Perang al-Sisi melawan Islam,
munculnya Firaun baru di Mesir
March 18, 2016
Presiden
rezim Mesir, Abdul Fattah Al-Sisi, jenderal yang berbalik melawan Presiden
yang terpilih secara sah, Dr Muhammad Mursi, telah menyerukan sebuah revolusi
agama dan wacana keagamaan baru. Revolusi yang dituntut oleh Al-Sisi adalah
revolusi melawan Islam.
Dia
bekerja untuk menyingkirkan identitas Islam Arab Mesir, sehingga tidak
mengherankan jika”menteri keadilan” Ahmed Al-Zend, mengatakan bahwa ia akan
menuntut setiap wartawan yang dituduh menyebarkan berita palsu tentang dia dan
keluarganya dan akan memenjarakannya, “Bahkan jika ia adalah Nabi [Muhammad]
saw sendiri.” Al-Zend, dimana pengguna Twitter dan Facebook sering
menyebutnya “ateis”, menggunakan deskripsi ini dalam hash-tag di situs
media sosial, menggambarkan situasi Mesir di era pemimpin kudeta Al-Sisi.
al-Sisi menuduh
Islam dan Muslim mengancam seluruh umat manusia dalam sambutannya pada perayaan
maulid Nabi: “Kami membutuhkan sebuah revolusi agama,” tambahnya. Ini
disambut oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh wartawan Ibrahim Eissa,
aktris Ilham Chahine, penyair Fatima Naoot dan aktris bernama Boosi, yang
mengatakan, “Mereka yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah yang paling
terhormat adalah orang yang salah, karena mereka belum bertemu Al-Sisi. ”
Profesor
Saad Al-Din Hilali terlalu jauh dengan menggambarkan Al-Sisi sebagai
“utusan Allah”, yang merupakan deskripsi yang sama yang ia berikan kepada
mantan Menteri dalam Negeri Mohammed Ibrahim. Pembawa berita pada saluran
TV pro-Sisi mengklaim bahwa “presiden (al-Sisi) dikirim untuk
menyempurnakan akhlaq”, yang merupakan sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
Muhammad, saw. Seorang wanita di sebuah konferensi pernah mengatakan kepada
Al-Sisi, “Anda jujur dan dapat
dipercaya,” lalu dia menjawab, “Saya akan mencoba untuk menjadi kuat dan
jujur.” Wanita itu menambahkan, “… dan penjaga dan mengetahui semua, ” ini
mengacu pada julukan yang
diberikan pada para nabi Muhammad saw, Musa dan Yusuf, as. Bencana terbesar,
bagaimanapun, adalah ketika surat kabar pro-Sisi Al-Fajr mengatakan bahwa
“Al-Sisi bertemu Allah dua kali sehari” dalam sebuah tantangan yang jelas dan
terang-terangan melawan Islam dan ajaran Islam.
Menteri
Kehakiman Al-Zend salah satu preman yang didukung oleh Al-Sisi pernah
membual. “Aku tidak akan beristirahat sampai aku membunuh 400.000 anggota
Ikhwanul Muslimin,” tegasnya. “Kami adalah tuan tanah ini, dan yang
lainnya adalah budak.” Jika ada yang membakar gambar hakim di protes, ia
menambahkan, “Kami akan membakar hatinya, kenangan dan bahkan gambarnya,
sehingga ia tidak akan mencemari Mesir. ”
Al-Sisi
menghina Islam dan satu setengah miliar Muslim, menuduh mereka memusuhi semua
umat manusia. Pengikutnya adalah, penulis Adel Hammouda dan Al-Hilali yang
menghina Allah, dan Al-Zend telah menghina Nabi saw, dan menyerukan
pembunuhan massal. Ibrahim Eissa menghina hukum Islam, sementara Fatima Naoot
menganggap perintah dari Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra
tunggalnya Nabi Ismail adalah “mimpi buruk”. Kemudian akademik Youssef
Ziedan mengatakan bahwa Perjalanan Malam (Isra Mi’raj) Nabi adalah
rekayasa, dan bahwa Masjid Al-Aqsa tidak ada di Palestina. Pejabat di
kementerian pendidikan menyita dan membakar buku-buku Islam untuk “membersihkan”
kurikulum dari “kekerasan Islam, jihad dan permusuhan terhadap orang-orang
Yahudi.”
Apa
yang terjadi di Mesir adalah perang melawan Islam yang dipimpin oleh Al-Sisi,
dan Al-Zend adalah salah satu kaki tangannya. Ini adalah perang terhadap identitas,
sejarah dan keyakinan bangsa Mesir. Ini adalah tujuan sebenarnya dari
kudeta, yang memecah Mesir antara budaya dan agama sebelum memecah belah
geografisnya.
Middle
East Monitor
Ketika Syetan Sudah Berlepas Diri dari
As-Sisi, Salafi Rasmiyyah Masih Saja Memuji dan Mendukungnya
Hafidin Achmad Luthfie
Mesir sudah diambang kekacauan sosial dan politik. Pasalnya sejak Al-Sisi berkuasa pada bulan juli 2013 kondisi Mesir semakin buruk. Kudeta adalah penyebab kehancuran Mesir. Kondisi akhir dalam beberapa hari ini bursa saham Mesir mengalami kerugian puluhan miliar pound dan perusahaan-perusahaan asing menarik semua sahamnya di sana.
Kondisi Al-Sisi seperti orang yang berhasil dijadikan kufur oleh syaithan. Tatkala telah kufur syaithan pun berlepas diri. Demikian pula dengan Al-Sisi setelah didorong melakukan kudeta dan jatuh dalam kegagalan total dan kehancuran komprehensif ternyata negara-negara yang semula mendukungnya sekarang sudah meninggalkannya dan lepas diri. Sehingga pemimpin Israel memprediksi bulan januari adalah awal kehancuran kekuasaan Al-Sisi. Dan media Italia pun dengan tegas menyebut Al-Sisi sudah gagal total dan menjadikan Mesir dalam pusat pusaran konspirasi.
Kudeta adalah pintu yang mengantarkan Mesir pada kerusakan dan kehancuran. Teori "imam mutaghallib" yang didukung salafiyyah rasmiyyah sama sekali tak membawa mashlahat bagi Mesir. Jelas bahwa mereka sudah salah memberkati kudeta dan jahil tentang "ma`aalul umuur". Dalam kondisi Al-Sisi sudah di ujung tanduk kaum salafiyyah rasmiyyah masih ingin menanam kebaikan terakhir dengan menyerukan pada semua rakyat, kelompok, aliran, dan partai politik agar mendukung dan mempertahankan kepemimpinan Al-Sisi yang terpimpin (?!).
Dari awal sampai akhir kekuasaan Al-Sisi kaum salafiyyah rasmiyyah terus melakukan kesalahan politik. Itulah akibat jahil tentang politik dan tak punya bashirah atas realitas hakiki yang terjadi.
Sebenarnya mudah saja untuk menghindarkan Mesir dari kekacauan sosial dan politik. Al-Sisi harus mundur secara legowo seperti pernah dilakukan Presiden Soeharto. Dan kembalikan kekuasaan pada Mursi yang merupakan presiden yang sah dan konstitusional. Kemudian tarik militer ke barak-barak dan mereka harus tunduk pada konstitusi dan hukum. Dan berikan kesempatan pada Mursi untuk mengatasi keadaan ekonomi dan politik yang amburadul sebagaimana B.J. Habiebie pernah lakukan di Indonesia.
Tetapi bila Al-Sisi tetap ngotot mempertahankan kekuasaan padahal sudah gagal total dan tak dapat kepercayaan dunia internasional serta kondisi ekonomi, politik, sosial, hukum, dan pertahanan telah kacau maka Mesir akan jatuh dalam perang saudara. Bila itu terjadi maka Mesir bisa lebih hancur daripada Syria. Korban yang tewas akan lebih besar. Dan jumlah pengungsi membanjiri Israel, Palestina, Saudi, dan negara-negara Eropa lebih besar dari Syria. Dan tiap-tiap negara itu akan mendapat beban ekonomi yang lebih besar lagi.
Maka dari itu jangan coba melakukan kemungkaran atas dasar konsep "imam mutaghallib" dalam dunia modern. Ada pemilu yang lebih kecil madharatnya malah memberkati jalan kudeta. Semoga kasus Mesir di jadikan pelajaran oleh militer-militer di negeri-negeri arab. Dan salafiyyah rasmiyyah segera undur diri dari bicara urusan politik dan masalah umum agar tak jerumuskan negara dan umat pada kehancuran.
http://muslimina.blogspot.co.id/2015/11/ketika-syetan-sudah-berlepas-diri-dari.htmlMesir sudah diambang kekacauan sosial dan politik. Pasalnya sejak Al-Sisi berkuasa pada bulan juli 2013 kondisi Mesir semakin buruk. Kudeta adalah penyebab kehancuran Mesir. Kondisi akhir dalam beberapa hari ini bursa saham Mesir mengalami kerugian puluhan miliar pound dan perusahaan-perusahaan asing menarik semua sahamnya di sana.
Kondisi Al-Sisi seperti orang yang berhasil dijadikan kufur oleh syaithan. Tatkala telah kufur syaithan pun berlepas diri. Demikian pula dengan Al-Sisi setelah didorong melakukan kudeta dan jatuh dalam kegagalan total dan kehancuran komprehensif ternyata negara-negara yang semula mendukungnya sekarang sudah meninggalkannya dan lepas diri. Sehingga pemimpin Israel memprediksi bulan januari adalah awal kehancuran kekuasaan Al-Sisi. Dan media Italia pun dengan tegas menyebut Al-Sisi sudah gagal total dan menjadikan Mesir dalam pusat pusaran konspirasi.
Kudeta adalah pintu yang mengantarkan Mesir pada kerusakan dan kehancuran. Teori "imam mutaghallib" yang didukung salafiyyah rasmiyyah sama sekali tak membawa mashlahat bagi Mesir. Jelas bahwa mereka sudah salah memberkati kudeta dan jahil tentang "ma`aalul umuur". Dalam kondisi Al-Sisi sudah di ujung tanduk kaum salafiyyah rasmiyyah masih ingin menanam kebaikan terakhir dengan menyerukan pada semua rakyat, kelompok, aliran, dan partai politik agar mendukung dan mempertahankan kepemimpinan Al-Sisi yang terpimpin (?!).
Dari awal sampai akhir kekuasaan Al-Sisi kaum salafiyyah rasmiyyah terus melakukan kesalahan politik. Itulah akibat jahil tentang politik dan tak punya bashirah atas realitas hakiki yang terjadi.
Sebenarnya mudah saja untuk menghindarkan Mesir dari kekacauan sosial dan politik. Al-Sisi harus mundur secara legowo seperti pernah dilakukan Presiden Soeharto. Dan kembalikan kekuasaan pada Mursi yang merupakan presiden yang sah dan konstitusional. Kemudian tarik militer ke barak-barak dan mereka harus tunduk pada konstitusi dan hukum. Dan berikan kesempatan pada Mursi untuk mengatasi keadaan ekonomi dan politik yang amburadul sebagaimana B.J. Habiebie pernah lakukan di Indonesia.
Tetapi bila Al-Sisi tetap ngotot mempertahankan kekuasaan padahal sudah gagal total dan tak dapat kepercayaan dunia internasional serta kondisi ekonomi, politik, sosial, hukum, dan pertahanan telah kacau maka Mesir akan jatuh dalam perang saudara. Bila itu terjadi maka Mesir bisa lebih hancur daripada Syria. Korban yang tewas akan lebih besar. Dan jumlah pengungsi membanjiri Israel, Palestina, Saudi, dan negara-negara Eropa lebih besar dari Syria. Dan tiap-tiap negara itu akan mendapat beban ekonomi yang lebih besar lagi.
Maka dari itu jangan coba melakukan kemungkaran atas dasar konsep "imam mutaghallib" dalam dunia modern. Ada pemilu yang lebih kecil madharatnya malah memberkati jalan kudeta. Semoga kasus Mesir di jadikan pelajaran oleh militer-militer di negeri-negeri arab. Dan salafiyyah rasmiyyah segera undur diri dari bicara urusan politik dan masalah umum agar tak jerumuskan negara dan umat pada kehancuran.