Sebagaimana
dilaporkan sebelumnya, Ulama Syiah Saudi divonis mati oleh Mahkamah Khusus yang
menangani terorisme di Riyadh pada 15/10 karena dianggap mengancam ketahanan
nasional.
Namr,
Ulama Syiah Saudi memang dikenal permusuhannya yang sangat keras kepada
pemerintah Saudi dan juga dukungannya kepada aksi demonstrasi menentang
pemerintah yang terjadi di Bahrain. Di Saudi, Ulama Syiah ini sering memimpin
demo anarkis di propinsi bagian timur saudi bahkan kadang menggunakan senjata
api menghadapi aparat keamanan.
Keputusan
ini lalu memunculkan beragam tanggapan dari pihak Syiah
Iran
dan Hizbullat
Wakil
Kementerian Luar Negeri Iran, Husain Amir Abd Lahyan, mengkhawatirkan keputusan
ini akan menyebabkan kerusuhan dan konflik horizontal di daerah asal Namr
al-Baqir. “Keputusan-keputusan seperti ini tidak akan berkontribusi dalam usaha
mengembalikan kedamaian di daerah tersebut.” Ucapnya sebagaimana dilaporkan
oleh Islammemo.
“Pihak
yang bertanggung jawab di Saudi mestinya melihat masalah ini secara lebih dekat
agar tidak menimbulkan kegoncangan di dunia Islam.” Sambung Husain Amir.
Tidak
jauh beda dengan itu, Hizbullat dalam pernyataannya menyebutkan bahwa vonis
mati yang dikeluarkan oleh Mahkamah Saudi terhadap Ulama Syiah Saudi, Namir
Baqir al-Namr, adalah zalim dan tidak syar’i, bahkan keputusan ini merupakan
langkah yang sangat membahayakan. Pihak Hizbullat meminta Saudi untuk menarik
keputusan itu.
Syiah
di Indonesia
Emilia
Renita, istri Ketua Dewan Syuro IJABI, menanggapi keputusan ini “Gak jadi,
Insya Allah. Kita lihat saja, berani gak Saudi melakukannya. Aku gak yakin sama
sekali tuh. Kan Saudi tau juga kaya apa kekuatan Syiah. Mereka juga berhitung
kok. Kita lihat saja nanti. Kalaupun mereka nekad, kita juga bisa lihat nanti
akibatnya. Jangan khawatir.” Paparnya ketika dihubungi lppimakassar.com kemarin.
“
Kalau jadi, bakal makin kuat Syiah. Karena kita makin solid, malah bagus. Orang
Syiah itu gak takut mati pak. Kesyahidan adalah yang kita cita-citakan. Dan
buat Ayatullah Nimr, aku rasa dia pasti gak bakal gentar dengan hukuman itu.
Apalagi yang melakukannya pemerintah Saudi, karena membela kaum tertindas.”
pungkas pengurus Organization of Ahlulbait For Socialsupport and Education (OASE)
ini.
Melihat
berbagai tanggapan dari pihak Syiah di atas, bisa disimpulkan hampir semuanya
justru memberi ancaman balik. Memberikan sinyal bahaya dan konflik yang akan
terjadi. Bahkan mengancam dengan menyebut kekuatan Syiah.
Memang
seperti inilah Syiah. Tidaklah Syiah berada di suatu negara, kecuali negara itu
pasti bergejolak dan akan timbul konflik horizontal.
(Ibnu
Ahmad/lppimakassar.com)