Seseorang Tidak
Mempunyai 2 Hati
Allah tidak sekali-kali menjadikan seseorang mempunyai
dua hati dalam jiwanya. Ungkapan ini saya ambil dari firman Allah SWT ayat 4
dari Surah al-Ahzab :
مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٍۢ
مِّن قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِ
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahawa Dia tidak
menjadikan dua hati dalam satu tubuh. Tidak mungkin pada diri seseorang
berkumpul iman dan kafir. Jika seseorang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tentulah
di dalam hatinya tidak ada kekafiran atau kemunafikan, walaupun sedikit, dan
tentulah dia mengikuti Al-Quran dan sunah Rasulullah, menyeru manusia mengikuti
jalan Allah, mengikuti hukum-hukumnya dan tentulah hanya kepada Allah sahaja
Dia berserah diri.
Sebaliknya jika seseorang itu kafir atau munafiq,
tentulah di dalam hatinya tidak ada iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan dia
tidak akan bertawakkal kepada Allah. Dengan kata lain; mustahil berkumpul pada
diri seseorang dua buah keyakinan yang berlawanan, sebagaimana tidak mungkin
ada dua hati di dalam tubuh manusia.
Bila diteliti ayat ini, kita juga akan dapat
menyaksikan keajaiban al-Quran dalam sudut sains. Ayat ini juga mengandungi
sebuah fakta yang diperakui oleh sains perubatan iaitu manusia tidak boleh
membawa lebih dari satu jantung dalam jiwanya. Yang uniknya Allah SWT menyebut
kalimah rajul bermakna orang lelaki. Kenapa Allah khususkan dengan lelaki
sahaja? Allah tidak sebut bersamanya mar’ah iaitu perempuan. Jadi bagaimana
dengan perempuan?
Persoalan ini menarik perhatian saya bila analisis ini
saya temui dalam satu laman web Arab. Mengapa Allah memilih lelaki sahaja dan
tidak perempuan? Apakah mungkin bagi seorang wanita untuk menanggung dan
menggabungkan dua hati? Menurut
istilah arab qalbun bermakna jantung.
Kita telah melihat dalam sejarah beberapa kelahiran
yang luar biasa seperti kanak-kanak yang memiliki dua kepala atau dua alat
kelamin atau beberapa kaki dan sebagainya, tetapi kita tidak pernah menyaksikan
seorang lelaki yang hidup dengan dua jantung, kerana jantung bertanggungjawab
untuk mengatur pergerakan darah, dan tidak mungkin dia boleh hidup dengan dua
jantung. Tetapi bagaimana dengan wanita? Dari sinilah baru kita nampak
keindahan ayat Allah ini. Ikuti penerangan di bawah.
Seorang wanita jika dia hamil, dia sedang membawa dua
jantung, iaitu jantungnya dan jantung anaknya, malah boleh jadi lebih lagi jika
dia mengandung anak kembar sehingga dia membawa beberapa jantung dalam
tubuhnya.
Mungkin ada bayi yang lahir dengan dua jantung dalam
kes-kes yang terpencil, tetapi ia tidak akan mencapai tahap menjadi seorang
manusia lelaki dan dia akan mati sebagai seorang bayi sahaja .
Allah SWT berfirman di hujung ayat ini :
وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ
وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
"Dan Allah mengatakan yang sebenar-benarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar)."
Inilah kebenaran al Quran, satu kenyataan bahawa
manusia tidak mungkin mempunyai dua hati (sudut agama) atau dua jantung (sudut
saintifik) atau lebih di dalam tubuh dan jiwanya.
Subhanallah...Wallahu a'lam.
Rujukan tambahan:
Jantung Bukan
Hati, Dr MAZA. ( lihat dibawah )
Bagaimana satu hati akan mencintai dua hal secara
bersamaan?
Bagaimana dunia dan akhirat ada bersamaan didalamnya?
Bagaimana makhluk dan Khaliq bisa berkumpul didalamnya ?
Bagaimana keduanya dapat beriringan didalam satu hati?
Setiap wadah akan penuh dengan apa yang ada
didalamnya. Amal-amal adalah gambaran dari 'itikad, lahiriah adalah cerminan
bathin. Lahir itu gambaran pertanda bagi bathin. Dan bathin akan terlihat jelas
dihadapan Rabb nya.
Hati yang mencintai Khaliq, akan lebih
mengutamakan-Nya dari selain-Nya...
hati yang didalamnya dipenuhi dunia, maka ia tidak akan menerima adanya
akhirat..
Apabila hati diperuntukkan bagi Khaliq, sedang wajahnya menghadap makhluk, maka
ia dapat memandang mereka demi kemashlahatan mereka sebagai bentuk kasih sayang
terhadap mereka..
Wallahu a'lam....
'Fathur Rabbani' - Syaikh Abdul Qadir al Jilany
Tak kan Ada Dua Hati dalam
Satu Rongganya.
OLEH UMMU ZAYD
Allah ta’ala
berfirman
ما
جعل الله لرجل من قلبين في جوفه (الأحزاب : 4)
“Tidaklah Allah Ta’ala menjadikan pada diri seseorang dua hati dalam satu rongganya.” (QS. Al-Ahzab: 4)
Dalam ayat ini
terkandung isyarat bahwa tidak akan terkumpul dalam diri seseorang antara
kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada musuh Allah. Antara ketaatan kepada
Allah dan ketaatan kepada musuh-musuh Allah. (Aisarut-Tafaasir, 3/271)
Maka, bagaimana
mungkin seseorang mengatakan bahwa dia mencintai Al Qur’an tapi dia masih gemar
mendengarkan musik???! Al Qur’an adalah firman Allah yang suci, sedangkan musik
adalah senandung-senandung setan. Maka bagaimana mungkin kecintaan terhadap
keduanya akan bersatu dalam rongga hati seseorang?!
ALLAH SWT
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي
السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah,
2/208)
SABAB NUZUL
Sabab
nuzul ayat ini menurut Imam Al-Baghawi [1] berkaitan dengan masuk Islamnya
seorang Ahli Kitab Yahudi Bani Nadhir bernama AbduLLAH bin Salam dan
teman-temannya, namun setelah memeluk Islam ia tetap menganggap mulianya hari
Sabtu & tidak mau memakan daging unta, kemudian mereka pun menyatakan:
“Wahai RasuluLLAH, bukankah Taurat itu adalah KitabuLLAH? Maka izinkan kami
tetap membacanya dalam shalat-shalat malam kami?” Maka turunlah ayat ini.
Hadits ini disebutkan pula oleh pengarang kitab Jallalain dalam tafsirnya [2]
dan pengarang kitab Al-Wajiz [3].
Sementara
pengarang kitab Zaadul Masiir menyatakan [4] bahwa ada 3 pendapat berkaitan
dengan nuzul-nya ayat ini: Pertama, ia berkaitan dengan peristiwa Ibnu Salam
(sanadnya dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas ra), kedua ia berkaitan dengan Ahli
Kitab yang tidak mau beriman pada nabi Muhammad SAW (sanadnya diriwayatkan juga
- tapi menggunakan kata ruwiya ‘an - dari Ibnu Abbas ra, disebutkan juga oleh
Adh Dhahhak), ketiga ia diturunkan untuk kaum muslimin agar mengimani &
melaksanakan semua syariat Islam (sanadnya diriwayatkan oleh Mujahid &
Qatadah ra).
TAFSIR AYAT
Imam Ibnu
Katsir dalam tafsirnya [5] menafsirkan maknanya sebagai: “Masuklah ke dalam
ketaatan seluruhnya.” Ia menyitir pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Abul ‘Aliyah,
Ikrimah, Rabi’ bin Anas, As-Suddiy, Muqatil bin Hayyan, Qatadah, Adh-Dhahhak,
berkata mereka bahwa makna ( كافة) dalam ayat tersebut:
“Beramallah dengan semua amal & seluruh bentuk kebajikan.”
Imam
At-Thabari dalam tafsirnya [6] memilih pendapat yang menafsirkannya: “Masuklah
ke dalam Islam keseluruhannya.” Iapun menyitir atsar lainnya dari Mujahid,
Qatadah, Ibnu Abbas, As-Suddiy, Ibnu Zaid dan Adh-Dhahhak yang berpendapat
demikian. Ini pula pendapat Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya [7], demikian pula
Imam Al-Baghawi [8], dan pengarang kitab Fathul Qadir [9].
KARAKTERISTIK ISLAM DAN MUSLIM
Islam
adalah agama yang memiliki karakteristik yang khusus dan sempurna, karena ia
diturunkan dari yang Maha Sempurna. Dan Allah SWT menurunkan Islam semata-mata
untuk mengangkat, meninggikan, memuliakan dan menyempurnakan hamba2-Nya, karena
ia tidak memiliki kepentingan (vested interest) sedikit pun atas manusia. Oleh
karena itu maka seorang yang berinteraksi dengan Islam secara benar maka secara
logika ia pastilah akan terbentuk, tercelup dan tersempurnakan (QS 2/138) oleh
sistem yang paling sempurna (QS 5/3) yang diturunkan oleh yang Maha Sempurna
melalui hambanya yang paling sempurna (QS 68/3-4).
Maka jika
kita melihat kondisi kaum muslimin tidak sebagaimana karakteristik yang
dipaparkan dibawah ini, maka penyebabnya adalah 1 diantara 2 hal: Apakah ia
adalah seorang yang hanya memiliki pemahaman Islam yang minim dan seadanya
sehingga ia tidak mampu menikmati dan menyerap seluruh nilai-nilai Islam itu
dengan baik; atau ia adalah seorang yang berprasangka buruk terhadap Islam,
menganggapnya sebagai cerita kuno dan identik dengan keterbelakangan sehingga
ia tidak mau menyisakan waktunya untuk mempelajari Islam dengan teliti dan
sunguh-sungguh.
Untuk
kelompok pertama solusinya adalah dengan mempelajari Islam secara teliti dan
sungguh-sungguh, bukankah anda telah memilih untuk memeluk agama ini? Maka
mengapakah anda menyiksa diri anda dengan keraguan tanpa berusaha untuk
memuaskan keraguan fikiran dan jiwa anda terhadap agama yang telah anda pilih ini?!
Dan untuk
kelompok kedua, maka dapat dikatakan bahwa anda tidak bersikap obyektif dan
adil terhadap Islam. Bagaimana anda telah mempelajari ilmu pengetahuan yang
anda pelajari saat ini dengan sungguh-sungguh, bertahun-tahun lamanya, dengan
membaca berbagai buku dan media, melakukan berbagai percobaan, survai dan
eksperiman, mengalami keberhasilan dan kegagalan silih berganti, sampai
akhirnya anda berhasil saat ini; sementara sebaliknya terhadap Islam, hanya
dengan membaca dan mendengar seadanya tanpa usaha yang keras anda sudah
menyimpulkan bahwa Islam identik dengan kebodohan dan keterbelakangan, apakah
ini sebuah sikap yang ilmiah dan obyektif?!
Adapun
karakteristik seorang muslim sebagai dampak dari Islam yang dipelajari,
difahami dan diamalkannya dengan benar dan konsisten tersebut antara lain
adalah:
1. Islam
adalah agama yang membersihkan penganutnya dari syirik dan Islam paling sesuai
dengan fitrah kemanusiaan; maka seorang muslim yang benar seharusnya menjadi
seorang yang ikhlas dan lurus fitrahnya (QS 39/2;11;14, 7/172, 30/30).
2. Islam
adalah agama yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan aturan; maka seorang
muslim seharusnya menjadi seorang yang bermutu dan teratur (QS 43/4, 36/1-2).
3. Islam
adalah agama moralitas dan hukum; maka seorang muslim akan menjadi orang yang
bermoral dan bijaksana (QS 4/36;105).
4. Islam
adalah agama kebersihan dan kesucian; maka seorang muslim seharusnya menjadi
orang yang bersih fisiknya serta suci jiwanya (QS 9/108).
5. Islam
adalah agama ilmu dan amal; maka seorang muslim seharusnya menjadi seorang alim
yang aktif beramal (QS 47/19, 2/44).
6. Islam
adalah agama Ilmu dan pemikiran; maka seorang muslim haruslah menjadi seorang
alim yang pemikir (QS 9/122).
7. Islam
adalah agama aktifitas dan pahala; maka seorang muslim haruslah menjadi seorang
aktifis yang senantiasa optimis akan ganjaran Allah SWT atas setiap
pekerjaannya.
8. Islam
adalah agama kekuatan dan tanggungjawab; maka seorang muslim seharusnya menjadi
orang yang kuat dan dapat dipercaya (QS 28/26).
9. Islam adalah
agama kemuliaan dan kasih-sayang; maka seorang muslim harus menjadi seorang
yang mulia tapi penyayang (QS 9/128, 49/10).
10. Islam
adalah agama negara dan ibadah; maka seorang muslim akan menjadi seorang
politisi yang ahli ibadah (QS 73/20).
11. Islam
merupakan agama senjata dan al-Qur’an; maka seorang muslim akan menjadi seorang
mujahid yang rabbani / ahli ibadah (QS 9/111, 3/79).
12. Islam
adalah agama harakah dan peraturan; maka seorang muslim akan menjadi seorang
aktifis yang teratur/tidak serabutan dan sembrono (QS 9/38-39, 16/125)
ISLAM SEBAGAI SISTEM YANG MENGATUR SELURUH ASPEK KEHIDUPAN MUSLIM
Jika kita
membaca dan mempelajari Tafsir al-Qur’an, baik yang dikarang oleh ulama
terdahulu (salaf) maupun kontemporer (khalaf), maka akan kita dapatkan definisi
cakupan Islam sebagai sistem yang memberi arahan kepada semua aspek kehidupan
muslim. Dari masalah yang remeh seperti mengenai cara berjalan dan berbicara
(QS 31/19) sampai dengan masalah besar seperti hukum dan undang-undang (QS
5/48-49) dapat ditemui arahannya di dalam al-Qur’an dan as-sunnah. Secara
lengkap pengarahan Islam dalam al-Qur’an mengenai berbagai aspek kehidupan
muslim, dapat disebutkan sebagai berikut:
Islam
sebagai agama dan idiologi (QS 6/162-164)
Islam
sebagai sistem yang mengatur moralitas dan tingkah-laku (QS 17/23-37)
Islam
sebagai pedoman yang mengarahkan perasaan (QS 57/22-23, 4/104)
Islam
sebagai pedoman dalam sistem pendidikan (QS 96/1-5, 3/164)
Islam
sebagai pedoman dalam sistem sosial kemasyarakatan (QS 49/11-13, 24/11-17)
Islam
sebagai pedoman dalam sistem politik dan kenegaraan (QS 4/59)
Islam
sebagai pedoman yang mengatur sistem perekonomian (QS 2/3, 59/7, 9/60;103)
Islam
sebagai pedoman dalam sistem kemiliteran (QS 8/39,60-61)
Islam
sebagai pedoman dalam sistem hukum dan perundangan (QS 5/50)
Wallahu
waliyyu at-Taufiiq…
Catatan Kaki:
[1]
Tafsir Al-Baghawi, I/240
[2]
Tafsir Jallalain, I/41
[3]
Tafsir Al-Wajiz, I/160
[4]
Tafsir Zaadul Masiir, I/224
[5]
Tafsir Ibnu Katsir, I/335
[6]
Tafsir At-Thabari, II/335
[7] Tafsir
Al-Qurthubi, III/26
[8]
Tafsir Al-Baghawi, I/240
[9]
Tafsir Fathul Qadir, I/321
Jantung Bukan Hati
Pernah
seorang pakar jantung bertanya saya tentang sabda Nabi s.a.w: “Ketahuilah
bahawa dalam jasad ada seketul daging, apabila baik maka baiklah jasad, apabila
rosak maka rosaklah jasad. Ketahuilah ia adalah hati!”. Dia bertanya saya mengapakah
Nabi s.a.w menyebut ‘hati’ tidak menyebut jantung
sedangkan jantung adalah organ terpenting dan penentu dalam tubuh manusia.
Saya
jawab: Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
dan Muslim itu, Nabi s.a.w tidak pernah menyebut ‘hati’, sebaliknya menyebut
al-qalb iaitu jantung. Adapun hati dalam bahasa Arab disebut kabid. Namun,
malangnya dalam bahasa Melayu jantung selalu diterjemah sebagai hati. Sedangkan
bahasa Inggeris menterjemah dengan betul iaitu ‘heart’ yang bermaksud jantung.
Cumanya, orang Melayu menterjemahkan ‘you are
in my heart’ sebagai ‘awak
dalam hatiku’padahal hati dalam bahasa Inggeris ‘liver’ bukan ‘heart’.
Namun ‘heart attack’ tetap
sebagai serangan jantung, tidak pula serangan hati.
Begitu ‘heart disease’ sebagai penyakit jantung. Mungkin
kerana ia berkaitan sakit, jika salah terjemah buruk padahnya. Jangan sampai
doktor yang sepatutnya membedah jantung dibedahnya hati. Orang boleh derma hati
dan terus hidup, namun tidak mungkin boleh derma jantung dan terus hidup.
Qalb dan Qulub
Al-Quran dan Sunnah menggunakan perkataan qalb (jantung) atau qulub (jantung-jantung) sebagai kata jamak
atau plural untuk qalb.
Sejak dahulu perkataan qalb difahami oleh orang Arab sebagai organ
yang tergantung dalam tubuh manusia.
Dalam kamus rujukan bahasa Arab yang terpenting, iaitu Lisan
al-‘Arab, pengarang Ibn Manzur (meninggal 711H) menyatakan: Al-Qalb: segumpal
daging dari fuad (jantung) yang tergantung dengan urat besar tempat ia
bergantung” (Ibn
Manzur, Lisan al-‘Arab 1/687, Beirut: Dar al-Fikr).
Disebabkan perkembangan ilmu perubatan, maka dalam kamus Arab
moden takrifan lebih terperinci. Dalam al-Mu’jam al-Wasit disebut: “al-Qalb
ialah organ berotot dalaman yang menerima darah daripada salur darah dan
mengepam ke arteri” (al-Mu’jam
al-Wasit, 2/753).
Ini sama dengan maksud jantung dalam Kamus Dewan Bahasa: “Organ
berotot yang mengepam darah ke seluruh badan” (Kamus Dewan Bahasa Edisi Ke-3, 519).
Jelas, qalb atau kata jamaknya qulub yang digunakan oleh orang Arab,
demikian digunakan oleh al-Quran dan Hadis tidak merujuk kepada hati, tetapi
merujuk kepada jantung. Terjemahan Inggeris lebih tepat iaitu ‘heart’.
Malangnya, hingga terjemahan heart dari Inggeris ke melayu juga tidak
stabil kerana kadang-kadang diterjemah sebagai hati, kadang-kadang diterjemah
sebagai jantung.
Kekeliruan
Kekeliruan dalam memberikan maksud qalbu atau heart ini telah
menyebabkan Kamus Dewan Bahasa memberikan maksud perkataan hati yang pelbagai.
Disebut dalam Kamus Dewan: “Hati: 1.
organ dlm badan yg berwarna perang kemerah-merahan di dlm perut di bahagian
sebelah kanan…2. = jantung.. 3. batin (tempat perasaan, pengertian)..”. (ibid, 445).
Sementara itu dalam satu artikel yang diterbitkan oleh Jurnal
Bahasa DBP (Jilid 5, Bilangan 4, 2005) Imran Ho Abdullah dan Norsimah Mat Awal
cuba memberikan maksud hati secara konsep dan metafora dalam bahasa Melayu.
Artikel mereka itu berjudul “Pengkonsepsian dan Pemetaforaan Hati”.
Namun saya melihat, justifikasi bahasa di sudut konsep dan
metafora yang cuba diberikan dan juga kepelbagaian maksud hati sehingga
diterjemahkan salah satunya sebagai jantung, tetap mengelirukan bagi memahami
maksud asal qalb dalam al-Quran dan Hadis.
Bahkan penyataan hati bermaksud jantung dalam bahasa Melayu itu
sendiri boleh mengelirukan kerana keduanya organ yang berbeza. Apatahlagi,
kajian saintifik moden benar-benar membezakan peranan antara kedua organ
tersebut.
Jika pun boleh diterima, salah satu pengertian hati itu
disebutkan oleh Kamus Dewan sebagai batin atau tempat perasaan. Ini hampir ada
persamaan dengan maksud akal (al-‘Aql) yang sebut juga sebagai
salah satu maksud qalb dalam Lisan al-‘Arab (m.s 687).
Maka perkataan qulub atau qalb dalam nas-nas Islam lebih tepat
diterjemahkan sebagai jantung, atau jika hendak digunakan juga perkataan hati
mungkin boleh disebut ‘jantung hati’. Sebahagian penulis
atau pembicara suka menggunakan perkataan ‘kalbu’ seperti ungkapan dalam ‘dalam
kalbuku ini’.
Perkataan kalbu dianggap sebagai ungkapan qalb dalam yang dimelayukan. Ya, mungkin
boleh, tetapi bagi yang mengetahui bahasa Arab ia agak berat sebab kalb iaitu dengan huruf ‘kaf’ (=kalb atau kalbun) dalam Bahasa Arab
bermaksud anjing. Jika dengan huruf ‘qaf ‘ (=qalb atau qalbun) barulah
bermaksud jantung.
Al-Quran dan
Hadis
Hari ini dengan kemajuan sains dan teknologi, begitu banyak
mukjizat sains dalam al-Quran dan Hadis ditemui. Maka, menterjemah perkataan
qalb atau qulub dalam kedua sumber itu dengan maksud asalnya iaitu jantung
adalah suatu kemestian. Jika tidak, nanti orang Melayu gagal memahami rahsia
saintifik di sebalik perkataan tersebut. Amat besar perbezaan fungsi antara
jantung dan hati!
Dengan itu kita sepatutnya menukar terjemahan ayat-ayat al-Quran
seperti: “dalam hati-hati mereka ada penyakit” (al-Baqarah: 10) dengan “dalam
jantung-jantung mereka ada penyakit”.Begitu juga: “mereka
berkata dengan mulut-mulut mereka, apa yang tiada dalam hati-hati mereka”(Ali
‘Imran: 167), diterjemahkan “…apa yang tiada dalam jantung-jantung mereka”. Begitulah seterusnya. Bahasa Inggeris
telah menterjemah dengan tepat seperti “in their hearts is disease..”,“..what was not
in their hearts”.
Ini bukan kerana ingin menyalahkan bahasa kita yang telah
berjalan sejak sekian lama. Namun, tujuannya bagi mendekatkan kefahaman secara
lebih tepat penggunaan perkataan yang dipilih oleh al-Quran dan Hadis atau
dalam Bahasa Arab. Perkembangan ilmu terutamanya sains juga mengajak kita lebih
teliti terhadap istilah-istilah al-Quran dan Hadis ini. Sekali lagi, jantung
bukan hati!