Tuesday, December 8, 2015

Habib Salim Bin Ahmad Bin Husain Bin Jindan Menyatakan Syiah Rafidhah Kafir !


Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (bin Jindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah seorang ulama dan habib besar yang dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru denganbanyak ulama. Seorang ahli hadits yang menghafal 70.000 hadits (ada yang mengatakan ratusan ribu hadits).
Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh Habib Salim karena beliau tidak memerlukan penghargaan.
Pada buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, mufti Indonesia pada masanya, secara gamblang menerangkan bahwa beliau dan termasuk seluruh datuk-datuknya secara estafet hingga Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, sangatlah menghormati dan membela kehormatan para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Dalam kitab tersebut disebutkan, “Siapakah kaum Rafidhah itu? Mereka adalah orang orang yang mengklaim bahwa diri mereka mencintai keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Pada hal kenyataannya tidaklah demikian. Mereka menganggap diri mereka mengikuti jalan pembesar keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti Imam Hasan dan Imam Husain, ayah mereka Imam Ali, Ali bin Al Husain, dan Zaid bin ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Sementara mereka tidak mengakui keberadaan orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, ‘Amr bin Al ‘Ash, sehingga mereka mencaci makinya.”
Habib Salim sangat tegas dalam melawan kaum Syi’ah Rafidhah yang salah satu ciri khas mereka adalah mencela, mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para Shahabat Nabi, karena hal itu sangat bertentangan aqidah dan keyakinan yang beliau anut.
Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dlm membeberkan kesesatan Syiah kaum pencaci maki para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah cara beliau menukil hadits serta pendapat para ulama. Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yang secara terang-terangan berlawanan dengan aqidah Syiah, antara lain yang tertera pada halaman 5 dan 6 buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah karangan beliau, yaitu pada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Barang siapa mencaci maki sahabat-sahabatku,maka cambuklah dia!”
Habib Salim mengomentari hadits ini dengan mengatakan, “Kaum Rafidhah atau Syiah tidak pernah berhenti mencela Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak hentinya mereka mencaci maki, bahkan selalu mereka sebut (cacian itu) dalam berbagai pertemuan, di madrasah, bahkan di kampus, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Mereka memang sebagian orang yang telah sesat dan dicelakakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah memerangi mereka.”
Habib Salim juga menukil pendapat Syaikh Ibnu Hajar dalam kitab Ash Shawaiqyang mengkatakan, “Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau aktivis Syiah yang mengingkari kekhalifahan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu.”
Habib Salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas dalam riwayat Imam Ath Thabarani dalam Mu’jam-nya dari `Uwaimir Radhiyalallahu ‘Anh yang mengatakan: “Maka barang siapa mencaci-maki mereka (para Shahabat), baginya kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat dan segenap insan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima ibadah wajib dan sunnahnya.”
Kata Habib Salim: “Meskipun kaum Rafidhah dan Syiah menganggap diri mereka sebagai kaum Muslimin yang menunaikan shalat dan puasa, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima semua ibadah mereka, sebagaimana dinashkan dalam konteks lahiriah hadits di atas. Tidaklah bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu seorang Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akhirat.” (QS. 33/57)
Habib Salim menandaskan, barang siapa menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mencela Shahabat atau keluarganya,maka dia adalah orang yang terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan terkutuknya pencaci maki para sahabat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu oleh Imam Tirmidzi dan Al Khatib bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Jika kalian melihat orang-orang yang mencaci maki sahabat-sahabatku, maka katakanlah: Kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kejahatan kalian.”
Dalam merespon hadits ini, Habib Salim sangat tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah yang mencaci maki para Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, termasuk yang kini marak diusung oleh para alumni Qum Iran beserta antek-antek mereka seraya beliau mengatakan, “Ini merupakan prinsip yang tidak disangsikan lagi, karena sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adalah mereka yang mencaci maki para Shahabat Nabi mereka.Mencaci maki dan mencela para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan perilaku kaum Rafidhah dan Syiah.”
Orang Ahli Sunnah menamakan mereka sebagai Yahudi-nya umat ini. Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mereka, karena jika kita bertanya kepada seorang tokoh Yahudi tentang Shahabat Nabi Musa Alaihis Salam, pasti akan berkata, “Merekalah orang-orang pilihan kami dan orang-orang yang kami kasihi!”
Begitupun jika kita bertanya kepada kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa Alaihis Salam, pastilah akan menjawab, ”Merekalah Rasulullah kami dan orang-orang pilihan kami.”
Namun, jika kita bertanya kepada orang Rafidhah atau Syiah tentang Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, niscaya akan menjawab, ”Sesungguhnya mereka itu sejelek-jelek kami dan orang-orang zhalim kami.”
Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah kelompok Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya Al Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan adzab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melarang dari perbuatan demikian (yakni meratap) dan Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam daripada wanita-wanita yang berbai’at adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari Sayyidina Ibnu Mas`ud Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Bukanlah dari kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya keluar daripada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana dinyatakan dalam hadits tadi.
Telah berkata Asy Syarif An Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad Al Masyhur Al Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah mazmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Habib Salim bin Ahmad bin Jindan menutup kitabnya dengan melantunkan doa: “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan kaum Rafidhah atau Syiah.”


Pada buku Arra'ah Alghamidhah,Habib Salim bin Ahmad bin Jindan,Mufti Indonesia pd masanya,secara gamblang menerangkan bhw beliau dan tentunya termasuk seluruh datuk-datuknya secara estafet hingga Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA,sangatlah menghormati dan membela kesucian para sahabat Nabi SAW.Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut madzhab Ahlus Sunnah Wal jama'ah.



Habib Salim sgt tegas dlm melawan kaum Syi'ah yg salah satu ciri khas mrk adlh mencela, mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para sahabat Nabi SAW, krn hal itu sgt bertentangan aqidah dan keyakinan yg beliau anut.


Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dlm membeberkan kesesatan Syiah kaum pencaci maki para shahabat Nabi SAW,adalah cara beliau menukil hadits serta pendapat para ulama.Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yg secara terang-tengan berlawanan dgn aqidah Syiah,antara lain yg tertera pada hal 5 dan 6 pd buku Arra'ah Alghamidhah karangan beliau yaitu sabda Nabi SAW:

''Barang siapa mencaci maki sahabat-sahabatku,maka cambuklah dia !!!''

Habib Salim mengomentari hadits ini dgn mengatakan:''Kaum Rafidhah atau Syiah tdk pernah berhenti mencela sahabat Rasulullah SAW.Tidak hentinya mrk mencaci maki,bahkan selalu mereka sebut (cacian itu) dlm berbagai pertemuan,di madrasah, bahkan di kampus,baik secara terang- terangan atau sembunyi-sembunyi.Mereka memang sebagian org yg telah sesat dan dicelakakan oleh Allah SWT. Semoga Allah memerangi mereka''.

Habib Salim juga menukil pendapat Syeikh Ibnu Hajar dalam kitab Asshawaiq yg mengkatakan :''Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau aktifis Syiah yg mengingkari kekhalifahan Abu Bakar RA''.

Habib salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas dlm riwayat Imam Thabarani dalam Mu'jamnya dari `Uwaimir RA yg mengatakan :''Maka barang siapa mencaci maki mereka (para sahabat),baginya kutukan Allah SWT,malaikat dan segenap insan. Allah SWT tdk akan menerima ibadah wajib dan sunnahnya''.

Kata Habib Salim :''Meskipun kaum Rafidhah dan Syiah menganggap diri mrk sebagai kaum muslimin yg menunaikan shalat dan puasa,akan tetapi Allah SWT tdk akan menerima semua ibadah mrk,sebagaimana dinashkan dlm konteks lahiriah hadits di atas.Tidaklah bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu seorang sahabat Rasulullah SAW.Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya :''Sesungguhnya org2 yg menyakiti Allah dan Rasulul-Nya,Allah akan melaknatnya di dunia dan akherat''. (QS. 33/57)

Habib Salim menandaskan,barang siapa menyakiti Rasulullah SAW dgn mencela sahabat atau keluarganya,maka dia adlh org yg terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan terkutuknya pencaci maki para sahabat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA oleh Imam Tirmidzi dan Alkhatib bahwa Rasulullah SAW bersabda :

''Jika kalian melihat org2 yg mencaci maki sahabat-sahabatku,maka katakanlah : Kutukan Allah SWT atas kejahatan kalian''.

Dalam merespon hadits ini,Habib Salim sgt tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah yg mencaci maki para sahabat Nabi SAW,termasuk yg kini marak diusung oleh para alumni Qum Iran beserta antek-antek mrk seraya beliau mengatakan :

''Ini merupakan prinsip yg tdk disangsikan lagi,krn sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adlh mrk yg mencaci maki para sahabat Nabi mrk.Mencaci maki dan mencela para sahabat Nabi SAW merupakan perilaku kaum Rafidhah dan Syiah''.

Orang Ahli Sunnah menamakan mrk sebagai Yahudinya umat ini.Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mrk,krn jika kita bertanya kpd seorang tokoh Yahudi tentang sahabat Nabi Musa AS,pasti akan berkata :''Merekalah orang-orang pilihan kami dan orang-orang yg kami kasihi !''

Begitupun jika kita bertanya kpd kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa AS, pastilah akan menjawab :''Merekalah junjungan kami dan orang-orang pilihan kami''

Namun,jika kita bertanya kpd org rafidhah atau Syiah tentang sahabat Rasulullah SAW,niscaya akan menjawab :''Sesungguhnya mrk itu sejelek-jelek kami dan org2 dzalim kami''.

Habib Salim Bin Ahmad Jindan menutup perkataannya dgn melantunkan doa: ''Semoga Allah SWT membinasakan kaum Rafidhah atau Syiah'


Fatwa Al-Habib Al-Musnid Syekh Salim bin Ahmad bin Jindan Tentang Syi’ah dan Rafidhah

Habib Salim bin Ahmad bin Jindan adalah seorang ulama yang dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324 H atau bertepatan dengan 7 September 1906 M. Nama lengkapnya adalah Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Djindan. Ia wafat di Jakarta pada 16 Rabiul Awal 1389 atau bertepatan dengan 1 Juni 1969. Terkait Syiah dan Rafidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan telah mengeluarkan fatwanya sebagai berikut:

لمقالة الأولى: من هم الرافضة؟ هم الذين ينتحلون حب أهل البيب وليسوا كذلك ويزعمون أنهم أتباع أكابر أهل البيت مثل الحسنين وأبيهما وعلي بن الحسين وزيد بن علي رضي الله عنهم وهم يتبرأون من أبي بكر وعمر وعثمان ومعاوية وعمرو بن العاص وأنصارهم رضوان الله عليهم أجمعين فيسبونهم. (الراعة الغامضة في نقض كلام الرافضة, ص 1)

Siapakah golongan Rafidhah itu? Mereka adalah kaum yang suka mengklaim palsu kecintaan terhadap ahlul bait, padahal mereka tidaklah demikian. Mereka mengaku sebagai pengikut para tokoh utama ahlul bait seperti Al-Hasan dan Al-Husain dan ayah mereka berdua (Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib), juga ‘Ali bin Al-Husain (Zainal Abidin), dan Zaid bin ‘Ali—semoga Allah meridhoi mereka, namun mereka berlepas diri dari Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina ‘Umar, Sayyidina ‘Utsman, Sayyidina Mu’awiyah, Sayyidina ‘Amr bin ‘Ash dan para penolong mereka, dan mencaci mereka semuanya. (Kitab Ar-Ra’at Al-Ghamidhoh fi Naqdh Kalam Al-Rafidhoh, hlm. 1)

المقالة الثانية: واتفق بجواز لعن شاتمهم في حديث ابن عمر ما رواه الترمذي والخطيب قوله عليه السلام: إذا رأيتم الذين يسبون أصحابي فقولوا لعنة الله على شركم فهذا لا ريب في ذلك لأن شرار هذه الأمة الذين يسبون أصحاب نبيهم, والسب والذم على أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم من سنة الرافضة والشيعة. فهؤلاء يسميهم أهل السنة يهود هذه الأمة, بل كانت اليهود خيرا منهم لو سألنا رجلا يهوديا عن أصحاب موسى ليقول هؤلاء خيارنا وأحباءنا ولو سألنا النصراني أيضا عن حواري عيسى ليقول هؤلاء هم سادتنا وخيارنا ولو سألنا الروافض والشيعة عن أصحاب محمد ليقولون إنهم أشرارنا وظالمونا قاتلهم الله أنى يؤفكون! والحاصل أن الرافضة وأذنابهم ثبت في الكتاب والسنة أنهم من أهل النار مع إثبات الكفر عليهم والخروج من الدين الإسلامي وإن كانوا يزعمون أنفسهم مسلمين, أوليست اليهود والنصارى أنهم مسلمون من أهل الجنة؟؟؟ ولذلك قال الله تعالى ليس بأمانيكم ولا أماني أهل الكتاب من يعمل سوءا يجز به (النساء: 122) وإن كان مسلما يزعم أنه من أمة محمد صلى الله عليه وسلم فهو من أهل الفرق الضالة خارج عن السنة والجماعة وكان من أهل النار (الراعة الغامضة في نقض كلام الرافضة, ص 7-8)

Disepakati akan bolehnya melaknat orang yang mencerca para Sahabat. Di riwayatkan oleh Ibnu ‘Umar radhiallahu anhu, sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jika kamu melihat orang-orang yang mencela para Sahabatku maka ucapkanlah laknat Allah atas kejahatan kalian!” (Hadits Riwayat Tirmidzi dan Al-Khatib). Hal ini tak diragukan lagi sebab orang-orang yang mencaci para Sahabat Nabi adalah seburuk-buruk umat ini. Cacian dan cercaan kepada para Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah tradisi kaum Rafidhah dan Syiah secara umum. Mereka itulah yang dinamakan ‘Yahudi Islam’, yaitu kaum Yahudi-nya umat ini. Bahkan umat Yahudi lebih baik daripada mereka, sebab jika kita tanyakan tentang sahabat Nabi Musa, mereka jawab, mereka adalah para kekasih orang-orang pilihan kami. Jika kita tanyakan orang Nasrani tentang para hawari Nabi Isa, mereka jawab, bahwa hawari Isa adalah para pemimpin dan orang terbaik kami. Namun jika kita tanyakan tentang para Sahabat Nabi Muhammad Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kaum Rafidhoh dan Syiah, mereka jawab, bahwa para sahabat adalah orang-orang yang jahat dan zalim! Semoga Allah perangi mereka karena ucapan keji itu.

Kesimpulannya, kaum Rafidhoh dan para pengekornya (Syiah) telah ditetapkan dalam Qur’an dan Sunnah adalah ahli neraka dengan penetapan kekufuran atas mereka dan telah keluar dari agama Islam, betapa pun mereka tetap mengaku muslim. Sebab, bukankah Yahudi dan Nasrani juga tetap mengaku muslim (pasrah) kepada Allah, dan mengklaim diri mereka ahli syurga?! Oleh karena itulah, Allah berfirman: bukan karena angan-angan kalian dan juga angan-angan ahli kitab, siapa saja yang mengerjakan keburukan maka ia akan dibalas setimpal (Quran Surat An-Nisa: 122). Dan jika dia tetap kukuh mengaku muslim dari umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ia tergolong pengikut sekte sesat dan telah keluar dari garis sunnah dan jama’ah, dan termasuk ahli neraka. (hlm. 7-8).

المقالة الثالثة: فيجب على كل مسلم مخلص الإيمان عالم بلذة إسلامه وطعم إيمانه أن يؤدي شكره لأبي بكر الصديق فضلا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولكن وجدنا أشرار هذه الأمة ويهودها يعني الروافض سبوه وطعنوه ورموه بالظلم و حاشا أن يكون للطيب صاحب سوء –يعني بالطيب النبي صلى الله عليه وسلم- ولكن الروافض هم الكافرون, وحكمنا بالكفر على من سب أحدا من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم مثل الخلفاء الراشدين لا يحبهم إلا مؤمن ولا يبغضهم إلا منافق معاند كافر ملعون من السبع الأرضين والسموات ألا إن لعنة الله على الكافرين (الراعة الغامضة في نقض كلام الرافضة, ص 11)

Maka wajib atas setiap muslim yang ikhlas dalam imannya, dan merasakan kelezatan Islam dan rasa imannya, untuk menunaikan rasa terimakasih kepada Abu Bakar As-Shiddiq, terlebih lagi kepada Rasulullah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi kita telah dapati seburuk-buruk umat ini dan Yahudinya, yaitu kaum Rafidhah, telah mencaci dan mendiskreditkan beliau (Abu Bakar radhiallahu anhu) dan menuduhnya berbuat zalim. Sungguh mustahil orang yang baik (yaitu Nabi Muhammad) memiliki teman yang jahat, namun kaum Rafidhah itulah orang kafir, dan kami telah memvonis kekufuran atas siapa saja yang mencaci salah seorang sahabat Nabi Muhammad Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seperti Khulafa’ Rasyidin. Hanya orang mukminlah yang mencintai mereka, dan hanya orang munafik, keras kepala, dan kafir lah yang membenci mereka. Orang itu dikutuk dari tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, ingatlah bahwa laknat Allah atas orang-orang kafir! (hlm. 11).

فسئلوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون (أنبياء 7
Oleh: Ustadz Muhammad Anshori Dahlan

Ketua ANNAS Jakarta: Leluhur Habaib Hijrah ke Hadramaut Menghindari Fitnah Syiah

Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta, Habib Buya Abu Bakar Zein Al-Habsyi mengatakan para leluhur habaib (para habib.red) hijrah dari Iraq menuju Yaman untuk menghindari kerusakan aqidah yang dimunculkan oleh Syiah.
“Tokoh awalnya, Isa bin Muhajir dari keturunan Rasulullah berhijrah meninggalkan Bashrah menuju Hadramaut semata-mata untuk menyelamatkan iman,” katanya saat kepada kiblat.net, beberapa waktu lalu (25/10).
Padahal, lanjut Habib Abu Bakar, kondisi di Hadramaut Yaman sangat memprihatinkan. Hadramaut merupakan daerah yang gersang, sulit air, sulit tanaman, kehidupanpun susah. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah leluhur para Habaib untuk berhijrah ke sana.
“Karena di Bashrah penuh fitnah-fitnah bermacam-macam yang banyak dilakukan oleh Syiah. Justru, mereka meninggalkan Bashrah untuk menyelamatkan aqidah dari aliran sesat,” paparnya.
Kata Habib Abu Bakar, adapun keturunan Habaib yang terpengaruh ajaran Syiah, umumnya disebabkan ketidaktahuan mereka dengan kesesatan ajaran Syiah. Selain itu, karena tertipu pula oleh slogan-slogan Syiah yang mengaku sebagai para pecinta keluarga nabi SAW.
“Di antara mereka, ketika berdakwah mungkin ada yang berinteraksi dengan komunitas-komunitas yang di dalamnya terdapat aliran sesat semacam Syiah. Karena belum sempat mendalami, mungkin mereka belum mampu membedakan. Mereka hanya tahu Syiah itu suatu aliran yang mencintai dan mengutamakan keluarga Nabi,” pungkasnya.
Kendati demikian, Habib Abu Bakar meyakini para habaib yang terpengaruh Syiah bisa diajak meninggalkan pemikiran Syiah, bila dilakukan pendekatan dakwah dengan tepat. Karena, setiap orang, menurutnya, pasti dapat berubah.
Reporter: Bilal

Habib Umar Bin Hafiz : Syi’ah itu Mazhabnya iblis
Diupload tanggal 26 Des 2011
Habib Umar bin Hafidz الحبيب عمر بن حفيظ الشيعة
selain mengatakan Syiah sesat dan menyesatkan (di Surabaya), juga mengatakan, syiah itu mazhabnya iblis dan mazhabnya pengikut iblis (Di Nusa Tenggara) ( Majelis Rasulullah Achmad Zein Alkaf Albayyinat )