Saturday, October 17, 2015

Antara Jihad Suriah Dan Jihad Palestina Di Gaza

Hamas hanya menguasai secuil wilayah bernama Gaza. Sisa wilayah Palestina lainnya (West Bank/Tepi Barat) dikuasai PLO yang berkompromi, bernegosiasi, berkoordinasi atau berpolitik dengan penjajah Israel. Wilayah Gaza diblokade dari darat, laut dan udara. Dengan kontrol pintu masuk darat melalui Israel kecuali pintu Rafah yang dikontrol oleh Mesir di bawah rezim bughot As-Sisi.
Kondisi Gaza mengingatkan pada wilayah-wilayah otonom mujahidin Suriah yang telah bebas dari rezim semisal pesisir Latakia dan propinsi Idlib. Bahkan Gaza mungkin mirip dengan kantong-kantong perlawanan di Suriah yang terkepung oleh rezim Nushairiyah Assad.


Di kedua wilayah seperti Idlib dan Latakia, opsi offensif mujahidin murni pertimbangan kekuatan militeristik. Artinya mereka baru menyerang wilayah rezim ketika cukup kekuatan. Kasus offensif mujahidin sedikit saja terjadi di Suriah ini, makanya setiap kemenangan relatif terkenal dan mendunia. Contohnya adalah pertempuran Jisr Syughur, pembebasan Idlib, penyerangan Kafrya dan Al-Fou'ah.

Sisa pertempuran yang dijalani setiap hari oleh mujahidin Suriah adalah defensif, yang mana kurang terdengar oleh dunia termasuk kaum muslimin Indonesia.

Menimbang kondisi Hamas bisa pakai contoh di atas karena hampir sama baik secara geopolitik, geografis, dan militer. Termasuk ketiadaan kekuatan lawan di dalam wilayah yang dikuasai mujahidin Suriah atau Hamas. Perlawanan Hamas juga dapat mencapai tujuan jangka pendek untuk memberi efek gentar bagi Israel, membuat Israel menyetujui berbagai kesepakatan saat gencatan senjata (yang kemudian dilanggar oleh Yahudi). Seperti merenggangkan blokade yang tidak manusiawi tersebut, dan mengembalikan kehormatan para tahanan Palestina yang dibebaskan melalui pertukaran dengan serdadu Israel.

Tetapi ada satu kelebihan yang dimiliki oleh mujahidin Suriah tapi tidak dimiliki oleh mujahidin Hamas di Gaza adalah Buffer Zone alias zona penyangga dari pihak tetangga.


Mujahidin Suriah diberi hadiah oleh Allah berupa tetangga seperti negara Turki dan Erdogan (Hafidzahullah) yang mendukung perjuangan mereka dalam segala bentuknya, termasuk suplai senjata dan menjaga sipil Suriah di perbatasan hingga menampung 2 juta pengungsi.

Dulu kita semua sempat punya harapan yang indah ketika presiden Mursi (Hafidzahullah) berkuasa karena diharapkan Mesir bisa menjadi penyangga untuk perjuangan Palestina step demi step, yang sama seperti Suriah, atau Afghanistan dahulu yang punya Pakistan dengan presiden Zia Ul-Haq-nya (Rahimahullah). Tetapi Mursi dikudeta secara zhalim oleh jenderal berlumur darah kaum Muslimin, As-Sisi.
Sumber: Risalah