Susul Saudi, 3 Negara Putuskan
Hubungan Diplomatik dengan Iran
Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Sudan
telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Syiah Iran. Mereka
menyusul sekutunya yaitu Arab Saudi, yang melakukannya terlebih dahulu setelahsekelompok teroris Syiah menyerbu kedutaan mereka di Teheran, untuk memprotes eksekusiterhadap Nimr An Nimr, seorang
pendeta Syiahterkemuka yang menjadi provokator utama di balik gerakan protes anti–Pemerintah negeri Kerajaan tersebut pada 2011 lalu.
Sebagaimana dikutip World Bulletin pada Senin (4/1), Bahrain telah
memerintahkan para diplomat Iran di negara mereka “untuk meninggalkan kerajaan
dalam waktu 48 jam”.
Sebuah pernyataan Bahrain mengatakan bahwa keputusan mereka dipicu
oleh aksi anarkis para teroris Syiah tersebut dan “campur tangan yang semakin
mencolok dan berbahaya” dari Teheran dalam urusan internal negara-negara Arab
dan Teluk.
Manama mengatakan serangan pada kedutaan Saudi itu merupakan “pola
kebijakan sektarian yang sangat berbahaya yang harus dihadapi dalam rangka
melestarikan keamanan dan stabilitas di seluruh wilayah.”
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Bahrain memanggil Iran kuasa
usaha Murtada Sanawbari dan menyerahkan catatan resmi dalam hal ini.
Sementara itu, UEA telah memutuskan untuk menarik duta besarnya
dari Iran dan menurunkan jumlah “perwakilan diplomatik ke tingkat kuasa usaha
dan mengurangi jumlah diplomat Iran di dalam negeri,” kata Kemenlu Bahain dalam
sebuah pernyataan.
“Langkah yang luar biasa ini telah diambil dalam gangguan terus
menerus yang nyata dari Iran dalam urusan internal negara-negara Arab dan
Teluk, yang telah mencapai tingkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambah
Kementerian tersebut.
Mereka mengatakan bahwa hubungan diplomatik harus didasarkan pada
“saling menghormati kedaulatan” dan “tidak campur tangan dalam urusan internal
orang lain”.
Sementara itu, Sudan juga telah mengusir duta besar Iran dan pada
saat yang sama memanggil pulang duta besarnya sendiri dari Teheran.
“Pemerintah Sudan mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan
Republik ‘Islam’ (baca : Syiah) Iran segera,” kata Kemenlu Sudan dalam sebuah
pernyataan.
Red : Gus Jati
Sejumlah Negara Islam Putuskan Hubungan dengan Iran
Iran
dikepung negara-negara yang bersekutu dengan Arab Saudi. Bahrain, Uni Emirat
Arab dan Sudan mencabut perwakilan diplomatiknya dari Teheran. Belum jelas
apakah ada negara lain yang bakal mengikuti langkah tersebut.
Bahrain
mengikuti langkah Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran. Kedua negara
sebelumnya bersitegang setelah eksekusi mati terhadap ulama Syiah, Nimr al-Nimr
oleh pemerintah Arab Saudi.
Negara
kepulauan di Teluk Arab itu memberikan waktu kepada diplomat Iran selama 48 jam
untuk segera meninggalkan wilayah kedaulatannya. Pemerintah di Manama juga
sebelumnya telah memanggil pulang semua anggota korps diplomatiknya dari
Teheran.
Bahrain
bukan yang terakhir terseret kisruh antara Iran dan Arab Saudi. Uni Emirat Arab
yang berselisih dengan Iran soal sejumlah pulau di Selat Hormuz juga menurunkan
status hubungan diplomatik dengan mengganti jabatan duta besar dengan
perwakilan sementara.
Tidak
lama setelah Bahrain mengumumkan sikapnya, Sudan juga mengikuti dengan mengusir
duta besar Iran dari Khartoum. Sebuah pernyataan oleh Kementerian Luar Negeri
Sudan menyebut negaranya telah memutuskan hubungan dengan Iran. Pemerintah di
Khartoum berulangkali mengritik Iran sejak beberapa bulan terakhir.
Bahrain
yang dipimpin oleh minoritas Sunni Wahabi, namun berpenduduk mayoritas Syiah,
sering menuding Iran mensponsori terorisme, termasuk gejolak sosial yang sempat
meletus di Bahrain beberapa tahun lalu.
Saat
itu kelompok Syiah yang merasa didiskriminasi dan dirugikan menggelar “Revolusi
Ungu” seiring dengan musim semi Arab. Namun Bahrain mengundang militer Arab
Saudi untuk menghancurkan gerakan tersebut.
Keputusan
Bahrain memutuskan hubungan dengan Iran diambil setelah salah satu kantor
perwakilannya di Mashhad diserbu massa. Di Iran sendiri penyerbuan tersebut
dikiritik sebagai gol bunuh diri lantaran mengalihkan perhatian dari isu
eksekusi terhadap Syeikh Nimr al-Nimr. (Isl/DW)
Iran-Syiah
Penebar Teror dan Anarkis Membuat Bahrain dan Sudan Akhiri Hubungan Diplomatik
dengan Iran; Indonesia???
Pemerintah Sudan dan
Bahrain, Senin (04/12), memutus hubungan diplomatik dengan Iran menyusul
serangan terhadap Kedutaan Besar Saudi di negara mayoritas tersebut. Kedua
negara memerintahkan seluruh diplomat dan pegawai kedutaan meninggalkan Iran.
“Pemerintah memutus hubungan diplomatik dengan
Iran dan memerintahkan seluruh diplomat meninggalkan Iran dalam waktu 48 jam,”
lapor kantor berita resmi Bahrain, seperti dikutip Al-Jazeera.
Laporan ini dikuatkan dengan pernyataan
Menteri Komunikasi dan Anggota Dewan Bahrain, Isa Al-Hamadi, bahwa pemerintah
telah memutus hubungan dengan Iran.
Di saat bersamaan, Menteri Luar Negeri Sudan
Ibrahim Ghandur mengumumkan bahwa negaranya juga memutus hubungan diplomatik
dengan Iran. Ia menunjukkan, putusan ini diambil karena Iran mencampuri urusan
kawasan dengan dasar sektarian. Seluruh staf kedutaan telah diperintahkan
pulang.
Sebelumnya, kantor berita Saudi melaporkan
bahwa pemerintah Sudan menelepon pemerintah Saudi menyampaikan akan memutus
hubungan dengan Iran. Dalam pembicaraan itu, Sudan berencana menarik seluruh
pegawai kedutaan.
Dalam pernyataannya, sejumlah pejabat Sudan mengutuk campur tangan Iran di
Kawasan serta membiarkan penyerangan terhadap kantor kedutaan Saudi di Teheran.
Sudan bersama Saudi berkomitmen memerangi teroris.
Arab Saudi mengumumkan memutus hubungan
diplomatik dengan Iran setelah Kedutaannya di Teheran diserang dan dibakar.
Penyerangan itu menyusul eksekusi ulama Syiah, Al-Namr, oleh pemerintah Saudi.
Eksekusi itu menyulut kemarahan pengikut Syiah
di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mereka menggelar demonstrasi di depan
kedutaan Saudi di negara masing-masing.
Perlu diketahui, Bahrain dan Sudan termasuk
negara yang getol memerangi Syiah. Pasalnya, gerakan Syiah di dua negara tersebut
sudah mulai mengancam pemerintahan. Mereka mulai menyerukan revolusi dan ingin
mengubah negara menjadi Syiah. (k/headlineislam.com)