Khotbah Jumat, Masjid Nabawi, 27 Rabiul
Awal 1439 H
Khotib : Syekh Dr.Husen Alu As-Syekh hafidzahullah
Khotbah Pertama :
Dalam lubuk hati setiap muslim, tetap
menyala-nyala isu terbesar, yaitu persoalan Masjidil Aqsha yang merupakan
kiblat pertama dan masjid suci ketiga serta tempat tujuan perjalanan isra’
pemimpin utama umat manusia dan jin.
Itulah isu terpenting yang selalu hadir,
tidak pernah menghilang dari benak setiap individu dan komunitas muslim,
betapapun besarnya tantangan, dan betapapun terpuruknya kondisi kaum muslimin.
Yerusalem dengan tanahnya yang di atasnya
berdiri Masjidil Aqsha adalah persoalan akidah bagi kaum muslimin dan ikatan
sejarah yang mendalam dan tidak terlupakan. Bagaimanapun keadaannya tidak akan
terhapus dari memori pemikiran Islam, mengingat kedudukannya sebagai simbul
jati diri umat Islam yang merupakan salah satu prinsip dasar dan tempat suci
umat Islam.
Bagaimana tidak demikian, sedangkan kitab
suci Al-Qur'an selalu mengingatkan kita pagi dan petang :
"Maha suci Allah yang memperjalankan hambaNya pada satu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya untuk Kami
perlihatkan kepadanya sebagian ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha
mendengar dan Maha melihat". Qs. Al-Isra’:1
Masjidil Aqsha adalah
salah satu dari tiga masjid yang hanya kepadanya dibolehkan perjalanan jarak
jauh dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah dan mengharapkan tambahan
anugerahNya sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadis Nabi –shallallahu
alaihi wa sallam-.
Tanah Yerusalem identik dengan tanah
Mahsyar tempat berhimpunnya seluruh manusia. Maimunah –budak perempuan Nabi
bercerita : Aku berkata, Ya Rasulallah, jelaskanlah kepadaku tentang Baitul
Maqdis ! Beliau lalu menjelaskan : "itulah tanah mahsyar tempat
berhimpunnya umat manusia". HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih.
Baitul Maqdis mempunyai kedudukan sangat
agung dan keistimewaan tinggi dalam Islam.
Abu Dzar –radhiyallahu anhu- berkata : Kami bertukar pikiran ketika kami sedang
berada di dekat Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- : Manakah yang lebih
utama; Masjid Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- ataukah Masjid
Baitul-Maqdis ? Beliau menjawab : " Sekali shalat di masjidku ini lebih
baik dari pada empat kali shalat di dalamnya (Masjid Baitul-Maqdis), sungguh
dia adalah sebaik-baik tempat shalat. HR. Al-Hakim, yang dinilainya shahih dan
disetujui Adzahabi.
Diantara keutamaan Masjidil
Aqsha dalam Islam ialah bahwa ia merupakan tempat tujuan isra' Rasulullah
–shallallahu alaihi wa sallam- dan dari padanya beliau naik ke langit.
Anas –radhiyallahu
anhu- menceritakan bahwa nabi –shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
"Seekor buraq didatangkan kepadaku,
yaitu hewan tunggangan warna putih tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih
pendek dari bagal. Ia menjangkaukan telapak kakinya sebatas maksimal pandangan
matanya". Kata beliau : "Lalu aku menunggangnya hingga sampai ke
Baitul Maqdis". Kata beliau : "Lalu aku mengikatnya pada lingkaran
tempat para nabi mengikatkan tunggangan mereka". Kata beliau: "Lalu
aku memasuki masjid untuk shalat dua rak'at, kemudian aku keluar. Maka
datanglah Jibril –alaihissalam- dengan sebuah wadah berisi khamar dan wadah
lainnya berisi susu, maka aku memilih susu. Jibril lalu berkata : "Engkau
telah memilih fitrah. Setelah itu ia naik bersamaku ke langit". HR.
Muslim.
Di antara keutamaan
kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha ialah seperti yang dijelaskan dalam hadis
Abdullah bin Amar bin al-Ash, bahwa nabi –shallallahu alaihi wasallam-
bersabda:
"Ketika selesai membangun Baitul
Maqdis, Sulaiman bin Dawud memohon kepada Allah tiga hal: Keputusan hukum yang
sesuai dengan hukum Allah, kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun
sesudahnya, dan agar tidak seorang pun datang ke masjid ini untuk shalat
kecuali bersih dari dosa seperti ketika lahir dari perut ibunya". Nabi
lalu bersabda : Dua permohonan (Sulaiman alaihissalam) yang pertama sudah terkabulkan,
sedangkan permohonan yang ketiga aku berharap terkabulkan pula". HR.
Nasa'i dan Ibnu Majah yang dinilai shahih oleh Albani.
Saudara-saudara sesama muslim!
Nilai-nilai luhur dan istimewa yang melekat pada kota Yerusalem dan Masjidil
Aqsha dalam pandangan Islam, telah dijelaskan secara terpisah oleh para ulama
sejak beberapa abad yang lalu dalam karya tulis mereka secara susul menyusul.
Sejumlah ulama Islam menulis secara terpisah tentang keutamaannya : antara
lain, Bahauddin Ibnu Asakir dalam karyanya : "al-Jami' al-Mustaqsha fi
fadhailil masjidil aqsha", Aminuddin Ibnu Hibatullah as-Syafi'i dalam
karyanya : "Kitabul Unsi fi fadhailil-qudsi", Burhanuddin al-Fazari
dalam karyanya :"Ba'itsun nufus ila ziyaratil-qudsi almahrus",
Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi dalam karyanya :
"Mutsirul-Gharam ila ziyaratil-qudsi wa as-Syam", al-Husen al-Husaeni
dalam karyanya, : "al-Raudh al-Mughras fi Fadhailil Baitil-Muqaddas",
Ibnul-Jauzi dalam karyanya, : "Fadhailul-Quds" dan As-Suyuthi dalam
karyanya, : "Ittihaful Akhsha bi Fadhailil-Masjidil Aqsha".
Dari sinilah seluruh kaum muslimin
bersepakat tidak akan mengakui langkah apapun yang dapat mengganggu isu kota
Yerusalem dan Masjidil Aqsha, mengingat statusnya sebagai tempat suci yang
tidak boleh digannggu dalam kondisi apapun.
Tindakan seperti yang terjadi itu
hanyalah membuat umat Islam semakin teguh pendirian dan bersikukuh dalam
menuntut hak-hak mereka yang sah sesuai prinsip-prinsip dasar yang ada untuk
menegakkan kebenaran, mencegah kesemena-menaan dan membela mereka yang
teraniaya sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan hukum syariat dan
undang-undang hukum internasional.
Dunia sekarang menganggap langkah-langkah
yang diambil saat ini sebagai suatu pelanggaran terhadap resolusi yang telah
menjadi konsensus masyarakat internasional yang menyatakan bahwa Yerusalem
adalah ibu kota Islam dan salah satu kota suci umat Islam.
Pembelaan persoalan umat tidak cukup
dengan orasi pidato berapi-api dengan kata-kata yang memikat hati. Tidak
efektif wahai saudara-saudara seagama suatu kutukan dan kemarahan. Tidak pula
teriakan kecaman dan pengerahan unjuk rasa. Sudah cukup sering hal itu
dilakukan oleh kaum muslimin. Acap kali mereka berdemonstrasi secara susul
menyusul. Namun demikian hal itu hanya sebatas reaksi yang tidak mampu merubah
tindakan kesemena-menaan atau menghilangkan bahaya. Tidak pula mampu mencegah
senjata agresor atau ambisi jahat penjajah. Tetapi harus dengan kembali total
kepada Allah dengan doa yang tulus sepenuh hati kepada Tuhan yang Maha perkasa.
Umat Islam hanyalah bisa menang berkat
pertolongan Allah lahir dan batin, hanyalah karena perkenanNya dan bantuanNya.
Maka ketika umat ini berpegang teguh pada agama Allah, menjunjung tinggi
perintahNya dan ketentuan hukumNua, bergerak karena dorongan agama yang menjadi
pijakan persoalan Masjidil Aqsha, ketika itulah baru terwujud penyelesaian yang
sukses dan solusi yang efektif. Allah berfirman :
"Jika kalian menolong agama Allah,
pastilah Allah menolong kalian dan memantapkan derap langkah kalian".
Kaum muslimin !
Ketika hati umat ini terkendalikan oleh Al-Qur'an dan
Sunnah, didukung dengan bukti-bukti nyata di lapangan dalam berbagai aspek
kehidupan, maka ketika itulah kaum muslimin tidak terjatuh dalam keterpurukan
dan tidak akan tertimpa kenistaan dan kehinaan. Firman Allah.
"Janganlah merasa rendah diri dan
janganlah bersedih hati, sedangkan kalian adalah lebih unggul, jika memang
kalian orang-orang yang beriman".
Sudah satnya bagi kaum
muslimin terutama saudara-saudara kita di Palestina yang sedang bergolak
menghadapi tantangan yang mengancam keamanan warga mereka agar menjalin
persaudaraan yang dilandasi ketulusan dan ketakwaan. Hendaklah mereka berdamai
atas dasar agama dan visi akhirat. Hendaklah mereka meninggalkan perbedaan dan
perpecahan. Hendaklah mereka keluar dari permusuhan untuk beralih ke medan
persaudaraan dan persatuan, dari api perseteruan menuju cahaya ketulusan, dari
sikap pertentangan dan percekcokan menuju sikap toleransi dan kerukunan.
Hendaklah mereka mengesampingkan kepartaian
dan fanatisme golongan untuk segera masuk dalam semangat persaudaraan islam dan
kasih sayang keimanan. Firman Allah :
"Taatlah kepada Allah dan rasulNya.
Janganlah kalian saling bercekcok sehingga kalian menjadi gentar dan kehilangan
kewibawaan. Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar".
Ketika kaum muslimin
dalam realita kehidupan telah mempraktekkan misi Islam secara penuh tanpa
pengurangan, lalu mereka menerapkan hukum Islam secara menyeluruh dan
mengamalkannya lahir batin sehingga mereka hidup dalam Islam dan untuk Islam,
maka upaya mereka tidak akan mengalami kegagalan, segenting apapun persoalan
yang mereka hadapi, tidak akan gelap jalan dan akses yang mereka lalui ke
depan, sebesar apapun bencana yang menimpa mereka, selagi mereka berada pada
jalur Islam dan menerapkan ketentuan hukumnya serta mengikuti dan berpegang
teguh pada sunah nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang
yang beriman”. Qs. Alhaj:38
Jika tidak demikian,
maka selagi umat ini terhempas oleh kobaran api syahwat dan kemewahan hidup
yang melalaikan serta terombang-ambing ombak kesenangan nafsu yang menyimpang
dan kerancuan arah yang tendensius, maka akan bertubi-tubi bencana kesombongan,
gelombang bencana dan banjir petaka dengan segala ragamnya yang datang menerpa
mereka. Firman Allah:
“Apapun musibah yang menimpa kalian,
hanyalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian. Namun Allah memaafkan
banyak dari kalian”. Qs. As-Syura :30
Allah berfirman tentang perang Uhud.
“Mengapa ketika kalian ditimpa musibah,
yang sebelumnya kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat, kalian
berkata: "Darimanakah datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah:
"Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri". Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. Qs. Ali Imran :165
Kaum muslimin sekalian:
Umat Islam harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa tidak ada
yang dapat mengentaskannya dari keadaan krisis yang mencekiknya, tidak ada yang
mampu menyelamatkannya dari kondisi terpuruknya kecuali kehidupan Islam yang
benar-benar dilandasi akidah tauhid murni dan pengamalan terhadap petunjuk
Al-Qur’an dan sunah secara benar sesuai pemahaman ulama salaf.
Itulah pondasi yang
kokoh dan dasar yang teguh untuk mencapai kejayaan, kedaulatan, kemenangan dan
superioritas. Firman Allah :
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk”.Qs.Al-An’am:82
Itulah janji yang pasti dan pemberitaan
yang benar.
“Dan sudah pasti Kami menolong
orang-orang yang beriman”. Qs. Ar-Rum:
“Kekuatan itu hanyalah milik Allah, milik
Rasul-Nya dan milik orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik tidak
mengetahui”.Qs.Al-Munafiqun:1
“Sungguh beruntung orang-orang yang
beriman”. Qs.Almukminun:1
Kaum muslimin sekalian:
Adalah suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslimin sesuai
tanggung jawab mereka untuk membela isu sentral ini, yaitu persoalan Masjidil
Aqsha, Yerusalem dan negara Palestina, bertolak dari Islam murni, dengan
kesatuan yang efektif, pergerakan yang profesional agar membuahkan hasil yang
positif dan mencapai sasaran yang didambakan.
“Katakanlah, bekerjalah, maka Allah akan
melihat hasil kerja kalian bersama rasulNya dan orang-orang yang beriman”.
Maka perlu ada
ketajaman mata hati dan kearifan prima sehingga umat ini mampu menghadapi
tantangan dengan segala ragamnya dalam koridor saling bahu membahu, kerja sama
dan tolong menolong; bukan saling bertengkar dan saling menyalahkan yang justru
membuat diri mereka terperangkap. Dengan cara demikian, umat ini mampu
menangkal arogansi kaum perampas hak dan mampu meraih kemenangan secara
meyakinkan.
Perlu melihat persoalan umat ini secara
cermat untuk melepaskan mereka dari lingkaran emosional menuju arena pemikiran
yang mantap dan tindakan nyata yang berimbang dalam suatu sistem penyatuan
berbagai upaya yang tulus dengan koordinasi yang akurat terhadap berbagai
prinsip yang mendasar, bertitik tolak dari rambu-rambu agama Islam yang bijak
dan karakteristik hukum syariat yang diamanatkan oleh pemimpin para nabi dan
rasul untuk mengantar dunia seluruhnya ke pantai kearifan, keamanan,
kebahagiaan, kerukunan dan kedamaian.
Perlu penyederhanaan upaya yang dapat
dilakukan umat ini untuk menghadapi tantangan, yaitu dengan bahasa komunikasi
yang membungkam lawan, dan dialog yang mampu mengekangnya, jauh dari bahasa
pertentangan, jauh dari simbul-simbul kebangsaan, fanatisme golongan, dan
agenda-agenda regional. Semua itu hanya membuat umat ini memetik keburukan dan
penderitaan belaka.
“kemudian mereka menjadikan agama mereka
terpecah belah menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada mereka”. Qs. Almukminun : 53
Kita harus merespon seruan Allah :
“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah
agama kalian; agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”.
Qs.Al-Anbiya: 92
Khotbah Kedua
Negeri dua tanah suci; pemerintah dan rakyatnya, setiap
waktu dan kesempatan mempunyai sikap yang terhormat dan tindakan yang cemerlang
terhadap setiap isu keislaman dan Arab, lebih-lebih isu Palestina.
Sikap pemerintah negeri ini terhadap persoalan Palestina tetap tegas, tidak
tergoyahkan. Sikap itu telah digariskan dalam dasar-dasar dan skala prioritas
menyangkut upaya-upaya dalam menangani berbagai kemungkinan yang akan terjadi,
terutama terkait persoalan ekonomi dan politik.
Dalam era pemerintahan Pelayan dua kota
suci Raja Salman, dunia telah menyaksikan adanya perhatian khusus dari beliau terhadap
perjalanan negeri ini sebagai persoalan Islam sebelum persoalan bangsa Arab.
Negeri ini melihat adanya tanggung jawab
yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Karena itu logis mendapat
kehormatan mengembannya dengan pertimbangan misi keislamannya dan kedudukannya
yang mendunia.
Oleh sebab itu, tidak ada tempat untuk
pelelangan paksa bagi pihak yang menafikan jasa-jasa baik negeri ini, dan bagi
setiap orang yang mengingkari, orang yang centang perenang dan orang yang
membuat keraguan dari kalangan bangsa sendiri terhadap upaya-upaya negeri ini.
Hendaklah mereka takut kepada Allah dan
menyadari bahwa penggalangan kekuatan gila-gilaan yang merongrong negeri dua
kota suci ini sesungguhnya adalah merongrong ibu kota Islam sebagai pembawa
bendera pertahanan Islam.
Handaklah mereka tahu bahwa dengan penggalangan kekuatan itu, mereka menipu
diri dan memperdayakan bangsa mereka sendiri.
“Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri tanpa mereka
sadari”. Qs. Al-Baqarah: 9
Hendaklah mereka sadar
bahwa perjalanan pembangunan negeri ini bertumpu pada Islam; tidak merasa gede
rasa oleh pujian pihak yang memuji atau kecil hati oleh pengingkaran dan
reduksi pihak yang mendengki dan mencari kesempatan.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui maksud
yang terpendam.
=== Doa Penutup ===