Bagi masyarakat yang awam,
nampaknya kelembutan Syiah memang bisa sangat mengecoh. Namun, jika
diperhatikan lagi dengan saksama, agama yang mengaku-ngaku bagian Islam ini
jauh lebih mirip dengan ajaran Majusi milik nenek moyang Iran, Persia.
Hal tersebut terbukti dengan
adanya pembahasan dalam sebuah talkshow di Arab Saudi yang membahas
manuver Syiah dalam merusak ajaran Islam, salah satunya dengan mencontohkan
cara membaca Qur’an dengan gaya Majusi yang kental.
Pada tahun 2013, pembahasan
tersebut kemudian didokumentasikan oleh saluran video Anti
Majoospada Youtube. Video ini memperlihatkan bagaimana para Imam Syiah
seperti Ayatullah Mazaheri, Ayatullah Makarem Shirazi, dan Ayatullah Behjat
membuktikan sendiri bahwa ajarannya memang bukan agama Islam, melainkan agama
nenek moyang Persia yakni Majusi.
Kekeliruan cara melafalkan
Qur’an ini bukan perkara keunikan “speech muscle” (otot wicara) seseorang dari
suku tertentu. Sebagaimana pembicara dalam talkshow itu jelaskan
bahwa, “Ini bukan karena dia bukan non-Arab (Ajam). Saya bersumpah demi Alloh,
banyak orang Ajami (bukan Arab) yang membaca Al-Qur’an dengan benar.”
Pembicara itu lalu
membandingkannya dengan berbagai pembacaan Qur’an dari berbagai negara,
termasuk Indonesia, Tajikistan, Nigeria, Cina, Amerika, dan lainnya. Bahkan,
Ahlussunnah Iran pun seperti di Balochestan membaca Qur’an dengan tartil.
Lantas, mengapa tidak ada
satu pun Imam Besar Syiah yang membaca Qur’an dengan tartil? Mengapa mereka
membacanya seperti membaca “koran Majusi”? Tentu ini bukanlah kesengajaan.
Mereka bukan mempelajari dan mendalami Al-Qur’an, mereka hanya mengklaim bahwa
mereka telah mengikuti Qur’an-nya agama Islam.
Dengan demikian, pantas tidak
ada keberkahan bagi penganut Syiah. Sebab mereka telah mempermainkan kitab suci
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan kepada
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.