Sunday, July 12, 2015

Ketika Syiah Kuat Taqiyyah Akan Berubah Menjadi Tabiah (Mobilisasi Melakukan Perlawanan Terhadap Islam dan NKRI)

Salah seorang pendeta Syiah Indonesia, Husein Ali Al-Habsyi t urut hadir pada acara Asyuro di Balai Samudra, Jakarta Utara. Dia merupakan tokoh utama pada kasus peledakan di gereja Katholik Sasana Budaya dan gedung Seminari Alkitab Asia Tenggara (24 Desember 1984), Malang, Jawa Timur. Juga, kasus peledakan Candi Borobudur (21 Januari 1985), Magelang, Jawa Tengah. Serta, rencana peledakan gagal di Bali (Maret 1985).
Dalam acara Majelis Taqarrub Ilallah juga saya buktikan bahwa Syiah Iran merekrut berbagai preman-preman untuk menjadi tameng menghadang acara-acara sosialisasi tentang kesesatan Syiah, seperti yang terjadi di Karawang (2014), Bintaro (2014), Sentul (2015) hingga kasus Az-Zikra.

Fakta telah berbicara, bahwa Syiah menggunakan tangan-tangan para preman, ditambah lagi dengan maraknya para imigran Syiah di berbagai wilayah seperti kawasan Bogor (Puncak) dan Kalimantan.
Selain itu sejumlah pasukan siap mati mereka organisasikan, seperti pasukan Badar pimpinan Mayor (Laut) Isa Al-Mahdi Al-Habsyi, Pasukan Garda Kemerdekaan yang didirikan oleh Prof. Dawam Rahardjo, dan sejumlah pasukan lainnya yang tersebar di berbagai daerah.
Wacana pembunuhan terhadap para ulama Ahlussunnah dan tokoh-tokoh pegiat anti Syiah bukan “omong kosong”, terbukti pada tahun 2013 Syiah telah mengirim 16 orang untuk berlatih militer di Lebanon dengan kekhususan sebagai penembak jitu.
Saya siap untuk bermubahalah dengan siapa saja yang menolak pernyataan ini: bahwa Organisasi Syiah yang ada di Indonesia seperti IJABI ataupun ABI semuanya menginduk kepada Rahbar Iran. (Baca : Bagaimana Sebenarnya Ideologi Syiah ?)
Penamaan Republik Islam Iran harus kita tolak, jangan menyebut Revolusi Islam Iran dan jangan pula mengatakan Republik Islam Iran, cukup katakan Revolusi Iran dan Republik Iran.
Wahai para pendukung dan simpatisan Syiah sadarlah akan sinyal ancaman Syiah Iran ini. Tidak benar jika dikatakan “tidak Sunni tidak Syiah tapi Jumhur Islamiyah”, itu adalah bahasa kamuflase Syiah dalam ranah taqiyyah.
Kelak nanti ketika mereka (baca: Syiah) kuat taqiyyah akan berubah menjadi tabiah, yakni mobilisasi untuk melakukan perlawanan yang lebih dahsyat terhadap Islam dan NKRI.
Takutlah akan catatan sejarah yang akan menuliskan nama-nama pendukung dan simpatisan Syiah di Republik Indonesia yang akan menjadi bahan bacaan generasi selanjutnya.
Terlebih lagi tanggung jawab kepada Allah SWT dan bagaimana kita ketika berhadapan dengan sang idola Nabi Muhammad SAW yang telah mewasiatkan kepada umat yang memiliki ilmu tentang kewajiban untuk membela sahabat-sahabat beliau SAW dari caci-maki Syiah Rafidhah, jika tidak maka laknat Allah, laknat seluruh malaikat dan seluruh manusia kepadanya (Lihat: Qanun Asasi Nahdlatul Ulama).
Syukur Alhamdulillah, penjelasan dari KH. Ahmad Sobri Lubis yang mewakili FPI sangat memuaskan. Beliau berkali-kali menegaskan bahwa FPI tidak akan membiarkan Syiah melaknat para sahabat Nabi SAW, Syiah Rafidah harus ditindak oleh aparat penegak hukum.
Sebelumnya, saya mendengar ceramah Habib Rizieq Syihab dalam acara Maulid di Jl. Wedana Jakarta Timur, beberapa hari yang lalu, dikatakan bahwa Syiah tidak ada yang baik, Syiah sama dengan “Kecoa” suka dengan kotoran. Selanjutnya, Habib Rizieq Syihab mengatakan jika mereka menyerang, umat kita harus siap!. Suatu pernyataan yang sangat mendukung bagi umat Islam dalam rangka melawan radikalisme Syiah.
Begitupun pernyataan KH. Luthfie Hakim yang menegaskan, bahwa dirinya bukan Syiah, adalah suatu pernyataan klarifikasi yang tepat. Selama ini media Syiah selalu menggunakan nama besar FBR untuk kepentingan Syiahisasi. Dengan pernyataan ini, maka FBR bukan alat Syiah dan FBR sangat mendukung gerakan perlawanan terhadap aksi-aksi brutal/premanisme darimanapun datangnya, FBR akan tampil di depan, bukan di belakang.
Kita berharap kedua kekuatan ini (FPI dan FBR) senantiasa aktif menjaga aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dari segala aksi penyimpangan dan penodaan agama, amin ya Robbal alamin.
Kepada KH. Muhammad Al-Khaththat (Sekjen FUI) saya mengucapkan terima kasih yang sangat besar, jazakumullah khoiron katsier, semoga Suara Islam sebagai penyelenggara tetap Jaya, amin ya Robbal alamin
*Disampaikan oleh : DR. Abdul Chair Ramadhan dalam acara yang digelar oleh Majelis Taqarrub Ilallah (MTI) / Temu Pembaca Suara Islam (TPSI) di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq Cawang, Jakarta Timur, Sabtu 28 Februari 2015.
*Sumber: arrahmah.com