Menteri Luar Negeri Bahrain:
KOALISI PIMPINAN ARAB SAUDI MENYELAMATKAN WILAYAH TELUK DARI PEPERANGAN
London,
Asharq Al-Awsat-
Aksi militer yang dipimpin Saudi melawan Houthi telah menghindarkan bencana
perang yang lebih besar, yang akan mengubah demografi tidak hanya Yaman tetapi
seluruh wilayah teluk, menteri luar negeri Bahrain mengatakan kepada Asharq
Al-Awsat.
“Jika bukan
karena intervensi dari Arab Saudi di bawah kepemimpinan Penjaga Dua Masjid Suci
Raja Salman Bin Abdulaziz pada saat yang kritis dalam sejarah, demografi
wilayah teluk akan berubah dan menjadi buruk selama beberapa dekade yang akan
datang,” Menteri Luar Negeri Bahrain, Sheikh Khalid Bin Ahmed Al Khalifa
mengatakan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Asharq Al-Awsat.
“Jika
Operasi Decisive Storm tidak datang tepat waktu, situasi akan menjadi lebih
berbahaya dan pemberontak Houthi akan merebut kendali penuh Yaman yang berarti
menciptakan peperangan tanpa akhir,” kata Sheikh Khalid, mengacu pada codename
dari kampanye militer Arab Saudi dan sembilan negara Arab lainnya yang
diluncurkan pada akhir Maret dalam upaya untuk mengembalikan pemerintahan Yaman
pada presiden yang diakui secara internasional, Presiden Abd Rabbuh Mansur
Al-Hadi.
Yaman jatuh
ke dalam kekacauan ketika aliansi Syiah utara, yang dikenal sebagai Houthi, dan
pendukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh mengambil alih sebagian besar
Yaman, termasuk ibukota, Sana’a, pada bulan September 2014, mendorong Hadi
melarikan diri ke kota selatan Aden dan kemudian ke Arab Saudi.
Semua negara
Gulf Cooperation Council (GCC) menyatakan, kecuali Oman, ikut ambil bagian
dalam kampanye militer Arab Saudi yang dimulai atas permintaan Hadi.
Sheikh
Khalid, membantah adanya perpecahan dalam GCC atas Operasi Decisive Storm dan
penyikapan situasi di Yaman, mengatakan: “Ada perbedaan pandangan tentang cara
menangani masalah dimana ada pihak yang tidak ingin berpartisipasi, seperti
Kesultanan Oman, sementara pihak lainnya berpartisipasi sampai ke tingkat
mengerahkan pasukan di Yaman. ”
Tujuan utama
dari pasukan Teluk memasuki Yaman, Sheikh Khalid mengatakan, adalah untuk
menstabilkan negara dan membantu pemerintah yang sah dari Presiden Hadi untuk
mengambil inisiatif, dalam pelaksanaan resolusi Dewan Keamanan PBB 2216 yang
menyerukan penarikan segera Houthi dari daerah yang mereka duduki di Yaman.
Semua negara
anggota GCC setuju pada keputusan untuk melaksanakan resolusi 2216, Sheikh
Khalid mengatakan, “Memang adanya perbedaan pendapat dalam menghadapi situasi
di Yaman, tetapi tidak dalam hal visi.”
Mengomentari
tentang kesepakatan nuklir Iran, Menlu Bahrain mengatakan menemukan solusi
untuk program nuklir Iran telah menjadi prioritas bagi Negara Teluk, dalam
rangka memainkan peran atas destabilisasi Iran di wilayah tersebut.
Sheikh
Khalid menyebut program nuklir Iran mengalami “kemunduran” ,dan bisa
menimbulkan risiko lebih lanjut untuk wilayah teluk jika terus dikembangkan.
“Resiko
lainnya adalah Iran berada di belakang penyebaran terorisme dan teroris di
kawasan itu,” kata Sheikh Khalid, menambahkan bahwa ribuan tentara Iran
berjuang dengan pasukan Bashar Al-Assad di Suriah.
Asharq
Al-Awsat