Sidang Liga Arab di Kairo
pada Jumat kemarin menetapkan milisi Syiah Hizbullah Lebanon sebagai kelompok
teroris. Penetapan ini seraya mengukuh keputusan serupa, yang telah dikeluarkan
negara-negera teluk (GCC) pada 2 Maret lalu.
Meski mayoritas anggota setuju akan keputusan itu, tetapi Iraq dan
Lebanon merasa keberatan. Iraq yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Ibrahim
al-Jaafari, dengan tegas menolak keputusan tersebut.
“Tokoh-tokoh Iraq dan Hizbullah telah menjaga martabat bangsa Arab. Maka
siapa yang menuduhnya sebagai teroris mereka itulah teroris,” tegasnya seperti
dilansir Arabi21.
Sementara Aljazair mangaku masih akan meninjau kembali keputusan
tersebut. Tetapi Ahmed Qattan Duta besar Saudi untuk Mesir melihat bahwa
tidak ada tanda-tanda Aljazair keberatan dengan keputusan itu.
Sedangkan Dewan Menteri Luar Negeri masih akan melanjutkan pertemuan
dalam dua hari kedepan di Markas Besar Liga Arab di Kairo. Untuk mempertimbangkan
kembali keputusan terkait penetapan Hizbullah sebagai kelompok teroris.
Wakil Menlu Bahrain Mohammed bin Mubarak Sayar membenarkan hal itu. Ia
memaparkan bahwa saat ini Dewan Menteri Luar Negeri tengah mengkaji kembali
keputusan yang dikeluarkan olen Liga Arab tersebut.
“Kami telah menerima berkas-berkas keputusan Liga Arab, terkait
penetapan Hizbullah sebagai kelompok teroris,” ungkap Sayar.
Hizbullah diduga kuat memanfaatkan pengaruh politik Lebanon di teluk
Arab. Milisi Syiah itu, juga memiliki persenjataan militer yang besar, dan
berpatisipasi dalam perang Suriah di barisan Rezim bersama Iran. Akibatnya,
sejumlah negara teluk melarang warganya mengunjungi Lebanon.
Tak heran, jika Arab Saudi membatalkan pemberian bantuan ke Lebanon
sebesar USD 3 miliar atau senilai lebih dari Rp 39 triliun. Karena Lebanon
engan memutus hubungan dengan Iran yang diketahui mensuport Hizbullah dan musuh
politk bagi Saudi. Rencananya bantuan tersebut untuk pengadaan perlengkapan
militer dari Prancis.
Menjelang itu semua, negara-negara teluk seperti Arab Saudi, Kuwait,
Bahrain, telah menuduh Iran dan Hizbullah berada di balik kelompok teroris, dan
penyelundupan senjata di Saudi.
Sumber: Reuters, Arabi21
Penulis: Syafi’i Iskandar