Oleh: Muhammad Yusron Mufid
Sahabat VOA-Islam yang Shalih
dan Shalihah...
Sebagaimana akan ada selalu
ada pengkhianat, setiap zaman akan selalu melahirkan para pahlawan,
Ksatria Islam akan datang
silih berganti, pengkhianat akan lapuk membusuk, rugi didunia dan kecelakaan di
akhirat
Kemenangan akhir hanya-lah
milik para mujahid yang tulus, berjuang fi sabilillah, sesulit dan seterjal
apapun jalan perjuangannya
Barangkali namanya tak
setenar Shalahuddin Al-Ayyubi sang penakluk Yerussalem itu, orang barat
memanggil namanya sebagai Saladin. Meskipun begitu, kisah kepahlawananya sungguh
luar biasa. Beliau-lah yang telah memporak-porandakan monster raksasa bernama
pasukan Mongol yang terkenal kuat sekaligus bengis. Bahkan ada mitos di masa
itu "Jika anda mendengar tentara Mongol kalah, jangan percaya kabar
tersebut" menggambarkan saking digdayanya tentara Mongol. Tetapi, lewat
perantara beliau, keperkasaan Mongol hancur-lebur.
Kota Baghdad merupakan pusat
peradaban dan lentera pengetahuan dunia di abad pertengahan. Kota ini menjadi
saksi bisu kekejian tentara mongol. Ibnu Katsir telah meriwayatkan dalam kitab
al Bidayah wan Nihayah. Antara 800.000 dan 1.800.000 orang dibantai tanpa
pandang bulu ketika baghdad dikuasai tentara Mongol. Tak hny itu, perpustakaan
Bait Al Hikam yg menjadi pusat pengetahuan yg menerangi dunia dibakar hingga sungai
tigris menjadi hitam. Ekspansi Mongol terus berlanjut meratakan setiap yg
dilewatinya. Bayangkan saja, kekuasaanya membentang dari semenanjung Korea
hingga Polandia di eropa.
Kekaisaran mongol tak pernah
terkalahkan, andaikata kalah, mereka pasti mampu membalas dengan pembalasan
yang lebih lebih mengerikan. Satu persatu tanah air umat Islam pun jatuh,
banyak para raja dan ulama menggadaikan agamanya demi mndapatkan jaminan
kelangsungan hidup dari kekaisaran Mongol. Dengan sejuta dalil dan dalil mereka
menjual Islam demi kenikmatan dunia yang sesaat, mereka ciut nyali menghadapi
monster yang satu ini. Disaat kondisi kritis, Allah menepati janjiNya dengan
menjaga Islam dengan munculnya seorang pahlawan besar Islam. Pahlawan ini
berbeda dgn para pengkhianat itu, dengan sikap ksatria ia mengumpulkan para
pembesar dan ulama negara dan berkata :
"Wahai para pemimpin
muslimin, kamu diberi gaji dari baitul mal sedangkan kamu tidak suka berperang.
Aku akan pergi berperang. Barangsiapa yg memilih berjihad, temannya aku, tetapi
siapa yg tidak mau, pulanglah !. Allah akan memperhatikan kamu, Dosa kehormatan
kaum muslimin yg diperkosa akan kalian tanggung wahai yg tidak ikut
berjihad"
Siapakah pahlawan itu ? Yaaa,
dia adalah Saifuddin Quthuz, bersama rekannya Baibars, beliau
memporak-porandakan pasukan Mongol dalam pertempuran 'Ain Jalut yang amat
terkenal oleh para sejarawan. Kenapa terkenal ? Karena pada pertempuran ini-lah
pertama kalinya mitos tentara mongol yang pantang terkalahkan terpatahkan.
Tentara mongol binasa, hancur lebur tak mampu bangkit lagi dan membalasi
sebagaimana yang sebelumnya mereka lakukan.
Sultan Quthuz hanya
memerintahkan Mesir selama satu tahun dan diwaktu singkatnya ia berkuasa,
hampir seluruhnya beliau abdikan untuk kemuliaan Islam
Saifuddin Quthuz adalah
sultan Mesir. Sebelum pertempuran, Hulagu Khan, pemimpin Mongol yg menjuluki
dirinya sndiri sbg raja timur dan barat memberikan surat kpd Quthuz yg
memintanya menyerah atau akan merasakan kejamnya pedang tentara Mongol sbgmn
wilayah Islam yg lain. Menerima surat ini, Quthuz tak gentar, meskipun para
penguasa dan ulama su'u telah banyak yg menyerah dan berkhianat. Quthuz
berbeda, Perlu diketahui, Sebelum Quthuz memimpin, Mesir (Salah satu wilayah
Islam yg tersisa) sedang lemah, perpecahan internal akibat rakus jabatan antar
penguasa-lah penyebabnya. Di pihak luar, monster mengerikan bernama Mongol
telah siap menelan sisa wilayah Islam. Lalu tampilnya Quthuz sbg pemimpin
menengahi perpecahan itu, dengan sikap ksatria nan diplomatis dia berkata kpd
para pemimpin Mesir, beginilah kira-kira perkataanya :
"Saudaraku, yang aku
inginkan dari jabatan hanyalah agar kita bersatu mengalahkan Mongol, dan hal
ini tidak akan terjadi jika kita tidak berada dalam kesatuan pimpinan, setelah
Mongol kalah, urusan kekuasaan ini saya serahkan kembali kpd kalian"
Sikapnya yang bijaksana
tersebut membuat ketegangan internal Mesir mereda, bersama ulama hanif yang
tersisa, Quthuz memobilisasi rakyat, menyatukan kekuatan dan mengobarkan
semangat jihad fi sabilillah. Hingga pertempuran berkobar pada tahun 1260
Masehi. Quthuz awalnya hanya memantau dari bukit jalannya pertempuran, tp
melihat pasukannya sempat terdesak melawan kegagahan tentara mongol, segera ia
turun sembari melepas topi besinya dan berteriak "Demi Islam !, Demi Islam
!", melihat panglimanya langsung turun, moril tentara Islam bangkit
kembali. Beberapa kali libasan pedang tentara Mongol hampir membunuh dirinya,
tp ia menyahut kilatan pedang tersebut dgn bersyair "Adapun diriku,
sesungguhnya ia sedang menuju surga, adapun Islam, ia mempunyai Tuhan yg tidak
akan membiarkannya"
Tentara Islam terus
merangsek, panglima Quthuz berdoa "Ya Allah, bantulah hambamu Quthuz
mengalahkan mongol." Setelah pertempuran sengit. binasalah tentara Mongol
dgn mitos tak terkalahkan itu. Ditangan panglima Islam yg rendah hati, shalih
dan bertakwa. Allah melalui perantara Quthuz menghancur-leburkan Tentara Mongol
nyaris tak bersisa hny dalam waktu 10 bulan setelah sebelumnya Mongol
merajalela dgn bengis di tanah kaum muslimin selama sekitar 40 tahun. Allah
memang sebaik-baik pembuat makar, belum habis rasa lelah kaum muslimin beperang
dgn tentara salib dari barat, datang monster yg tak kalah mengerikan dari
sebelah timur. Allah tetap menjaga Islam lewat para mujahidin yg tulus, tak takut
celaan org yg suka mencela. Hanya kpd Allah mereka bertawakkal.
Setelah meluluh-lantakkan
kekaisaran Mongol dalam pertempuran ‘Ain Jalut, Saifuddin Quthuz ditikam oleh
seorang gubernur. Meskipun telah tiada, semangat juangnya akan terus menjadi
obor yang menyala bagi generasi muslim. Sultan Quthuz hanya memerintahkan Mesir
selama satu tahun dan diwaktu singkatnya ia berkuasa, hampir seluruhnya beliau
abdikan untuk kemuliaan Islam. Beliau seorang pemimpin yg shalih, rendah hati
dan pemberani. Kesuksesan beliau tak lepas juga dari bimbingan seorang ulama
hanif yaitu Al Izz Ibnu Abdis Salam.
Jika kita perhatikan dalam
sejarah Islam, ketika terjadinya puncak-puncak pengkhianatan, fitnah dan
kondisi kritis selalu saja muncul para inspirator besar yang Allah jaga Islam
melalui perantara tangannya. Tinggal akan ada dikubu mana kita berjalan? Maha
Benar Allah dgn segala firmannya :
“Hai orang-orang yang beriman
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka, dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'm’n, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela.” [5:54]. Wallahua’lam
bisshawab. [syahid/voa-islam.com]