Apakah pernah dengan Wahabi seperti ini ?
Betapa malangnya hasyim muzadi, dagangannya gemar
membela syiah ( Irak ) , menghujajat wahabi ( sampai ke ubun-ubun ), ternyata
dikadalin di Muktamar NU ke 33 di jombang oleh orang-orang pro syiah juga.
Katanya syiah lebih islam dari ahmadiyah ? Pertanyaan untuk Hasyim Muzadi,
kenapa Malaysia dan Brunei melarang ( mengembangkan ) ajaran syiah tapi salafi
tidak ?
Sebelum pembahasan lebih lanjut, baca dulu :
"Berbicara Tentang Allah Tanpa Ilmu" Lebih
Besar Dosanya Dari Dosa Syirik...
Alloh Ta’ala
berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ
مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ
تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku
hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui
(berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” [Al-A’raf: 33]
“Kita menanamkan Pancasila ke seluruh dunia,
karena inti Islam ada di Pancasila,” ungkap KH. Hasyim Muzadi dikutip
detikNews, Rabu 25 Nov 2015, 11:33 WIB (Rabu 25 Nov 2015, 11:33 WIB Wapres Tutup Konferensi Cendekiawan Muslim
Ulama dan Sufi Sedunia/ Muhammad Aminudin – detikNews)
Perkataan
Hasyim Muzadi di sela-sela penyelenggaraan konferensi bersama orang sufi di
Malang yang dikutip detikcom tersebut di atas apakah menunjukkan benarnya
perkataan Imam Syafi’i mengenai tasawuf berikut ini?
Imam Syafi’i
sering berbicara tentang mereka (orang sufi/ tasawuf), di antaranya beliau
mengatakan: “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang
sebelum zhuhur ia menjadi orang yang dungu.” Dia (Imam Syafi’i) juga pernah
berkata: “Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akalnya
(masih bisa) kembali normal selamanya.” (Lihat Talbis Iblis,
hal 371).
Ada ancaman dalam hadts
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengancam masuk neraka atas orang yang hanya
gara-gara ia mengucapkan satu perkataan.
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ
أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ .
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w
bersabda: Adakalanya seorang hamba mengucapkan satu kalimah (satu kata) yang
menyebabkan dia tergelincir ke dalam Neraka yang jarak dalamnya antara
timur dan barat. (Hadits ruiwayat Al-Bukhari dan Muslim).
2236 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ
خَرِيفًا فِي النَّارِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
*.
Diriwayatkan
dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Sesungguhnya orang laki-laki pasti berkata dengan satu perkataan ia pandang
tidak apa-apa (tetapi) mencemplungkannya ke dalam neraka (selama) 70 musim/
tahun.” (HR At-Tirmidzi, ia katakan ini hadits hasan gharib dari arah ini).
(nahimunkar.com)
Irjen Pol Tito Karnavian: Pertentangan Pancasila
dengan Islam Sudah Terjadi Sejak Dulu
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito
Karnavian menyebutkan bahwa pertentangan antara kelompok pro Pancasila dengan
kelompok yang menginginkan Syariat Islam sudah berlangsung sejak Negara ini
berdiri.
Kendati demikian, Pemerintahan saat itu
memutuskan Negara Kesatuan Republik Indonesia berideologi Pancasila.
"Tapi Pemerintah menyebutkan final,
bahwa Pancasila telah final sebagai ideologi," kata Tito pada Konferensi
Radikalisme-Deradikalisme yang diadakan Goethe Institute, Menteng Jakarta,
beberapa hari lalu.
Tito kemudian mengatakan, ketika era
demokrasi mulai muncul pertentangan antara Pancasila dan syariat Islam kembali
mencuat.
“Dan ini diinternalisasikan, ini
dipermasalahkan kembali ketika era demokrasi mulai muncul. Dianggap bahwa
banyak hal yang tidak kompatible. Ini memunculkan banyak perdebatan,"
ungkap Tito. * [Sendia/Syaf/voa-islam.id]
"Sesungguhnya rusaknya rakyat terjadi karena rusaknya penguasa; dan
rusaknya penguasa terjadi karena rusaknya ulama." (Imam Al Ghazali)
Mengomentari pernyataan Imam Al Ghazali di atas, Dr. Adian Husaini
berkata, "Maka, renungkan: Jika penguasa saat ini rusak, jangan-jangan,
memang bermula dari kerusakan yang terjadi di dunia pendidikan, diawali oleh
kerusakan ulama dan cendekiawan!"
Saat ini institusi pendidikan Islam mulai dari madrasah, pesantren,
hingga perguruan tinggi sudah mulai banyak disusupi oleh pemikiran Islam
liberal oleh kalangan penganutnya. Akibatnya, banyak dari kyai, santri, dan
mahasiswa teracuni oleh pemikiran itu.
Ketika kalangan ulama sudah rusak pemikirannya maka bisikan yang masuk
ke telinga penguasa juga ikut menyimpang. Akibatnya lahirlah penguasa yang
menyimpang; jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Karena penguasa punya kekuasaan,
lantas ia gunakan kekuasaannya tersebut untuk merusak rakyatnya. Karena sudah
rusak, mereka akhirnya memilih pemimpin yang rusak pula. Dan menghasilkan
bibit-bibit ulama yang rusak juga karena para ulama itu asalnya dari rakyat.
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ
"Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada lain
adalah para pemimpin yang menyesatkan." (HR. al-Darimi dalam Shahihnya dari haidts Tsauban,
Imam Abu Dawud al-Thayalisi dari hadits Abu Darda')
Penggunaan kata "innama" secara umum memiliki makna hashar
(pembatasan). Ini menunjukkan besarnya bahaya pemimpin penyesat. Pemimpin
penyesat adalah pemimpin sesat yang mencakup penguasa perusak, ulama penyesat,
dan ahli ibadah yang sesat (ngawur). Keberadaan mereka menggiring umat kepada
kesesatan, menghancurkan agama mereka, dan menimbulkan kerusakan dalam
kehidupan mereka. Termasuk di dalamnya adalah para du'at (pendakwah dan
penceramah); jika mereka menyeru kepada kesesatan maka bahayanya tidak lagi
diragukan. Jika masyarakat sudah percaya kepadanya dan yakin dengan ilmunya,
maka ia akan merusak akidah dan keimanan mereka.
Dari Ziyad bin Hudair Radhiyallahu 'Anhu , ia berkata: Umar bin Khathab
Radhiyallahu 'Anhu berkata kepadaku: "Tahukan engkau apa yang akan
merobohkan Islam?" Aku menjawab: "Tidak (tahu)." Beliau berkata:
"Yang akan merobohkan Islam adalah penyimpangan ulama, debatnya munafik
dengan Al-Qur'an, dan hukum para pemimpin penyesat." (Atsar Shahihi riwayat
Ibnul Mubarak dalam al-Zuhud wa al-Raqaiq, al-Faryabi dalam Sifah al-Nifaq wa
Dzam al-Munafikin, Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlih,
Al-Darimi dan selainnya. Dishahihkan al-Albani dalam al-Misyhkah)
Pernyataan Imam Al Ghazali rahimahullah di atas bisa menjadi testimoni
bila ada suatu wilayah, daerah, atau negara yang mana rakyatnya rusak, maka hal
itu bisa terjadi karena penguasa dan ulamanya rusak. Apakah sudah terjadi pada
negara ini?
Tidak heran,
jika banyak kalangan yang menuduh Kyai Hasyim Muzadi telah menyeberang ke
Syi’ah karena seringnya cak Hasyim membela kelompok Syi’ah dengan sering
mengunjungi kaum Syi’ah di Irak dan Iran. “Saya ke Irak dan Iran bukan untuk membela
Syi’ah, saya tidak membela Syi’ah sebagai ajaran, tapi saya membela Syi’ah
sebagai masyarakat yang terjajah”, kata cak Hasyim saat menghadiri peringatan
seratus hari wafatnya KH. Yusuf Hasyim. Dirinya menemui kelompok Sunny-Syi’ah
justru untuk mendamaikan mereka, kilahnya.
Kyai Hasyim
Muzadi telah melakukan kebohongan besar, justru kelompok Sunni di Irak-lah yang
dijajah dan dihabisi oleh kelompok Syi’ah dengan kejam dan sadis, begitu juga
kelompok Sunni di Iran, dijajah dan dihilangkan seakan-akan yang ada hanya
kelompok Syi’ah.
Download Buku Membuka Kedok Tokoh Liberal NU
(Gratis)
Setelah KabarMakkah.Com membagikan informasi tentang
Santri Mekkah Yang Berani Membuka Kedok Tokoh Liberal NU maka tiba saatnya
sekarang bagi pembaca untuk mengetahui apa isi buku Membuka Kedok Tokoh Liberal
NU tersebut.
Sebagai pengetahuan. Buku ini dikarang oleh salah satu
putra kyai tersohor dari rembang KH. Maimoen Zubair dan akrab dipanggil dengan
nama Gus Najih. berikut sebagian petikan yang saya ambil dari muqoddimah buku
Membuka Kedok Tokoh Liberal NU tersebut.
Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari
1926 M, sebagai organisasi tertua dan terbesar di dunia yang memiliki masa
puluhan juta umat. Dalam perjalanannya bukan berarti tidak mengalami berbagai problematika.
Problem-problem yang terjadi di tubuh NU cukup beragam. Ada yang memang sudah
warisan dari orang-orang terdahulu, yang banyak orang tidak berusaha untuk
memahami dan mempelajarinya, ada juga problem-problem tersebut muncul dari
kalangan eksternal ataupun dari kalangan internal NU itu sendiri. Mulai dari
sulitnya menertibkan pengaturan secara organisatoris dan administratif sampai
kepada usulan mengulang kembali makna “Nahdhoh”, mengkritisi Qonun Asasi
warisan Syaikh Hasyim Asy’ari serta menghapus dua madzhab Abu Hasan al-Asy‟ari
dan Abu Mansur al-Maturidi serta Madzahibul Fuqaha’ al-Arba’ah.
Selanjutnya, sejumlah perubahan besar terjadi di
kalangan NU. Perubahan-perubahan tersebut dimotori oleh gerakan kalangan muda
NU yang mempunyai latar belakang pendidikan campuran: pesantren dan pendidikan
modern. Mereka seakan-akan menjadi counter part kalangan
ulama tradisional dalam mendinamisasi NU. Perubahan itu tidak hanya menyangkut
organisasional, bahkan sudah mempertanyakan pola yang selama ini dianggap baku.
Sistem bermadzhab contohnya, terus-menerus dikritisi oleh kaum pemikir modern
yang datang dari kalangan NU sendiri.
Untuk menindak lanjuti keputusan Khitthah NU 1926 di
Situbondo, NU membentuk organisasi yang bernama Lakpesdam (Lajnah Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia), sebuah organisasi sayap NU yang bertujuan
mengimplementasikan Syu’un Ijtima’iyah dalam praktik nyata. Desain awal
Lakpesdam sebetulnya menyerupai LSM dimana aktivitasnya ditujukan terhadap
pengembangan masyarakat melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan, pertanian,
tambak udang, dan sejenisnya. Lakpesdam pun tidak tanggung-tanggung menjalin
hubungan dengan lembaga donor milik kafirin, Asia Fondation.
Begitu juga liberalisasi politik yang terjadi pada
masa reformasi, langsung dimanfaatkan oleh Gus Dur untuk membangun sebuah
kekuatan partai politik yaitu PKB. Kendati tidak resmi menyatakan diri sebagai
partai NU. Tidak dapat dipungkiri, pada awalnya, PKB adalah partai resmi NU
dimana pembentukannya PBNU turut aktif membidaninya. Kegagalan Gus Dur
mempertahankan kursi kepresidenan dan gagalnya Hasyim Muzadi menjadi wakil
presiden berpasangan dengan Megawati, tampaknya membuat perpolitikan NU mulai
mendera.
Keputusan kembali ke Khitthah 1926 tidak hanya memutar
bandul politik NU. Dampak lain yang perlu mendapat perhatian adalah
liberalisasi dan sekularisasi pemikiran keagamaan yang telah ditanamkan oleh
Gus Dur.
Sebagai contoh, dalam sebuah seminar tentang Islam dan
politik di Indonesia, di Cornel University, 12 April 1992, Gus Dur mengatakan
bahwa NU akan selalu menghindari formalisasi ajaran Islam di dalam peraturan
perundang-undangan Negara. Menurutnya, setiap upaya untuk menformalkan ajaran
Islam ke dalam perundang-undangan negara akan bersifat diskriminatif terhadap
kelompok lain. Contohnya adalah gagasan tentang undang-undang zakat yang
memungkinkan warga negara Islam memperoleh potongan pajak atas sejumlah zakat
yang telah dibayarkan. “Kalau orang Islam boleh mendapat potongan, bagaimana
dengan penganut agama selain Islam?” Kata Gus Dur sambil menambahkan “Dalam
suatu negara harus hanya ada satu hukum yang tidak membedakan agama, ras dan
keyakinan politik rakyatnya”.
Gagasan Gus Dur semacam itulah yang menurut
sejumlah tokoh NU sebagai salah satu contoh sekularisme yang dikembangkan di
tubuh NU. Anwar A. Dulmanan, koordinator Forum Generasi Muda NU, mengatakan,
“saat ini telah terjadi sekularisme ditubuh NU, buktinya banyak kalangan NU,
terutama kalangan mudanya yang dengan tegas menolak agama dijadikan sebagai
landasan politik dan dengan tegas menghendaki tatanan politik sekuler. Salah
satu alasannya adalah akan terjadinya diskriminasi terhadap kelompok non-Islam
dan menjadikannya sebagai warga negara kelas dua. Ini akan mengancam kesatuan
Negara.”
Penyebaran sekularisme di tubuh NU inilah yang
tampaknya dikawatirkan oleh KH. Yusuf Hasyim, paman Gus Dur. Praktek do’a
bersama sejumlah penganut agama. Masuknya Gus Dur sebagai pengurus di beberapa
organisasi Yahudi. Juga langkah politik Gus Dur dalam mendukung Mega dan
kelompok Nasionalis-Sekuler. Tak heran jika mendapat sorotan tajam dari
kalangan ulama NU. “Warga NU harus bersikap kritis terhadap langkah politik Gus
Dur tersebut, baik itu berupa taktik sesaat apalagi kalau bersifat pemikiran
konseptual yang mendasar,” kata Sholahuddin Wahid.
Gus Sholah mengatakan, “Mega dan kelompok
Nasionalis-Sekuler secara konsisten menolak masuknya Syari’at Islam ke dalam
legislasi nasional. Tahun 1973 kelompok Nasionalis-Sekuler mengajukan rancangan
Undang-undang Perkawinan yang ditolak keras oleh umat Islam, termasuk NU. Tahun
1989 kelompok ini juga menentang rancangan Undang-undang Peradilan Agama dan
Rancangan Undang-undang Pendidikan Nasional.
Selanjutnya Gus Sholah mengatakan, “Pemikiran politik
Gus Dur didasarkan pada visi politik yang demokratis, sekuler dan nasionalis.
Bahkan sudah ada komitmen antara Gus Dur dengan kelompok Nasionalis-Sekuler dan
ABRI untuk menjadikan Indonesia sebagai masyarakat sekuler. Padahal sebelumnya,
Gus Dur belum menentang legislasi ajaran Islam. Pada Agustus 1975 Gus Dur menulis
sebuah artikel di Majalah Prisma dengan judul “Menjadikan Hukum Islam Sebagai
Penunjang Pembangunan”.
Kritik terhadap sekularisme Gus Dur juga
dikemukakan oleh Gus Ishom Hadzik, pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang.
Ia mengatakan, “Kecemasan Gus Dur bahwa
dukungan terhadap partai agama bakal melahirkan formalisasi ajaran agama dan
mengancam integrasi nasional, sebetulnya amat berlebihan, aneh tapi nyata.
Sementara fenomena Islamfobia sedikit banyak sudah lenyap dari pikiran tokoh
Nasionalis-Sekuler, Gus Dur justru masih menyimpan kecurigaan”.
Begitu juga penyebaran paham Pluralisme yang diusung
Gus Dur sudah menyebar dan menjadi kegiatan keagamaan di kalangan umat Islam,
dengan dalih ukhuwah, toleransi dan sosial kemasyarakatan.
Dampak Pluralisme adalah pendangkalan aqidah. Di
negeri ini, doa bersama lintas agama yang melibatkan tokoh-tokoh NU bukan
pemandangan asing lagi. Baru-baru ini acara serupa diselenggarakan di Sidoarjo
yang melibatkan seorang tokoh NU, Hasyim Muzadi. Acara yang diberi tema “Forum
Silaturahmi Nasional Lintas Agama” itu dihelat di GOR Sidoarjo pada hari
Jum‟at, 22 Januari 2010. Acara yang dihadiri oleh menteri pertahanan Purnomo
Yusgiantoro dan Gubernur Jatim Soekarwo itu dalam rangka mendo‟akan Gus Dur.
Sebelumnya dia juga pernah hadir pada acara do’a bersama di Surabaya, pada hari
Senin tanggal 17 Agustus 1998, bertepatan dengan HUT RI ke-53, dan hadir di
acara tersebut Pendeta Wismo (Kristen), Romo Kurdo (Katolik), Parisada Hindu
Indonesia (Hindu), dan Bingki Irawan (Konghucu).
Keterlibatan PBNU di bawah Ro’is Aam KH. Sahal Mahfudz
dan Ketua Umumnya, KH. Hasyim Muzadi sebagai penyelenggara kegiatan do’a
bersama antar umat beragama juga pernah terjadi. Acara do’a bersama lintas
agama yang bertema “Indonesia Berdo’a” di Jakarta 6 Agustus 2000 itu pun menuai
protes di kalangan ulama-ulama NU. Para ulama NU prihatin terhadap elit NU yang
sudah tidak lagi menghiraukan ayat-ayat Allah dan peringatan dari Nabi
Muhammad. Sebagai pengurus PBNU, mestinya mereka tahu bahwa pada Muktamar NU
ke-30 di Kediri telah memutuskan tentang keharaman melakukan kegiatan do’a
bersama lintas agama.
Begitu juga adanya pendirian tiga gereja ilegal di
Pandaan Pasuruan yang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tiga gereja tersebut
dipermasalahkan oleh warga setempat, bahkan keberadaannya yang ilegal sangat
meresahkan masyarakat. Karena sebelumnya, sudah ada dua gereja resmi, sehingga
masyarakat pun mengirim surat protes kepada pihak pemerintah daerah Pasuruan,
namun pemerintah kesannya diam tanpa ada tanggapan. Yang menjadi keheranan
masyarakat Pandaan adalah apa yang dilakukan KH. Hasyim Muzadi selaku Ketua
Tanfidziyah PBNU, yang tiba-tiba mendatangi tempat ibadah umat Kristiani yang
jumlahnya hanya lima orang tersebut dalam rangka memberi dukungan keberadaan gereja
ilegal tersebut sekaligus meresmikannya tanpa adanya konfirmasi sebelumnya
dengan masyarakat setempat. Berita pembelaan Ketua Tanfidziyah PBNU ini sempat
dirilis oleh Koran Radar Bromo.
Kerjasama antara PBNU dengan Syi’ah juga pernah
terjadi dalam acara Konferensi Ulama Sunni-Syi’ah pada hari Selasa-Rabu 3-4
April 2007 di Bogor. Acara yang diprakarsai oleh NU serta didukung oleh
Muhammadiyah dan Pemerintah itu dalam rangka meredam konflik yang
berkepanjangan antara Sunni-Syi’ah di Irak dan pentingnya menggagalkan upaya
musuh dalam memecah belah muslimin.
Sebagaimana komentar Kyai Hasyim bahwa pernyataan
Syaikh Yusuf Qardlawi saat kunjungannya ke Indonesia Januari 2007, bahwa kaum
Syi’ah Irak telah membantai kaum Sunni di Irak, dan juga pernyataan beliau bahwa
Al-Qur’an yang ada di Iran telah mengalami distorsi (tahrif). Ungkapan Syaikh
Yusuf Qardlawi saat Muktamar Doha, Qatar pada bulan Januari 2007, menurut kyai
Hasyim adalah pernyataan yang provokatif.
Terselenggaranya konferensi tersebut sebagai implementasi
dari pernyataan presiden SBY saat menjamu presiden Goerge Bush dalam
kunjungannya di Bogor. Menurutnya masalah Irak bukan hanya tanggung jawab AS
tapi juga menjadi tanggungjawab dunia.
Acara serupa juga pernah diselenggarakan di Hotel
Sultan Jakarta, 1921 Desember 2009. Acara yang bertema “Konferensi Persaudaraan
Muslim Dunia” ini menurut Hasyim merupakan bentuk kerjasama antara PBNU dengan At-Taqrib Baina Madzahib Al-Islamiyyah yang
berpusat di Iran dan beraliran Syi’ah. Di hadapan PWNU seluruh Indonesia cak
Hasyim mengatakan bahwa konferensi yang sedang berlangsung merupakan bagian
dari kegiatan International Conference Of Islamic Scholars (ICIS) pra-Muktamar
NU yang ke-32. Selanjutnya cak Hasyim yang juga selaku presiden ICIS
mengatakan, “Kalau kita kerjasama dengan kelompok Syi’ah, bukan berarti kita
menjadi Syi’ah. Paling tidak dengan mengadakan pertemuan dengan Syi’ah, kita
bisa mengetahui apa yang mereka mau, dan posisi kita setara, kita tidak berada
di bawah.”
Tidak heran, jika banyak kalangan yang menuduh Kyai
Hasyim telah menyeberang ke Syi’ah karena seringnya cak Hasyim membela kelompok
Syi’ah dengan sering mengunjungi kaum Syi’ah di Irak dan Iran. “Saya ke Irak
dan Iran bukan untuk membela Syi’ah, saya tidak membela Syi’ah sebagai ajaran,
tapi saya membela Syi’ah sebagai masyarakat yang terjajah”, kata cak Hasyim
saat menghadiri peringatan seratus hari wafatnya KH. Yusuf Hasyim. Dirinya
menemui kelompok Sunny-Syi’ah justru untuk mendamaikan mereka, kilahnya.
Kyai Hasyim Muzadi telah melakukan kebohongan besar,
justru kelompok Sunni di Irak-lah yang dijajah dan dihabisi oleh kelompok
Syi’ah dengan kejam dan sadis, begitu juga kelompok Sunni di Iran, dijajah dan
dihilangkan seakan-akan yang ada hanya kelompok Syi’ah.
Agaknya terlalu banyak jika saya harus mengutip semua
isi buku tersebut disini, untuk lebih lanjut membaca buku Membuka Kedok Tokoh
Liberal NU silahkan download dibawah ini.
Jika ingin membaca buku tersebut secara online lewat
slideshare silahkan buka Membuka Kedok Tokoh Liberal NU
http://www.kabarmakkah.com/2014/10/download-buku-membuka-kedok-tokoh.html
http://www.kabarmakkah.com/2014/10/download-buku-membuka-kedok-tokoh.html
Nahimunkar pernah
menurunkan berita tentang ini
Syiah masih Islam(Jangan mengatakan Syiah itu sesat)
KH
Hasyim Muzadi: Syiah Bagian dari Islam
Ternyata KH.Hasyim Muzadi Yang Kirim Warga NU Ke Iran
dituding
Said Agil soal Iran, ini jawaban KH Hasyim Muzadi
Hasyim
Muzadi: Syiah Lebih Islam daripada Ahmadiyah
Dari Sekian Banyak Aliran Sesat, Syiah Paling Berbahaya
Syi’ah memusuhi Islam dan lebih buruk tipuannya dibanding
Ahmadiyah
KH Hasyim Muzadi: Wahabi Takfiri Kelompok Pemecah Belah Umat Islam
Pindahkan Makam Nabi, Saudi Disumpahi Bakal Hancur (Hasyim Muzadi)
Wahabi Ingin Makam Nabi Dibongkar, Hasyim Muzadi: Arab Saudi akan Hancur
K.H. Hasyim Muzadi
: wahabi manhaj takfiri pemecah belah umat islam - YouTube
Singapura Perlakukan Syi'ah dan Ahmadiyah Bukan Bagian
dari Islam ( sama dengan Malaysia dan Brunei ).Kapan di Indonesia ?
Kesaksian
KH. Hasyim Muzadi: Aksi Bela Islam 212 Dihadiri Kalangan Malaikat
Hasyim
Muzadi “Kita menanamkan Pancasila ke seluruh dunia, karena inti Islam ada di
Pancasila,” Hah ?! Berbicara Tentang Allah ( Agama ) Tanpa Ilmu" Lebih
Besar Dosanya Dari Dosa Syirik. Rakyat Rusak karena Ulamanya Menyimpang
(aswaja).
"Keteladanan
Antara Wali Songo Vs Wali Dollar" [untuk ulama "su/penghujat wali
jenggot !" ]
Lucu...”
Ulama Su'per Aswaja Pendengki Wahabi” Saling Tuding Kerjasama Dengan Majusyi’ah
Iran. Said Aqil Siraj Salahkan Hasyim Muzadi, Hasyim Muzadi Salahkan Gus
Dur..?! Beda Dengan Kejujuran Ulama ASWJ Malaysia/Brunei.
Perhatikan ! Para Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al
Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi, Dihinakan dan Diberantakan !
Siapakah Ulama As-Su’ Di Indonesia, Yang Gemar Memfitnah
Dan Mencela Umat Islam Diluar Golongannya, Sering Bikin Resah Umat Islam,
Berasyik Masyuk Dengan Non Muslim Dan Merasa Super Mayoritas ? Seperti Ini
Moderat ?
Ulama "Su" ini Gemar Menghina Allah`azza wa
jalla [ Dagangannya " Wahhabi"/Al-Wahhab ] Sekarang Menghina Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam [ Menghujat "Jenggot/Lihyah" ]
..! KH. Hasyim Muzadi: Inilah Bedanya Wali Songo, Waliyullah dan Wali Jenggot
Untuk Para Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2
“SU’/Namimah” yang ingin membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan
tulisan dibawah ini !!
Untuk "Ulama ?" Penghina " Wali
Jenggot" Baca Artikel ini : Perbedaan antara wali-wali Allah dan wali-wali
syaithon
kafir syiah lebih berbahaya dari yahudi dan nasrani
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
Kelompok Takfiri sebenarnya Syiah, Kelompok Radikal Jika Merujuk Definisi BNPT
Mengapa Syiah Menggunakan Istilah Takfiri-Wahabi?
KH Hasyim Muzadi Baru Sadar ( Selama Ini Hobinya
Menghujat Wahabi ) Syi’ah Merupakan Ancaman Terhadap NKRI, Gemar Menghujat
Sahabat Dan Istri Nabi
Astaghfirullah, Idrus Ramli Sebut KH
Hasyim Muzadi Tidak Paham Agama