Meski Tak Bersalah, Pemuda Sunni Iran Ini Dijatuhi
Hukuman Mati
Mahkamah Agung Iran
akhirnya memutuskan hukuman mati terhadap Barzan Nasrallah Zadeh, 22 tahun.
Barzan ialah seorang remaja yang berasal dari Sanandaj, Propinsi Kurdistan,
yang merupakan basis Ahlusunnah di Iran.
Surat keputusan akan
segera dikirim ke departemen eksekusi umum. Itu artinya eksekusi akan dilakukan
dalam waktu dekat.
Barzan ditangkap pada 29
Mei 2010. Ketika itu umurnya masih 17 tahun 5 bulan. Dalam masa penantian
hukuman mati tersebut, dia ditahan di lobi 04 ruangan no 10 di Penjara
Gohardasth, Karaj, sekitar 20 kilometer dari Teheran, sejak penangkapannya
hingga saat ini.
Ayah Barzan, Muhammad
Salim Barzan mengatakan, “anak saya lahir pada tahun 1992. Dia ditangkap saat
usianya menginjak 17 tahun. Dia tidak memiliki apapun kecuali satu komputer
pribadi. Setelah anak saya divonis hukuman mati. (Kami memprotes karena, red)
anak saya tidak pernah membunuh siapa pun. Anak saya tidak pernah berhubungan
dengan instansi apapun. Anak saya tidak pernah memiliki senjata tajam.
“Lalu saya katakan
kepada salah satu pejabat, ‘kami akan menerima hukuman mati tersebut jika anak
saya terbukti membunuh. Tetapi anak saya tidak pernah membunuh siapa pun, lalu
mengapa anda menjatuhi hukuman mati kepadanya? Pejabat itu tidak bisa
menjawab.”
Hakim mengeluarkan
hukuman mati secara sepihak. Pasalnya, selama masa penahanan Barzan disiksa dan
dipaksa membuat pengakuan palsu dalam bentuk video pada 16 November 2013.
Selain itu, Barzan
dilarang menghadiri sidang. Bahkan pangacaranya pun, tidak boleh mengajukan
pembelaan dan berkas-berkas dalam sidang.
Barzan Nasrallah Zadeh
adalah pemuda sunni yang dieksekusi mati di Iran tanpa kejahatan apapun
Hakim yang memberi
hukuman mati ialah Jaksa Agung Mohammmad dengan tuduhan bahwa Barzan “menentang
Allah” dan “bekerja sama dengan instansi yang bertujuan mengacaukan negara”.
Perlu diketahui, Barzan
ditangkap ketika pulang dari sekolah. dia disekap oleh intelijen Iran yang yang
menyamar dengan mengunakan pakaian sipil.
Barzan ditembak di
perutnya dan mengalami luka. Akhirnya, dia dilariikan ke rumah sakit setempat,
disana Barzan hanya dirawat selama satu jam. Kemudian dia dipindahkan ke markas
besar intelijen di Sanandaj.
Karena kelalaian medis,
Barzan harus kehilangan limpanya. Semenjak itu, Barzan selalu bermasalah dengan
kesehatan. Saat ia ditahan di penjara, Barzan tidak menerima perawatan medis
sedikit pun.
Warga Sunni Iran memang
kerap mendapat perlakuan diskriminatif dari pemerintah yang berhaluan Syiah.
Warga Ahlusunnah di wilayah barat laut, barat daya dan tenggara Iran kerap
mendapat pembatasan akses pendidikan, kesehatan. Tak jarang, sejumlah warga ditangkap
dan dijatuhi hukuman mati seperti Barzan.
Penulis: Syafi’i
Iskandar
Sumber: Balatarin.com, ppa-iran.com, mojahedin.org
Dai sunni hendak
dieksekusi mati di iran, ibunda : biar aku saja yang mati dan menggantikan
hukumannya
Rabu, 11 Nov 2015 – 05:53 0
Syahram Amiri Ahmadi
TEHERAN (gemaislam) –Vonis mati yang ditimpakan Mahkamah
Agung Iran kepada salah seorang da’i sunni bernama Syahram Amiri Ahmadi membuat
sang ibunda merasakan kepedihan yang mendalam. Pasalnya, sebelum Syahram
divonis mati, sang adik telah terlebih dahulu dieksekusi oleh pemerintah Iran.
Jelang eksekusi matinya, ibunda Syahram yang bernama
Kheir Faramarzi, menuliskan sebuah surat terbuka kepada pemerintah Iran.
“Hukum mati saja aku, sebagai pengganti dari hukuman
anakku,” tulis Faramarzi yang dikutip dari laman alarabiya, Selasa
(10/11/2015).
Dalam suratnya, Faramarzi mengungkapkan kesedihannya akan
nasib yang dialami oleh anaknya. Syahram sendiri telah ditahan sejak 2009 silam
selepas pulang dari masjid.
Kheir Faramarzi
bersama foto dua anaknya
“Mereka ingin membunuh anakku Syahram pada usianya yang
belum genap 30 tahun, padahal dia menghabiskan hari-harinya di sel pengasingan
selama 7 tahun. Mereka memberikan vonis mati terhadap anakku hanya dikarenakan
melakukan kegiatan keagamaan. Aku hanyalah seorang ibu yang tak berdaya, apa
yang bisa aku lakukan?. Sedangkan mereka telah membunuh adiknya, Bahram
Ahmadi,” lanjut Farmarzi.
Faramarzi kemudian meminta agar hukuman mati sang anak
bisa dipindahkan pada dirinya.
“Hukum mati lah aku sebagai ganti dari hukuman anakku dan
kalian bisa tenang. Kematian lebih mulia untukku daripada kehidupan yang
sekarang aku jalani,” tutupnya.
Pihak berwenang Iran sendiri kini telah memindahkan
Syahram ke penjara Rajai Syahr yang terletak di barat laut kota Teheran.
Siapa Syahram Amiri Ahmadi?
Syahram Amiri Ahmadi lahir pada tahun 1986 di wilayah
Sanandaj, Provinsi Kurdistan. Ia adalah seorang da’i sunni yang berdakwah
kepada masyarakat sekitar baik melalui dakwah langsung ataupun melalui media
seperti penyebaran buku-buku dan vcd.
Pada tahun 2009, pemerintah Iran menangkapnya dengan
tuduhan serius, diantaranya adalah memerangi agama Allah, membahayakan keamanan
nasional dan beragam tuduhan lainnya. Pada malam penangkapannya, Syahram
ditembak oleh pasukan keamanan pemerintah Iran dibagian punggungnya tanpa ada
tembakan peringatan terlebih dahulu selepas pulang dari masjid.
Setelah tiga tahun dikurung dalam sel, akhirnya
pemerintah Iran menggelar peradilan Syahram pada Oktober 2012. Dalam peradilan
yang hanya berlangsung lima menit dan tanpa disertai pengacara Syahram,
pemerintah Iran akhirnya memberikan vonis mati untuk Syahram.
Pihak keluarga sendiri berulang kali meminta agara
Syahram diadili secara formal dengan menghadirkan pengacara dan pembelaan
secara hukum. Sayangnya permintaan keluarga tidak ditanggapi oleh pemerintah
Iran.(arc)
Sumber : https://gemaislam.com/748-748.html
Ratusan Demonstran Kutuk
Iran di Depan Kantor PBB
30 Sep 2015 09:18
New York – Ratusan orang menggelar demonstrasi di depan
kantor pusat PBB di New York, AS, di saat konferensi Majelis Umum PBB yang 70.
Mereka mengutuk kebijakan politik dan intervensi Iran dalam urusan
negara-negara Arab.
Aksi yang dilakukan pada Selasa (29/09) bertepatan dengan
pidato Presiden Iran Hassan Rauhani di hadapan peserta konferensi.
Dilansir dari Al-Jazeera, para demonstran adalah aktivis dan
oposisi Iran, Suriah dan Yaman. Kendati demo ini digelar setiap tahun oleh
aktivis, namun kali ini pesertanya lebih banyak dan dari berbagai warga negara.
Demonstran mengangkat slogan-slogan mengutuk dukungan Iran
terhadap organisasi-organisasi zalim di Suriah dan Yaman. Begitu juga, dukungan
Iran terhadap faksi-faksi bersenjata yang membuat kerusuhan di negara Arab.
Mereka menuduh Iran berada di balik kekacauan dan kerusakan
di Suriah, Yaman dan Iraq. Segala peran rezim Iran dalam menyelesaikan
kekacauan itu harus ditolak.
Para demonstran juga mendesak PBB mengakhiri kebijakan Iran
di wilayah Arab. Iran harus dipaksa untuk tidak mengganggu urusan negara
tetangga.
Sementara itu, Rauhani dalam pidatonya menyampaikan tentang
pecahnya krisis di lebih dari satu negara Arab. Menurutnya, krisis itu lebih
buruk karena ada campur tangan militer negara lain.
Sumber: Al-Jazeera
Penulis: Hunef Ibrahim
Penulis: Hunef Ibrahim
PBB Kutuk Pelanggaran HAM di Iran
dan Korut