Peran Ulama Jahat
Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam
03 September 2016, 06:04
Pada zaman Musa Alaihis Salam ada seorang lelaki yang
shalih nan alim. Namun, keshalihan dan kealimannya tidak menyebabkannya
berpihak kepada kebenaran. Justru, dengan keshalihan dan kealimannya ia menipu
banyak orang dengan memutarbalikkan kebenaran. Ibnu Mas’ud menyebut nama lelaki
tersebut Bal’am ibn Abar, Ibnu Abbas menyebut namanya Bal’am ibn Ba’ura’,
mujahid menyebut namanya Bal’am ibn Ba’ur; dan pendapat Ibnu Abbas lebih kuat.
Kisah Bal’am ibn Ba’ura’ ini diabadikan dalam Al
Qur’an sebagai pelajaran berharga untuk seluruh umat, khususnya untuk Muhammad
SAW, betapa bahayanya jika seorang alim tergelincir dan kemudian bekerja untuk
kepentingan musuh. Allah berfirman menceritakan tentang kisahnya:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),
kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan
(sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS. Al A’raf[7]:
175-177).
Ayat ini mengisahkan tentang Bal’am bin Ba’ura,
seorang lelaki shalih nan alim dari Bani Israil di zaman dahulu yang dikaruniai
ilmu, namun ilmunya tidak mendatangkan hidayah kepadanya. Ilmunya luas,
hafalannya banyak, ibadahnya rajin; tapi hatinya cenderung kepada harta dunia.
Maka ia diperumpamakan dengan anjing. Perumpamaan Bal’am seperti seekor anjing,
tidak seperti hewan buas lainnya, karena anjing tidak memiliki hati (yakni
hatinya mati).
Imam Al Qurthubi mengatakan, “Perumpamaan dalam ayat
ini adalah perumpamaan yang paling buruk yang disandarkan kepada manusia,
karena ayat ini mengumpamakan seseorang dengan anjing. Orang tersebut tidak
mampu untuk dirubah, seperti halnya anjing yang tidak dapat dirubah kebiasaan
menjulurkan lidahnya.”
Ulama-ulama jahat seperti Bal’am dan regenarasinya
selalu menjulurkan lidahnya untuk menjauhkan orang-orang dari jalan Allah,
mematikan semangat orang-orang yang memperjuangkan kalimatNya. Tampangnya yang
shalih (dan mungkin saja ia berjenggot lebat dan bercelana cingkrang) hanya
hiasan yang menipu orang-orang karena lisannya dipakai untuk mengukuhkan kekuasaan tiran yang mencampakkan hokum Allah
SWT. Merekalah manusia terburuk yang pernah Allah SWT ciptakan.
Selain itu, ada yang mengatakan, tabiat yang dimiliki
oleh hewan anjing biasanya adalah, mereka akan patuh dan tunduk kepada seorang
yang tidak takut kepadanya, dan ia juga akan terdiam seribu bahasa apabila
orang yang tidak takut kepadanya itu telah menjinakkannya. Lalu hewan yang
seperti ini dijadikan perumpamaan oleh Allah Ta’ala bagi orang yang menerima
uang suap untuk merubah suatu hukum agama yang jelas-jelas telah tertulis di
dalam kitab suci. Oleh karena itu ayat ini sangat penting untuk ditadaburi oleh
setiap individu agar tidak terperdaya dengan perbuatannya atau dengan ilmu yang
dimilikinya, karena ia tidak dapat mengetahui bagaimana kondisinya nanti di
akhir hidupnya.
Imam Ibnu Katsir berkata, “Adapun yang mahsyur
mengenai sebab turunnya ayat ini, bahwa ia adalah seorang dari Bani Israil
terdahulu, sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud ra, dan ulama-ulama salaf lainnya.
Ali bin Abu Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas ra, ia adalah seorang yang
berasal dari suatu kota yang dihuni oleh kaum yang gagah perkasa dan
kasar-kasar pembawaannya. Ia bernama Bal’am dan ia mengetahui nama Allah yang
Maha Agung.”
Bal’am Klasik Dan Modern Menjual Akhirat Untuk
Kenikmatan Dunia Sesaat
Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas, bahwa
ketika Musa singgah bersama orang-orang yang menyertainya di kota itu, maka
kabilah-kabilah dan kaum di kota itu datang kepada Bal’am seraya mengatakan,
“Musa adalah orang yang sangat kuat, dan ia bersama pasukan yang sangat banyak.
Jika ia mengalahkan kami, maka ia akan membinasakan kami. Oleh karena itu,
berdo’alah kepada Allah agar mengusir Musa berikut orang-orang yang
menyertainya dari kami.”
Bal’am mengatakan, “Jika aku berdoa kepada Allah
supaya menolak Musa berikut orang-orang yang menyertainya, niscaya lenyaplah
dunia dan akhiratku.” Namun, mereka tidak henti-hentinya memohon, hingga Bal’am
mendoakan keburukan atas Musa dan kaumnya. Akhirnya Allah menanggalkan
kelebihan yang ada pada dirinya. Itulah makna firman Allah; “Kemudian dia
melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia
tergoda).”
Allah Ta’ala berfirman: “Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.” Allah
mengatakan, “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu.” Yakni, niscaya kami jauhkan dia dari noda
dan kotoran duniawi, dengan ayat-ayat yang telah kami berikan kepadanya.
“Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah.” Yakni cenderung kepada perhiasan dan keindahan kehidupan
dunia. Ia hanyut dalam kelezatan dan kenikmatan dunia yang memperdayainya,
sebagaimana telah memperdayai kalangan orang-orang yang tidak memiliki akal dan
pengetahuan.
Peran Bal’am Dalam Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam
Dari dahulu, senjata musuh-musuh Allah selalu sama,
yaitu menciptakan perpecahan dan perselisihan di tengah-tengah umat. Karenanya
Allah selalu mengingatkan berulang-ulang agar umat Muhammad tidak berpecah
belah dan berselisih, karena yang demikian adalah kebiasaan buruk orang-orang
musyrik dan ahlul kitab.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu seperti
orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan
mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa
yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum[30]: 31-32).
Dalam ayat yang lain Allah menceritakan sebab
kekalahan kaum muslimin dalam perang uhud karena menyelisihi perintah
Rasulullah dan pertengkaran diantara pasukannya yang berada di bukit Ar Rumah.
Allah SWT berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al
Anfal[8]: 45).
Allah dalam ayat ini melarang tanazu’ atau yang lebih
akrab disebut bertengkar atau berbantah-bantahan, karena yang demikian dapat
medatangkan rasa gentar di hati orang-orang beriman dan hilangnya kekuatan
mereka. Menurut Mujahid, kekuatan yang dimaksud ayat di atas adalah kekuatan
para sahabat Rasulullah SAW ketika mereka menghadapi musuh di perang uhud.
Pada saat itu, ada sekitar empat puluh lebih pasukan
pemanah di bawah komando Abdullah ibn Jubair yang menentang perintah Rasulullah
untuk menetapi bukit. Akhirnya terjadilah pertengkaran sesama mereka. Ketika
itu, sang komandan, Abdullah ibn Jubair sudah memperingatkan mereka, beliau
berkata: “Apakah kalian lupa pesan Rasulullah kepada kalian? Namun mayoritas
pasukan tidak peduli sama sekali, mereka membantah perkata Abdullah ibn Jubair
seraya berkata, “Demi Allah, kami akan bergabung dengan mereka, sehingga kami
mendapatkan harta rampasan perang.”
Disebabkan ketidaktaatan mereka kepada Rasulullah
serta perselisihan dan perpecahan diantara mereka yang menyebabkan kekalahan
telak kaum muslimin. Allah berfirman: “Dan janganlah kalian seperti orang-orang
yang bercerai berai dan berselisih setelah datang kepada mereka bukti-bukti
yang nyata. Dan bagi mereka azab yang dahsyat”. (QS. Ali Imran[3]: 105).
Allah juga berfirman: “Dan sesungguhnya kami merasakan
kepada mereka azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar
diakhirat, mudah-mduahan mereka kembali kepada jalan yang benar”. (QS. As
Sajdah[32] : 21).
Ayat pertama mengabarkan bahwa perpecahan, bercerai
berai, dan perselisihan akan melahirkan azab. Ayat kedua mengabarkan, terkadang
azab dirasakan kepada orang yang berpaling dari ajaran Allah di dunia dan di
akhirat kelak ada azab yang lebih besar. Termasuk azab di dunia adalah
kekalahan kaum muslimin dan berkuasa orang-orang kafir atas mereka. Hal ini disebabkan
oleh dosa dan ulah mereka sendiri, yaitu perpecahan, bercerai berai, dan
perselisihan diantara mereka.
Allah berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. Asy Syura[42]:
30).
Dan sangat disayangkan, perpecahan dan bercerai berai
kaum muslimin disepanjang sejarah selalu diawali dengan perpecahan alim
ulamanya. Hal ini disebabkan, tidak semua alim ulama yang setia dan komitmen
dengan jalan taqwa. Ada diantara mereka yang silau dengan ‘hijaunya’ dunia dan
harta. Karenanya Ibnul Mubarak berkata: “Tidaklah yang merusak agama ini
kecuali para pemimpinnya, tokoh-tokohnya, dan alim ulamanya.” Artinya, alim
ulama yang bermentalkan seperti mental Bal’am ibn Ba’ura. Na’udzubillah min
sarrihi.(M.Reza Prima Mtd)
Waspada Ulama
penjaja dunia
Ulama penjaja dunia
hakikatnya adalah "srigala berbulu domba". Penjaja fatwa untuk
kepentingan "perut dan apa yang dibawahnya".
Ia tidak begitu perduli untuk meng"cross chek" berita...sahih atau
tidak sahih apa yang ia dengar, bahkan nekat berdusta dan memfitnah untuk
melariskan dagangan "bid'ah dholalah " yang hakikatnya adalah
kesesatan dan kesetanan belaka.
Demi dunia dan jabatan, mereka senantiasa memfitnah para ulama akhirat dari
zaman ke zaman.
Dengan licik dan culas, menjilat penguasa mereka memenjarakan banyak para da’i
dan ulama akhirat, sebutlah Syaikhul Islam dan muridnya Ibnul Qayyim
yang" kenyang" dengan fitnahan harus merasakan gelapnya penjara
"Qal'ah di Damaskus.
Ketakutan kehilangan pengaruh dan jabatan, menjauhnya manusia dan para penguasa
dari mereka adalah faktor penting yang membuat mereka harus menghalalkan segala
macam cara.
Bak kata orang sekarang, permasalahannya hakikatnya bukanlah pada beda pendapat
antara mereka,namun yang lebih tepat adalah beda pendapatan.
Melihat majlis-majlis mereka sunyi dari jama'ah, omong kosong dan bualan mereka
ditinggalkan manusia disebabkan tanpa dalil dan contoh...atau dalil-dalil
"Jaka sembung bawa golok"alias tidak nyambung yang dipaksakan untuk
mendukung hawa nafsu mereka...terpaksa membuat mereka "peras
keringat" dan "banting tulang" cari jalan untuk menjauhkan
manusia dari kebenaran.
Tak perlu merasa heran jika orang yang beragama lurus di atas hujjah dan dalil,
dituduh "wahhabi, ISIS, Khawarij, bahkan dituding Syiah”.
Sudah perkara klasik dari masa" Abu Jahal Kuno" hingga masa "Abu
Lahab" modern ,tidak ada seorang muslim yang beragama sahih kecualidapat
gelar yang tidak menyenangkan.
Sebagaimana Nabi difitnah sebagai tukang tenung, pemecah belah, penyair, orang
gila...dst.
Tapi ibarat pepatah"kayu gaharu kan harum setelah dibakar, intan menjadi
mulia setelah di dulang,dan emas berharga setelah disepuh"... Kebenaran
pasti akan tampak dan menang.
-----------------------------------------
Mekah,
Aziziyah 17 Zul qa'dah 1437/ 20 Agustus 2016.
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My.