Dr. Khalif Muammar: “Toleran
Saja Tak Cukup, Mesti Menerima Kebenaran”
Ahad,
13 Desember 2015 - 13:38 WIB
Orientalis melakukan
upaya menghancurkan agama melalui 3 tahap: akarnya sekularisme, batangnya
liberalism dan cabangnya pluralisme, nativisme dan humanisme
Wacana pluralisme
agama masih terus menjadi problem tersendiri bagi umat beragama di Indonesia,
khususnya umat Islam.
Klaim-klaim
tentang kesamaan transendensi agama-agama terus berupaya menisbikan batas tegas
antaragama sehingga terjadi kerancuan dan pendangkalan akidah.
Kaum
pluralis masih saja meyakini bahwa semua agama sama benarnya dan kesemuanya sama-sama
jalan yang sah menuju Tuhan.
Demikian
disampaikan Dr. Khalif Muammar A. Harris, Profesor Madya di Centre for Advanced
Studies on Islam, Science and Civilisation (CASIS) Universiti Teknologi
Malaysia Kuala Lumpur, dalam INSISTS Special Forum yang
digelar Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS)
Sabtu 12 Desember 2015 di Kalibata Jakarta Selatan.
Menurut
Khalif, yang sejatinya pluralisme agama tidak menjanjikan keharmonisan dan
kedamaian, dan sebagai teori dan falsafah yang pengamalannya belum lama dan
teruji.
“Selain
itu tidak pernah terbukti berhasil mewujudkan keharmonisan dan kedamaian, di
negara-negara Barat sekalipun yang giat mencanangkannya,” ujar Khalif.
Di
hadapan puluhan peserta diskusi bertajuk “Menjawab Gagasan Pluralisme Agama”,
penulis buku Islam dan Pluralisme Agama inipun
mengkritisi toleransi semu yang dibangun di atas pondasi pluralisme agama.
Karena hal tersebut tidak meniadakan eksklusifitas agama-agama lain. Sebagai
buktinya, tetap terjadi upaya-upaya massif pemurtadan terhadap umat Islam.
Oleh
karena itu, toleransi tidak cukup untuk menghadirkan keharmonisan dan
kedamaian.Toleransi tidak harus bermakna berkompromi dalam perkara yang prinsip
sehingga membenarkan sesuatu yang salah.
“Biarlah
setiap orang meyakini kebenaran agamanya masing-masing, tanpa perlu dipaksa
untuk mengakui kebenaran agama orang lain.”
Menurutnya,
dalam upayanya menghancurkan agama, para orientalis melalui tiga tahapan yaitu:
akarnya adalah sekularisme, batangnya adalah liberalisme, dan cabangnya adalah
pluralisme, nativisme, humanisme, dan lain-lain.
Tujuan
dari kesemuanya itu adalah menghapuskan agama dari kehidupan. Kaum orientalis
memandang agama hanya sebatas ilmu dan pusatnya adalah kebenaran, sains,
teknologi, dan humanisme.
Namun
bagi Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran yang merujuk kepada al-Qur`an.
Dalam Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran menurut Allah Subhanahu
Wata’ala.*/Yudha (Jakarta)
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Dr. Khalif Muammar:
Pluralisme Agama Tak Terbukti Wujudkan Kedamaian
Ahad 1 Rabiulawal 1437 / 13 December 2015 10:00
WACANA pluralisme
agama masih terus menjadi problem tersendiri bagi umat beragama di Indonesia,
khususnya umat Islam. Klaim-klaim tentang kesamaan transendensi agama-agama
terus berupaya menisbikan batas tegas antaragama sehingga terjadi kerancuan dan
pendangkalan aqidah. Kaum pluralis masih saja meyakini bahwa semua agama sama
benarnya dan kesemuanya sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan.
Dr. Khalif Muammar A. Harris, Profesor Madya di
Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation (CASIS) Universiti
Teknologi Malaysia Kuala Lumpur, menyatakan sejatinya Pluralisme Agama tidak
menjanjikan keharmonisan dan kedamaian.
“Sebagai teori dan falsafah yang pengamalannya belum
lama dan teruji, ia tidak pernah terbukti berhasil mewujudkan keharmonisan dan
kedamaian, di negara-negara Barat sekalipun yang giat mencanangkannya,” ujar
Khalif Muamar dalam INSISTS Special Forum yang digelar oleh INSISTS, Sabtu,
(12/12),
Di hadapan
puluhan peserta diskusi bertajuk “Menjawab Gagasan Pluralisme Agama”, penulis Islam dan Pluralisme Agama inipun
mengkritisi toleransi semu yang dibangun di atas pondasi pluralisme agama.
Karena hal tersebut tidak meniadakan eksklusifitas agama-agama lain. Sebagai
buktinya, tetap terjadi upaya-upaya massif pemurtadan terhadap umat Islam. Oleh
karena itu, toleransi tidak cukup untuk menghadirkan keharmonisan dan
kedamaian.
“Toleransi tidak harus bermakna berkompromi dalam
perkara yang prinsip sehingga membenarkan sesuatu yang salah. Biarlah setiap
orang meyakini kebenaran agamanya masing-masing, tanpa perlu dipaksa untuk
mengakui kebenaran agama orang lain,” paparnya.
Lebih lanjut Khalif Muamar menegaskan, dalam upayanya
menghancurkan agama, para orientalis melalukukan tiga tahapan yaitu: akarnya
adalah sekularisme, batangnya adalah liberalisme, dan cabangnya adalah
pluralisme, nativisme, humanisme, dan lain-lain.
“Tujuan dari kesemuanya itu adalah menghapuskan agama
dari kehidupan,” ujarnya.
Kaum orientalis memandang agama hanya sebatas ilmu
dan pusatnya adalah kebenaran, sains, teknologi, dan humanisme. Namun bagi
Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran yang merujuk kepada al-Qur`an.
“Dalam Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran
menurut Allah,” terangnya. [yh/Islampos]