Salah seorang
pendeta Syiah Indonesia, Husein Ali Al-Habsyi t urut hadir pada acara Asyuro di
Balai Samudra, Jakarta Utara. Dia merupakan tokoh utama pada kasus peledakan di
gereja Katholik Sasana Budaya dan gedung Seminari Alkitab Asia Tenggara (24
Desember 1984), Malang, Jawa Timur. Juga, kasus peledakan Candi Borobudur (21
Januari 1985), Magelang, Jawa Tengah. Serta, rencana peledakan gagal di Bali
(Maret 1985).
Dalam acara
Majelis Taqarrub Ilallah juga saya buktikan bahwa Syiah Iran merekrut berbagai
preman-preman untuk menjadi tameng menghadang acara-acara sosialisasi tentang
kesesatan Syiah, seperti yang terjadi di Karawang (2014), Bintaro (2014),
Sentul (2015) hingga kasus Az-Zikra.
Fakta telah
berbicara, bahwa Syiah menggunakan tangan-tangan para preman, ditambah lagi
dengan maraknya para imigran Syiah di berbagai wilayah seperti kawasan Bogor
(Puncak) dan Kalimantan.
Selain itu
sejumlah pasukan siap mati mereka organisasikan, seperti pasukan Badar pimpinan
Mayor (Laut) Isa Al-Mahdi Al-Habsyi, Pasukan Garda Kemerdekaan yang didirikan
oleh Prof. Dawam Rahardjo, dan sejumlah pasukan lainnya yang tersebar di
berbagai daerah.
Wacana
pembunuhan terhadap para ulama Ahlussunnah dan tokoh-tokoh pegiat anti Syiah
bukan “omong kosong”, terbukti pada tahun 2013 Syiah telah mengirim 16 orang
untuk berlatih militer di Lebanon dengan kekhususan sebagai penembak jitu.
Saya siap
untuk bermubahalah dengan siapa saja yang menolak pernyataan ini: bahwa
Organisasi Syiah yang ada di Indonesia seperti IJABI ataupun ABI semuanya
menginduk kepada Rahbar Iran. (Baca : Bagaimana Sebenarnya Ideologi Syiah ?)
Penamaan
Republik Islam Iran harus kita tolak, jangan menyebut Revolusi Islam Iran dan
jangan pula mengatakan Republik Islam Iran, cukup katakan Revolusi Iran dan
Republik Iran.
Wahai para
pendukung dan simpatisan Syiah sadarlah akan sinyal ancaman Syiah Iran ini.
Tidak benar jika dikatakan “tidak Sunni tidak Syiah tapi Jumhur Islamiyah”, itu
adalah bahasa kamuflase Syiah dalam ranah taqiyyah.
Kelak nanti
ketika mereka (baca: Syiah) kuat taqiyyah akan berubah menjadi tabiah, yakni
mobilisasi untuk melakukan perlawanan yang lebih dahsyat terhadap Islam dan
NKRI.
Takutlah akan
catatan sejarah yang akan menuliskan nama-nama pendukung dan simpatisan Syiah
di Republik Indonesia yang akan menjadi bahan bacaan generasi selanjutnya.
Terlebih lagi
tanggung jawab kepada Allah SWT dan bagaimana kita ketika berhadapan dengan
sang idola Nabi Muhammad SAW yang telah mewasiatkan kepada umat yang memiliki
ilmu tentang kewajiban untuk membela sahabat-sahabat beliau SAW dari caci-maki
Syiah Rafidhah, jika tidak maka laknat Allah, laknat seluruh malaikat dan
seluruh manusia kepadanya (Lihat: Qanun Asasi Nahdlatul Ulama).
Syukur
Alhamdulillah, penjelasan dari KH. Ahmad Sobri Lubis yang mewakili FPI sangat
memuaskan. Beliau berkali-kali menegaskan bahwa FPI tidak akan membiarkan Syiah
melaknat para sahabat Nabi SAW, Syiah Rafidah harus ditindak oleh aparat
penegak hukum.
Sebelumnya,
saya mendengar ceramah Habib Rizieq Syihab dalam acara Maulid di Jl. Wedana
Jakarta Timur, beberapa hari yang lalu, dikatakan bahwa Syiah tidak ada yang
baik, Syiah sama dengan “Kecoa” suka dengan kotoran. Selanjutnya, Habib Rizieq
Syihab mengatakan jika mereka menyerang, umat kita harus siap!. Suatu
pernyataan yang sangat mendukung bagi umat Islam dalam rangka melawan
radikalisme Syiah.
Begitupun
pernyataan KH. Luthfie Hakim yang menegaskan, bahwa dirinya bukan Syiah, adalah
suatu pernyataan klarifikasi yang tepat. Selama ini media Syiah selalu
menggunakan nama besar FBR untuk kepentingan Syiahisasi. Dengan pernyataan ini,
maka FBR bukan alat Syiah dan FBR sangat mendukung gerakan perlawanan terhadap
aksi-aksi brutal/premanisme darimanapun datangnya, FBR akan tampil di depan,
bukan di belakang.
Kita berharap
kedua kekuatan ini (FPI dan FBR) senantiasa aktif menjaga aqidah Ahlussunnah
wal Jamaah dari segala aksi penyimpangan dan penodaan agama, amin ya Robbal
alamin.
Kepada KH.
Muhammad Al-Khaththat (Sekjen FUI) saya mengucapkan terima kasih yang sangat
besar, jazakumullah khoiron katsier, semoga Suara Islam sebagai penyelenggara
tetap Jaya, amin ya Robbal alamin
*Disampaikan
oleh : DR. Abdul Chair Ramadhan dalam acara yang digelar oleh Majelis Taqarrub
Ilallah (MTI) / Temu Pembaca Suara Islam (TPSI) di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq
Cawang, Jakarta Timur, Sabtu 28 Februari 2015.
*Sumber: arrahmah.com