OKI Kutuk Partisipan Acara Israel
Jeddah- Sekretariat Jenderal Organisasi
Kerjasama Islam (OKI) Dr. Yusuf Al Utsaimin mengutuk pihak-pihak yang
berpatisipasi dalam konferensi Israel di Al-Quds. OKI menganggap bahwa menjadi
partisipan mendorong kebijakan pendudukan Israel yang bertujuan untuk mengubah
status hukum wilayah Palestina.
“Mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
semacam itu merupakan suatu kemunduran yang serius dari resolusi-resolusi
pertemuan terakhir Dewan Luar Negeri OKI yang diadakan pada Mei 2018,” ungkap
Dr. Yousef Al-Othaimeen pada Senin (11/06/2018) seperti dikutip dari laman
www.oic-oci.org.
Dalam pertemuan terakhir Dewan Luar
Negeri OKI pada Mei 2018, OKI menyerukan untuk tidak berpartisipasi dalam
setiap pertemuan atau acara yang melayani tujuan Israel untuk melanggengkan
penjajahan dan aneksasi kolonialnya Al Quds Al-Sharif.
Lebih lanjut, OKI menegaskan kembali
bahwa Al-Quds adalah bagian integral dari wilayah Palestina yang dijajah Israel
sejak 1967. OKI menekankan perlunya mengambil langkah-langkah penting seperti
politik dan hukum, terhadap pejabat yang berpihak pada Israel.
Selain itu, Dr. Yousef Al-Othaimeen juga
menyerukan semua Negara Anggota untuk mendukung rancangan resolusi perlindungan
internasional terhadap penduduk sipil Palestina. Cara yang dilakukan dengan
memberikan suara pada pertemuan khusus darurat Majelis Umum PBB.
Meski tidak ditujukan individu atau
negara tertentu, peringatan tersebut dikeluarkan saat Katib Aam PBNU yang juga
Wantimpres Yahya Chalil Staquf menghadiri suara acara forum global yang
diadakan oleh Komite Yahudi Amerika di Yerusalem.
Komite Yahudi Amerika (AJC) merupakan
kelompok advokasi Yahudi yang didirikan pada 11 November 1906. Ini merupakan
salah-satu organisasi advokasi Yahudi tertua. AJC menggelar Global Forum 2018
yang berlangsung di Al Quds dari 10-13 Juni 2018. Acara yang turut dihadiri
oleh Katib Aam PBNU yang juga Wantimpres KH Yahya Chalil Staquf itu bertujuan
untuk menghormati 70 tahun berdirinya Israel.
Acara itu dibuka langsung oleh Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Yahya Chalil Staquf hadir
sebagai pembicara terkait tema dialog antaragama dan hubungan Muslim-Yahudi.
Dalam dialog itu, ia didampingi oleh Rabbi David Rosen, Direktur Hubungan
Antaragama Internasional AJC.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Jon Muhammad
Giliran Otoritas Palestina Mengecam Yahya
Staquf ke Israel
Otoritas Palestina melalui pernyataan
resmi dari Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam kehadiran Yahya Staquf ke
Israel. Ia dinilai telah melanggar hukum internasional dan resolusi relevan
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Palestina menyebutkan bahwa Gus Yahya
telah memberikan pukulan bagi Palestina dan Republik Indonesia. Padahal sebagai
negara Islam terbesar di dunia, Indonesia terlibat aktif dalam membela
Palestina, termasuk menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OKI kelima tentang
Palestina dan Al Quds Al-Sharif tahun 2016 dan tuan rumah Konferensi
Internasional tentang masalah Yerusalem pada tahun 2015.
“Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat
Negara Palestina mengutuk partisipasi delegasi ulama Indonesia dari Nahdlatul
Ulama organisasi yang dipimpin oleh Yahya Staquf, Katib Aam Dewan Syuriah
Nahdlatul Ulama, di AJC Global Forum di Yerusalem pada tanggal 10-13 Juni
2018,” tegas Kemlu Palestina pada Selasa (12/06/2018) seperti dikutip
dari www.mofa.pna.ps.
Kehadiran Gus Yahya bertentangan dengan
posisi pemerintah Indonesia atas penjajahan yang menimpa Palestina. Di mana
Indonesia dan warganya berkomitmen menolak segala bentuk penjajahan dan
mendukung Palestina menjadi negara merdeka dengan ibukota Al Quds.
“Pihak Palestina juga menganggap
partisipasi Bapak Yahya Staquf sebagai “pribadi”, dan itu tidak akan
mempengaruhi hubungan bilateral Palestina-Indonesia, dan posisi Palestina dan
rakyatnya yang menghargai dan menghormati Republik Indonesia dan rakyat yang
ramah,” sambungnya.
Selain itu, Pihak Palestina menganggap
forum yang dihadiri oleh Gus Yahya sebagai bagian dari kampanye Israel dengan
menampilkan acara-acara berbau budaya dan dialog antaragama. Pasalnya Israel
telah lama melakukan kejahatan dan pelanggaran terhadap Muslim dan Kristen di
Palestina.
Belum lagi aturan Israel, penjajahan, dan
negara yang diakui oleh negara Yahudi, mencerminkan kebijakan rasis dan
kolonialis. Hal tersebut sangat bertentangan dengan wajah-wajah yang
ditampilkan Israel dalam forum AJC.
“Mr Staquf seharusnya mengunjungi
Yerusalem di bawah bendera Negara Palestina, berkoordinasi dengan pihak
Palestina dan lembaga-lembaga spritual Islam dan Kristen. Bukan membiarkan
Israel melanjutkan proyek normalisasi di wajah agama dan budaya,” tukasnya.
AJC merupakan kelompok advokasi Yahudi
yang didirikan pada 11 November 1906. Ini merupakan salah-satu organisasi
advokasi Yahudi tertua. The New York Times mengungkap, AJC secara luas dikenal
sebagai “kepala organisasi Yahudi Amerika”.
Sebagai forum Yahudi kelas dunia, AJC
Global Forum 2018 dihadiri oleh banyak tokoh Yahudi dan sejumlah tokoh-tokoh
penting lainnya. Diantaranya, Nir Barkat (Wali kota Yerusalem), Dr. Tal Becker
(Penasihat Hukum, Kementerian Luar Negeri, Israel), MK Naftali Bennett (Menteri
Urusan Diaspora dan Menteri Pendidikan, Israel), Boyko Borissov (Perdana
Menteri Bulgaria) Tamar Chugoshvili (Wakil Ketua Pertama Parlemen Georgia),
Robert Dussey (Menteri Luar Negeri Togo), Avi Gabbay (Partai Buruh Israel),
Fernando Gentilini (Perwakilan Khusus dari Uni Eropa untuk Proses Perdamaian
Timur Tengah), Sebastian Kurz (Kanselir Austria), MK Tzipi Livni (Co-Leader
dari Partai Uni Zionis, Menteri Kehakiman (2013-14), Menteri Luar Negeri
(2006-09), Israel), Nickolay Mladenov (Koordinator Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk Proses Perdamaian Timur Tengah), Federica Mogherini (Perwakilan Tinggi
Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri & Keamanan), Benjamin Netanyahu
(Perdana Menteri Israel), Ron Prosor Abba Eban (Ketua Diplomasi Internasional
di Pusat Interdisipliner Herzliya, Wakil Tetap Israel ke PBB 2011-2015), Reuven
Rivlin (Presiden Negara Israel), Juan Manuel Santos (Presiden Kolombia) dan KH
Yahya Chalil Staquf.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Syafi’i Iskandar
Grand Mufti Yerusalem Sebut Kedatangan
Yahya Staquf Ke Forum Zionis-Amerika Memalukan
Syaikh Muhammad Husein, Mufti Besar
Yerusalem dan Palestina, dengan keras menolak partisipasi beberapa tokoh agama
Indonesia dalam konferensi lintas agama Zionis-Amerika di Yerusalem yang
diduduki.
Dalam pernyataan pers, sebagaimana
dilansir The Palestinian InformationCenter, Rabu (13/6/2018), Syaikh
Husein menyebut konferensi itu sebagai bagian dari kampanye menyesatkan Israel
yang sistematis yang dimaksudkan untuk mengelabui dan membuatnya tampak sebagai
sebuah negara yang mengadvokasi perdamaian dan persesuaian antar agama.
Mufti Husein mengutuk kunjungan Yahya
Staquf dan menyebutnya sebagai “kejahatan terhadap isu Palestina dan
bertentangan dengan negara Muslim,”
Dia juga menyebut kunjungan tersebut
mengabaikan gerakan boikot internasional terhadap pendudukan Israel dan praktik
rasisnya, terutama setelah relokasi kedutaan AS ke Yerusalem.
Mufti juga mengecam kunjungan itu dan
menyebutnya sebagai tindakan memalukan dan tidak dapat diterima, serta
bertentangan dengan sikap pemerintah dan rakyat Indonesia yang mendukung rakyat
Palestina dan tujuan mereka.