"Kemenangan AKP" AS dan Barat Menyesali Demokrasi
By: Nandang Burhanudin
(1) Berbahagialah gerakan Islam yang antidemokrasi dan
mengajak Golput. Katakanlah Hizbut Tahrir dan Kelompok Salafy (tertentu).
(2) Kini AS dan dunia Barat mulai menyesali
aktivasi demokrasi. Terutama setelah kemenangan mutlak partai Islamis AKP
dengan Presidennya Erdogan di Turki.
(3) Media AS dan Barat (apalagi Israel),
menyambut dengan duka atas pesta demokrasi di Turki. Mereka sibuk mewawancarai
tokoh-tokoh oposisi Turki, yang menyebut Erdogan dan AKP adalah diktator,
bengis, dan memaksakan anti kebebasan.
(4) Di sisi lain. AS dan Barat yang meng-otak-i
kudeta atas Presiden pilihan demokrasi pertama di Mesir. Mereka menerima
As-Sisi yang sibuk mencari dukungan di Benua Eropa.
(5) As-Sisi yang membantai ribuan dan
memenjarakan puluhan ribu anggota Ikhwanul Muslimin. Ia diterima dan berjumpa
pemimpin-pemimpin yang konon kampiun demokrasi.
(6) Barat dan AS pun merestui diktatorisme di
Jordania, Irak, Syiria, dan wilayah lainnya di Timur Tengah. Ternyata demokrasi
yang diinginkan Barat dan AS adalah demokrasi seperti di Indonesia, Irak.
(7) Demokrasi yang melahirkan pemimpin boneka.
Tak memiliki kejelasan kelamin. Bahkan cenderung Islamphobia. Di Irak memang
ada pemilihan. Tapi yang terpilih sudah pasti kalangan Syi'ah.
(8) Barat dan AS pun membiarkan Fatah di
Palestina berkuasa dengan Presiden Abbas yang sudah habis masa jabatannya. AS
dan Barat tak ingin ada pesta demokrasi di Palestina. Sebab yang menang pasti
HAMAS.
(9) Bahkan di seluruh Timur Tengah saat ini.
Jika diadakan Pemilu, maka yang menang adalah partai yang berafiliasi terhadap
Ikhwanul Muslimin. Maroko pun salah satunya.
(10) Jadi, saat keikutsertaan rakyat Turki yang
mencapai 85% dalam Pemilu kemarin lalu dimenangkan AKP. Sedangkan demokrasi
gurauan di Mesir, hanya dihadiri 2% saja. Maka Barat dan AS geram. Menyesal
sesesal sesalnya.
(11) AS dan Barat sekali lagi sangat bahagia.
Ketika demokrasi tidak diikuti kalangan Islam. AS dan Barat jika perlu
membackup gerakan-gerakan antidemokrasi di negeri Islam, untuk kemudian
kekuasaan dipegang Islamphobia.
(12) Maka wajar bila Indonesia selalu menjadi
contoh demokrasi di dunia Islam. Pemenangnya selalu Islamphobia. Apalagi
setelah kasus sedot data, pemenangnya adalah boneka yang konon untuk sekedar
masuk ke Gedung Putih harus bayar 80 ribu Dollar.
(13) Namun ketika demokrasi dimenangkan sosok
seperti Erdogan dan AKP. Semua teriak dan bergerak! Karena Erdogan terlalu
cerdas memainkan kartu trup demokrasi, yang ibarat senjata memakan tuannya
sendiri.
(14) Adakah Hizbut Tahrir dan Salafy (tertentu)
menyerang As-Sisi dan Jokowi seperti serangan terhadap Mursi dan Erdogan? Kita
tidak akan pernah menemukan itu.
(15) Malah di kalangan Salafy (tertentu) ada
yang berdalih dan berdalil. Menaati Jokowi dan As-Sisi adalah wajib. Bahkan
mencela pihak-pihak yang mendukung Erdogan dan Mursi.
(16) Katanya, mengapa Erdogan dan Mursi dipuji
sedangkan Jokowi dicaci maki, padahal keduanya sama-sama lewat jalur demokrasi?
(17) Lupa bahwa 'illat (alasan) mendukung Erdogan dan
mengkritisi Jokowi adalah karena kebijakannya yang jauh antara langit dan
sumur.
(18) Memang pantas. Mengapa Hizbut Tahrir di
Tepi Barat dibiarkan bebas oleh aparat Mahmoud Abbas dan bahkan tak tersentuh
oleh pasukan Israel.
(19) Memang pantas pula. Mengapa Erdogan tegas
menangkapi? Sebab AKP sukses, salah satunya dengan membatasi ruang gerak kaum
antidemokrasi dan penyebar paham yang memecah belah umat Islam Turki.
(20) Anda boleh membenci saya sebenci mungkin.
Tapi itulah hal yang terjadi di dunia Islam. Inti semuanya. Umat Islam selalu
dirintangi untuk berkuasa dengan alasan apapun. Kekuasaan yang mengantarkan
pada kemandirian dan kepahlawanan. Tidak cukupkah kasus Mesir jadi contoh?
Tentu bukan hanya Mesir.
Foto: A supporter of the Justice and Development
party (AKP) holds a portrait of Turkey's President Recep Tayyip Erdogan after
his election victory (AP)
Mengapa Mereka Mencela Mursi dan Erdogan?
Ustadz Rappung Samuddin
Diantara
alasan yang dikemukakan kelompok yang menghalalkan mencela bahkan menjatuhkan
pemimpin muslim seperti Mursi dan Erdogan adalah karena mereka tetap berhukum
dengan sistem Demokrasi. Padahal keduanya sedang merangkak dan tidak hanya
tinggal diam memperbaiki kondisi agama dan umat di negaranya. Sistem demokrasi
yang ada bukanlah atas prakarsa mereka, akan tetapi warisan turun-temurun dari
penguasa-penguasa sebelumnya.
Sungguh, para pencela ini tidak bisa membedakan,
perkara "apa yang wajib di lakukan", dan "apa yang mungkin
dilakukan" terkait sistem negara yang mereka warisi. Yang wajib dilakukan
adalah merubah sistem dan berhukum dengan syari'at. Itu merupakan impian setiap
muslim yang beriman. Namun terkadang, kondisi yang ada sangat tidak mendukung.
Maka yang ada di hadapan kedua pemimpin ini adalah, apa yang mungkin bisa
dilakukan secara maksimal demi mewujudkan tujuan dari kepemimpinan itu, yakni
menjaga agama dan mengatur urusan mashlahat rakyat.
Barangkali masih hangat bagi kita, sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam pada hari kematian Raja Najasyi: “Telah wafat hari ini seorang
laki-laki yang shalih; bangkit dan shalatlah atas saudara kalian, Ash-hamah”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Disebutkan dalam sejarah, bahwa al-Najasyi tetap
menjadi seorang Raja di atas aturan dan undang-undang kufur kendati beliau
telah masuk Islam. Walau demikian, Nabi Saw tetap menganggapnya sebagai seorang
laki-laki yang shalih setelah kematiannya, tidak menyalahkan dan mencela
perbuatannya. Sebab, saat itu kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan
sebuah perubahan radikal.
Bukti bagi keislaman beliau adalah hadits di
atas, juga riwayat-riwayat lainnya yang disebutkan oleh Imam al-Bukahri seputar
kematian al-Najasyi. Nabi Saw bersedih dan sholat (ghaib) atasnya serta
menyifatinya dengan keshalihan. Semua ini menguatkan bahwa ia adalah seorang
muslim, padahal beliau adalah raja bagi rakyat yang kafir serta berhukum
menurut apa yang berlaku dari undang-undang dan kebiasaan mereka.
Syaikh Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar mengumpulkan
banyak bukti yang menunjukkan bahwa Raja al-Najasyi ra tidak menghukum
rakyatnya dengan syariat Islam; diantaranya:
Pertama: Perkataan beliau dalam suratnya kepada
Nabi Saw: “Sungguh, aku tidak memiliki sesuatu-pun melainkan diriku sendiri”.
Kedua: Rakyatnya melakukan pemberontakan untuk
melengserkannya dari jabatan kepemimpinan, namun Allah tetap menjaga dan
menolongnya dari rongrongan tersebut. Diantara alasan yang kemudian beliau
kemukakan di hadapan rakyatnya untuk menenangkan mereka, bahwa ia tidak akan
merubah dan tidak pula mengganti apa yang telah berlaku diantara mereka berupa
hukum dan undang-undang. Sementara sisi lain, beliau menyakini Islam dalam
batinnya dan mengirim utusan yang memberitahu Rasulullah Saw tentang keyakinannya.
(Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, Hukmu al-Musyarakah fi al-Wazarah wa al-Majalis al-Niyabiyah,
hlm. 74-75).
Maka itu, Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah
menegaskan:
“Raja Najasyi tidak memiliki kesanggupan
berhukum dengan aturan al-Qur’an, karena rakyatnya tidak mengakui dan tidak
pula menerimanya. Banyak orang yang memegang jabatan hakim diantara kaum
muslimin dan Tartar, bahkan sebagai seorang pemimpin, di dalam dirinya terdapat
perkara-perkara terpuji berupa sifat adil dan ia ingin mengaplikasikannya, akan
tetapi kondisi tidak memungkinkan sebab ada (kekuatan) yang menghalangi
demikian. Dan Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sebatas
kesanggupannya... Al-Najasyi dan yang semisal dengannya telah berbahagia di
surga, kendati mereka tidak menjalankan syariat Islam (dalam kekuasaannya)
karena tidak memiliki kesanggupan menegakkannya. Namun mereka tetap berhukum
dengan hukum-hukum yang memungkinkan untuk mereka laksanakan (demi maslahat)”.
(Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, Vol. XIX, hlm.
218-219).
Wallahu A'lam.
http://www.pkspiyungan.org/2015/11/mengapa-mereka-mencela-mursi-dan-erdogan.html
AKP Menang, AS Meradang
Gedung Putih menyatakan ketidaksenangan atas intimidasi yang
dilakukan Pemerintah Turki terhadap jurnalis pada saat kampanye pemilu.
Menurut Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest, Pemerintah AS memberikan perhatian atas tekanan yang dilakukan Ankara terhadap jurnalis atau media. Tekanan diberikan kepada mereka yang mengkritik pemerintah.
"Kami memberikan perhatian terhadap kebebasan pers, kebebasan berbicara dan kebebasan berkumpul di Turki," ujar Earnest. "Kami meminta otoritas Turki untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi."
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), tempat Presiden Partai Recep Tayyip Erdogan bernaung, berhasil memenangkan pemilihan sela dengan suara mayoritas. AKP pun bisa kembali membentuk pemerintahan tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.
Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa juga mengeluarkan laporan yang mengecam sejumlah kekerasan terhadap media, serta masalah keamanan lain di dalam pemilihan. Pekan lalu, polisi antihuru-hara menggerebek dua stasiun televisi di Ankara dan Istanbul yang mengkritik pemerintah.
Sumber: ROL
***
AS, Eropa meradang atas kemenangan AKP dengan dalih kebebasan dan demokrasi, tapi kenapa mereka restui rezim kudeta Mesir As-Sisi? Yang tidak hanya memberangus kebebasan dan demokrasi, bahkan membunuhi dan memenjarakan rakyatnya yang menentang kudeta. Kenapa wahai AS? Kenapa perampok demokrasi di Mesir kamu biarkan sampai sekarang?
Lihatlah pula data 87% partisipasi rakyat Turki dalam pemilu ini, mereka antusias. Tengok pemilu dagelan Mesir yang hanya diikuti 26% pemilih, mayoritas 74% rakyat Mesir memboikot.
Tapi kenapa kamu kebakaran jenggot dengan hasil pemilu Turki, dan merestui As-Sisi, wahai Paman Sam?
Menurut Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest, Pemerintah AS memberikan perhatian atas tekanan yang dilakukan Ankara terhadap jurnalis atau media. Tekanan diberikan kepada mereka yang mengkritik pemerintah.
"Kami memberikan perhatian terhadap kebebasan pers, kebebasan berbicara dan kebebasan berkumpul di Turki," ujar Earnest. "Kami meminta otoritas Turki untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi."
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), tempat Presiden Partai Recep Tayyip Erdogan bernaung, berhasil memenangkan pemilihan sela dengan suara mayoritas. AKP pun bisa kembali membentuk pemerintahan tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.
Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa juga mengeluarkan laporan yang mengecam sejumlah kekerasan terhadap media, serta masalah keamanan lain di dalam pemilihan. Pekan lalu, polisi antihuru-hara menggerebek dua stasiun televisi di Ankara dan Istanbul yang mengkritik pemerintah.
Sumber: ROL
***
AS, Eropa meradang atas kemenangan AKP dengan dalih kebebasan dan demokrasi, tapi kenapa mereka restui rezim kudeta Mesir As-Sisi? Yang tidak hanya memberangus kebebasan dan demokrasi, bahkan membunuhi dan memenjarakan rakyatnya yang menentang kudeta. Kenapa wahai AS? Kenapa perampok demokrasi di Mesir kamu biarkan sampai sekarang?
Lihatlah pula data 87% partisipasi rakyat Turki dalam pemilu ini, mereka antusias. Tengok pemilu dagelan Mesir yang hanya diikuti 26% pemilih, mayoritas 74% rakyat Mesir memboikot.
Tapi kenapa kamu kebakaran jenggot dengan hasil pemilu Turki, dan merestui As-Sisi, wahai Paman Sam?
Pasca Kemenangan Telak AKP Turki, Rusia Sebut Tak
Penting Pertahankan Assad
Mempertahankan presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai penguasa
tidak penting bagi Rusia, demikian kantor berita Rusia RIA mengutip jurubicara
Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada hari Selasa (3/11/2015).
Saat ditanyakan apakah menyelamatkan Assad adalah masalah prinsip bagi Rusia, Zakharova berkata: “Tidak, kami tidak pernah mengatakan hal itu.”
“Kami tak pernah menyebut bahwa Assad harus tetap berkuasa atau lengser,” tambahnya. Kementerian luar negeri Rusia menambahkan bahwa pandangan Rusia, Amerika dan Arab Saudi sebagian sama pada bagian bahwa oposisi Suriah boleh menjadi bagian dari dialog.
Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov juga mengonfirmasikan pada hari Selasa bahwa Moscow tertarik pada kemungkinan Organisasi Kerjasama Islam (OKI, dulu Organisasi Konferensi Islam) untuk bergabung dalam pembicaraan tentang Suriah. Demikian lansir media Turki Daily Sabah.
Pernyataan pihak Rusia ini disampaikan sehari setelah hasil pemilu ulang Turki terungkap dimana partainya Erdogan AKP menang telakmenguasai 57% kursi parlemen dalam pemilu ulang yang digelar Ahad (1/11) lalu yang mengakhiri masa-masa kritis Turki lima bulan terakhir.
Turki adalah aktor kunci dalam permasalahan Suriah yang dilanda perang sejak 2011 saat rezim Assad memerangi rakyatnya yang menuntut Assad lengser.
Rezim Assad ditopang Rusia, Iran, sementara oposisi/pejuang Suriah dibantu Turki-Saudi. Saat ini sekitar dua juta pengungsi Suriah ditampung pemerintahan Turki.
***
Untuk alasan inilah betapa kemenangan AKP sangat diharapkan oleh umat Islam. Bahkan ulama-ulama dunia menyerukan agar umat bersujud, menunduk, memohon agar Alloh berkenan meridhoi dan memenangkan AKP.
Konstelasi politik wilayah kawasan akan berubah. Assad hanya menunggu waktu kejatuhannya. Menanti giliran berikutnya adalah Rezim Kudeta di Mesir. Dan pada saatnya Israel hengkang dari bumi Palestina.
[Layla Sari]
Saat ditanyakan apakah menyelamatkan Assad adalah masalah prinsip bagi Rusia, Zakharova berkata: “Tidak, kami tidak pernah mengatakan hal itu.”
“Kami tak pernah menyebut bahwa Assad harus tetap berkuasa atau lengser,” tambahnya. Kementerian luar negeri Rusia menambahkan bahwa pandangan Rusia, Amerika dan Arab Saudi sebagian sama pada bagian bahwa oposisi Suriah boleh menjadi bagian dari dialog.
Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov juga mengonfirmasikan pada hari Selasa bahwa Moscow tertarik pada kemungkinan Organisasi Kerjasama Islam (OKI, dulu Organisasi Konferensi Islam) untuk bergabung dalam pembicaraan tentang Suriah. Demikian lansir media Turki Daily Sabah.
Pernyataan pihak Rusia ini disampaikan sehari setelah hasil pemilu ulang Turki terungkap dimana partainya Erdogan AKP menang telakmenguasai 57% kursi parlemen dalam pemilu ulang yang digelar Ahad (1/11) lalu yang mengakhiri masa-masa kritis Turki lima bulan terakhir.
Turki adalah aktor kunci dalam permasalahan Suriah yang dilanda perang sejak 2011 saat rezim Assad memerangi rakyatnya yang menuntut Assad lengser.
Rezim Assad ditopang Rusia, Iran, sementara oposisi/pejuang Suriah dibantu Turki-Saudi. Saat ini sekitar dua juta pengungsi Suriah ditampung pemerintahan Turki.
***
Untuk alasan inilah betapa kemenangan AKP sangat diharapkan oleh umat Islam. Bahkan ulama-ulama dunia menyerukan agar umat bersujud, menunduk, memohon agar Alloh berkenan meridhoi dan memenangkan AKP.
Konstelasi politik wilayah kawasan akan berubah. Assad hanya menunggu waktu kejatuhannya. Menanti giliran berikutnya adalah Rezim Kudeta di Mesir. Dan pada saatnya Israel hengkang dari bumi Palestina.
[Layla Sari]
Fahmi Salim: “Kemenangan AKP di Turki
Membangkitkan Optimisme di Dunia Islam”
Rabu, 21 Muharram 1437 H / 4
November 2015 22:30
Mengembangkan
dakwah Islam seperti layaknya Muslim yang mayoritas di Indonesia, bagi negara
pengusung sekulerisme seperti Turki tentu tidak mudah.
“Namun kemenangan partainya Erdogan kemarin, adalah kemenangan
umat Islam di Turki dan seluruh dunia, dan itu bisa diikuti oleh banyak negara,
meski perlu dicermati situasinya tidaklah mudah,” kata Sekretaris Komisi Dakwah
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ustadz Fahmi Salim, MA kepada redaksi, Rabu
(4/11).
Pasalnya, kekuatan global saat ini masih memasang boneka yang
bisa disetir di setiap negara Muslim. Namun, menurut Fahmi Salim, berbeda
dengan negara-negara Arab, Turki yang merupakan negara kuat pengusung
sekulerisme kini berubah menjadi negara Islam yang besar.
“Di tengah situasi berat yang dialami Turki dan juga kondisi
umat Islam yang secara ideologis dibombardir dengan stigma ‘teroris’ dan
radikal, penebar kebencian, dan diposisikan sebagai musuh peradaban barat,
justru Turki bangkit sebagai poros Islam pemimpin dunia yang lahir dari sosok
Erdogan,” ujar Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
(MIUMI) ini.
Kemenangan Erdogan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan
(AKP)nya dinilai Fahmi Salim sebagai harapan besar kaum Muslimin untuk bisa
melepas stigma negatif yang ditunjukkan Barat kepada umat Islam. Ia menyatakan
rasa gembira dan apresiasiasinya yang tinggi kepada masyarakat Turki dan AKP.
“Ini merupakan bukti bahwa masih ada harapan yang besar bagi
kaum Muslimin, bahwa partai Islam masih bisa berbuat untuk mengembalikan
tudingan-tudingan negatif terhadap gerakan Islam kontemporer di dunia ini,
terutama setelah kudeta di Mesir,” ungkap alumnus Universitas Al Azhar Mesir
ini.
Di tengah kemajuan umat Islam di Turki, Fahmi mengimbau
negara-negara Islam di dunia agar dapat mencontoh gerakan Islam yang ada di
Turki.
“Perubahan besar yang dialami Turki mudah-mudahan dapat
membangkitkan negara-negara Islam yang dijajah oleh Barat. Dengan kemenangan
partai Islam (AKP) di Turki, dapat membangkitkan optimisme di dunia Arab dan
dunia Islam,”pungkasnya. (EZ/salam-online)
http://www.salam-online.com/2015/11/fahmi-salim-perubahan-besar-yang-dialami-turki-semoga-dapat-membangkitkan-negara-negara-islam.html