Monday, December 14, 2015

Dr. Khalif Muammar: “Toleran Saja Tak Cukup, Mesti Menerima Kebenaran” . Pluralisme Agama Tak Terbukti Wujudkan Kedamaian

Dr. Khalif Muammar:  “Toleran Saja Tak Cukup, Mesti Menerima Kebenaran”

Dr. Khalif Muammar: “Toleran Saja Tak Cukup, Mesti Menerima Kebenaran”

Ahad, 13 Desember 2015 - 13:38 WIB
Orientalis melakukan upaya menghancurkan agama melalui 3 tahap: akarnya sekularisme, batangnya liberalism dan cabangnya pluralisme, nativisme dan humanisme
Wacana pluralisme agama masih terus menjadi problem tersendiri bagi umat beragama di Indonesia, khususnya umat Islam.
Klaim-klaim tentang kesamaan transendensi agama-agama terus berupaya menisbikan batas tegas antaragama sehingga terjadi kerancuan dan pendangkalan akidah.
Kaum pluralis masih saja meyakini bahwa semua agama sama benarnya dan kesemuanya sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan.
Demikian disampaikan Dr. Khalif Muammar A. Harris, Profesor Madya di Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation (CASIS) Universiti Teknologi Malaysia Kuala Lumpur, dalam INSISTS Special Forum yang digelar Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Sabtu 12 Desember 2015 di Kalibata Jakarta Selatan.
Menurut Khalif, yang sejatinya pluralisme agama tidak menjanjikan keharmonisan dan kedamaian, dan sebagai teori dan falsafah yang pengamalannya belum lama dan teruji.
“Selain itu tidak pernah terbukti berhasil mewujudkan keharmonisan dan kedamaian, di negara-negara Barat sekalipun yang giat mencanangkannya,” ujar Khalif.
Di hadapan puluhan peserta diskusi bertajuk “Menjawab Gagasan Pluralisme Agama”, penulis buku Islam dan Pluralisme Agama inipun mengkritisi toleransi semu yang dibangun di atas pondasi pluralisme agama. Karena hal tersebut tidak meniadakan eksklusifitas agama-agama lain. Sebagai buktinya, tetap terjadi upaya-upaya massif pemurtadan terhadap umat Islam.
Oleh karena itu, toleransi tidak cukup untuk menghadirkan keharmonisan dan kedamaian.Toleransi tidak harus bermakna berkompromi dalam perkara yang prinsip sehingga membenarkan sesuatu yang salah.
“Biarlah setiap orang meyakini kebenaran agamanya masing-masing, tanpa perlu dipaksa untuk mengakui kebenaran agama orang lain.”
Menurutnya, dalam upayanya menghancurkan agama, para orientalis melalui tiga tahapan yaitu: akarnya adalah sekularisme, batangnya adalah liberalisme, dan cabangnya adalah pluralisme, nativisme, humanisme, dan lain-lain.
Tujuan dari kesemuanya itu adalah menghapuskan agama dari kehidupan. Kaum orientalis memandang agama hanya sebatas ilmu dan pusatnya adalah kebenaran, sains, teknologi, dan humanisme.
Namun bagi Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran yang merujuk kepada al-Qur`an. Dalam Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran menurut Allah Subhanahu Wata’ala.*/Yudha (Jakarta)
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

Dr. Khalif Muammar: Pluralisme Agama Tak Terbukti Wujudkan Kedamaian

Ahad 1 Rabiulawal 1437 / 13 December 2015 10:00
WACANA pluralisme agama masih terus menjadi problem tersendiri bagi umat beragama di Indonesia, khususnya umat Islam. Klaim-klaim tentang kesamaan transendensi agama-agama terus berupaya menisbikan batas tegas antaragama sehingga terjadi kerancuan dan pendangkalan aqidah. Kaum pluralis masih saja meyakini bahwa semua agama sama benarnya dan kesemuanya sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan.
Dr. Khalif Muammar A. Harris, Profesor Madya di Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation (CASIS) Universiti Teknologi Malaysia Kuala Lumpur, menyatakan sejatinya Pluralisme Agama tidak menjanjikan keharmonisan dan kedamaian.
“Sebagai teori dan falsafah yang pengamalannya belum lama dan teruji, ia tidak pernah terbukti berhasil mewujudkan keharmonisan dan kedamaian, di negara-negara Barat sekalipun yang giat mencanangkannya,” ujar Khalif Muamar dalam INSISTS Special Forum yang digelar oleh INSISTS, Sabtu, (12/12),
Di hadapan puluhan peserta diskusi bertajuk “Menjawab Gagasan Pluralisme Agama”, penulis Islam dan Pluralisme Agama inipun mengkritisi toleransi semu yang dibangun di atas pondasi pluralisme agama. Karena hal tersebut tidak meniadakan eksklusifitas agama-agama lain. Sebagai buktinya, tetap terjadi upaya-upaya massif pemurtadan terhadap umat Islam. Oleh karena itu, toleransi tidak cukup untuk menghadirkan keharmonisan dan kedamaian.
“Toleransi tidak harus bermakna berkompromi dalam perkara yang prinsip sehingga membenarkan sesuatu yang salah. Biarlah setiap orang meyakini kebenaran agamanya masing-masing, tanpa perlu dipaksa untuk mengakui kebenaran agama orang lain,” paparnya.
Lebih lanjut Khalif Muamar menegaskan, dalam upayanya menghancurkan agama, para orientalis melalukukan tiga tahapan yaitu: akarnya adalah sekularisme, batangnya adalah liberalisme, dan cabangnya adalah pluralisme, nativisme, humanisme, dan lain-lain.
“Tujuan dari kesemuanya itu adalah menghapuskan agama dari kehidupan,” ujarnya.
Kaum orientalis memandang agama hanya sebatas ilmu dan pusatnya adalah kebenaran, sains, teknologi, dan humanisme. Namun bagi Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran yang merujuk kepada al-Qur`an.
“Dalam Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran menurut Allah,” terangnya. [yh/Islampos]