Saturday, October 24, 2015

Saifuddin Quthuz, Mujahid Sang Penakluk Kekaisaran Mongol

Saifuddin Quthuz, Mujahid Sang Penakluk Kekaisaran Mongol
Oleh: Muhammad Yusron Mufid
Sahabat VOA-Islam yang Shalih dan Shalihah...
Sebagaimana akan ada selalu ada pengkhianat, setiap zaman akan selalu melahirkan para pahlawan, 
Ksatria Islam akan datang silih berganti, pengkhianat akan lapuk membusuk, rugi didunia dan kecelakaan di akhirat
Kemenangan akhir hanya-lah milik para mujahid yang tulus, berjuang fi sabilillah, sesulit dan seterjal apapun jalan perjuangannya
Barangkali namanya tak setenar Shalahuddin Al-Ayyubi sang penakluk Yerussalem itu, orang barat memanggil namanya sebagai Saladin. Meskipun begitu, kisah kepahlawananya sungguh luar biasa. Beliau-lah yang telah memporak-porandakan monster raksasa bernama pasukan Mongol yang terkenal kuat sekaligus bengis. Bahkan ada mitos di masa itu "Jika anda mendengar tentara Mongol kalah, jangan percaya kabar tersebut" menggambarkan saking digdayanya tentara Mongol. Tetapi, lewat perantara beliau, keperkasaan Mongol hancur-lebur.
Kota Baghdad merupakan pusat peradaban dan lentera pengetahuan dunia di abad pertengahan. Kota ini menjadi saksi bisu kekejian tentara mongol. Ibnu Katsir telah meriwayatkan dalam kitab al Bidayah wan Nihayah. Antara 800.000 dan 1.800.000 orang dibantai tanpa pandang bulu ketika baghdad dikuasai tentara Mongol. Tak hny itu, perpustakaan Bait Al Hikam yg menjadi pusat pengetahuan yg menerangi dunia dibakar hingga sungai tigris menjadi hitam. Ekspansi Mongol terus berlanjut meratakan setiap yg dilewatinya. Bayangkan saja, kekuasaanya membentang dari semenanjung Korea hingga Polandia di eropa.
Kekaisaran mongol tak pernah terkalahkan, andaikata kalah, mereka pasti mampu membalas dengan pembalasan yang lebih lebih mengerikan. Satu persatu tanah air umat Islam pun jatuh, banyak para raja dan ulama menggadaikan agamanya demi mndapatkan jaminan kelangsungan hidup dari kekaisaran Mongol. Dengan sejuta dalil dan dalil mereka menjual Islam demi kenikmatan dunia yang sesaat, mereka ciut nyali menghadapi monster yang satu ini. Disaat kondisi kritis, Allah menepati janjiNya dengan menjaga Islam dengan munculnya seorang pahlawan besar Islam. Pahlawan ini berbeda dgn para pengkhianat itu, dengan sikap ksatria ia mengumpulkan para pembesar dan ulama negara dan berkata :
"Wahai para pemimpin muslimin, kamu diberi gaji dari baitul mal sedangkan kamu tidak suka berperang. Aku akan pergi berperang. Barangsiapa yg memilih berjihad, temannya aku, tetapi siapa yg tidak mau, pulanglah !. Allah akan memperhatikan kamu, Dosa kehormatan kaum muslimin yg diperkosa akan kalian tanggung wahai yg tidak ikut berjihad"
Siapakah pahlawan itu ? Yaaa, dia adalah Saifuddin Quthuz, bersama rekannya Baibars, beliau memporak-porandakan pasukan Mongol dalam pertempuran 'Ain Jalut yang amat terkenal oleh para sejarawan. Kenapa terkenal ? Karena pada pertempuran ini-lah pertama kalinya mitos tentara mongol yang pantang terkalahkan terpatahkan. Tentara mongol binasa, hancur lebur tak mampu bangkit lagi dan membalasi sebagaimana yang sebelumnya mereka lakukan.
Sultan Quthuz hanya memerintahkan Mesir selama satu tahun dan diwaktu singkatnya ia berkuasa, hampir seluruhnya beliau abdikan untuk kemuliaan Islam
Saifuddin Quthuz adalah sultan Mesir. Sebelum pertempuran, Hulagu Khan, pemimpin Mongol yg menjuluki dirinya sndiri sbg raja timur dan barat memberikan surat kpd Quthuz yg memintanya menyerah atau akan merasakan kejamnya pedang tentara Mongol sbgmn wilayah Islam yg lain. Menerima surat ini, Quthuz tak gentar, meskipun para penguasa dan ulama su'u telah banyak yg menyerah dan berkhianat. Quthuz berbeda, Perlu diketahui, Sebelum Quthuz memimpin, Mesir (Salah satu wilayah Islam yg tersisa) sedang lemah, perpecahan internal akibat rakus jabatan antar penguasa-lah penyebabnya. Di pihak luar, monster mengerikan bernama Mongol telah siap menelan sisa wilayah Islam. Lalu tampilnya Quthuz sbg pemimpin menengahi perpecahan itu, dengan sikap ksatria nan diplomatis dia berkata kpd para pemimpin Mesir, beginilah kira-kira perkataanya  :
"Saudaraku, yang aku inginkan dari jabatan hanyalah agar kita bersatu mengalahkan Mongol, dan hal ini tidak akan terjadi jika kita tidak berada dalam kesatuan pimpinan, setelah Mongol kalah, urusan kekuasaan ini saya serahkan kembali kpd kalian"
Sikapnya yang bijaksana tersebut membuat ketegangan internal Mesir mereda, bersama ulama hanif yang tersisa, Quthuz memobilisasi rakyat, menyatukan kekuatan dan mengobarkan semangat jihad fi sabilillah. Hingga pertempuran berkobar pada tahun 1260 Masehi. Quthuz awalnya hanya memantau dari bukit jalannya pertempuran, tp melihat pasukannya sempat terdesak melawan kegagahan tentara mongol, segera ia turun sembari melepas topi besinya dan berteriak "Demi Islam !, Demi Islam !", melihat panglimanya langsung turun, moril tentara Islam bangkit kembali. Beberapa kali libasan pedang tentara Mongol hampir membunuh dirinya, tp ia menyahut kilatan pedang tersebut dgn bersyair "Adapun diriku, sesungguhnya ia sedang menuju surga, adapun Islam, ia mempunyai Tuhan yg tidak akan membiarkannya"
Tentara Islam terus merangsek, panglima Quthuz berdoa "Ya Allah, bantulah hambamu Quthuz mengalahkan mongol." Setelah pertempuran sengit. binasalah tentara Mongol dgn mitos tak terkalahkan itu. Ditangan panglima Islam yg rendah hati, shalih dan bertakwa. Allah melalui perantara Quthuz menghancur-leburkan Tentara Mongol nyaris tak bersisa hny dalam waktu 10 bulan setelah sebelumnya Mongol merajalela dgn bengis di tanah kaum muslimin selama sekitar 40 tahun. Allah memang sebaik-baik pembuat makar, belum habis rasa lelah kaum muslimin beperang dgn tentara salib dari barat, datang monster yg tak kalah mengerikan dari sebelah timur. Allah tetap menjaga Islam lewat para mujahidin yg tulus, tak takut celaan org yg suka mencela. Hanya kpd Allah mereka bertawakkal.
Setelah meluluh-lantakkan kekaisaran Mongol dalam pertempuran ‘Ain Jalut, Saifuddin Quthuz ditikam oleh seorang gubernur. Meskipun telah tiada, semangat juangnya akan terus menjadi obor yang menyala bagi generasi muslim. Sultan Quthuz hanya memerintahkan Mesir selama satu tahun dan diwaktu singkatnya ia berkuasa, hampir seluruhnya beliau abdikan untuk kemuliaan Islam. Beliau seorang pemimpin yg shalih, rendah hati dan pemberani. Kesuksesan beliau tak lepas juga dari bimbingan seorang ulama hanif yaitu Al Izz Ibnu Abdis Salam.
Jika kita perhatikan dalam sejarah Islam, ketika terjadinya puncak-puncak pengkhianatan, fitnah dan kondisi kritis selalu saja muncul para inspirator besar yang Allah jaga Islam melalui perantara tangannya. Tinggal akan ada dikubu mana kita berjalan? Maha Benar Allah dgn segala firmannya :
“Hai orang-orang yang beriman barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka, dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'm’n, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela.” [5:54]. Wallahua’lam bisshawab. [syahid/voa-islam.com]