ناصر
بن عبد الله القفاري
Sudah banyak ulama
dan peneliti yang menulis tentang Tasawuf, korelasi erat antara Sufisme[1]dan
Syi'ah,[2]berikut
penjelasan tentang kesamaan ideologi dan manhaj antara keduanya. Misalnya
ideologiwilayahdalam
ajaran Sufi sangat mirip dengan ideologiimamahdalam
ajaran Syi'ah. Ideologiimam
ma'shumversi Syi'ah sama dengan ideologiwali mahfuzhversi Sufi.Ta'wil bathiny/interpretasi
internal dalam pandangan Syi'ah sama dengan Sufi yang biasa mereka sebut denganrumuz/kode danisyarah/sinyal. Jika
aliran Sufisme mengklasifikasikan agama kepada syariat dan hakikat, maka Syi'ah
juga membaginya menjaditanzildanta'wil. Sebagian ulama
telah membahas topik-topik ini secara spesifik.[3]
Topik bahasan kali
ini terfokus pada kesamaan ideologi antara aliran Sufisme dan Syi'ah.
Menurut pengamatan penulis, belum ada studi spesifik yang membahas bahaya
aliran tersembunyi Rafidhah yang menyamar, berpenetrasi, menunggangi, lantas
merusak aliran Sufisme. Karenanya sebagian cendikiawan muslim menyatakan, bahwa
saat ini tidak ada lagi aliran Sufisme moderat, melainkan semua aliran Sufisme
yang ada sekarang adalahghulat/esktremes.[4]Karena
ideologi esktremes Syi'ah sudah sangat mengakar dalam aliran Tasawuf, merekalah
yang dari dulu dan sampai saat ini menuntun Sufisme kepada radikalisme dan
esktremisme.
Penulis sangat
mengenal golongan ini (Syi'ah Imamiyah) dan menyadari urgensi mengkajinya
secara mendalam. Karenanya, sudah lebih tiga puluh tahun lamanya penulis
berkecimpung dalam dunia Syi'ah, baik dengan kajian, menulis,[5]mengajar,
dan bepergian untuk mencari data-data tentang Syi'ah, menemui tokoh dan
organisasinya. Mengamati agenda dan aktivitasnya, merevisi kurikulum, dan
mengunjungi situs-situs keagamaannya, dst.
Penulis juga telah
membuat kajian dan tulisan tentang Tasawuf,[6]juga sering mengajarkan
materi ini kepada mahasiswa dan mahasiswi di kampus.[7]
Korelasi dan
kemiripan ideologi antara Sufisme dan Syi'ah muncul dari sel-sel rahasia yang berpenetrasi
dan menyebar dalam Tarekat-tarekat Sufi. Mereka senantiasa memakai topeng
Tasawuf, sampai ada dari sebagian kaum Sufi mempelajari Tasawuf Sunni yang
terbebas dari cengkraman radikalisme dan ekstremisme Syi'ah Rafidhah sufistis.
Dari pengalaman
sekian lama, penulis sangat menyadari betapa besar bahaya yang dibawa oleh
Syi'ah Bathiniah yang menyebar dalam Tarekat Sufi yang penuh dengan khurafat,
dimana Sufisme menjadi kuda tunggangan bagi Syi'ah untuk memuluskan berbagai
agenda rahasianya.
Yang menarik
perhatian adalah bahwa kedua sekte ini, selalu menjadi senjata musuh-musuh
Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Buktinya, tokoh-tokoh
Orientalis sangat tertarik untuk mempelajari kedua sekte ini. Bahkan Donaldson,
sang Orientalis Barat tinggal di Iran selama enam belas tahun untuk mempelajari
Syi'ah, sehingga berhasil menulis buku yang berjudulAqidah al-Syi'ah.
Orientalis asal
Perancis, Massignon, telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempelajari
Tasawuf. Ia sangat menggandrungi tokoh ekstremes Sufisme seperti al-Hallaj,
hingga ia dijuluki'Asyiq
al-Hallaj/pecinta al-Hallaj.
Padahal semua orang
tahu bahwa para orientalis tersebut bekerja sebagai penasehat bagi lembaga
intelijen dan Kemenlu di negaranya masing-masing. Negaranya menjadikan kajian
dan penelitian mereka sebagai dasar mengatur strategi perang dan manuver
politik.
Syekh Muhammad
al-Ghazali bercerita, bahwa ia pernah membaca laporan rahasia seorang
orientalis yang menyatakan bahwa cara terbaik untuk menghadang penyebaran Islam
adalah dengan memelihara dan mendukung sekte dan aliran-aliran sesat yang ada.
Bahaya besar Syi'ah
Shafawi tidak terbatas pada misi akidahnya, tetapi juga misi keamanan, politik,
dan sosialnya. Majusi Persia yang menjadikan "Syi'ah" sebagai sarana
untuk merealisasikan berbagai agendanya termasuk mendirikan Imperium Persia
Raya, telah berhasil berpenetrasi ke dalam aliran Sufisme khususnya, dan
masyarakat Islam umumnya. Sufisme dan berbagai aliran lain yang terbius telah
menjadi alat penyebaran misi-misi mereka.
Banyaknya varietas
tarekat-tarekat Sufi yang tersebar luas di seluruh dunia juga tingginya posisi
sebagian Syekh Sufi di hadapan beberapa petinggi politik menjadi faktor utama
keberhasilan Syi'ah berpenetrasi ke dalam barisan Sufisme. Sebagai bukti,
Anda dapat melihat bagaimana Iran berhasil mempengaruhi untuk selanjutnya
menyetir beberapa sekte Syi'ah Zaidiah sepertial-Jarodiah,[8]dan menjadikannya
boneka untuk melaksanakan agenda-agenda politiknya di negara Yaman dan
sekitarnya.[9]Lihat
pula keberhasilan mereka menguasai politik Libanon melalui milisi Syi'ah
"Hizbullah".
Lebih jauh lagi kita
saksikan usaha keras Syi'ah Iran merangkul Syi'ah Nushairiah Suria. Padahal
dalam referensi validnya, Syi'ah Imamiah Iran jelas-jelas mengkafirkan Syi'ah
Nushairiah.[10]Sebaliknya,
Nushairiah juga sangat antipati terhadap Syi'ah Iran disebabkan aliran
kebatinan yang mereka anut. Akan tetapi, Iran menjadikan isu Syi'ah sebagai
jalan untuk menyebarkan agamanya di kalangan masyarakat Suria, hingga sesuaiKhitthah Khamsiniah/rencana
50 tahunnya, Iran berhasil merangkul Nushairiah.
Ini ditandai dengan
'saling cumbu' antara ayat Qom dengan pemuka agama Nushairiah. Ambil contoh
Hasan al-Syairazi, pasca kunjungannya ke Suria ia langsung menulis bukual-Alawiyun Syi'atu Ahlu al-Bait/Alawiah
adalah pendukung Ahlul Bait.[11]Hubungan tersebut meningkat hingga sampai
pada sesi berbahaya, yakni pengerahan tentara untuk membela rezim Nushairiah
Alawiah di Suria yang dilakukan oleh paraMalali
Rafidhahdi Qom. Milisi-milisi yang mereka kerahkan meliputi
Hizbullah dari Libanon, Brigade Abul Fadhl al-Abbas dari Irak, dan Garda
Republik dari Iran.[12]
Saat ini, Syi'ah
Iran sedang melancarkan mega proyek merangkul kaum Sufi dengan merusaknya, lalu
mengerahkannya untuk merealisasikan berbagai misi Rafidhah, sama persis dengan
Yahudi yang memperalat Kristen demi mencapai ambisinya.
Mayoritas peneliti
selalu mengupas isu kesamaan ideologi dan prinsip antara Syi'ah dan Sufisme.
Namun mereka alpa dari eksistensi gerakan rahasia Rafidhah yang berpenetrasi
di tubuh Sufi. Sama halnya dengan kaum Sufi sendiri yang tidak menyadari esensi
gerakan rahasia yang bertopengkan Sufisme tersebut. Mereka lalai terhadap
kekuatan yang menggerakkan dari belakang, dan tidak menyadari konspirasi besar
yang memperalatnya. Kecendrungan Sufisme menjadi Syi'ah saat ini adalah bukti
kelicikan missionaris Syi'ah dan kelihaian mereka menerobos pusat-pusat
kekuatan dalam tubuh umat Islam.
Tapi ternyata Ahlus
Sunnah pun tak luput dari sasaran penyusupan Syi'ah.[13]Dan
yang lebih mengejutkan lagi, bahwa di antara mereka yang menjadi korban adalah
kalangan Ahlul Hadits dari Ahlus Sunnah, padahal mereka sangat terkenal dengan
ketelitian dan kehati-hatiannya.
Syekh Abdullah
al-Suwaidi menceritakan cara Syi'ah mengelabui ulama hadits. Beliau
berceritera:
Beberapa tokoh
Syi'ah turut berkecimpung dalam ilmu hadits dengan mendengar hadits dari ulama
Ahlus Sunnah yangtsiqah/terpercaya
dan menghapal hadits-hadits tersebut berikut sanadnya. Mereka berusaha
menghiasi diri dengan ketakwaaan dan sikap wara', sehingga dapat dianggap
sebagai ulama hadits Ahlus Sunnah. Mereka meriwayatkan hadits shahih dan hasan,
kemudian menyusupkan haditsmaudhu'/palsu
yang mendukung mazhab Syi'ah. Dengan demikian beberapa ulama hadits Ahlus
Sunnah dan banyak dari kaum awamnya tertipu dengan ulah mereka. Akan tetapi
Allah telah memilih ulama hadits dari umat ini yang mampu menyingkap konspirasi
tersebut, mengeluarkan hadits-hadits palsu buatan Syi'ah dan menjelaskannya
kepada umat,walhamdulillah.[14]
Cara lain yang
diperaktekkan oleh tokoh Syi'ah adalah dengan menyamar menjadi ulama Ahlus
Sunnah, menciptakan pemikiran yang mirip dengan pemikiran Syi'ah, kemudian
menyebarkannya di kalangan Ahlus Sunnah. Syekh Muhammad Abu Zuhrah
menganggap Najmuddin al-Thufi (wafat tahun 716 H) adalah salah satu tokoh
Syi'ah yang telah memeraktekkan cara ini untuk menyebarkan ajarannya. Pemikiran
yang dipromosikan adalah bahwa maslahat harus didahulukan atas nash. Ini
murni pemikiran Syi'ah. Sebab Syi'ah mengklaim pasca wafatnya Rasulullah, para
imam mereka berhak untuk mengotak-atik nash Al-Qur'an maupun hadits dengan
membatasi cakupan atau menghapus nash dan hukumnya. Al-Thufi menjiplak
pemikiran ini dengan mengganti kata imam menjadi maslahat, agar pemikirannya
laris di kalangan Ahlus Sunnah. Menurut Abu Zuhrah, dengan cara ini al-Thufi
bermaksud mengurangi pengkultusan terhadap nash-nash syariat yang selama ini
diyakini oleh umat Islam.[15]
Kita tidak perlu
heran, sebab sekte Syi'ah memang menjadikanTaqiyyah/kemunafikan
bagian dari agamanya. Lantaran itu, Khomaini mendorong pengikutnya agar
berpenetrasi ke dalam pemerintahan negara-negara Islam demi membela
pergerakan rahasia Syi'ah, dan mereka menyebutnyaal-Dukhul al-Syakli/partisipasi formalitas
dalam birokrasi negara.[16]
Muhammad
Jawad Mughniah, Hakim Ketua di Mahkamah al-Ja'fariah, Beirut justru mewajibkanMachiavellianisme, yang
berarti menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuan, ia menegaskan bahwa
inilah maknataqiyyahdalam
agama mereka.[17]
Bila Anda masih
meragukan besarnya bahaya dari skandal Syi'ah dengan Sufisme, maka
perhatikanlah komunikasi tak henti dan kunjungan yang silih berganti antara
petinggi-petinggi dua sekte ini. Tingginya kooperasi antara keduanya, bantuan
politis tokoh Sufi untuk Syi'ah, dan pengkultusan tokoh Syi'ah yang berhasil
berpenetrasi ke tubuh Sufisme, mungkin dapat dijadikan bukti tambahan.
Saat ini kita
melihat fenomena baru, dimana Syi'ah memperalat aliran Sufi untuk menghujat dan
menyerang Ahlus Sunnah. Terkadang mereka mengambil argumen dari referensi Sufi
yang mendukung Rafidhah, lalu mengklaim bahwa itulah manhaj Ahlus Sunnah
sebenarnya.
Sebagai contoh,
Muhammad Husein al-Zein, salah seorang penulis Syi'ah, dalam bukunyaal-Syi'ah fi al-Tarikh,
berargumen dengan interpretasi Sulaiman al-Hanafi al-Naqsyabandi terhadap salah
satu hadits Rasulullah:"Sesungguhnya
perkara ini tidak akan selesai hingga berlalu dua belas Khalifah di antara
mereka, semuanya dari suku Quraisy."[18]
Menurut al-Naqsyabandi mereka adalah imam 12 Syi'ah.[19]Dengan
demikian al-Zein mengklaim bahwa mazhabnya telah didukung oleh ulama Ahlus
Sunnah.[20]
Padahal sebagaimana
ditegaskan oleh Dr. Mustafa al-Syaibi:"Tidak
ada korelasi sedikitpun antara referensi di atas dengan Ahlus Sunnah, pemikiran
yang dianut oleh al-Naqsyabandi adalah pemikiran Sufi yang condong kepada
Syi'ah."[21]Menurut saya (penulis) ini adalah pemikiran
'Syi'ah Sufistis' yang berpenetrasi ke aliran Sufisme. Sejak dulu, Ibn
Taimiah telah mengingatkan bahaya besar dari fenomena ini, beliau menulis:"Di antara mereka yang
berafiliasi ke salah satu mazhab yang empat, ada orang yang sebenarnya berpaham
Rafidhah esktremes."[22]
Mayoritas kaum
muslim mengira bahwa kesamaan ideologi antara Syi'ah dan Sufi hanyalah suatu
kebetulan dan tidak mengindikasikan adanya hubungan rahasia atau
terang-terangan antara pemimpin kedua sekte tersebut. Sebagian lain menganggap
kedekatan ideologi ini lumrah adanya sebagai akibat dari perang pemikiran yang
dilancarkan Syi'ah atas Sufisme. Pemahaman ini tentu sangat keliru, walaupun
hampir semua orang meyakini demikian. Aliran Sufisme benar-benar telah disusupi
bahkan digerakkan oleh tokoh-tokoh Syi'ah yang sejak sekian lama telah
bersemayam di dalamnya dan masih terus merongrong dengan berbagai kamuflase dan
tipuan, sampai kaum Sufi tunduk sepenuhnya pada ideologi Syi'ah esktremes.
Beberapa Surat Kabar
Mesir pernah mempublikasikan laporanMajma'
Buhuts Islamiahtentang proyek penyebaran ideologi Syi'ah kepada
para pengikut Sufi di Mesir. Proyek ini dijalankan oleh berbagai lembaga Syi'ah
yang menjual isu persamaan Syi'ah dengan Sufisme. Dana proyek tersebut terus
mengalir, terlebih lagi setelah Hassan Shinawi, pemimpin tertinggi kaum Sufi
Mesir menyatakan tidak ada perbedaan antara Syi'ah dengan Sufi. SelanjutnyaMajma' Buhutsmewanti-wanti
dari kemungkinan meningkatnya penganut syi'ah di Mesir, terlebih lagi setelah
semakin meningkatnya pengungsi Syi'ah yang migrasi dari Irak.[23]
Syi'ah Sufistis
telah berusaha mengampanyekan berbagai ideologinya di kalangan Sufisme sejak
sekian lama, dengan istilah yang berbeda, namun arti dan hakikatnya sama. Di
lain pihak, kita hampir tak pernah mendengar suara moderat dari ahli tasawuf,
yang pada hakikatnya tasawuf adalah zuhud terhadap dunia dan konsentrasi penuh
dalam ibadah kepada Allah. Ibn Taimiah menulis:"Sebenarnya ahli tasawuf adalah orang-orang
yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan, sebagaimana kesungguhan mereka yang
senantiasa taat kepada Allah."[24]
Sesuai dengan
strategi terencana, Syi'ah sengaja menanamkan ideologial-wilayahdi kalangan
penganut Sufi yang diadopsi dari ideologi imamah.Al-Hifzh/penjagaan Allah atas wali dijadikan
pengganti al-Ishmah/imam
ma'sum. Syi'ah Sufistis juga membagi agama kepada syariat dan hakikat,
sebagaimana Syi'ah Imamiah membaginya kepadatanzildanta'wil. Syi'ah Sufistis
mengklaim bahwa Rasulullah datang membawa syariat dan wali datang membawa
hakikat. Sedangkan Syi'ah Imamiah mengkalim bahwa Rasulullah datang membawatanzil, dan Ali datang
membawata'wil.
Selain itu Syi'ah
Sufistis atau Rafidhah Sufisme juga sengaja menanamkan ritual syirik dan
atheisme di kalangan kaum Sufi. Di Mesir contohnya, kini terdapat lebih dari
6000mausoleum(bangunan
makam yg luas dan megah; monumen makam) yang dikelola oleh Majelis Tinggi Sufi.
Menteri Agama Mesir menyampaikan bahwa pada periode 10/07/2005 -30/06/2006,
uang sebanyak 52.670.579 Pound Mesir (EGP) telah berhasil dikumpulkan dari
'sumbangan/nazar' para pengunjung monumen makam tersebut, padahal jutaan rakyat
Mesir hidup di bawah garis kemiskinan.
Situs resmi Sufi
merilis berita bahwamausoleumyang
dikunjungi orang setiap harinya untuk Distrik Tihamah (Yaman) saja sudah
mencapai 178 monumen. Di tempat ini para pengunjung mempersembahkan kurban,
sesajen, dan sumbangan sembari memohon hajat, meminta pertolongan dan
keselamatan. Para ilmuan muslim telah membuktikan bahwa Syi'ah Bathiniah adalah
oknum pertama yang menciptakan wisata kuburan dan ibadah kubur di tengah umat
Muhammadshallallahu 'alaihi
wasallam.[25]
Penetrasi Syi'ah ke
interen Sufi, peningkatan jumlah, pengaruh praktis, tipu muslihat dan
kelicikan, serta bahaya kesyirikan dan atheisme yang mereka bawa, semuanya
menjadi faktor utama kegelapan yang selama ini menimpa kaum Sufi. Sehingga
mereka saat ini telah disulap menjadi alat Syi'ah untuk merealisasikan
agenda-agenda imperialismenya tanpa mereka sadari.
Kerusakan yang
dilakukan oleh sel rahasia gerakan Syi'ah Rafidhah, dampaknya sangat jelas
terlihat pada aliran Sufisme zaman ini. Mayoritas tarekat Sufi kini hanya
terikat dengan figur Ali ibn Abi Thalib dan Salman al-Farisiradhiyallahu anhuma.
Semuanya mengklaim menyimpan ilmu batin tertulis warisan Aliradhiyallahu anhu.
Bahkan, asal muasal beberapa tarikat Sufi seperti Naqsyabandiah 100% berasal
dari Persia.
Biasanya, setelah
sel rahasia Syi'ah berhasil mengkonversi sebuah tarekat Sufi menjadi Syi'ah
tulen, maka mereka akan menyingkap tabir taqiyyahnya kepada publik. Inilah yang
terjadi padaTarekat
Alkhatmiah. Tarekat SufiAlkhatmiahtelah
mendeklarasikan diri sebagai Tarekat Syi'ah dalam semua aspeknya. Maka tidak
mengherankan jika tokoh-tokoh kontemporer tarekat ini selalu berargumentasi
dengan hujjah Syi'ah dan mencaci sahabat sama seperti Rafidhah. Begitu pula
yang terjadi denganTarekat
Bektashi, sehingga al-Kautsari menyatakan bahwa Bektashi adalah
salah satu julukan dari Syi'ah Imamiah.[26]Hal yang sama terjadi padaTarekat Alazmiah.[27]Kemudian
orang-orang yang tidak mengetahui esensi gerakan Bathiniah ini mengklaim bahwa
persamaan antara kedua sekte tersebut hanyalah sebuah kebetulan.
Manuver lain yang
biasa mereka praktekkan adalah klaim berpindah agama dari Ahlus Sunnah kepada
Syi'ah, lantas menulis buku yang menceritakan alasan-alasan mengapa ia konversi
ideologi. Tipuan ini dipercayai begitu saja oleh sebagian orang, padahal
esensinya adalah Rafidhah Bathiniah yang selama ini bersembunyi di balik jubah
tasawuf.[28]
Sedikit sekali orang
yang bisa membedakan antara Syi'ah Sufistis dan Syi'ah Sufisme dengan Sufisme
tulen yang pada dasarnya beraliran Sunni. Topik yang dibahas di sini adalah
Syi'ah Sufistis. Adapun Syi'ah Sufisme, maka para pemukanya dengan
terang-terangan menampakkan prinsip-prinsip 'tasawuf menyimpang' dan 'Syi'ah
ekstremes'. Boleh jadi ini adalah bagian dari rencana strategis untuk
mengakomodasi semua jenis tarekat Sufi, sama dengan strategi akomodasi berbagai
sekte Syi'ah yang pernah ada dan memadukannya dengan ideologi Syi'ah Imamiah.[29]
Khomaini, pendiri
Negara Shafawiah Modern misalnya, adalah anggota dari barisan Sufi ekstremes
yang meyakini ideologihululdanittihad/menyatunya Tuhan
dengan hamba-Nya. Khomaini adalah penganut Syi'ah Sufisme, ini dibuktikan
dengan pemikiran esktremes Sufi yang ia tuangkan dalam karyanyaMishbah al-Hidayah[30]danSirr al-Shalat.[31]Ia
juga mengadopsi pemikiran tokoh esktremis Sufi seperti Ibn Arabi, yang ia
gelari denganal-Syaikh
al-Kabir,[32]dan al-Qanawi yang ia beri gelarKhalifah al-Syaikh al-Kabir Muhyiddin,[33]dan
keduanya adalah penganut Syi'ah Sufisme esktrem. Khomaini juga mengadopsi
pemikiran Sufisme esktremes yang menyatakan bahwa kenabian adalah hasil usaha,[34]dan
masih banyak lagi prinsip-prinsip dasar Syi'ah yang sama dengan pemikiran
Sufisme esktremes.[35]
Syi'ah Sufistis
adalah gerakan yang memperalat Sufisme untuk merealisasikan misi-misinya dan
berusaha mengubah aliran Sufi menjadi kekuatan politik yang loyal kepada Iran
dan antipati terhadap Islam.
Syi'ah menjadikan
tasawuf sebagai pintu gerbang untuk mempromosikan ideologi Rafidhah dan Zindiq
ke tengah umat Islam. Mereka juga percaya bahwa lingkungan yang dipenuhi dengan
kaum Sufi adalah lahan subur untuk pertumbuhan Rafidhah. Seorang cendekiawan
Irak pernah memperlihatkan kepada saya (penulis) sebuah laporan tentang rencana
rahasia Rafidhisasi Mesir. Laporan tersebut mengungkapkan keyakinan Syi'ah
bahwa Mesir adalah lahan subur untuk perkembangan Syi'ah karena banyaknya
tarekat Sufi di sana, ditambah lagi bertebarannya situs mausoleum yang diklaim milik
Ahlul Bait, seperti Husein dan Zainab. Didukung dengan populasi Kabilah
Jaafirah yang berdomisili di Saeid, Mesir.
Muhammad Eldreny,
warga Mesir yang berkonversi ke agama Syi'ah menyebutkan bahwa berdasarkan
laporan perkembangan agama di Mesir yang dipublikasikan oleh Departemen Luar
Negeri AS, populasi Syi'ah di Mesir mencapai 750.000 orang, namun Eldreny
mengkalim populasi Syi'ah melebihi angka tersebut."Kita harus memperhitungkan jutaan kaum Sufi Mesir
yang menganut ideologi Syi'ah, sama halnya dengan Sudan dan negara-negara
Afrika lainnya,"ungkapnya. Artinya ia mengungkapkan tentang
realita Syi'ah Sufistis di Mesir, yakni mereka yang berpakaian Sufi dan
berideologi Syi'ah.[36]
Bahaya yang
mengancam semakin besar ketika Amerika dan Barat ikut membiayai Aliran Sufisme
yang notabene mengandung 'janin Rafidhah Bathiniah' dalam rahimnya. Dr. Abdul
Wahhab al-Musairi menulis:"Dunia
Barat dengan sengaja mendukung pergerakan kaum Sufi untuk memerangi Islam.
Karya-karya Ibn Arabi dan sya'ir-sya'ir Jalaluddin al-Rumi menjadi buku
terlaris di sana. Kongres AS bidang kebebasan beragama telah merekomendasikan
agar negara-negara Arab lebih serius lagi mendukung kaum Sufi. Dengan demikian
budaya zuhud serta berpaling dari urusan duniawi begitu juga politik akan
memperlemah kekuatan mereka melawan imperialisme Barat."[37]
Steven
Rashmut,[38]orientalis
asal Jerman mengklaim:"Masa
depan dunia Islam pasti akan menjadi milik aliran Sufi."[39]
Daniel Pipes[40]menulis:"Barat berusaha mendukung
Sufisme agar dapat mengisi arena agama dan politik dengan ideologi pemisahan
agama dan kehidupan, serta menjauhkan agama dari aspek ekonomi dan politik.
Cara inilah yang dulu mereka terapkan untuk meminggirkan Kristen di Eropa dan
AS."[41]
Pada musim panas
tahun 2004, RAND Corporation[42]merilis laporan[43]yang
mengarahkan pemerintah Amerika agar mendukung penyebaran Sufisme di kalangan
masyarakat Islam.[44]
Prof. Fahmi Huwaedi
menanggapi laporan tersebut dengan sebuah artikel. Di antara tanggapan yang ia
tulis:"Laporan
tersebut secara vulgar mendukung tasawuf, yang intinya adalah kampanye kepada
Islam pelarian[45]yang memfokuskan agama pada sisi
ruhaniah saja. Secara lugas laporan ini menyatakan urgensi memperkokoh aliran
Sufisme dengan menjadikan negara yang memiliki sejarah Sufistis sebagai pusat
konsentrasi, dan memasukkan Sufisme dalam kurikulum pembelajaran. Bahkan ajakan
tersebut lebih dipertegas lagi dengan ungkapan, 'perhatian lebih besar harus
diarahkan pada Islam Sufistis'."[46]
Pada 24 Oktober
2003, Nixon Center[47]mengadakan konferensi keamanan nasional di
Washington, dengan tujuan mengeksplorasi peran tasawuf yang berkaitan dengan
visi politik luar negeri Amerika. Sidang berlangsung dalam tiga sesi dan salah
satunya diadakan secara tertutup.
Sesi pertama,
tentang tasawuf, sejarah, filsafat, dan kelompok.
Sesi kedua, tentang
Sufisme di Eropa dan Asia.[48]
Orientalis Bernard
Lewis[49]mengungkapkan
simpati mereka kepada Sufisme dikarenakan:"Sufisme
menganggap asal semua agama adalah satu, memiliki tujuan yang sama, dan membawa
satu misi. Mereka semua juga menyembah Tuhan yang sama, Tuhan berada di Masjid
dan di Gereja."[50]
Pada tahun 2005,
Surat Kabar US News merilis laporan bertajukHearts,
Minds and Dollars, yang mengungkapkan strategi jitu untuk menembus
dunia Islam. Dalam laporan ini diungkapkan:"Para
penyusun strategi AS sampai pada keyakinan bahwa gerakan Sufisme dengan
cabangnya yang terbentang di seluruh dunia bisa dijadikan salah satu senjata
ampuh."Majalah tersebut juga memberitakan bahwa Washington
telah mendanai stasiun penyiaran radio dan TV serta berbagai seminar untuk
menjajakan 'Islam moderat' di lebih dari 24 negara Islam.[51]
Dubes AS di Kairo
ikut menghadiri perayaan Maulid al-Badawi pada 16 Syawal 1426 H. Pada
kesempatan itu ia mengungkapkan kekagumannya yang besar pada tokoh Sufisme.
Disebutkan juga bahwa ia berafiliasi ke Tarekat Ahmadiah dan menjadi salah
seorangmuriddi
dalamnya, dengan mengambil ikrar dari salah seorang tokoh Sufi pada peringatan
maulid Syekh al-Badawi.[52]
Francis Ricciardone,
Dubes AS untuk Mesir (periode 2005-2008) pernah mengadakan pertemuan dengan
pemimpin tertinggi Sufisme Hassan Shinawi. Sedangkan Dubes AS di Maroko pernah
ikut tarian Sufi di Rabat.[53]
Sudah banyak tulisan
ilmiah tentang perhatian besar dunia terhadap tasawuf. Fakta ini dipicu oleh
berbagai hal, di antaranya:
1. Prasangka
sebagian orang bahwa tasawuf adalah sumber sekaligus landasan toleransi
terhadap pihak lain. Mereka lupa bahwa toleransi sejati yang bersih dari
kesyirikan dan bid'ah ada pada Islam.
2. Konspirasi
atas kaum muslim dengan memanfaatkan Sufisme untuk menyebarkan kebodohan dan
mengabadikan keterbelakangan umat.
3. Mayorias
kaum muslim tidak mengetahui eksistensi aliran Bathiniah yang bersembunyi di
balik aliran Sufisme.
Sufisme dengan semua
unsur dan elemennya saat ini bukan lagi golongan yang selalu bersembunyi di
balik tembok. Mereka telah berubah menjadi organisasi besar lintas benua. Saya (penulis)
yakin bahwa mesin politik dan organisasinya adalah Syi'ah Sufistis yang
terkenal mahir berstrategi dan berkamuflase. Untuk melawan gerakan ini kita
membutuhkan dua hal:
Pertama,mengungkap bahaya besar aliran ini terhadap kaum muslim
umumnya dan penganut tasawuf khususnya. Ideologi dan strategi mereka harus
dijelaskan kepada umat, sebab mengetahui kondisi dan ideologi lawan adalah
dasar utama untuk menjelaskan kebenaran kepadanya. Sebagaimana Nabishallallahu alaihi wasallammemberi
tahu Mu'adz ibn Jabal kondisi dan ideologi penduduk Yaman sebelum menjelaskan
metode dakwah terhadap mereka. Beliau berpesan:"Sesungguhnya engkau akan mendatangi orang-orang
Ahli Kitab, maka hendaklah perkara pertama yang kau serukan adalah ajakan
beribadah kepada Allah… ."[54]
Kedua,menebarkan sunnah dan memerangi bid'ah dengan hikmah dan
nasehat baik, sesuai firman Allah:
Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik(QS.
an-Nahl: 125).
Juga firman Allah:
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata."(QS. Yusuf: 108)
Kewajiban lain yang
tak kalah penting adalah membuat riset dan kajian ilmiah tentang gerakan
rahasia nan berbahaya yakni 'Syi'ah Sufistis' atau 'Sufi Rafidhis', tidak hanya
sekedar komparasi ideologi, tetapi lebih fokus pada strategi dan konspirasi
berbahaya aliran ini. Tentu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Studi
lapangan tentang kondisi tasawuf di negara-negara yang terindikasi diserang
aliran Syi'ah Sufistis.
2. Mendata
dan memonitor majalah dan buletin Sufisme.
3. Mengumpulkan
buku-buku referensi valid Sufisme.
4. Menemui
tokoh-tokoh Sufi.
5. Memonitor
aktivitas Sufisme modern.
6. Meneliti
sarana dan metode yang diterapkan oleh aliran Bathiniah.
7. Mengenal
ideologi-ideologi Bathiniah yang ada pada aliran dan tarekat Sufi.
8. Mencari
dan mendata tokoh-tokoh Bathiniah yang berpenetrasi ke dalam aliran Sufi
melalui jejak-jejak mereka.
Semoga Allah
memudahkan kita untuk melaksanakan tugas ini dan menuangkannya dalam artikel
lebih mendetail, insya Allah. Hanya Allah-lah Pemberi petunjuk menuju jalan yang
lurus.
[1]Tasawuf
atau Sufi adalah tingkatan kedua atau ketiga dalam aliran Sufisme. Pada masa
awalnya esensi Sufismeadalah zuhud terhadap dunia dan konsentrasi penuh hanya
untuk beribadah kepada Allah, serta bersungguh-sungguh dalam ketaatan.
Selanjutnya Sufisme berubah menjadirahbaniah/monastik/biarawan
yang penuh dengan bid'ah dan khurafat. Kemudian berubah menjadi penyimpangan
akidah dan ritual yang mendalam hingga sampai pada ideologihululdanittihad/menyatu dengan
Tuhan. (Lihat,Majmu
al-Fatawa, juz XI, h. 18, dst.)
[2]Tasyayyu'atau Syi'ah yang
dimaksudkan disini adalah Syi'ah Imamiah atau 12 imam. Sebab saat ini jika
Syi'ah disebut maka merekalah yang dimaksud. Selain golongan ini ada juga
Isma'iliah dan Zaidiah.Esensinya aliran Imamiah bukanlah Syi'ah, melainkan
Sabaiah Bathiniyah Rafidhah. (Lihat,Ushul
Mazhab al-Syi'ah, cet IV, juz I, h. 61-65)
[3]Di
antaranya:
- Al-Syaibi,
Dr. Mustafa Kamil (Penganut Syi'ah dari Irak),al-Shilah Baina al-Tashawwuf wa al-Tasyayyu'danal-Fikr al-Syi'i wa al-Niza'at
al-Shufiyah Hatta Mathla' al-Qarn al-Tsani Asyr.
- Mundakar,
Falah ibn Isma'il,al-Alaqah
Baina al-Tasyayyu' wa al-Tashawwuf.
- Al-Hamam,
Ziyad ibn Abdullah,al-Alaqah
Baina al-Shufiyah wa al-Imamiyah.
[4]Seperti
Syekh Ihsan Ilahi Zhahir. Beliau pernah berkata:"Dulunya aku mengira bahwa sebagian tokoh
ekstremeslah yang merusak Sufisme, dan bahwa sikap esktrem dan radikal yang
telah menjerumuskan mereka kepada celaan sehingga menyerupai Syi'ah. Akan
tetapi, setelah mengkaji secara mendalam, berafiliasi ke dalam sekte-sekte
mereka, membaca karya tulis, meneliti biografi dan sejarah mereka, aku
simpulkan bahwa tidak ada kemoderatan dalam aliran Sufisme, persis sama dengan
Syi'ah. Bagi mereka kemoderatan adalah perkara tabu."(Al-Tashawwuf, al-Mansya' wa
al-Mashdar, h. 6)
[5]Di
antara hasil karya penulis,Mas'alat
al-Taqrib Baina al-Sunnah wa al-Syi'ah, UshulMazhab al-Syi'ah al-Imamiah al-Itsna
Asyariah,Brutukulat
Ayat Qum,al-Bid'ah
al-Maliah Inda al-Syi'ah al-Imamiah,Haqiqat Ma Yusamma Bi Zabur Aal Muhammad, al-Bara'ah Min
al-Musyrikin Inda al-Syi'ah al-Imamiah, al-Syi'ah wa al-Tasyayyu'(Buku ini disusun bersama Dr. Salman
al-Audah, kajian atas buku karya Ahmad al-Kasrawi, professor di Tahran
University dan ketua MK Iran).
[6]Seperti
bukual-Mujaz Fi al-Adyan wa
al-Firaq wa al-Mazahib, yang disusun bersama Prof. Dr. Nashir
al-Aql, juga bukual-Aqidah
wa al-Adyan wa al-Ittijahat al-Mu'ashirah, yang dijadikan kurikulum
kelas III SMA.
[7]Mata
pelajaran Tasawuf, mata pelajaran yang terbaru di Qassim University, dan baru
pertama kali diterapkan di Saudi Arabia.
[8]Houtsiyah
yang berkembang di Yaman pada dasarnya beraliran al-Jarodiah. Namun kini mereka
telah bermetamorfosa menjadi Syi'ah Itsna Asyariyah. Artinya mereka adalah
kolaborasi dari ideologi Jarodiah Rafidhah dengan Itsna Asyariah kontemporer.
[9]Lihat
Aljazeera Center For Studies, Sana,al-Houtsiyah
Fi al-Yaman. Lihat juga, al-Hajari, Abu Saleh ibn Abdullah, Tahawwulat al-Zaidiah wa Awamil
Zhuhur al-Houtsiah.
[10]LihatBihar al-Anwar, juz XXV,
h. 285.
[11]LihatMas'alat al-Taqrib, juz
I, h. 383,Ushul Mazhab
al-Syi'ah, juz III, h. 20.
[12]Dana
yang digunakan untuk membiayai tentara bayaran ini diambil dari minyak milik
rakyat Irak.
[13]Untuk
mengetahui konspirasi mereka lebih detail, silahkan bacaMuhktashar al-Tuhfah al-Istna
al-Asyariah, h. 25-47,Mas'alat
al-Taqrib, juz I, h. 61-83.
[14]Naqdh Aqa'id al-Syi'ah,
h. 25-26.
[15]LihatIbn Hanbal, h. 361. Dalam
kitab ini Abu Zuhrah menyebutkan biografi al-Thufi (h, 361-362). Biografi
al-Thufi juga tercantum di, Ibn Rajab,Dzail
Thabaqat al-Hanabilah, juz IV, h. 409-421.
[16]Al-Hukumah al-Islamiah,
h. 142.
[17]Al-Syi'ah Fi al-Mizan, h.
49.
[18]HR.
Muslim, Kitabal-Imarah,
Baban-Nas Taba'un Liquraiys
wa al-Khalifatu Min Quraisy, no. 1821.
[19]Interpretasi
tersebut jelas keliru. Sebab dari 12 imam versi Syi'ah hanya Ali dan Hasanradhiyallahu anhumayang
pernah menjadi khalifah.Tidak seorang pun dari mereka mengklaim haknya menjadi
khalifah, bahkan Hasan menyerahkan khilafah kepada Muawiyah ibn Abi Sufyanradhiyallahu 'anhuma.
Sedangkan imam ke-12 yang mereka klaim adalah sosok fiktif yang tak pernah ada,
lalu bagaimana ia diangkat menjadi imam atau khalifah?
[20]LihatAl-Syi'ah Fi al-Tarikh,
h. 118.
[21]Al-Shilah Baina al-Tashawwuf wa
al-Tasyayyu', h. 110.
[22]Minhaj al-Sunnah, juz IV,
h. 133.
[23]Situs
Islam Memo,http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2007/11/01/53752.html.
[24]Majmu' al-Fatawa, juz XI,
h. 18.
[25]Lihat
Ibn Taimiah,al-Radd Ala
al-Akhna'i, h. 47.
[26]Lihat
MuqaddimahKasyf Asrar
al-Bathiniah.
[27]Buktinya
dapat dilihat pada bukuSyubhat
Haula al-Syi'ah, terbitan Lembaga Riset Tarekat Alazamiah. Dalam
buku ini mereka membela dan ikut mempromosikan beberapa ideologi Syi'ah,
seperti Imamah (juz I, h. 110-112), Abdullah ibn Saba' hanya legenda dan
sosok fikif (juz II, h. 17, 94), legalisasi taqiyyah (juz III, h. 13), kritik
atas kejujuran sahabat (juz III, h. 70), klaim kemaksuman para imam (juz IV, h.
45, 99), legalisasi nikah Mut'ah (juz V, h. 89-90), ideologial-Bada'(juz VI, h.
51-52),al-Intizhar/penantian
imam ghaib (juz VI, h. 84,al-Raj'ah/kembalilnya
imam ghaib (juz VI, h. 116).
[28] Di
antara penganut Sufsime esktremes adalah Muhmammad al-Tijani, ia telah menulis
beberapa buku yang mendukung pemikirannya, namun dalam berbagai dialog
interaktif di beberapa stasiun TV seperti AlMustakillah TV, ia malah tidak
berkutik sama sekali. Sosok lain adalah Muhammad Mare al-Antaki,
ia pernah mengklaim diri sebagaiQadhi
al-Qudhat/hakim tertinggi Ahlus Sunnah di Aleppo, Suria, padahal
tak seorangpun dari ulama Aleppo yang mengenalnya. Syekh Abdul Fattah Abu
Ghuddah pernah berkata kepadaku (penulis):"Orang
ini anonim sama sekali tidak dikenal baik di Aleppo, apalagi di Suria, ia bodoh
dan tak mampu berargumen." Menurut penulis orang ini
termasuk dalam dalam barisan rahasia aliran Bathiniah, atau memang tokoh
fiktif.
[29]LihatUshul Mazhab al-Syi'ah,
juz III, h. 19-dst.
[30]LihatMishbah al-Hidayah, h.
134, 142, 145.
[31]LihatSirr al-Shalat, h. 178.
[32]Idem,
h. 84, 94, 112.
[33]Idem,
h. 110.
[34]Idem,
h. 148-149.
[35]LihatUshul Mazhab al-Syi'ah,
juz III, h. 213-216.
[36]Mereka
termasuk pemicu konflik yang terjadi di Mesir sekarang ini baik dengan aksi
nyata maupun dari balik layar.
[37]Situs
berita Aljazeera, http://www.aljazeera.net/NR/exeres/...551912A33B2.htm.
[38] Profesor
studi syariat dan ilmu Islam, Ruhr University, Bochum, Jerman.
[39]Ammar
Ali Hasan,al-Shufiyah Hal
Takunu al-Namudzaj al-Amriki Li al-Taghyir?Artikel yang dimuat dihttp://www.onislam.net/arabic/madarik/culture-ideas/97678-2005-02-06%2019-24-06.htm.
[40]Sejarawan
Amerika, spesifikasi kritik Islam. Pendiri sekaligus DirekturMiddle East Forum.
Tokoh konservatif terkenal di Amerika dan termasuk salah satu pemimpin
Zionisme, ia juga disinyalirsebagai penghasut utama perang atas Irak.
[41]Muhammad
ibn Abdullah al-Maqdi,al-Tashawwuf
Baina al-Tamkin wa al-Muwajahah, h. 8. Dan dirilis oleh Surat
Kabar Alzaman, edisi 1633, 12/10/2003.
[42]RAND
Corporation adalah lembaga riset yang sekarang berada langsung di bawah komando
Gedung Putih. Didirikan pada tahun 1946 sebagai pusat pengembangan proyek
penelitian ilmiah, politik dan militer milik AU, Kementrian Pertahanan Amerika.
Lembaga ini didirikan untuk membantu militer dalam menghadapi tantangan yang
berhubungan dengan terorisme dan keamanan nasional Amerika. Laporan RAND
menjadi acuan utama untuk mengarahkan politik pemerintah Amerika.
[43]Laporan
ini disusun oleh Cheryl Benard, peneliti RAND bidang keamanan nasional. Ia
adalah isteri dari Zalmay Khalilzad, yang pernah menjabat sebagai asisten
khusus Presiden Bush, penasehat senior bidang keamanan nasional yang
bertanggung jawab atas Teluk Arab dan Asia Tenggara, ia juga pernah menjadi
Dubes Amerika untuk Irak, termasuk beraliran konservatif baru, dan memiliki
pemikiran ekstremes, berasal dari Afghanistan.
[44]Al-Islam al-Dimuqrati al-Madani,
al-Mawarid, al-Istiratijiyat, al-Syuraka', h. 7.
[45]Islam
tidak boleh disebut pelarian. Jika ada pelarian dari konfrontasi Islam vs agama
lain, maka itu dilakukan oleh sebagian pemeluk Islam.
[46] Surat Kabar Ahram, edisi 42981,
10/08/2004.
[47]Nixon
Center adalah yayasan politik umum nonpartai yang didirikan pada tahun 1994
oleh Richard Nixon, mantan Presiden AS. Lembaga ini berspesifikasi menganalisa
tantangan politik Amerika dengan fokus kepentingan keamanan nasional Amerika.
(Lihat prolog dari laporan yang bertajukUnderstanding
Sufism and Its Potential Role in US Policy)
[48]Lihat
laporanUnderstanding Sufism
and Its Potential Role in US Policy versi Arab, h. 6.
[49]Bernard
Lewis lahir di London tahun 1916 dari keturunan Yahudi. Ia adalah seorang
Zionis berkewarganegaraan Amerika. Menjadi penasehat senior bagi kaum
konservatif baru di Amerika dan menjadi dosen bidang sejarah Timur dan Afrika.
Ia disinyalir menjadi pemrakarsa pemecahbelahan negara-negara Arab dan Islam.
Saat Zionisme mengadakan jamuan kehormatan baginya di Tel Aviv, mereka
memujinya dengan mengatakan: "Bernard
Lewis telah mengajari kita cara memahami sejarah rumit Timur Tengah, dan
bagaimana menuntunnya memasuki periode baru, demi membangun dunia terbaik bagi
generasi mendatang."
[50]Lihat
laporanUnderstanding Sufism
and Its Potential Role in US Policy versi Arab, h. 28.
[51]Surat
Kabar US News edisi 25 April 2005, dinukil darial-Tashawwuf Baina al-Tamkin wa al-Muwajahah,
h. 29-30.
[52]Surat
Kabar Asharq al-Awsat edisi 16 Syawal 1426 H.
[53]Surat
Kabar Alwatan Alarabi, edisi 5 Mei 2006, dinukil darial-Tashawwuf Baina al-Tamkin wa
al-Muwajahah, h. 32.
[54]HR.
Bukhari, no. 1458, Muslim, no. 19.