Arab Saudi telah mengeluarkan
manifesto untuk perubahan dalam menghadapi rumor rencana kudeta dan tekanan
internasional.
Sementara itu, di internal Kerajaan Arab Saudi,
putra Raja Salman yaitu Pangeran Mohamed bin Salman mulai santer disebut
sebagai suksesor padahal dia bukan pangeran mahkota.
”Masalah wanita Saudi telah menjadi isu global,
opini publik dan tampaknya bahwa kita telah kehilangan banyak dalam hal ini
(opini publik),” bunyi bocoran manifesto itu yang dilansir The Telegraph, Kamis
(12/11/2015). ”(Tapi ini) fair, karena kita tidak memperbaiki cara mengatasi
isu itu secara berhasil.”
Pada saat terjadi gesekan politik internal,
penasihat dekat Raja Salman, yaitu putranya telah mengambil langkah yang belum
pernah terjadi sebelumnya di Saudi. Dia menguraikan program rinci masa depan
pemerintah Saudi.
Terobosan itu di antaranya pemotongan anggaran,
peningkatan peran sektor swasta, dan reformasi dengan cara yang diatur. Sejak
Raja Salman menggantikan almarhum Raja Abdullah, ada suara ketidakpuasan dari
pangeran Saudi di luar negeri yang ada di pihak oposisi.
Pangeran yang pernah berbicara dalam kondisi
anonim kepada media-media Inggris itu pernah mengungkap rencana untuk kudeta,
mengganti Raja Salman dengan salah satu saudaranya.
“Perubahan tegas dan tegas mungkin telah
mengganggu beberapa orang,” lanjut bunyi manifesto itu. ”Media berbicara
tentang krisis dalam keluarga kerajaan, tetapi mereka lupa untuk berbicara
dengan orang-orang Arab yang haus akan perubahan dan reformasi ekonomi,”
sambung manifesto tersebut.
”Orang-orang ingin 'remake' Kerajaan (Saudi)
pada fondasi baru yang akan membuatnya menjadi kekuatan ekonomi utama, dan ini
tidak akan terjadi tanpa guncangan.”
Pangeran mahkota Saudi telah ditetapkan yaitu
Pangeran Mohammed bin Nayef. Namun, sosok putra Raja Salman, Pangeran Mohamed
bin Salman yang baru berusia 30 tahun dianggap sebagai sosok dominan di Kerajaan
Saudi.
”Dia sudah berbicara tentang visinya selama
beberapa dekade untuk Arab Saudi, seolah-olah dia bertanggung jawab kemudian,”
kata para diplomat yang dikutip The Telegraph.
Hal itu tidak mengherankan jika muncul rumor
dari oposisi dan bahkan rencana kudeta yang berembus selama berbulan-bulan.
Raja Salman sendiri sejatinya masih memiliki beberapa adik yang masih hidup.
Putra Raja Salman itu dianggap melangkah
terburu-buru. Dia telah menjadi Menteri Pertahanan yang mengawasi keputusan
untuk pergi berperang di Yaman.
“Pangeran Mohammed pasti mendorong untuk
perubahan, tapi mari kita tunggu dan lihat,” kata salah satu warga Saudi yang
menolak diidentifikasi. ”Orang yang suka untuk melihat perubahan tetapi mereka
juga ingin hasil yang baik.” [yy/sindonews]