Saat telepon dari Iran datang (lagi), mengapa pemimpin Qadr Syaikh Tamim
setuju untuk mengangkatnya lagi? Sebulan yang lalu, di saat perselisihan antara
negara-negara Teluk dengan Qatar mulai terjadi, Presiden Iran Hassan Rouhani
melakukan panggilan telepon pada Syaikh Tamim yang mereka publikasikan
besar-besaran.
Dari sisi Iran, ini adalah politik yang licik. Pada saat terjadi
perselisihan antara anggota negara-negara teluk, Iran segera melompat masuk dan
mendorong perpecahan lebih lanjut antara negara-negara Teluk, dan juga muncul
sebagai kekuatan regional yang ia suka berpura-pura berperan sebagai
"penengah" dalam perselisihan tersebut.
Pertanyaannya mengapa Syaikh Tamim setuju untuk menerimanya?
Dia pasti menyadari bahwa sikapnya tersebut akan semakin mengobarkan
ketegangan di antara anggota persekutuan negara-negara teluk, GCC. Dan memang
itulah yang terjadi. Hal ini tentu bisa diperdebatkan bahwa tanpa sikap provokatif
semacam itu, perselisihan ini mungkin saja terjadi.
Dan sekarang Doha sampai melakukan hal yang sama lagi. Sekali lagi,
Presiden (Qatar) setuju untuk menyambut telepon dari Rouhani, yang memungkinkan
kantor berita nasional Iran untuk mempropagandakan kata-katanya bahwa
"Pengepungan terhadap Qatar tidak dapat diterima oleh kita. Negara kita
akan selalu terbuka untuk Qatar sebagai negara tetangga dan saudara".
Layak bagi pengamat Teluk untuk bertanya-tanya, apakah Syaikh Tamim dan
orang-orang Qatar tertipu oleh kata-kata itu? Tentu tidak bagi negara lain di
Teluk. Orang-orang Saudi dan Emirat sangat menyadari bahwa intervensi Iran
dalam mendukung pemberontak Houthi di Yaman telah merugikan mereka, harta dan
darah para tentara mudanya. Negara-negara Teluk telah melihat cara Iran dalam
mendukung elemen sektarian terburuk di Irak, mengacaukan negara tersebut dan
mempengaruhi perbatasan GCC.
Gambar 1. 2 Milisi pemberontak Houthi (afiliasi Masyaikh Watsiqah Kufriyah
Muhammad al-Imam dkk) yang tertangkap mengungkapkan bahwa mereka dilatih oleh
Iran dan Hesbolatta (2 captured Houthi fighters revealed that they were trained
by Iran and Hezbollah)
Dan jelas bagi siapapun bahwa tindakan Iran di Bahrain hanyalah membawa
destabilisasi, kekacauan. Tentunya seseorang di antara pengamat Syaikh Tamim
harus menyadari bahwa ideologi ekspansionis Iran dengan senang hati akan
menyapu (pula) istana Presiden Doha, jika mendapat kesempatan. Memang, hanya
dengan cara Teluk menghadapi Iran bahwa ekspansi tersebut dapat dihentikan.
Alih-alih membantu dalam pertarungan tersebut, Doha telah memilih untuk
menawarkan bantuan kepada musuh.
Gambar 2. Revolusi Pemberontak Syiah Houthi Yaman adalah kepanjangan
Revolusi Khomeini Iran.
Apa yang Qatar dapatkan dari pelatihan hubungan masyarakat ini dalam jangka
panjang? Masa depannya berada di dalam keluarga negara-negara Teluk. Memamerkan
hubungannya yang norak dengan rezim ekstremis hanya akan membahayakan dan
merusaknya.
Gambar 3. Memang, hanya dengan cara Teluk menghadapi Iran bahwa ekspansi
tersebut dapat dihentikan. Alih-alih membantu dalam pertarungan tersebut, Doha
telah memilih untuk menawarkan bantuan kepada musuh (paling atas).