Thursday, May 12, 2016

Siapakah Ulama As-Su’ Di Indonesia, Yang Gemar Memfitnah Dan Mencela Umat Islam Diluar Golongannya, Sering Bikin Resah Umat Islam, Berasyik Masyuk Dengan Non Muslim Dan Merasa Super Mayoritas ? Seperti Ini Moderat ?

Ulama Su': Penyesat dan Perusak Umat

Ulama Su': Penyesat dan Perusak Umat

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada sayyidil anam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Ulama menempati posisi yang mulia dalam agama kita. Melaluinya, ilmu Islam dapat tersampaikan dari generasi ke generasi hingga zaman kita. Tidak orang yang mampu berislam dengan benar kecuali melalaui jasa para ulama baik dalam ceramah maupun tulisan mereka. Maka wajarlah jika Islam benar-benar memuliakan mereka dengan menyebutkan, "Para ulama pewaris para nabi." (HR. Al-Tirmidzi)
Bahkan Al-Qur'an sendiri teleh menyebutkan keutamaan mereka. Banyak ayat yang menerangkannya, di antaranya:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 18)
Allah memuliakan para ulama dengan memberikan kesaksian bahwa mereka termasuk hamba-hamba-Nya yang bertauhid dan ikhlas beribadah kepada-Nya. ini merupakan keistimewaan agung dan maqam mulia yang dimiliki mereka.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini: dalam ayat ini terdapat dalil tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama. Jika ada seseorang yang lebih mulia daripada ulama pastinya Allah akan menggandengkan penyebutan mereka dengan nama-Nya dan nama malaikat-Nya sebagaimana Dia menyebutkan ulama.
Lebih jelas lagi, Allah mengangkat kedudukan para ulama dengan beberapa derajat sesuai dengan ilmu dan keimanan mereka. Hal itu karena besarnya pengaruh dan manfaat mereka di tengah-tengah umat.
Allah Ta'ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Namun juga, Al-Qur'an menyebutkan ada sebagian ulama (orang yang telah Allah beri ilmu) juga mendapat celaan, yaitu ulama su'. Di antara ayat yang mencela ulama jenis ini adalah:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati." (QS. Al-Baqarah: 159)
Ulama yang dicela dalam ayat ini adalah mereka yang menipu umat dengan menyembunyikan kebenaran yang telah dibawa para rasul. Mereka menampilkan kebenaran apa yang tidak sebenarnya karena pesanan dan kepentingan. Maka mereka diancam dengan laknat dari Allah dan para hamba-Nya.
Walaupun ayat ini turun berkaitan dengan ahli kitab namun hukumnya berlaku secara umum  bagi siapa saja yang menyembunyikan kebenaran yang telah Allah turunkan. (Lihat: Tafsir al-Sa'di)
Dampak dari penyimpangan mereka sangat dahsyat. Kebenaran bisa dinilai kesesatan, begitu juga sebaliknya. Bukan satu atau dua orang yang akan tersesatkan karenanya, tapi ribuan bahkan jutaan. Karenanya jika mereka bertaubat, taubatnya tidak seperti taubat dari kemaksiatan lainnya. Taubatnya diberi syarat, memberikan penjelasan dan melakukan perbaikan. "Kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 160)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengingatkan umatkan akan bahaya mereka. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda -setelah menyebutkan jangkauan kekuasaan umatnya-,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ
"Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada lain adalah para pemimpin yang menyesatkan." (HR. al-Darimi dalam Shahihnya dari haidts Tsauban, Imam Abu Dawud al-Thayalisi dari hadits Abu Darda')
Penggunaan kata "innama" secara umum memiliki makna hashar (pembatasan). Ini menunjukkan besarnya bahaya pemimpin penyesat. Pemimpin penyesat adalah pemimpin sesat yang mencakup penguasa perusak, ulama penyesat, dan ahli ibadah yang sesat (ngawur). Keberadaan mereka menggiring umat kepada kesesatan, menghancurkan agama mereka, dan menimbulkan kerusakan dalam kehidupan mereka. Termasuk di dalamnya adalah para du'at (pendakwah dan penceramah); jika mereka menyeru kepada kesesatan maka bahayanya tidak lagi diragukan. Jika masyarakat sudah percaya kepadanya dan yakin dengan ilmunya, maka ia akan merusak akidah dan keimanan mereka. Ini seperti hadirnya pemimpin kelompok-kelompok sesat yang mengaku sebagai imam mahdi dan sebagainya.
Dari Ziyad bin Hudair Radhiyallahu 'Anhu , ia berkata: Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu berkata kepadaku: Tahukan engkau apa yang akan merobohkan Islam? Aku menjawab: Tidak (tahu). Beliau berkata: Yang akan merobohkan Islam adalah penyimpangan ulama, debatnya munafik dengan Al-Qur'an, dan hukum para pemimpin penyesat." (Atsar Shahihi riwayat Ibnul Mubarak dalam al-Zuhud wa al-Raqaiq, al-Faryabi dalam Sifah al-Nifaq wa Dzam al-Munafikin, Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlih, Al-Darimi dan selainnya. Dishahihkan al-Albani dalam al-Misyhkah)
Penutup
Keberadaan perusak agama dan penghancur dien sudah marak di zaman kita. Fitnah dan bencana agama yang menimpa umat parahnya tak terkira. Perlu kesungguhan lebih dalam mencari hakikat kebenaran. Butuh kehati-hatian sangat dalam memilih guru dan ajaran. Juga harus berani menekan syahwat dan kepentingan duniawi untuk tetap berpegang dengan kebenaran. Jangan lupa untuk berdoa dengan ikhlas dan beristi'anah kepada-Nya supaya tetap di atas al-Haq. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Biang kerok kerusakan agama dan negara

Rabu, 4 Sya'ban 1437 H / 11 Mei 2016 18:08
Kemungkaran berjamaah selalu menjadi trend di negara jahiliyah, negara yang sistem kehidupannya tidak terikat dengan syari’at Allah. Pertanyaannya, mengapa di negara Indonesia yang mayoritas terbesar penduduknya beragama Islam, cara hidup jahiliyah dan kekafiran menjadi pilihan? Sehingga negara kita tenggelam dalam kerusakan moral, kekerasan seksual menimpa generasi muda ke tingkat yang semakin mengerikan. Korupsi, mabuk miras, dan narkoba menjadi pilihan gaya hidup yang terus mengundang bencana.
Kita sering mendengar perempuan dijadikan alat transaksional. Perempuan dijadikan “hadiah” untuk menyogok hakim agar memenangkan perkara hukumnya.. Menyuap pejabat agar syahwat politik maupun bisnisnya terpenuhi. Sekarang prilaku bejat itu dicontoh anak-anak muda seperti kasus di Bengkulu, 14 orang abg memperkosa seorang gadis. Mengerikan!
Siapa sesungguhnya biang kerok kerusakan agama dan negara, sehingga masyarakat terus menerus dirundung nasib tragis? Ada dua faktor utama sebagai penyebabnya:
Pertama, kerusakan agama dipicu oleh sikap ulama. Krusakan agama yang diproduksi oleh ulama, tokoh agama, adalah memasukkan unsur bid’ah sebagai bagian dari ajaran agama.
Membangkitkan ajaran Syiah yang menghalalkan mencerca sahabat Nabi Saw dan menista istrti beliau adalah produksi ulama. Munculnya Ahmadiyah dengan ajaran, “ada nabi setelah Nabi Muhammad” adalah kerjaan ulama.
Ulama lah yang mencarikan dalil untuk membenarkan kesesatan masyarakat maupun kezaliman penguasa. Berbuat sesat tapi punya alasan menggunakan dalil agama, tidak mungkin dilakukan orang awam, melainkan ulama. Merekalah yang menyampaikan soal-soal keagamaan yang keluar dari ajaran kitab suci, karena merasa punya otoritas religius.
Bid’ah merupakan salah satu problem pokok dalam Islam. Karena bid’ah lah, berapa banyak darah tertumpah akibat saling membunuh sesama muslim. Bagaimana kelompok khawarij menumpahkan darah khalifah Utsman bin Affan. Kekompok Syiah menumpahkan darah kaum muslim dan memicu permusuhan di negara-negara Islam. Beberapa waktu lalu di Jawa Timur muncul Banser dan Anshar menurunkan bendera yang mengajak menegakkan khilafah, dengan alasan anti Pancasila. Sementara mereka tidak bereaksi ketika PKI muncul dengan kaos bergambar palu arit, padahal PKI adalah pemberontak terhadap NKRI. Bahkan mereka ikut dalam acara sesat Syiah.
Perbuatan bid’ah dilindungi dan dibela oleh ulama dan penguasa. Bid’ah lawannya Sunnah.
Imam Asy Syatibi menyatakan: “Munculnya perpecahan dan permusuhan sesama Muslim ketika muncul kebid’ahan.” Begitupun Ibnu Taymiah pernah berkata, “Bid’ah itu identik dengan perpecahan, sebagaimana sunnah identik dengan persatuan.”
Kedua, kerusakan negara dilakukan oleh penguasa dengan memproduksi kezaliman. Untuk menguatkan kezalimannya, penguasa membutuhkan bantuan ulama. Kolaborasi ulama su’ dan penguasa zalim, sangat berbahaya bagi kepentingan rakyat.
Berkembangnya opini mungkar, “hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman” datangnya dari ulama. Begitupun munculnya pernyataan sesat yang membenarkan muslim mengangkat pemimpin kafir, “Pemimpin kafir yang jujur lebih baik dari pemimpin Muslim yang korup” adalah produk ulama bejat. Bahkan tidak segan memanipulasi pendapat ulama lain untuk menguatkan kesesatannya.
Lalu bagaimana, menurut Islam, langkah konkrit meluruskan bid’ah yang diproduksi ulama sesat dan mengatasi kezaliman penguasa, dijelaskan dalam Al-Qur’an. Apa penyebab keterpurukan agama dan kehidupan dunia diterangkan dalam ayat berikut:
“Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa mukjizat-mukjizat yang jelas. Kami telah turunkan kitab suci dan syari’at yang adil bersama para rasul, agar manusia menegakkan keadilan. Kami telah menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan sangat bermanfaat bagi manusia. Allah hendak menguji manusia, siapa di antara manusia yang mau membela agama dan rasul-Nya karena beriman kepada yang ghaib. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS Al-Hadiid (57) : 25) 

Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim. Kami telah memberikan kenabian dan kitab suci kepada anak keturunan mereka. Di antara anak keturunan Nuh dan Ibrahim ada yang mendapat hidayah, tetapi sebagian besar dari mereka kafir. (QS Al-Hadiid (57) : 26)

Kemudian Kami susulkan beberapa; orang rasul kepada generasi-generasi berikutnya. Kami susulkan pula ‘Isa bin Maryam. Kami turunkan Injil kepada ‘Isa bin Maryam. Kami masukkan rasa kasih sayang, santun, dan sifat menjauhkan diri dari hawa nafsu ke dalam hati pengikut-pengikut ‘Isa. Adapun para pendeta Nasrani yang hidup membujang, mereka telah merekayasa syari’at palsu yang sama sekali tidak pernah Kami tetapkan bagi mereka. Mereka sendiri yang merekayasa dengan alasan untuk mencari keridhaan Allah. Para pendeta itu terbukti tidak memperhatikan ajaran Injil secara benar. Di akhirat kelak, Kami akan memberikan pahala kepada Bani Israil yang beriman. Tetapi sebagian besar dari Bani Israil itu kafir.” (QS Al-Hadiid (57) :27)
Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul kepada umat manusia untuk memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan. Para utusan itu juga diutus untuk menegakkan keadilan, dan cara menegakkannyapun dijelaskan pada ayat ini. Karena itu, manusia tidak akan mungkin bisa menegakkan keadilan tanpa mengikuti jalan dan methode yang ditempuh para rasul itu.
Menegakkan keadilan, bukan saja pada manusia tapi juga pada alam semesta, merupakan hal prinsip dalam Islam. Kezaliman bisa dilenyapkan bila keadilan ditegakkan. Akan tetapi mustahil keadilan dapat ditegakkan di atas landasan hawa nafsu. Karena itu pula, penguasa manapun baik muslim maupun kafir jika zalim pasti akan dibinasan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keadilan merupakan aksioma kehidupan manusia. Hilangnya keadilan merajalelanya kezaliman. Dan keadilan mustahil bisa tegak tanpa menegakkan Syariah Ilahy. Penguasa Indonesia hari ini, tidak peduli syariat Allah, dan segala bentuk kerusakan pun terjadi tanpa bisa ditanggulangi. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Setiap nabi yang Kami utus ke suatu negeri, pasti ada penduduknya yang mengingkari kenabiannya. Karena itu Kami timpakan kesulitan dan penderitaan kepada mereka, supaya mereka mau taat kepada Allah. (QS Al-A’raaf (7) : 94)

Kemudian Kami gantikan nasib buruk mereka dengan nasib yang lebih baik. Ketika kaum nabi itu mencapai kemakmuran dan jumlah mereka semakin banyak, mereka berkata: “Kesengsaraan dan kesejahteraan yang pernah menimpa nenek moyang kami disebabkan perubahan kondisi alam.” Mereka tidak menyadari kesesatannya, maka Kami timpakan siksa kepada mereka secara mendadak. (QS Al-A’raaf (7) : 95)

Sekiranya penduduk berbagai negeri mau beriman dan taat kepada Allah, niscaya Kami akan bukakan pintu-pintu berkah kepada mereka dari langit dan dari bumi. Akan tetapi karena penduduk negeri-negeri itu mendustakan agama Kami, maka Kami timpakan adzab kepada mereka akibat dari dosa-dosa mereka(QS Al-A’raaf (7) : 96)
Serial Kajian Malam Jum’at, 5 Mei 2016, di Masjid Raya Ar Rasul, Jogjakarta.
Narsum: Amir Majelis Mujahidin, Ustadz Muhammad Thalib.
Notulen: Irfan S Awwas

Apakah Said Aqil Siradj Ulama Penyesat yang Dikhawatirkan Nabi?

Oleh: Abu Misykah Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada sayyidil anam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Keberadaan ulama su' (ulama buruk) sangat menghawatirkan keutuhan dien umat Islam. Melalui fatwa dan statemennya yang menyimpang dan penuh kedustaan akan menjauhkan umat dari kebenaran. Ia menipu umat dengan menyembunyikan kebenaran yang telah dibawa para rasul dan menampilkan kebenaran palsu menurut pesanan dan kepentingan. Sehingga pituduhnya adalah kesesatan. Siapa yang mengikutinya akan menemui kehancuran. Oleh sebab itu, wajarlah, jika Allah mengancam ulama yang demikian ini dengan laknat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati." (QS. Al-Baqarah: 159)
Berdasarkan ayat di atas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berfatwa tentang status ulama su' ini,
ومتى ترك العالم ما علمه من كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم واتبع حكم الحاكم المخالف لحكم الله ورسوله كان مرتدا كافرا يستحق العقوبة في الدنيا والآخرة
"Kapan saja seorang alim (ulama) meninggalkan apa yang telah diketahuinya dari kitabullah dan sunnah Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam; dan mengikuti keputusan hakim yang menyimpang dari hukum Allah dan Rasul-Nya, sungguh saat itu ia telah murtad lagi kafir, wajib disiksa di dunia dan akhirat." Majmu' Fatawa: 35/372-373)
Peringatan Nabi dari Ulama Penyesat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah meperingatkan umatnya akan bahaya mereka. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda -setelah menyebutkan jangkauan kekuasaan umatnya-,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ
"Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada lain adalah para pemimpin yang menyesatkan." (HR. al-Darimi dalam Shahihnya dari haidts Tsauban, Imam Abu Dawud al-Thayalisi dari hadits Abu Darda')
Hadits di atas diungkap dengan huruf Innama, sebagai penjelasan kekhawatiran yang amat sangat dari beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam terhadap umatnya dari perilaku para pemimpin yang menyesatkan itu. Dan apa yang terjadi pada diri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tersebut tiada lain karena berita ghaib dari Allah Ta'ala kepadanya bahwa akan terjadi, seperti apa yang disebutkan dalam hadits sebelumnya, yaitu sabda beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Sungguh, kamu akan mengikuti tradisi-tradisi orang sebelum kamu, . ."
Al-Aimmah al-Mudhillin (pemimpin penyesat) mencakup penguasa perusak yang tidak menerapkan syariat Allah, ulama penyimpang dari kebenaran, dan ahli ibadah yang sesat (ngawur). Keberadaan mereka menggiring umat kepada kesesatan, menghancurkan agama mereka, dan menimbulkan kerusakan dalam kehidupan mereka. Karena umat (masyarakat) menjadi pengikut mereka. Karena itu jika ulama dan umara itu baik, maka masyarakat juga akan mengikuti kebaikan mereka. Ini merupakan realitas di tengah-tengah kehidupan manusia. Sebaliknya, jika ulamanya sesat, maka karena sebab kesesatannya itu masyarakat juga akan tersesat.
. . . Al-Aimmah al-Mudhillin (pemimpin penyesat) mencakup penguasa perusak yang tidak menerapkan syariat Allah, ulama penyimpang dari kebenaran, dan ahli ibadah yang sesat (ngawur). . .
Baru-baru ini para ulama dan habaib memberikan teguran keras kepada Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 karena menilainya telah meresahkan umat Islam lewat berbagai statement yang dilontarkannya.
Dalam surat teguran dan peninjauan kembali yang ditandatangani 8 orang Ulama dan Habaib, - KH Maulana Kamal Yusuf, KH Abdur Rosyid Abdullah Syafi’i, Habib Abdurrohman Al-Habsyi, Habib Idrus Hasyim Alatas, KH Saifuddin Amsir, KH Fachrurrozy Ishaq, KH. M. Rusydi Ali dan KH Manarul Hidayat- disebutkan bahwa pernyataan-pernyataan Said Aqil Siradj kerap menyudutkan umat Islam bahkan merusak aqidah Islam.
Tak main-main, seiring diselenggarakannya MUNAS dan KONBES Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, 15–17 September 2012 besok, para ulama tersebut mengirimkan surat teguran dan peninjauan kembali jabatan Said Aqil Siradj sebagai Ketua PBNU.
Surat yang ditujukan kepada Rois Aam NU, KH. Sahal Mahfudz tersebut memuat beberapa statement Said Aqil yang provokatif dan kontroversial, diantaranya:
Pertama, pasca kejadian bom Solo Aqil Siradj membandingkan situs yang mengajarkan nilai-nilai Islam yang dinilai radikal dengan situs porno. Dalam penilaiannya situs porno yang menampilkan gambar dan video porno atau cerita porno itu tidak berdosa untuk ditonton dan dilihat dan halal. Sedangkan situs Islam radikal lebih merusak iman ketimbang situs porno. (dalam siaran persnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 27 September 2011)
Kedua, ketika seluruh ulama dan Habaib menolak kehadiran dan konser Lady Gaga justru Aqil Siradj merestuinya dengan mengatakan seribu Lady Gaga pun tidak akan merusak aqidah warga NU, padahal penolakan konser Lady Gaga itu dalam rangka menegakkan amar ma'ruf nahi munkar
Ketiga, Aqil Siradj pernah mengatakan di media televisi yang sama bahwa Rasulullah SAW sangat berambisi untuk menyebarkan Islam sehingga beliau ditegur oleh Allah SWT. Dan Aqil Siradj juga mengatakan tidak ada perang suci semua perang kotor, dengan pernyataan ini jelas dia telah menghina Rasulullah SAW bahkan menghina Allah SWT, karena banyak peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat seperti perang Badar, Uhud, Khandaq dan sebagainya itu atas dasar perintah Allah SWT dan dia juga telah mengina para pahlawan nasional yang gugur di dalam peperangan mengusir penjajahan seakan-akan mereka adala orang yang kotor, sementara Allah SWT sangat mencintai dan memuji para syuhada.
. . . Aqil Siradj juga mengatakan tidak ada perang suci semua perang kotor, dengan pernyataan ini jelas dia telah menghina Rasulullah SAW bahkan menghina Allah SWT, . .
Keempat, kali ini ketika para Ulama dan Habaib melarang keras umat Islam untuk memilih pemimpin orang kafir sesuai dengan Surat An Nisa ayat 144, Al-Maidah ayat 51 dan Ali-Imran ayat 28 jutru Aqil Siradj membolehkannya. Bahkan memerintahkan kepada para Nahdliyin untuk memilih gubernur yang berbuat baik kepada NU seperti gubernur Kalbar Cornelis yang beragama Katholik dan wakilnya keturunan Cina yang beragama Kristen. Demikian pernyataan di Kompas.com, Senin 13 Agustus 2012, Pukul 21.02 WIB.
. . . surat teguran itu dilayangkan semata-mata untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin. Mereka khawatir jika sepak terjang dan pemikiran liberal Said Aqil Siradj dibiarkan, akan merusak citra NU dan kemurnian ajaran Islam. . .
Para ulama tersebut menegaskan, surat teguran itu dilayangkan semata-mata untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin. Mereka khawatir jika sepak terjang dan pemikiran liberal Said Aqil Siradj dibiarkan, akan merusak citra NU dan kemurnian ajaran Islam.
Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu pernah menjelaskan, ada tiga yang akan merobohkan Islam; yaitu penyimpangan ulama, debatnya munafik dengan Al-Qur'an, dan hukum para pemimpin penyesat." (Atsar Shahihi riwayat Ibnul Mubarak dalam al-Zuhud wa al-Raqaiq, al-Faryabi dalam Sifah al-Nifaq wa Dzam al-Munafikin, Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlih, Al-Darimi dan selainnya. Dishahihkan al-Albani dalam al-Misyhkah)
Semoga Allah menyelamatkan umat Islam Indonesia, khsusnya, dari keberadaan para pemimpin penyesat yang merusak dunia dan agama umat. Baik mereka yang dari kalangan pemimpin kekuasaan, ulama penyimpang, dan ahli ibadah yang ngawur. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]


Ilmu adalah penolong, pembimbing dan hiasan bagi setiap manusia yang memilikinya. Ilmu dapat menolong manusia dari jurang kenisataan. Ilmu dapat membimbing manusia menuju  jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai-Nya dan orang-orang yang tersesat. Ilmu dapat menjadi hiasan, karena ucapan, gerakan dan cara bergaul orang yang berilmu, sungguh sangat indah dan pantas untuk dijadikan tauladan.  Dan   setiap amal perbuatan yang tidak didasari dengan ilmu, akan menjadi sia-sia, tidak bernilai di hadapan Allah s.w.t.

Tidak semua ilmu berdampak positif pada pemiliknya, ada juga ilmu yang justru menjadi penyebab bagi pemiliknya terjerembab dalam jurang kenistaan, tersungkur selama-lamanya dalam luapan api neraka, bersama para penghianat dan orang-orang yang dimurkai oleh Allah s.w.t..

Baik dan tidaknya ilmu tergantung pada niat dan cara mendapatkannya. Apabila niat dan caranya baik, maka ilmu yang diperoleh pun akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila niat dan caranya jelek, maka ilmu yang diperoleh pun akan menjadi jelek.

Orang alim yang biasa disebut ulama, tidak semuanya menggunakan ilmu dengan semestinya, ada juga dari mereka yang menggunakan ilmu pada jalan yang salah, hanya mengikuti kepuasan nafsu belaka. Karena itu, ulama ada dua macam, yaitu ulama akhirat dan ulama dunia yang disebut dengan ulama AS-Su`.

a.   Ulama Akhirat

Ulama akhirat adalah orang alim yang menjadi pewaris para nabi, petunjuk jalan menuju Allah s.w.t., pelita dan penuntun umat, lampu dunia dan lentera akhirat, dan tidak pernah mengambil keuntungan dunia sedikit pun dari ilmu yang dimilikinya.

Allah s.w.t. berfirman:

وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتٰبِ لَمَن يُؤْمِنُ بِاللَّـهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِمْ خٰشِعِينَ لِلَّـهِ لَا يَشْتَرُونَ بِـَٔايٰتِ اللَّـهِ ثَمَنًا قَلِيلًا , أُولٰئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ , إِنَّ اللَّـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungannya”. (Ali Imran: 199)

Al-Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi berkata: Orang alim disamakan dengan lampu, karena lampu dapat memancarkan sinar dengan sangat mudah, begitu pula orang alim. Maling takut untuk masuk ke dalam rumah seseorang yang di dalamnya terdapat lampu. Beda halnya dengan rumah yang tidak ada lampunya. Begitu pula ulama yang ada di tengah-tengah manusia, mereka akan memperoleh petunjuk menuju jalan yang hak serta terhindar dari gelapnya kebodohan dan bid’ah.

Apabila lampu dalam kaca diletakkan di lubang dinding, maka lampu itu akan memancarkan sinar ke dalam dan luar rumah, begitu pula dengan lampu ilmu, akan memancarkan sinar di dalam hati dan di luarnya, sehingga sinar itu akan terpancar pada kedua telinga, kedua mata, lisan dan akan tampak macam-macam ketaatan dari masing-masing anggota badan.

Pemilik rumah yang ada lampunya akan merasa nyaman dan senang, tapi sebaliknya apabila lampu itu mati dia akan merasa gelisah dan tidak nyaman, begitu pula dengan ulama, selama mereka masih hidup manusia merasa nyaman dan senang, namun apabila mereka sudah meninggal dunia manusia akan merasa kehilangan, gelisah dan berduka.

Diantara ciri-ciri ulama akhirat adalah:

Menggunakan ilmu untuk mendapatkan ridha Allah s.w.t.
Tidak mencari keuntungan dunia dengan ilmu yang dimiliki.
Mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Zuhud dan memandang remeh terhadap dunia.
Mengajak manusia pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.

b.   Ulama Dunia

Ulama dunia adalah orang alim yang menjadi penyesat, penghancur dan penabur racun kemunafikan dalam hati manusia. Mereka bagaikan pohon oleander yang beracun, indah dipandang, tapi mematikan bila dimakan. Ucapan mereka dapat mengobati penyakit, tapi perbuatan mereka dapat menimbulkan penyakit yang tidak ada obatnya. Orang alim seperti ini yang paling dihawatirkan oleh Rasulullah s.a.w. selain Dajjal, karena lidah mereka menyeru manusia untuk menjahui dunia, tapi perbuatan mereka malah bertolak belakang dengan apa yang diucapkan. Mereka sangat mencintai jabatan dan menjual ilmu dengan dunia yang sangat sedikit nilainya dibandingkan keagungan akhirat.

Allah s.w.t. berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّـهُ مِيثٰقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُۥ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا, فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. (Ali Imran, 187)      
Ciri-ciri ulama dunia bisa dilihat dari kebalikan ciri-ciri ulama akhirat.
Referensi:
Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, Maktabah Syamilah
Abu Thalib Al Makki, Qut Al Qulub, Maktabah Syamilah
Al-Baihaki, Az-Zuhd Al Kabir,  Maktabah Syamilah
Ihsan Muhammad Dahlan Al Jampesi, Siraj Ath-Thalibin, Al Haramain



Kita dapati diantara bukti kecerobahan si mulut fitnah ini, adalah dia menyebutkan Yayasan As-Sunnah Cirebon dipimpin oleh Salim Bajri dan Yayasan As-Shofwa Jakarta dipimpin oleh Maman Abdurrohman, sudah tentu hal ini salah dan jadi bahan tertawaan orang-orang yang tahu kedua yayasan ini, mestinya dia merasa malu, jika dia tidak merasa malu maka jutaan orang NU akan malu dipimpin oleh orang yang tidak punya rasa malu.
Bukti yang lainnya adalah dia menyebutkan 3 nama orang yang telah melakukan terorisme kemudian dengan entengnya dikatakan bahwa mereka adalah murid-murid Yayasan As-Sunnah Cirebon tanpa sedikit bukti sekalipun, padahal ketiga orang ini tidak pernah sekolah di As-Sunnah sama sekali.
Inilah tulisan salah seorang Ustadz yang disebut pula dalam ceramah SAS (Said Aqil Siradj ) yang videonya kini beradar.
*******
Said Aqil Siradj Si Mulut Fitnah
Januari 13 20:22 2015
Oleh: Yusuf Utsman Baisa
Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan tayangan TV9 JAWA TIMUR yang menampilkan Ketua Umum PB NU dalam acara Maulid Nabi di Sidoarjo, dimana dengan ringannya – pada acara yang dihadiri ribuan orang dan disaksikan jutaan pemirsa TV9 itu – dia menuduh beberapa orang dan beberapa yayasan Islam dengan tuduhan teroris, tanpa didukung dengan bukti yang kuat, sumber informasi yang valid dan persaksian orang-orang yang bisa dipercaya.
Ternyata kelancangan mulut orang yang satu ini telah berulang berkali-kali dilakukannya dalam berbagai acara yang juga dihadiri oleh banyak orang, diantaranya pada acara fatayat NU di hotel cempaka Jakarta.
Yang sangat disayangkan diantaranya adalah kapasitas dia sebagai seorang Ketua PB NU sebagai sebuah ormas besar yang konon beranggotakan 70 juta orang, namun melakukan perbuatan fitnah yang tidak layak dilakukan oleh seorang muslim dari kalangan rakyat jelata sekalipun.
Lucunya informasi yang disebutkannya penuh dengan kesalahan yang menunjukkan bahwa sumber informasi tersebut adalah orang yang asal-asalan dalam memberikan masukan, sedangkan Ketua PB NU ini sangat ceroboh karena tidak mau memeriksanya terlebih dahulu, justru langsung main percaya saja.
Kalau dibandingkan dengan Ketua PB NU yang lainnya, maka nampak Gusdur lebih berhati-hati dibanding orang yang satu ini, bahkan Gusdur selalu menyebutkan nama orang dengan menyebutkan inisialnya saja berupa beberapa huruf.
Kita dapati diantara bukti kecerobahan si mulut fitnah ini, adalah dia menyebutkan Yayasan As-Sunnah Cirebon dipimpin oleh Salim Bajri dan Yayasan As-Shofwa Jakarta dipimpin oleh Maman Abdurrohman, sudah tentu hal ini salah dan jadi bahan tertawaan orang-orang yang tahu kedua yayasan ini, mestinya dia merasa malu, jika dia tidak merasa malu maka jutaan orang NU akan malu dipimpin oleh orang yang tidak punya rasa malu.
Bukti yang lainnya adalah dia menyebutkan 3 nama orang yang telah melakukan terorisme kemudian dengan entengnya dikatakan bahwa mereka adalah murid-murid As-Sunnah tanpa sedikit bukti sekalipun, padahal ketiga orang ini tidak pernah sekolah di As-Sunnah sama sekali.

Semestinya orang yang predikat ilmiahnya Profesor Doktor jika berbicara sangat ilmiah dan selalu memperkuat pembahasannya dengan bukti-bukti ilmiah, namun sangat disayangkan hal ini justru tidak berlaku pada si mulut fitnah ini.
Alangkah sedihnya nasib tujuh puluh juta anggota NU jika orang ini terpilih kembali jadi Ketua PBNU pada periode yang akan datang, yang konon akan berlangsung pada bulan Oktober tahun ini juga./ gemaislam.com

Berpegang Pada Suara Mayoritas Adalah Kaidah Kaum Jahiliyah

Perlu kita ketahui bersama bahwa di antara kaidah terbesar kaum jahiliyah dulu adalah berpegang dan terbuai dengan jumlah mayoritas.

Mereka menilai suatu kebenaran dengannya serta menilai suatu kebatilan dengan langka dan sedikitnya orang yang melakukan.

Mereka menilai suatu kebenaran dengan jumlah mayoritas, dan menilai suatu kesalahan dengan jumlah minoritas.

Sehingga sesuatu yang diikuti oleh kebanyakan orang berarti benar, sedangkan yang diikuti oleh segelintir orang berarti salah.

Inilah patokan yang ada pada diri mereka di dalam menilai yang benar dan yang salah. Tentunya kaidah dan patokan ini sangat jauh dari kebenaran.

Allah ta’ala menyatakan;

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ ﴿١١٦﴾

“Dan jika kamu menuruti mayoritas orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah subhanahu wa ta’la).”  (al-An’am: 116)

Demikian pula dalam ayat yang lain;

 وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨٧﴾

“Tetapi mayoritas manusia tidak mengetahui.”  (al-A’raf: 187)

Bahkan mayoritas manusia berada dalam kefasiqan, Allah ta’ala menyebutkan;

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِم مِّنْ عَهْدٍ ۖ وَإِن وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ ﴿١٠٢﴾

“Dan Kami tidak mendapati mayoritas mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati mayoritas mereka orang-orang yang fasik.”  (al-A’raf: 102)

Maka tolok ukur kebenaran bukanlah banyaknya pengikut suatu mazhab atau perkataan, namun yang menjadi pertimbangan adalah apakah benar ataukah batil.

Selama sesuatu tersebut benar walaupun yang mengikutinya hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang mengikutinya, maka itulah yang harus dipegang.

Sebaliknya, sesuatu yang batil tidaklah terdukung dan dibela karena banyaknya orang yang mengikutinya. Jika memang kebatilan maka harus dijauhi dan ditinggalkan.

Demikianlah tolak ukur dan barometer kebenaran.

Namun yang sangat disayangkan banyak dari kita yang belum memahami akan hal tersebut. Kondisi ini diperparah oleh sebagian yang lain yang sebenarnya memahami hal tersebut namun hawa nafsu mengalahkan itu semua.

Hati, penglihatan dan pendengaran telah berbalut kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Apa yang ada dalam benak mereka ketika menilai kebenaran adalah suara dan jumlah. Semakin banyak dan besar maka itulah yang benar.

Jika pemikiran ini mendekam dalam diri mereka sendiri maka tentunya kejelekan yang akan timbul lebih ringan. Namun kenyataan yang ada pemikiran ini justru malah disebarluaskan dan ditancapkan ke dalam jiwa kaum muslimin (baca; para pengikut dan massanya). Sudah pasti dampak negatifnya lebih parah.

Apalagi jika para pengikutnya yang “mayoritas” tersebut dijadikan tunggangan untuk menghancurkan “kaum minoritas” yang seringnya “menyentil” berjuta kesalahan yang terjadi di tengah-tengah kaum mayoritas.

Dan realita yang ada sekarang memang demikian, bukankah begitu? 
Semoga menjadi bahan introspeksi untuk kita semua.
حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى و نعم النصي

Hukum Mayoritas

Apakah kebenaran itu diukur dengan suara mayoritas?

Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita, terkhusus seorang muslim.

Kenyataan di lapangan, banyak orang memandang bahwa suara atau jumlah mayoritas menjadi penentu tunggal suatu kebenaran.

Yang akhirnya muncul dari pemikiran ini sikap antipati dan benci dengan minoritas, terlebih jika minoritas tersebut ternyata menjadi “batu ganjalan” kaum mayoritas.

Lalu bagaimana keadaan sebenarnya?

Sebelum kita membahas permasalahan tersebut, alangkah baiknya untuk kita sejenak menengok kembali siapakah diri ini yang disebut sebagai manusia.

1. Kita ini (manusia) makhluk yang sering berbuat kezaliman dan sangat bodoh

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا ﴿٧٢﴾

“Sesungguhnya Kami telah tawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.”(al-Ahzab: 72)

Dalam ayat ini Allah ta’ala menyebutkan bahwa Allah tawarkan amanat kepada makhluk-makhluk-Nya berupa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya yang semua itu berkonsuekensi beroleh pahala atau justru beroleh siksa. Tidak ada yang mampu dan mau menerima tawaran tersebut kecuali kita (manusia).

Padahal kalau mau dibandingkan sungguh tidak mungkin kita disamakan dengan langit, bumi dan gunung-gunung.

Di akhir ayat Allah menyatakan bahwa kita itu makhluk yang amat zhalim dan amat bodoh. Inilah karakter dan sifat asli kita.

2. Manusia itu banyak (mayoritas) yang tidak beriman dan menentang rasul-Nya

Allah  ta’ala  berfirman:

إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿١٧﴾

“Sesungguhnya (al-Qur’an) itu benar-benar dari Rabbmu, tetapi mayoritas manusia tidak beriman.”  (Hud: 17)

Dalam ayat yang lain Allah  ta’ala  berfirman:

فَإِن كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ جَاءُوا بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتَابِ الْمُنِيرِ ﴿١٨٤﴾

“Jika mereka mendustakan kamu (Muhammad), maka sesungguhnya para rasul sebelummu pun telah didustakan (pula). Mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan Kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.”  (Ali ‘Imran: 184)

Inilah keadaan manusia berikutnya, mayoritas tidak beriman dan menentang bahkan mendustakan para rasul.

3. Banyak dari kita yang membenci kebenaran dan sering berbuat kefasikan

Allah ta’ala berfirman:

لَقَدْ جِئْنَاكُم بِالْحَقِّ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ ﴿٧٨﴾

“Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kalian, tetapi mayoritas dari kalian membenci kebenaran itu.”  (az-Zukhruf: 78)

وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ ﴿٤٩﴾

“Dan sesungguhnya mayoritas manusia adalah orang-orang yang fasiq.”  (al-Maidah: 49)

4. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, mayoritas manusia mengajak orang lain dengan hawa nafsu mereka menuju kesesatan dan kekeliruan.

Dalam sebuah ayat-Nya Allah ta’ala berfirman;

وَإِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ ﴿١١٩﴾

“Sesungguhnya mayoritas (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa ilmu.”  (al-An’am: 119)

5. Mayoritas manusia menjadi penghuni Jahannam

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ ﴿١٧٩﴾

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Jahannam mayoritas dari jin dan manusia.”  (al-A’raf: 179)

Inilah beberapa sifat dan karakter serta keadaan mayoritas manusia.

Jika demikian keadaannya maka suara dan jumlah mayoritas tidak mutlak menjadi penentu kebenaran.

Kita katakan kebenaran adalah kebenaran meskipun minoritas dan sebaliknya kita katakan kesalahan adalah kesalahan meskipun mayoritas.

Barometer kebenaran adalah ketika sesuatu itu mencocoki al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar tentang keduanya, yaitu pemahaman para shahabat nabi radhiallahu ‘anhum yang Allah ta’ala telah meridhai mereka.

Related articles

Akhirnya Jago ( Jawaban Goblok ) Tasawufer/Shufier Mengakui Sunnahnya Jenggot ( Lihya). Benar Kata Imam Syafi'i, Dia Tidak pernah Melihat Seorang Tasawufer/Shufier Yang Berakal ( Asmaq ).
Lucu...” Ulama Su'per Aswaja Pendengki Wahabi” Saling Tuding Kerjasama Dengan Majusyi’ah Iran. Said Aqil Siraj Salahkan Hasyim Muzadi, Hasyim Muzadi Salahkan Gus Dur..?! Beda Dengan Kejujuran Ulama ASWJ Malaysia/Brunei.
Sebut Imam Syafi’i Simpatisan Syiah, KH. Ahmad Baghowi Tantang Said Agil Dialog Terbuka
Hubungan Aswaja Indon Dan Syiah Dalam Menghadapi Wahabi Di Indonesia
Seruuu..Raja Syirik Dibela Raja Liberal. Daftar Kesesatan Said Aqil Siradj
Bantahan Buku Kh. Said Aqil Yang Membela Syiah Dan Mencatut Imam Syafi’i
Goblok Tapi Cerdas??
Said Agiel Siradj Semakin Panik, Terima Kasih Pak !
Didepan Tokoh-tokoh Kristen, Hindu Dan Budha, Profesor Tasawuf Said Aqil Siraj Menyatakan : "Yang Berjenggot, Pake Gamis, dan Jidat Hitam. Lalu Mereka Yang Ucapkan Allahu Akbar.... ANTI PERBEDAAN”, “Perbedaan Agama, Keyakinan, Kitab Suci ADALAH RAHMAT” ?!
Said Aqil Siradj Anggap Warga NU yang Tak Hidupkan Syiar Sesat Syiah, Goblok!
Didepan Tokoh-tokoh Kristen, Hindu Dan Budha, Profesor Tasawuf Said Aqil Siraj Menyatakan : “Kalau Anti ( Tidak ) Tahlilan Maka Kita Ragukan Pancasilanya”, “Perbedaan Agama, Keyakinan, Kitab Suci ADALAH RAHMAT” ?!
Bantahan Terhadap Profesor ( Tasawuf ) DR.KH.Said Aqil Siradj Terkait Penghinaannya terhadap jenggot ( Lihya ) Dari Aktifis Muda NU
Pelurusan Sangat Ilmiah Allahu Yarham KH. Abdul Hamid Baidlowi Terhadap Said Agil Terkait penghinaan terhadap khalifah Utsman RA
‘Pemimpin Kafir Tapi Jujur Lebih Baik Dari Muslim Tapi Dzalim’ Adalah Slogan Syiah. Prof.DR. SAS Gagal Paham Pendapat Ibnu Taimiyah ( Mulutnya Lebih Cepat Dari Aqilnya ).
Perhatikan ! Para Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi, Dihinakan dan Diberantakan !
Said Aqil Siraj ( PBNU ), Pembenci Wahabi ( Salafi ) Nomor Wahid, Tidak Usah Menasehati Saudi, Sebagai Pendukung Tulen Majusyiah Iran Lebih Baik Bela Iran Saja. Ustadz Yusuf Baisa, Sudah Saatnya Negara-Negara Islam Memutuskan Hubungan Diplomatik Dengan Iran !
Kerusakan Jalan Pikiran SAS : Gemar Menyudutkan Posisi Sahabat, Mengemban Misi Syi’ah Iran Ke Indonesia, ”Peternak Kambing Hitam Wahabi”.
Kepada Prof ( Tasawuf ) DR KH Said Aqil Siraj Dan Ustadz KH Muhammad Idrus Ramli, Dari Pada Dagangan “Wahabinya” Ngga Laku Dan Ngos-Ngosan, Lebih Baik Penuhi Tantangan Dialog Berakhlakul karimah Dengan Ustadz–Ustadz Salafi Dibawah Ini. Dengan Syarat Kalau Keok, Langsung Menyatakan Taubat.
Jadikan Tahlilan ( Profesor Tasawuf ) Sebagai Barometer Pancasilais adalah Pemikiran Sempit
Untuk Said Aqil Siraj ( Pemurka Wahabi ), Apa Yang Harus Dilakukan : Kristenisasi Terpesat Di Dunia Ada Di Indonesia. 2 Juta Muslim Murtad Setiap Tahun.
Kenapa KH Hasyim Asy’ari pendiri NU yang anti syi’ah tidak dituduh kesusupan Wahabi?
Wahabi Dan Deradikalisasi. Siapa Yang Gemar Meneror Dengan Kata-Kata “Banjir Darah, Bakar, Bubarkan, Turunkan, Tutup” Dan Bahasa Anarkis Lain, Seakan RI Miliknya. Tiru Saudi Arabia, Tidak Ada Organisasi Masa Jenis Apapun (Berbau Preman), Rakyatnya Aman Dan Damai.