Oleh:
Ustadz Syafruddin Ramly, Lc
Pernah
terjadi, namun akan sangat sulit untuk bisa terulang kembali. Demikianlah
mengapa Raja Faisal Bin Abdul Aziz rahimahullah begitu gemilang
sejarah kepahlawanannya untuk terus dipelajari oleh generasi
selanjutnya. Raja Faisal adalah Raja Arab Saudi mulai tahun 1964 sampai
tahun Maret 1975.
Terkait
masalah Palestina, pada suatu ketika, Presiden Prancis Charles de Gaulle
bertemu dengan Raja Faisal di Prancis. Charles de Gaulle merupakan Presiden
Prancis sejak Januari 1959 sampai April 1969.
Mengawali
diskusi, Presiden Prancis mengatakan, “Kami dengar Tuan Raja ingin sekali
menendang Israel ke laut, sementara keberadaan Israel ini sudah menjadi sebuah
realita yang harus diterima, dan tidak seorangpun di dunia ini boleh menolak
keberadaannya”.
Kemudian
Raja Faisal menjawab, “Saya benar-benar heran dengan pernyatanmu itu Tuan
Presiden. Hitler pernah menduduki Paris, dan pendudukan itu sudah menjadi
realita yang harus diterima. Waktu itu seluruh Prancis sudah menyerah kalah dan
bertekuk lutut. Tapi waktu itu anda tidak menyerah dan terus berjuang melawan
apa yang tadi anda sebut sebagai sebuah realita yang harusnya anda terima
begitu saja, sampai akhirnya anda sukses. Baik anda maupun bangsa anda tidak
pernah mau menerima sebuah realita yang sudah terjadi. Makanya saya sangat
heran ketika anda meminta saya untuk menyerah begitu saja menerima realita
Israel ini. Anda sudah pernah merasakan bagaimana bangsa lemah dijajah oleh
bangsa kuat, wahai Tuan Presiden.”
Merasa
kagum dan kaget mendapatkan jawaban super telak tersebut, de Gaulle menurunkan
intonasi bicaranya, “tetapi wahai Tuan Raja, orang-orang Yahudi mengatakan
bahwa Palestina adalah tanah leluhur asli mereka, dan nenek moyang
terdahulu mereka dilahirkan di sana.”
Raja
Faisal menjawab, “Tuan Presiden, saya masih belum bisa memahami anda, bukankah anda
orang yang taat beragama dan mengimani kitab suci anda. Tentunya anda
senantiasa membaca kitab suci anda. Anda tentunya pernah membaca bahwa Yahudi
datang dari Mesir lalu mereka menyerang Palestina, membakar kota-kota, membunuh
anak-anak, dan wanita, lalu menaklukkan Palestina. Bagaimana mungkin anda bisa
mengatakan bahwa Palestina adalah tanah leluhur mereka?”
Raja
Faisal melanjutkan, “Palestina adalah tanah asli suku Arab Kan’an, dan Yahudi
adalah penjajah. Itu yang tertulis dalam Alkitab anda. Dan anda ingin
mengembalikan penjajahan yang pernah diwujudkan Yahudi pada 4000 tahu yang
lalu, tapi kenapa anda tidak ingin mengembalikan penjajahan Roma terhadap
Prancis yang baru saja terjadi pada 3000 tahun yang lalu?”
“Apakah
kita harus menata ulang peta dunia demi kepentingan Yahudi, tetapi kita tidak
mau menata ulang peta dunia untuk kepentingan Roma? Anda juga tentunya belum
lupa, kalau kami Muslim Arab pernah menduduki Selatan Prancis selama 200 tahun,
sementara Yahudi kuno menduduki Palestina cuma 70 tahun lalu kembali terusir ke
luar Palestina,” urai Raja Faisal.
“Tapi
Yahudi mengklaim bahwa nenek moyang mereka terlahir di sana!” balas de Gaulle.
“Anda ini
benar-benar aneh. Sekarang di Paris ada 150 kedutaan asing. Mayoritas
Dubes-Dubes dan para Diplomat sempat melahirkan anak-anaknya di Paris. Kalau
suatu saat anak-anak kelahiran Paris itu datang ke Prancis dan menuntut anda
untuk meninggalkan negeri ini untuk diduduki oleh mereka yang pernah terlahir
di Paris, maka akan seperti apa nasib Paris? Paris akan menjadi milik siapa?”
tanya Raja Faisal berargumen.
De Gaulle
terdiam. Lalu dengan suara yang berat, de Gaulle berkata, “Ok, sekarang baru
saya mengerti permasalahan Palestina yang sesungguhnya.”
Selanjutnya,
Prancis menyetop senjata yang dipasok ke Israel yang saat itu dipasok oleh
Prancis. Israel kemudian meminta pasokan dari Amerika Serikat. [Syafruddin
Ramli]
Sumber: http://www.shasha.ps/news/172074.html