidak ada petugas reskrim yang mau menerima kami. Mereka minta kami menunggu
Kasat Reskrim, yang sedang rapat. Namun sampai sore beliau tidak kunjung
datang, akhirnya kami diminta untuk datang lagi 2-3 hari kemudian,” jelas
Ihsan.
Menanggapi
kejadian ini, Ustadz Sufyan bin Zein, tokoh masyarakat Lombok, mengatakan bahwa
kejahatan yang dilakukan para pelaku menandakan mereka adalah orang yang tidak
mengenal Islam.
“Islam
adalah agama rahmatan lil alamin, rahmat bagi semua orang. Diantara imam-imam
umat Islam juga ada perbedaan pendapat, namun tetap berlapang dada, tidak ada
saling benci. Tapi di sini, berbeda pendapat lalu merusak rumah dan harta. Ini
jelas merupakan perkara yang diharamkan dalam Islam. Seharusnya masalah
perbedaan pendapat diselesaikan dengan diskusi bukan kekerasan,” kata beliau
menjelaskan.
Ditekan
dan Dintimidasi
Komunitas
Salafi di Lombok Tengah bejumlah ratusan kepala keluarga. Mereka sering
mendapat ancaman dan intimidasi dari masyarakat dan pemerintah. Sebabnya karena
enggan mengikuti beberapa kebiasaan warga di sana, yang sejak dulu merupakan
perkara yang diperselisihkan oleh para ulama.
Menurut
Haji Ihsan, intimidasi dan kekerasan fisik sering dialami komunitas Salafi di
NTB. Mengingat pengikut dakwah Ahlu Sunnah di Lombok Tengah tidak sebanyak di
Lombok Timur dan Mataram, sehingga bila ada penyerangan tidak bisa berbuat
banyak untuk membela diri
“Pernah
ada dialog yang difasilitasi tokoh masyarakat setempat. Saat itu hadir Camat,
Kades dan Kapolsek. Namun pendapat kami tidak didengar. Bila ingin buka suara,
langsung ditekan,” papar Ihsan.
Tidak
dibela bahkan mendapat ancaman pengusiran dari pemimpin setempat, itulah yang
dialami komunitas Salafi di Lombok Tengah.
Ahlu
Sunnah dipaksa menandatangani perjanjian, kata Haji Ihsan, yang berisi paksaan
untuk mengikuti kebiasaan warga setempat. Kesepakatan dibuat sepihak tanpa
mengajak komunitas salafi berunding. Bila tidak bersedia akan diusir dari
kampung
Rep:
Rahmat Ariza Putra
8 Keluarga Korban Perusakan Karena
Tak Mau Tahlilan Diungsikan
Para penghuni rumah yang
dirusak karena tidak mau menyelenggarakan Tahlilan dan Maulid Nabi, oleh
teman-teman korban, dipindahkan sementara ke Kecamatan Praya, Lombok Tengah.
Mereka akan tinggal di sana sampai keadaan stabil dan ada jaminan keamanan dari
pemerintah serta aparat keamanan.
Nasrudin, kerabat korban, mengatakan bahwa saat ini delapan orang
kepala keluarga ditempatkan di sebuah rumah di Jalan Ahmad Yani, Praya.
Sedangkan para istri dan anak diungsikan ke rumah keluarga masing-masing.
Tjuannya agar para korban tidak mendapat intimidasi karena melaporkan para
pelaku ke polisi.
Delapan rumah warga di Desa Tratak, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok
Tengah, dirusak oleh sekelompok masyarakat. Kejadian terjadi pada Senin 8 Juni
2015 malam sekitar pukul sembilan.
Warga yang baru pulang dari tabligh akbar di Mataram, pulang dan
beristirahat sejenak. Kemudian lampu listrik dipadamkan dan terjadi keributan
dari segerombolan massa.
“Gerombolan tersebut menyerang dan melempari rumah warga dengan batu,”
kata seorang warga bernama Ihsan, seperti dikutip Gema Islam.
Penyerangan ini disebabkan oleh rasa tidak suka para penyerang kepada
warga yang enggan ikut acara Tahlilan, Maulid Nabi, Isra Mi’raj dan yang
semisal.
“Ini merupakan penyerangan yang kedua dan dampaknya lebih parah.
Penyebabnya karena kami enggan mengikuti acara Tahlilan, Maulid Nabi, Nuzul
Qur’an dan yang semisal. Padahal pada acara-acara kemasyarakatan yang lain kami
aktif berpartisipasi,” ungkap Ihsan.