Ustadz Abu Fatiah Al Adnani: Perayaan Asyuro
Syiah Tidak Ada Dalam Riwayat
Ajaran Islam yang ada sampai
sekarang sudah sempurna. Tidak ada satu bagian pun dalam Islam yang terlewatkan
oleh para ulama. Hal ini dikatakan oleh Penulis Buku-buku bertema akhir zaman
Ustadz Abu Fatiah Al Adnani.
“Kaitan dengan peringatan
asyuro oleh kelompok syiah, maka perayaan asyuro itu sendiri tidak ada dalam
riwayat. Pada zama para ulama dahulu saja, orang-orang gila saja dicatat oleh
para ulama, apalagi berkaitan dengan perayaan-perayaan yang besar harusnya
tercatat, tapi asyuro memang tidak ada riwayatnya,” katanya kepada wartawan
usai acara tabligh akbar Huru-Hara Akhir Zaman di Masjid Al-Latiif, Bandung,
Ahad (18/10) yang lalu.
...aqidah syiah memang
dibangun dengan khurofat majusi seperti juga misalnya mandi dengan kotoran
tokoh-tokohnya
Menurut Ustadz Fatiah selama
ini, tokoh-tokoh utama syiah tidak ada yang memuku-mukul dirinya sendiri sampai
terluka, berdarah-darah.
“Mana ada Khomeini atau
Jalaludin Rakhmat mukul-mukul, yang mukul-mukul orang-orang yang awam yang
tidak tahu saja, karena mereka dipakasa untuk melakukan kejahatan,"
ujarnya.
“Karena aqidah syiah memang
dibangun dengan khurofat majusi seperti juga misalnya mandi dengan kotoran
tokoh-tokohnya,” tambahnya. [syahid/voa-islam.com]
Hanya Ada Tiga Hari Raya yang Dikenal dalam
Islam
Menurut Penulis Buku-Buku
Akhir Zaman Ustadz Abu Fatiah Al Adnani hari raya yang dikenal dalam Islam itu
hanya ada tiga.
“Pertama hari raya idul
fitri, kedua hari raya idul adha, dan ketiga hari raya Jumat,” katanya kepada
wartawan usai acara tabligh akbar Huru-Hara Akhir Zaman di Masjid Al-Latiif,
Bandung, Ahad (18/10) yang lalu.
Adapun dalam Islam, pada 9-10
Muharrom itu kita disunnahkan untuk shaum oleh Rasulullah SAW
Terkait perayaan raya asyuro
oleh kelompok syiah, Ustadz Abu Fatiah mengatakan perayaan asyuro itu tidak ada
dalam riwayatnya.
“Kaitan dengan peringatan
asyuro oleh kelompok syiah, maka perayaan asyuro itu sendiri tidak ada dalam
riwayat. Pada zama para ulama dahulu saja, orang-orang gila saja dicatat oleh
para ulama, apalagi berkaitan dengan perayaan-perayaan yang besar harusnya
tercatat oleh para ulama, tapi asyuro memang tidak ada riwayatnya,” jelasnya.
“Adapun dalam Islam, pada
9-10 Muharrom (asyuro -red) itu kita disunnahkan untuk shaum oleh Rasulullah
SAW,” pungkasnya. [syahid/voa-islam.com]
Komisi Dakwah MUI: “Syiah Manfaatkan
Ritual-ritualnya untuk Jatuhkan Pemerintahan”
Ahad, 11 Muharram 1437 H / 25 Oktober 2015
06:38
Ritual-ritual yang digelar
oleh kelompok Syiah di Indonesia merupakan suatu sarana propaganda ideologis
untuk menanamkan kebencian terhadap umat Islam di Indonesia.
“Saya melihat acara-acara
Syiah seperti Idhul Ghadir, perayaan Asyuro, ini merupakan suatu sarana
propaganda ideologis untuk menanamkan kebencian, seolah menumpahkan kesalahan
kepada para sahabat, ke depan ini bisa menjadi alat akumulasi dukungan untuk
melakukan revolusi karbala di Indonesia,” ungkap Sekretaris Komisi Dakwah MUI
Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA kepadasalam-online, Sabtu (24/10).
Menurut Fahmi Salim,
terjadinya revolusi Iran adalah dengan memanfaatkan ritual-ritual Asyuro
sehingga bisa menggulingkan rezim Iran sebelumnya.
“Orang-orang Syiah banyak
memanfaatkan ritual-ritual Syiah untuk menjatuhkan pemerintahan, itu sudah coba
dilakukan di Bahrain, Yaman, bisa jadi Indonesia termasuk akan dijadikan
seperti itu,”tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa
Syiah merupakan ancaman dari segi politik global. Pengaruh Iran dinilai sangat
luar biasa dalam menyebarkan paham Syiah.
“Gerakan Syiahisasi semakin
massif disebarkan dari Iran, pemahamannya sudah banyak menyebar luas terutama
di Indonesia,” jelasnya.
Terkait hubungan politik
Indonesia-Iran, Fahmi menilai harus ada pembatasan yang dilakukan oleh
pemerintah.
“Tidak bisa kita menggadaikan
Indonesia hanya untuk kepentingan ekonomi investasi dari luar negeri, termasuk
dari Cina dan Syiah yang bisa mengganggu keutuhan NKRI, karena mayoritas Muslim
di Indonesia adalah ahlusunnah wal jamaah,” terangnya.
Wakil Sekjen Majelis
Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini mengimbau pemerintah agar
tidak membuat langkah-langkah yang blunder ke depannya dengan menginvestasikan
konflik.
“Jadi konflik ini bisa
diinvestasi, mungkin dia tidak muncul sekarang, tapi 10-20 tahun ke depan,”
kata alumnus Al Azhar Mesir ini. (EZ/salam-online)
Makam Hussein di Mesir
Jum'at, 23 Oktober 2015 - 04:51 WIB
Tahun lalu terjadi bentrokan
antara jama’ah Salafi dan Syiah yang berada di sekitar area masjid Hussein
Direktorat Wakaf Kairo
memutuskan penutupan makam Imam Hussein mulai hari Kamis (22/10/2015) sampai
Sabtu depan untuk mencegah kebatilan-kebatilan Syiah yang terjadi pada Hari Asyuro (10
Muharram).
Kementerian Wakaf Mesir
mengatakan dalam sebuah pernyataannya sebagaimana dikutip laman youm7.com berbahasa
Arab, Kamis (22/10/2015) bahwa keputusan menutup makam Imam Hussein sebagai
upaya pencegahan atas ‘apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Syiah dalam
ritual-ritualnya yang tidak memiliki dasar dalam Islam’. Dan bisa jadi akan
muncul dari hal itu permasalahan-permasalahan.
Pihak kementerian menegaskan
ia akan mengambil semua tindakan hukum terhadap setiap penyalahgunaan yang
terjadi dalam hal ini.
Sebelumnya, Rabu (21/10/2015)
Kementerian Wakaf sudah memberikan peringatan terhadap Syiah dari segala bentuk
ritual yang menyimpang di Masjid Imam Hussein.
Sebagaimana yang disampaikan
oleh Syeikh Mohammed Abdel-Razek, Wakil Kementrian Wakaf dan kepala sektor
keagamaan, bahwasanya kementerian telah melihat Hari Tasuu’a dan Hari ‘Asyuura (9
dan 10 Muharram) di mana di dalamnya orang-orang Syiah berupaya untuk melakukan
sejumlah ritual yang melanggar kesucian masjid dan Ahli Sunnah Wal
jama’ah.
“Kami telah memperingatkan
para pekerja di masjid untuk waspada dan memantau pengunjung masjid yang
melakukan ritual atau tindakan aneh. Begitu juga keamanan terhadap seluruh area
masjid telah ditingkatkan, untuk mengantisipasi berkumpulnya orang-orang Syiah.
Kami tidak akan pernah memenuhi keinginan mereka. Mesir dijaga oleh Allah, ia
adalah Negara Al-Azhar yang mulia, mimbar moderasi,” tambahnya sebagaimana
dilansir laman youm7.com.
“Kementerian Wakaf tidak
menutup masjid. Dan masjid akan tetap buka untuk shalat. Tahun lalu, kementrian
menutup masjid setiap setelah shalat dan makam sepanjang hari karena khawatir
terjadi bentrokan antara jama’ah Salafi dan Syiah yang berada di sekitar area
masjid,” tambahnya lagi.*
Rep: Jundi Iskandar
Editor: Cholis Akbar