Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin
Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (bin Jindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar
bin Salim adalah seorang ulama dan habib besar yang dilahirkan di Surabaya pada
18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya
sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru
denganbanyak ulama. Seorang ahli hadits yang menghafal 70.000 hadits (ada yang
mengatakan ratusan ribu hadits).
Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga
diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah
raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas
surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak
disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya
dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh
Habib Salim karena beliau tidak memerlukan penghargaan.
Pada buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi
Kalaamir Raafidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, mufti Indonesia pada
masanya, secara gamblang menerangkan bahwa beliau dan termasuk seluruh
datuk-datuknya secara estafet hingga Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘Anhu, sangatlah menghormati dan membela kehormatan para Shahabat Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut
mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Dalam kitab tersebut disebutkan, “Siapakah kaum
Rafidhah itu? Mereka adalah orang orang yang mengklaim bahwa diri mereka
mencintai keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Pada hal
kenyataannya tidaklah demikian. Mereka menganggap diri mereka mengikuti jalan
pembesar keluarga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti Imam Hasan
dan Imam Husain, ayah mereka Imam Ali, Ali bin Al Husain, dan Zaid bin ‘Ali
Radhiyallahu ‘Anhu. Sementara mereka tidak mengakui keberadaan orang-orang
seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, ‘Amr bin Al ‘Ash, sehingga mereka
mencaci makinya.”
Habib Salim sangat tegas dalam melawan kaum Syi’ah
Rafidhah yang salah satu ciri khas mereka adalah mencela, mendiskreditkan,
melaknat hingga mengkafirkan para Shahabat Nabi, karena hal itu sangat
bertentangan aqidah dan keyakinan yang beliau anut.
Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dlm membeberkan
kesesatan Syiah kaum pencaci maki para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam, adalah cara beliau menukil hadits serta pendapat para ulama. Ternyata
Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yang secara terang-terangan
berlawanan dengan aqidah Syiah, antara lain yang tertera pada halaman 5 dan 6
buku Ar Ra’ah Al Ghamidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah karangan
beliau, yaitu pada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Barang siapa mencaci maki sahabat-sahabatku,maka
cambuklah dia!”
Habib Salim mengomentari hadits ini dengan mengatakan,
“Kaum Rafidhah atau Syiah tidak pernah berhenti mencela Shahabat Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak hentinya mereka mencaci maki, bahkan selalu
mereka sebut (cacian itu) dalam berbagai pertemuan, di madrasah, bahkan di
kampus, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Mereka memang
sebagian orang yang telah sesat dan dicelakakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah memerangi mereka.”
Habib Salim juga menukil pendapat Syaikh Ibnu Hajar
dalam kitab Ash Shawaiqyang mengkatakan, “Tidak boleh shalat di
belakang kaum Rafidlah atau aktivis Syiah yang mengingkari kekhalifahan Abu
Bakar Radhiyallahu ‘Anhu.”
Habib Salim juga menukil tambahan lafadz hadits di
atas dalam riwayat Imam Ath Thabarani dalam Mu’jam-nya dari
`Uwaimir Radhiyalallahu ‘Anh yang mengatakan: “Maka barang siapa mencaci-maki
mereka (para Shahabat), baginya kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat dan
segenap insan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima ibadah wajib dan
sunnahnya.”
Kata Habib Salim: “Meskipun kaum Rafidhah dan Syiah
menganggap diri mereka sebagai kaum Muslimin yang menunaikan shalat dan puasa,
akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima semua ibadah mereka,
sebagaimana dinashkan dalam konteks lahiriah hadits di atas. Tidaklah
bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu seorang Shahabat Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya, ”Sesungguhnya
orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia
dan akhirat.” (QS. 33/57)
Habib Salim menandaskan, barang siapa menyakiti Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mencela Shahabat atau keluarganya,maka dia
adalah orang yang terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan
terkutuknya pencaci maki para sahabat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu oleh Imam Tirmidzi
dan Al Khatib bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Jika kalian melihat orang-orang yang mencaci maki
sahabat-sahabatku, maka katakanlah: Kutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
kejahatan kalian.”
Dalam merespon hadits ini, Habib Salim sangat tajam
menyikapi kebiasaan kaum Syiah yang mencaci maki para Shahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, termasuk yang kini marak diusung oleh para alumni Qum Iran
beserta antek-antek mereka seraya beliau mengatakan, “Ini merupakan prinsip
yang tidak disangsikan lagi, karena sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adalah
mereka yang mencaci maki para Shahabat Nabi mereka.Mencaci maki dan mencela
para Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan perilaku kaum
Rafidhah dan Syiah.”
Orang Ahli Sunnah menamakan mereka sebagai Yahudi-nya
umat ini. Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mereka, karena jika kita bertanya
kepada seorang tokoh Yahudi tentang Shahabat Nabi Musa Alaihis Salam, pasti akan
berkata, “Merekalah orang-orang pilihan kami dan orang-orang yang kami kasihi!”
Begitupun jika kita bertanya kepada kaum Nashrani
tentang kaum Hawary Nabi Isa Alaihis Salam, pastilah akan menjawab, ”Merekalah
Rasulullah kami dan orang-orang pilihan kami.”
Namun, jika kita bertanya kepada orang Rafidhah atau
Syiah tentang Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, niscaya akan
menjawab, ”Sesungguhnya mereka itu sejelek-jelek kami dan orang-orang zhalim
kami.”
Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura,
Habib Salim menulis, antaranya:-
Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada
bid`ah adalah kelompok Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada
10 Muharram hari terbunuhnya Al Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari
dosa-dosa besar yang mewajibkan adzab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi
orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan
badannya.
Rasulullah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah melarang dari perbuatan demikian (yakni meratap) dan Rasulullah
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melaknat orang yang meratap. Dan
di antara perkara awal yang diminta oleh Rasulullah Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam daripada wanita-wanita yang berbai’at adalah supaya mereka
meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian,
mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari
Sayyidina Ibnu Mas`ud Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Bukanlah dari kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak
kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum
jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya keluar
daripada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana dinyatakan
dalam hadits tadi.
Telah berkata Asy Syarif An Nashir li Ahlis
Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad Al Masyhur Al Hadhrami
dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah
India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya,
adalah bid`ah mazmumah yang sangat-sangat haram dan
pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh
(Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Rasulullah Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia
daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Habib Salim bin Ahmad bin Jindan menutup kitabnya
dengan melantunkan doa: “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan kaum
Rafidhah atau Syiah.”
Pada buku Arra'ah
Alghamidhah,Habib Salim bin Ahmad bin Jindan,Mufti Indonesia pd masanya,secara
gamblang menerangkan bhw beliau dan tentunya termasuk seluruh datuk-datuknya
secara estafet hingga Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA,sangatlah menghormati dan membela kesucian para
sahabat Nabi SAW.Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut madzhab Ahlus
Sunnah Wal jama'ah.
Habib Salim sgt tegas dlm melawan kaum Syi'ah yg salah satu ciri khas mrk adlh mencela,
mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para sahabat Nabi SAW, krn hal
itu sgt bertentangan aqidah dan keyakinan yg beliau anut.
Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dlm membeberkan kesesatan Syiah kaum
pencaci maki para shahabat Nabi SAW,adalah cara beliau menukil hadits serta
pendapat para ulama.Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yg
secara terang-tengan berlawanan dgn aqidah Syiah,antara lain yg tertera pada
hal 5 dan 6 pd buku Arra'ah Alghamidhah karangan beliau yaitu sabda Nabi SAW:
''Barang siapa mencaci maki sahabat-sahabatku,maka cambuklah dia !!!''
Habib Salim mengomentari hadits ini dgn mengatakan:''Kaum Rafidhah atau Syiah
tdk pernah berhenti mencela sahabat Rasulullah SAW.Tidak hentinya mrk mencaci
maki,bahkan selalu mereka sebut (cacian itu) dlm berbagai pertemuan,di
madrasah, bahkan di kampus,baik secara terang- terangan atau
sembunyi-sembunyi.Mereka memang sebagian org yg telah sesat dan dicelakakan
oleh Allah SWT. Semoga Allah memerangi mereka''.
Habib Salim juga menukil pendapat Syeikh Ibnu Hajar dalam kitab Asshawaiq yg
mengkatakan :''Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau aktifis Syiah
yg mengingkari kekhalifahan Abu Bakar RA''.
Habib salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas dlm riwayat Imam
Thabarani dalam Mu'jamnya dari `Uwaimir RA yg mengatakan :''Maka barang siapa
mencaci maki mereka (para sahabat),baginya kutukan Allah SWT,malaikat dan
segenap insan. Allah SWT tdk akan menerima ibadah wajib dan sunnahnya''.
Kata Habib Salim :''Meskipun kaum Rafidhah dan Syiah menganggap diri mrk
sebagai kaum muslimin yg menunaikan shalat dan puasa,akan tetapi Allah SWT tdk
akan menerima semua ibadah mrk,sebagaimana dinashkan dlm konteks lahiriah
hadits di atas.Tidaklah bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu
seorang sahabat Rasulullah SAW.Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya :''Sesungguhnya org2 yg
menyakiti Allah dan Rasulul-Nya,Allah akan melaknatnya di dunia dan akherat''.
(QS. 33/57)
Habib Salim menandaskan,barang siapa menyakiti Rasulullah SAW dgn mencela
sahabat atau keluarganya,maka dia adlh org yg terkutuk berdasarkan ayat di
atas. Para ulama bersepakat akan terkutuknya pencaci maki para sahabat,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA
oleh Imam Tirmidzi dan Alkhatib bahwa Rasulullah SAW bersabda :
''Jika kalian melihat org2 yg mencaci maki sahabat-sahabatku,maka katakanlah :
Kutukan Allah SWT atas kejahatan kalian''.
Dalam merespon hadits ini,Habib Salim sgt tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah
yg mencaci maki para sahabat Nabi SAW,termasuk yg kini marak diusung oleh para
alumni Qum Iran beserta antek-antek mrk seraya beliau mengatakan :
''Ini merupakan prinsip yg tdk disangsikan lagi,krn sesungguhnya sejelek-jelek
umat ini adlh mrk yg mencaci maki para sahabat Nabi mrk.Mencaci maki dan
mencela para sahabat Nabi SAW merupakan perilaku kaum Rafidhah dan Syiah''.
Orang Ahli Sunnah menamakan mrk sebagai Yahudinya umat ini.Bahkan kaum Yahudi
lebih baik dari mrk,krn jika kita bertanya kpd seorang tokoh Yahudi tentang
sahabat Nabi Musa AS,pasti akan berkata :''Merekalah orang-orang pilihan kami
dan orang-orang yg kami kasihi !''
Begitupun jika kita bertanya kpd kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa AS,
pastilah akan menjawab :''Merekalah junjungan kami dan orang-orang pilihan
kami''
Namun,jika kita bertanya kpd org rafidhah atau Syiah tentang sahabat Rasulullah
SAW,niscaya akan menjawab :''Sesungguhnya mrk itu sejelek-jelek kami dan org2
dzalim kami''.
Habib Salim Bin Ahmad Jindan menutup perkataannya dgn melantunkan doa: ''Semoga
Allah SWT membinasakan kaum Rafidhah atau Syiah'
Fatwa
Al-Habib Al-Musnid Syekh Salim bin Ahmad bin Jindan Tentang Syi’ah dan Rafidhah
Habib Salim bin
Ahmad bin Jindan adalah seorang ulama yang dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab
1324 H atau bertepatan dengan 7 September 1906 M. Nama lengkapnya adalah Habib
Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin
Djindan. Ia wafat di Jakarta pada 16 Rabiul Awal 1389 atau bertepatan dengan 1
Juni 1969. Terkait Syiah dan Rafidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan telah
mengeluarkan fatwanya sebagai berikut:
لمقالة الأولى: من هم الرافضة؟ هم الذين ينتحلون حب أهل البيب وليسوا كذلك
ويزعمون أنهم أتباع أكابر أهل البيت مثل الحسنين وأبيهما وعلي بن الحسين وزيد بن
علي رضي الله عنهم وهم يتبرأون من أبي بكر وعمر وعثمان ومعاوية وعمرو بن العاص
وأنصارهم رضوان الله عليهم أجمعين فيسبونهم. (الراعة الغامضة في نقض كلام الرافضة,
ص 1)
Siapakah golongan
Rafidhah itu? Mereka adalah kaum yang suka mengklaim palsu kecintaan terhadap
ahlul bait, padahal mereka tidaklah demikian. Mereka mengaku sebagai pengikut
para tokoh utama ahlul bait seperti Al-Hasan dan Al-Husain dan ayah mereka
berdua (Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib), juga ‘Ali bin Al-Husain (Zainal
Abidin), dan Zaid bin ‘Ali—semoga Allah meridhoi mereka, namun mereka berlepas
diri dari Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina ‘Umar, Sayyidina ‘Utsman, Sayyidina
Mu’awiyah, Sayyidina ‘Amr bin ‘Ash dan para penolong mereka, dan mencaci mereka
semuanya. (Kitab Ar-Ra’at Al-Ghamidhoh fi Naqdh Kalam Al-Rafidhoh, hlm. 1)
المقالة الثانية:
واتفق بجواز لعن شاتمهم في حديث ابن عمر ما رواه الترمذي والخطيب قوله عليه
السلام: إذا رأيتم الذين يسبون أصحابي فقولوا لعنة الله على شركم فهذا لا ريب في
ذلك لأن شرار هذه الأمة الذين يسبون أصحاب نبيهم, والسب والذم على أصحاب محمد صلى
الله عليه وسلم من سنة الرافضة والشيعة. فهؤلاء يسميهم أهل السنة يهود هذه الأمة,
بل كانت اليهود خيرا منهم لو سألنا رجلا يهوديا عن أصحاب موسى ليقول هؤلاء خيارنا
وأحباءنا ولو سألنا النصراني أيضا عن حواري عيسى ليقول هؤلاء هم سادتنا وخيارنا
ولو سألنا الروافض والشيعة عن أصحاب محمد ليقولون إنهم أشرارنا وظالمونا قاتلهم
الله أنى يؤفكون! والحاصل أن الرافضة وأذنابهم ثبت في الكتاب والسنة أنهم من أهل
النار مع إثبات الكفر عليهم والخروج من الدين الإسلامي وإن كانوا يزعمون أنفسهم
مسلمين, أوليست اليهود والنصارى أنهم مسلمون من أهل الجنة؟؟؟ ولذلك قال الله تعالى
ليس بأمانيكم ولا أماني أهل الكتاب من يعمل سوءا يجز به (النساء: 122) وإن كان
مسلما يزعم أنه من أمة محمد صلى الله عليه وسلم فهو من أهل الفرق الضالة خارج عن
السنة والجماعة وكان من أهل النار (الراعة الغامضة في نقض كلام الرافضة, ص 7-8)
Disepakati akan
bolehnya melaknat orang yang mencerca para Sahabat. Di riwayatkan oleh Ibnu
‘Umar radhiallahu anhu, sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jika kamu
melihat orang-orang yang mencela para Sahabatku maka ucapkanlah laknat Allah
atas kejahatan kalian!” (Hadits Riwayat Tirmidzi dan Al-Khatib). Hal ini tak
diragukan lagi sebab orang-orang yang mencaci para Sahabat Nabi adalah
seburuk-buruk umat ini. Cacian dan cercaan kepada para Sahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah tradisi kaum Rafidhah dan Syiah secara umum. Mereka
itulah yang dinamakan ‘Yahudi Islam’, yaitu kaum Yahudi-nya umat ini. Bahkan
umat Yahudi lebih baik daripada mereka, sebab jika kita tanyakan tentang
sahabat Nabi Musa, mereka jawab, mereka adalah para kekasih orang-orang pilihan
kami. Jika kita tanyakan orang Nasrani tentang para hawari Nabi Isa, mereka
jawab, bahwa hawari Isa adalah para pemimpin dan orang terbaik kami. Namun jika
kita tanyakan tentang para Sahabat Nabi Muhammad Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam kepada kaum Rafidhoh dan Syiah, mereka jawab, bahwa para sahabat adalah
orang-orang yang jahat dan zalim! Semoga Allah perangi mereka karena ucapan
keji itu.
Kesimpulannya, kaum
Rafidhoh dan para pengekornya (Syiah) telah ditetapkan dalam Qur’an dan Sunnah
adalah ahli neraka dengan penetapan kekufuran atas mereka dan telah keluar dari
agama Islam, betapa pun mereka tetap mengaku muslim. Sebab, bukankah Yahudi dan
Nasrani juga tetap mengaku muslim (pasrah) kepada Allah, dan mengklaim diri
mereka ahli syurga?! Oleh karena itulah, Allah berfirman: bukan karena
angan-angan kalian dan juga angan-angan ahli kitab, siapa saja yang mengerjakan
keburukan maka ia akan dibalas setimpal (Quran Surat An-Nisa: 122). Dan jika
dia tetap kukuh mengaku muslim dari umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, maka ia tergolong pengikut sekte sesat dan telah keluar dari garis
sunnah dan jama’ah, dan termasuk ahli neraka. (hlm. 7-8).
المقالة الثالثة:
فيجب على كل مسلم مخلص الإيمان عالم بلذة إسلامه وطعم إيمانه أن يؤدي شكره لأبي
بكر الصديق فضلا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولكن وجدنا أشرار هذه الأمة
ويهودها يعني الروافض سبوه وطعنوه ورموه بالظلم و حاشا أن يكون للطيب صاحب سوء
–يعني بالطيب النبي صلى الله عليه وسلم- ولكن الروافض هم الكافرون, وحكمنا بالكفر
على من سب أحدا من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم مثل الخلفاء الراشدين لا يحبهم
إلا مؤمن ولا يبغضهم إلا منافق معاند كافر ملعون من السبع الأرضين والسموات ألا إن
لعنة الله على الكافرين (الراعة الغامضة في نقض كلام الرافضة, ص 11)
Maka wajib atas
setiap muslim yang ikhlas dalam imannya, dan merasakan kelezatan Islam dan rasa
imannya, untuk menunaikan rasa terimakasih kepada Abu Bakar As-Shiddiq,
terlebih lagi kepada Rasulullah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi
kita telah dapati seburuk-buruk umat ini dan Yahudinya, yaitu kaum Rafidhah,
telah mencaci dan mendiskreditkan beliau (Abu Bakar radhiallahu anhu) dan
menuduhnya berbuat zalim. Sungguh mustahil orang yang baik (yaitu Nabi
Muhammad) memiliki teman yang jahat, namun kaum Rafidhah itulah orang kafir,
dan kami telah memvonis kekufuran atas siapa saja yang mencaci salah seorang
sahabat Nabi Muhammad Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seperti Khulafa’
Rasyidin. Hanya orang mukminlah yang mencintai mereka, dan hanya orang munafik,
keras kepala, dan kafir lah yang membenci mereka. Orang itu dikutuk dari tujuh
lapis bumi dan tujuh lapis langit, ingatlah bahwa laknat Allah atas orang-orang
kafir! (hlm. 11).
فسئلوا أهل الذكر إن
كنتم لا تعلمون (أنبياء 7
Oleh: Ustadz Muhammad
Anshori Dahlan
Ketua ANNAS Jakarta: Leluhur Habaib Hijrah ke Hadramaut Menghindari Fitnah Syiah
Ketua Aliansi Nasional
Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta, Habib Buya Abu Bakar Zein Al-Habsyi mengatakan
para leluhur habaib (para habib.red) hijrah dari Iraq menuju Yaman untuk
menghindari kerusakan aqidah yang dimunculkan oleh Syiah.
“Tokoh awalnya, Isa bin Muhajir dari keturunan Rasulullah
berhijrah meninggalkan Bashrah menuju Hadramaut semata-mata untuk menyelamatkan
iman,” katanya saat kepada kiblat.net, beberapa waktu lalu (25/10).
Padahal, lanjut Habib Abu Bakar, kondisi di Hadramaut Yaman
sangat memprihatinkan. Hadramaut merupakan daerah yang gersang, sulit air,
sulit tanaman, kehidupanpun susah. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah
leluhur para Habaib untuk berhijrah ke sana.
“Karena di Bashrah penuh fitnah-fitnah bermacam-macam yang
banyak dilakukan oleh Syiah. Justru, mereka meninggalkan Bashrah untuk
menyelamatkan aqidah dari aliran sesat,” paparnya.
Kata Habib Abu Bakar, adapun keturunan Habaib yang
terpengaruh ajaran Syiah, umumnya disebabkan ketidaktahuan mereka dengan kesesatan
ajaran Syiah. Selain itu, karena tertipu pula oleh slogan-slogan Syiah yang
mengaku sebagai para pecinta keluarga nabi SAW.
“Di antara mereka, ketika berdakwah mungkin ada yang
berinteraksi dengan komunitas-komunitas yang di dalamnya terdapat aliran sesat
semacam Syiah. Karena belum sempat mendalami, mungkin mereka belum mampu
membedakan. Mereka hanya tahu Syiah itu suatu aliran yang mencintai dan
mengutamakan keluarga Nabi,” pungkasnya.
Kendati demikian, Habib Abu Bakar meyakini para habaib yang
terpengaruh Syiah bisa diajak meninggalkan pemikiran Syiah, bila dilakukan
pendekatan dakwah dengan tepat. Karena, setiap orang, menurutnya, pasti dapat
berubah.
Reporter: Bilal
Habib Umar
Bin Hafiz : Syi’ah itu Mazhabnya iblis
Diupload tanggal 26 Des 2011
Habib Umar bin Hafidz الحبيب عمر بن حفيظ
الشيعة
selain mengatakan Syiah sesat dan menyesatkan (di
Surabaya), juga mengatakan, syiah itu mazhabnya iblis dan mazhabnya pengikut iblis
(Di Nusa Tenggara) ( Majelis Rasulullah Achmad Zein Alkaf Albayyinat )