Tuesday, December 1, 2015

Hasyim Muzadi “Kita menanamkan Pancasila ke seluruh dunia, karena inti Islam ada di Pancasila,” Hah ?! Berbicara Tentang Allah ( Agama ) Tanpa Ilmu" Lebih Besar Dosanya Dari Dosa Syirik. Rakyat Rusak karena Ulamanya Menyimpang.




Hasil gambar untuk ayatullah khomeini sesat
Apakah pernah dengan Wahabi seperti ini ?

Betapa malangnya hasyim muzadi, dagangannya gemar membela syiah ( Irak ) , menghujajat wahabi ( sampai ke ubun-ubun ), ternyata dikadalin di Muktamar NU ke 33 di jombang oleh orang-orang pro syiah juga. Katanya syiah lebih islam dari ahmadiyah ? Pertanyaan untuk Hasyim Muzadi, kenapa Malaysia dan Brunei melarang ( mengembangkan ) ajaran syiah tapi salafi tidak ?

Sebelum pembahasan lebih lanjut, baca dulu :

"Berbicara Tentang Allah Tanpa Ilmu" Lebih Besar Dosanya Dari Dosa Syirik...

Alloh Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu) [Al-A’raf: 33]


“Kita menanamkan Pancasila ke seluruh dunia, karena inti Islam ada di Pancasila,” ungkap KH. Hasyim Muzadi dikutip detikNews, Rabu 25 Nov 2015, 11:33 WIB (Rabu 25 Nov 2015, 11:33 WIB Wapres Tutup Konferensi Cendekiawan Muslim Ulama dan Sufi Sedunia/ Muhammad Aminudin – detikNews)
Perkataan Hasyim Muzadi di sela-sela penyelenggaraan konferensi bersama orang sufi di Malang yang dikutip detikcom tersebut di atas apakah menunjukkan benarnya perkataan Imam Syafi’i mengenai tasawuf berikut ini?
Imam Syafi’i sering berbicara tentang mereka (orang sufi/ tasawuf), di antaranya beliau mengatakan: “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum zhuhur ia menjadi orang yang dungu.” Dia (Imam Syafi’i) juga pernah berkata: Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akal­nya (masih bisa) kembali normal selamanya.” (Lihat Talbis Iblis, hal 371).
Ada ancaman dalam hadts
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengancam masuk neraka atas orang yang hanya gara-gara ia mengucapkan satu perkataan.
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ .
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Adakalanya seorang hamba mengucapkan satu kalimah (satu kata) yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam Neraka yang jarak dalamnya antara timur dan barat. (Hadits ruiwayat Al-Bukhari dan Muslim).
2236 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ *.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya orang laki-laki pasti berkata dengan satu perkataan ia pandang tidak apa-apa (tetapi) mencemplungkannya ke dalam neraka (selama) 70 musim/ tahun.” (HR At-Tirmidzi, ia katakan ini hadits hasan gharib dari arah ini).
(nahimunkar.com)

Irjen Pol Tito Karnavian: Pertentangan Pancasila dengan Islam Sudah Terjadi Sejak Dulu

Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian menyebutkan bahwa pertentangan antara kelompok pro Pancasila dengan kelompok yang menginginkan Syariat Islam sudah berlangsung sejak Negara ini berdiri.
Kendati demikian, Pemerintahan saat itu memutuskan Negara Kesatuan Republik Indonesia berideologi Pancasila. 
"Tapi Pemerintah menyebutkan final, bahwa Pancasila telah final sebagai ideologi," kata Tito pada Konferensi Radikalisme-Deradikalisme yang diadakan Goethe Institute, Menteng Jakarta, beberapa hari lalu.
Tito kemudian mengatakan, ketika era demokrasi mulai muncul pertentangan antara Pancasila dan syariat Islam kembali mencuat.
“Dan ini diinternalisasikan, ini dipermasalahkan kembali ketika era demokrasi mulai muncul. Dianggap bahwa banyak hal yang tidak kompatible. Ini memunculkan banyak perdebatan," ungkap Tito. * [Sendia/Syaf/voa-islam.id]


"Sesungguhnya rusaknya rakyat terjadi karena rusaknya penguasa; dan rusaknya penguasa terjadi karena rusaknya ulama." (Imam Al Ghazali)

Mengomentari pernyataan Imam Al Ghazali di atas, Dr. Adian Husaini berkata, "Maka, renungkan: Jika penguasa saat ini rusak, jangan-jangan, memang bermula dari kerusakan yang terjadi di dunia pendidikan, diawali oleh kerusakan ulama dan cendekiawan!"

Saat ini institusi pendidikan Islam mulai dari madrasah, pesantren, hingga perguruan tinggi sudah mulai banyak disusupi oleh pemikiran Islam liberal oleh kalangan penganutnya. Akibatnya, banyak dari kyai, santri, dan mahasiswa teracuni oleh pemikiran itu. 

Ketika kalangan ulama sudah rusak pemikirannya maka bisikan yang masuk ke telinga penguasa juga ikut menyimpang. Akibatnya lahirlah penguasa yang menyimpang; jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Karena penguasa punya kekuasaan, lantas ia gunakan kekuasaannya tersebut untuk merusak rakyatnya. Karena sudah rusak, mereka akhirnya memilih pemimpin yang rusak pula. Dan menghasilkan bibit-bibit ulama yang rusak juga karena para ulama itu asalnya dari rakyat.  

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ

"Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada lain adalah para pemimpin yang menyesatkan." (HR. al-Darimi dalam Shahihnya dari haidts Tsauban, Imam Abu Dawud al-Thayalisi dari hadits Abu Darda')

Penggunaan kata "innama" secara umum memiliki makna hashar (pembatasan). Ini menunjukkan besarnya bahaya pemimpin penyesat. Pemimpin penyesat adalah pemimpin sesat yang mencakup penguasa perusak, ulama penyesat, dan ahli ibadah yang sesat (ngawur). Keberadaan mereka menggiring umat kepada kesesatan, menghancurkan agama mereka, dan menimbulkan kerusakan dalam kehidupan mereka. Termasuk di dalamnya adalah para du'at (pendakwah dan penceramah); jika mereka menyeru kepada kesesatan maka bahayanya tidak lagi diragukan. Jika masyarakat sudah percaya kepadanya dan yakin dengan ilmunya, maka ia akan merusak akidah dan keimanan mereka. 

Dari Ziyad bin Hudair Radhiyallahu 'Anhu , ia berkata: Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu berkata kepadaku: "Tahukan engkau apa yang akan merobohkan Islam?" Aku menjawab: "Tidak (tahu)." Beliau berkata: "Yang akan merobohkan Islam adalah penyimpangan ulama, debatnya munafik dengan Al-Qur'an, dan hukum para pemimpin penyesat." (Atsar Shahihi riwayat Ibnul Mubarak dalam al-Zuhud wa al-Raqaiq, al-Faryabi dalam Sifah al-Nifaq wa Dzam al-Munafikin, Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlih, Al-Darimi dan selainnya. Dishahihkan al-Albani dalam al-Misyhkah)

Pernyataan Imam Al Ghazali rahimahullah di atas bisa menjadi testimoni bila ada suatu wilayah, daerah, atau negara yang mana rakyatnya rusak, maka hal itu bisa terjadi karena penguasa dan ulamanya rusak. Apakah sudah terjadi pada negara ini?  



Tidak heran, jika banyak kalangan yang menuduh Kyai Hasyim Muzadi telah menyeberang ke Syi’ah karena seringnya cak Hasyim membela kelompok Syi’ah dengan sering mengunjungi kaum Syi’ah di Irak dan Iran. “Saya ke Irak dan Iran bukan untuk membela Syi’ah, saya tidak membela Syi’ah sebagai ajaran, tapi saya membela Syi’ah sebagai masyarakat yang terjajah”, kata cak Hasyim saat menghadiri peringatan seratus hari wafatnya KH. Yusuf Hasyim. Dirinya menemui kelompok Sunny-Syi’ah justru untuk mendamaikan mereka, kilahnya.
Kyai Hasyim Muzadi telah melakukan kebohongan besar, justru kelompok Sunni di Irak-lah yang dijajah dan dihabisi oleh kelompok Syi’ah dengan kejam dan sadis, begitu juga kelompok Sunni di Iran, dijajah dan dihilangkan seakan-akan yang ada hanya kelompok Syi’ah.
Download Buku Membuka Kedok Tokoh Liberal NU (Gratis)
Setelah KabarMakkah.Com membagikan informasi tentang Santri Mekkah Yang Berani Membuka Kedok Tokoh Liberal NU maka tiba saatnya sekarang bagi pembaca untuk mengetahui apa isi buku Membuka Kedok Tokoh Liberal NU tersebut.
Sebagai pengetahuan. Buku ini dikarang oleh salah satu putra kyai tersohor dari rembang KH. Maimoen Zubair dan akrab dipanggil dengan nama Gus Najih. berikut sebagian petikan yang saya ambil dari muqoddimah buku Membuka Kedok Tokoh Liberal NU tersebut.
Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 M, sebagai organisasi tertua dan terbesar di dunia yang memiliki masa puluhan juta umat. Dalam perjalanannya bukan berarti tidak mengalami berbagai problematika. Problem-problem yang terjadi di tubuh NU cukup beragam. Ada yang memang sudah warisan dari orang-orang terdahulu, yang banyak orang tidak berusaha untuk memahami dan mempelajarinya, ada juga problem-problem tersebut muncul dari kalangan eksternal ataupun dari kalangan internal NU itu sendiri. Mulai dari sulitnya menertibkan pengaturan secara organisatoris dan administratif sampai kepada usulan mengulang kembali makna “Nahdhoh”, mengkritisi Qonun Asasi warisan Syaikh Hasyim Asy’ari serta menghapus dua madzhab Abu Hasan al-Asy‟ari dan Abu Mansur al-Maturidi serta Madzahibul Fuqaha’ al-Arba’ah.
Selanjutnya, sejumlah perubahan besar terjadi di kalangan NU. Perubahan-perubahan tersebut dimotori oleh gerakan kalangan muda NU yang mempunyai latar belakang pendidikan campuran: pesantren dan pendidikan modern. Mereka seakan-akan menjadi counter part kalangan ulama tradisional dalam mendinamisasi NU. Perubahan itu tidak hanya menyangkut organisasional, bahkan sudah mempertanyakan pola yang selama ini dianggap baku. Sistem bermadzhab contohnya, terus-menerus dikritisi oleh kaum pemikir modern yang datang dari kalangan NU sendiri.
Untuk menindak lanjuti keputusan Khitthah NU 1926 di Situbondo, NU membentuk organisasi yang bernama Lakpesdam (Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), sebuah organisasi sayap NU yang bertujuan mengimplementasikan Syu’un Ijtima’iyah dalam praktik nyata. Desain awal Lakpesdam sebetulnya menyerupai LSM dimana aktivitasnya ditujukan terhadap pengembangan masyarakat melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan, pertanian, tambak udang, dan sejenisnya. Lakpesdam pun tidak tanggung-tanggung menjalin hubungan dengan lembaga donor milik kafirin, Asia Fondation.
Begitu juga liberalisasi politik yang terjadi pada masa reformasi, langsung dimanfaatkan oleh Gus Dur untuk membangun sebuah kekuatan partai politik yaitu PKB. Kendati tidak resmi menyatakan diri sebagai partai NU. Tidak dapat dipungkiri, pada awalnya, PKB adalah partai resmi NU dimana pembentukannya PBNU turut aktif membidaninya. Kegagalan Gus Dur mempertahankan kursi kepresidenan dan gagalnya Hasyim Muzadi menjadi wakil presiden berpasangan dengan Megawati, tampaknya membuat perpolitikan NU mulai mendera.
Keputusan kembali ke Khitthah 1926 tidak hanya memutar bandul politik NU. Dampak lain yang perlu mendapat perhatian adalah liberalisasi dan sekularisasi pemikiran keagamaan yang telah ditanamkan oleh Gus Dur.
Sebagai contoh, dalam sebuah seminar tentang Islam dan politik di Indonesia, di Cornel University, 12 April 1992, Gus Dur mengatakan bahwa NU akan selalu menghindari formalisasi ajaran Islam di dalam peraturan perundang-undangan Negara. Menurutnya, setiap upaya untuk menformalkan ajaran Islam ke dalam perundang-undangan negara akan bersifat diskriminatif terhadap kelompok lain. Contohnya adalah gagasan tentang undang-undang zakat yang memungkinkan warga negara Islam memperoleh potongan pajak atas sejumlah zakat yang telah dibayarkan. “Kalau orang Islam boleh mendapat potongan, bagaimana dengan penganut agama selain Islam?” Kata Gus Dur sambil menambahkan “Dalam suatu negara harus hanya ada satu hukum yang tidak membedakan agama, ras dan keyakinan politik rakyatnya”.
Gagasan Gus Dur semacam itulah yang menurut sejumlah tokoh NU sebagai salah satu contoh sekularisme yang dikembangkan di tubuh NU. Anwar A. Dulmanan, koordinator Forum Generasi Muda NU, mengatakan, “saat ini telah terjadi sekularisme ditubuh NU, buktinya banyak kalangan NU, terutama kalangan mudanya yang dengan tegas menolak agama dijadikan sebagai landasan politik dan dengan tegas menghendaki tatanan politik sekuler. Salah satu alasannya adalah akan terjadinya diskriminasi terhadap kelompok non-Islam dan menjadikannya sebagai warga negara kelas dua. Ini akan mengancam kesatuan Negara.”
Penyebaran sekularisme di tubuh NU inilah yang tampaknya dikawatirkan oleh KH. Yusuf Hasyim, paman Gus Dur. Praktek do’a bersama sejumlah penganut agama. Masuknya Gus Dur sebagai pengurus di beberapa organisasi Yahudi. Juga langkah politik Gus Dur dalam mendukung Mega dan kelompok Nasionalis-Sekuler. Tak heran jika mendapat sorotan tajam dari kalangan ulama NU. “Warga NU harus bersikap kritis terhadap langkah politik Gus Dur tersebut, baik itu berupa taktik sesaat apalagi kalau bersifat pemikiran konseptual yang mendasar,” kata Sholahuddin Wahid.
Gus Sholah mengatakan, “Mega dan kelompok Nasionalis-Sekuler secara konsisten menolak masuknya Syari’at Islam ke dalam legislasi nasional. Tahun 1973 kelompok Nasionalis-Sekuler mengajukan rancangan Undang-undang Perkawinan yang ditolak keras oleh umat Islam, termasuk NU. Tahun 1989 kelompok ini juga menentang rancangan Undang-undang Peradilan Agama dan Rancangan Undang-undang Pendidikan Nasional.
Selanjutnya Gus Sholah mengatakan, “Pemikiran politik Gus Dur didasarkan pada visi politik yang demokratis, sekuler dan nasionalis. Bahkan sudah ada komitmen antara Gus Dur dengan kelompok Nasionalis-Sekuler dan ABRI untuk menjadikan Indonesia sebagai masyarakat sekuler. Padahal sebelumnya, Gus Dur belum menentang legislasi ajaran Islam. Pada Agustus 1975 Gus Dur menulis sebuah artikel di Majalah Prisma dengan judul “Menjadikan Hukum Islam Sebagai Penunjang Pembangunan”.
Kritik terhadap sekularisme Gus Dur juga dikemukakan oleh Gus Ishom Hadzik, pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang.
Ia mengatakan, “Kecemasan Gus Dur bahwa dukungan terhadap partai agama bakal melahirkan formalisasi ajaran agama dan mengancam integrasi nasional, sebetulnya amat berlebihan, aneh tapi nyata. Sementara fenomena Islamfobia sedikit banyak sudah lenyap dari pikiran tokoh Nasionalis-Sekuler, Gus Dur justru masih menyimpan kecurigaan”.
Begitu juga penyebaran paham Pluralisme yang diusung Gus Dur sudah menyebar dan menjadi kegiatan keagamaan di kalangan umat Islam, dengan dalih ukhuwah, toleransi dan sosial kemasyarakatan.
Dampak Pluralisme adalah pendangkalan aqidah. Di negeri ini, doa bersama lintas agama yang melibatkan tokoh-tokoh NU bukan pemandangan asing lagi. Baru-baru ini acara serupa diselenggarakan di Sidoarjo yang melibatkan seorang tokoh NU, Hasyim Muzadi. Acara yang diberi tema “Forum Silaturahmi Nasional Lintas Agama” itu dihelat di GOR Sidoarjo pada hari Jum‟at, 22 Januari 2010. Acara yang dihadiri oleh menteri pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Gubernur Jatim Soekarwo itu dalam rangka mendo‟akan Gus Dur. Sebelumnya dia juga pernah hadir pada acara do’a bersama di Surabaya, pada hari Senin tanggal 17 Agustus 1998, bertepatan dengan HUT RI ke-53, dan hadir di acara tersebut Pendeta Wismo (Kristen), Romo Kurdo (Katolik), Parisada Hindu Indonesia (Hindu), dan Bingki Irawan (Konghucu).
Keterlibatan PBNU di bawah Ro’is Aam KH. Sahal Mahfudz dan Ketua Umumnya, KH. Hasyim Muzadi sebagai penyelenggara kegiatan do’a bersama antar umat beragama juga pernah terjadi. Acara do’a bersama lintas agama yang bertema “Indonesia Berdo’a” di Jakarta 6 Agustus 2000 itu pun menuai protes di kalangan ulama-ulama NU. Para ulama NU prihatin terhadap elit NU yang sudah tidak lagi menghiraukan ayat-ayat Allah dan peringatan dari Nabi Muhammad. Sebagai pengurus PBNU, mestinya mereka tahu bahwa pada Muktamar NU ke-30 di Kediri telah memutuskan tentang keharaman melakukan kegiatan do’a bersama lintas agama.
Begitu juga adanya pendirian tiga gereja ilegal di Pandaan Pasuruan yang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tiga gereja tersebut dipermasalahkan oleh warga setempat, bahkan keberadaannya yang ilegal sangat meresahkan masyarakat. Karena sebelumnya, sudah ada dua gereja resmi, sehingga masyarakat pun mengirim surat protes kepada pihak pemerintah daerah Pasuruan, namun pemerintah kesannya diam tanpa ada tanggapan. Yang menjadi keheranan masyarakat Pandaan adalah apa yang dilakukan KH. Hasyim Muzadi selaku Ketua Tanfidziyah PBNU, yang tiba-tiba mendatangi tempat ibadah umat Kristiani yang jumlahnya hanya lima orang tersebut dalam rangka memberi dukungan keberadaan gereja ilegal tersebut sekaligus meresmikannya tanpa adanya konfirmasi sebelumnya dengan masyarakat setempat. Berita pembelaan Ketua Tanfidziyah PBNU ini sempat dirilis oleh Koran Radar Bromo.
Kerjasama antara PBNU dengan Syi’ah juga pernah terjadi dalam acara Konferensi Ulama Sunni-Syi’ah pada hari Selasa-Rabu 3-4 April 2007 di Bogor. Acara yang diprakarsai oleh NU serta didukung oleh Muhammadiyah dan Pemerintah itu dalam rangka meredam konflik yang berkepanjangan antara Sunni-Syi’ah di Irak dan pentingnya menggagalkan upaya musuh dalam memecah belah muslimin.
Sebagaimana komentar Kyai Hasyim bahwa pernyataan Syaikh Yusuf Qardlawi saat kunjungannya ke Indonesia Januari 2007, bahwa kaum Syi’ah Irak telah membantai kaum Sunni di Irak, dan juga pernyataan beliau bahwa Al-Qur’an yang ada di Iran telah mengalami distorsi (tahrif). Ungkapan Syaikh Yusuf Qardlawi saat Muktamar Doha, Qatar pada bulan Januari 2007, menurut kyai Hasyim adalah pernyataan yang provokatif.
Terselenggaranya konferensi tersebut sebagai implementasi dari pernyataan presiden SBY saat menjamu presiden Goerge Bush dalam kunjungannya di Bogor. Menurutnya masalah Irak bukan hanya tanggung jawab AS tapi juga menjadi tanggungjawab dunia.
Acara serupa juga pernah diselenggarakan di Hotel Sultan Jakarta, 1921 Desember 2009. Acara yang bertema “Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia” ini menurut Hasyim merupakan bentuk kerjasama antara PBNU dengan At-Taqrib Baina Madzahib Al-Islamiyyah yang berpusat di Iran dan beraliran Syi’ah. Di hadapan PWNU seluruh Indonesia cak Hasyim mengatakan bahwa konferensi yang sedang berlangsung merupakan bagian dari kegiatan International Conference Of Islamic Scholars (ICIS) pra-Muktamar NU yang ke-32. Selanjutnya cak Hasyim yang juga selaku presiden ICIS mengatakan, “Kalau kita kerjasama dengan kelompok Syi’ah, bukan berarti kita menjadi Syi’ah. Paling tidak dengan mengadakan pertemuan dengan Syi’ah, kita bisa mengetahui apa yang mereka mau, dan posisi kita setara, kita tidak berada di bawah.”

Tidak heran, jika banyak kalangan yang menuduh Kyai Hasyim telah menyeberang ke Syi’ah karena seringnya cak Hasyim membela kelompok Syi’ah dengan sering mengunjungi kaum Syi’ah di Irak dan Iran. “Saya ke Irak dan Iran bukan untuk membela Syi’ah, saya tidak membela Syi’ah sebagai ajaran, tapi saya membela Syi’ah sebagai masyarakat yang terjajah”, kata cak Hasyim saat menghadiri peringatan seratus hari wafatnya KH. Yusuf Hasyim. Dirinya menemui kelompok Sunny-Syi’ah justru untuk mendamaikan mereka, kilahnya.
Kyai Hasyim Muzadi telah melakukan kebohongan besar, justru kelompok Sunni di Irak-lah yang dijajah dan dihabisi oleh kelompok Syi’ah dengan kejam dan sadis, begitu juga kelompok Sunni di Iran, dijajah dan dihilangkan seakan-akan yang ada hanya kelompok Syi’ah.
Agaknya terlalu banyak jika saya harus mengutip semua isi buku tersebut disini, untuk lebih lanjut membaca buku Membuka Kedok Tokoh Liberal NU silahkan download dibawah ini.
Jika ingin membaca buku tersebut secara online lewat slideshare silahkan buka Membuka Kedok Tokoh Liberal NU
http://www.kabarmakkah.com/2014/10/download-buku-membuka-kedok-tokoh.html

Syiah masih Islam(Jangan mengatakan Syiah itu sesat)
KH Hasyim Muzadi: Syiah Bagian dari Islam
Ternyata KH.Hasyim Muzadi Yang Kirim Warga NU Ke Iran
dituding Said Agil soal Iran, ini jawaban KH Hasyim Muzadi
Hasyim Muzadi: Syiah Lebih Islam daripada Ahmadiyah
Dari Sekian Banyak Aliran Sesat, Syiah Paling Berbahaya
Syi’ah memusuhi Islam dan lebih buruk tipuannya dibanding Ahmadiyah
KH Hasyim Muzadi: Wahabi Takfiri Kelompok Pemecah Belah Umat Islam
Pindahkan Makam Nabi, Saudi Disumpahi Bakal Hancur (Hasyim Muzadi) 
Wahabi Ingin Makam Nabi Dibongkar, Hasyim Muzadi: Arab Saudi akan Hancur
K.H. Hasyim Muzadi : wahabi manhaj takfiri pemecah belah umat islam - YouTube
Singapura Perlakukan Syi'ah dan Ahmadiyah Bukan Bagian dari Islam ( sama dengan Malaysia dan Brunei ).Kapan di Indonesia ?
Kesaksian KH. Hasyim Muzadi: Aksi Bela Islam 212 Dihadiri Kalangan Malaikat
Hasyim Muzadi “Kita menanamkan Pancasila ke seluruh dunia, karena inti Islam ada di Pancasila,” Hah ?! Berbicara Tentang Allah ( Agama ) Tanpa Ilmu" Lebih Besar Dosanya Dari Dosa Syirik. Rakyat Rusak karena Ulamanya Menyimpang
(aswaja).
"Keteladanan Antara Wali Songo Vs Wali Dollar" [untuk ulama "su/penghujat wali jenggot !" ]
Lucu...” Ulama Su'per Aswaja Pendengki Wahabi” Saling Tuding Kerjasama Dengan Majusyi’ah Iran. Said Aqil Siraj Salahkan Hasyim Muzadi, Hasyim Muzadi Salahkan Gus Dur..?! Beda Dengan Kejujuran Ulama ASWJ Malaysia/Brunei.
Perhatikan ! Para Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi, Dihinakan dan Diberantakan !
Siapakah Ulama As-Su’ Di Indonesia, Yang Gemar Memfitnah Dan Mencela Umat Islam Diluar Golongannya, Sering Bikin Resah Umat Islam, Berasyik Masyuk Dengan Non Muslim Dan Merasa Super Mayoritas ? Seperti Ini Moderat ?
Ulama "Su" ini Gemar Menghina Allah`azza wa jalla [ Dagangannya " Wahhabi"/Al-Wahhab ] Sekarang Menghina Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam [ Menghujat "Jenggot/Lihyah" ] ..! KH. Hasyim Muzadi: Inilah Bedanya Wali Songo, Waliyullah dan Wali Jenggot
Untuk Para Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2 “SU’/Namimah” yang ingin membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan tulisan dibawah ini !!
Untuk "Ulama ?" Penghina " Wali Jenggot" Baca Artikel ini : Perbedaan antara wali-wali Allah dan wali-wali syaithon
kafir syiah lebih berbahaya dari yahudi dan nasrani
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi? Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
KH Hasyim Muzadi Baru Sadar ( Selama Ini Hobinya Menghujat Wahabi ) Syi’ah Merupakan Ancaman Terhadap NKRI, Gemar Menghujat Sahabat Dan Istri Nabi 
Astaghfirullah, Idrus Ramli Sebut KH Hasyim Muzadi Tidak Paham Agama