Wednesday, June 13, 2018

Beda Kuburan Ahlussunah Wal Jamaah Dan Aswaja Indonesia


Kenapa admin katakan 'aswaja indonesia',karena kebanyakan atau bahkan kuburan di indonesia masih banyak menyelisishi dari ahlussunnah waljamaah yang masih asli,tidak ada satupun kuburan para sahabat nabi yang di beri lampu,dikijing/disemen bahkan ada yang seperti rumah kecil.
Kata "aswaja" dari kalangan NU diartikan sebagai ahlussunah waljamaah jika ahlussunah tentunya harus mengikuti tata cara/aturan sesuai sumnah/nabi,tapi kenyataan di negeri kita indonesia hampir semua kuburan tidak ada yang sesuai tuntunan as sunnah.ternyata klaim ahlussunah hanya menurut versi kelompoknya sendiri,padahal uslam tidak hanya di indonesia saja.!

Lihat video berikut:

Seperti apa hakekat kelompok ini baca


“Ingatlah bahwa orang sebelum kalian, mereka telah menjadikan kubur nabi dan orang sholeh mereka sebagai masjid. Ingatlah, janganlah jadikan kubur menjadi masjid. Sungguh aku benar-benar melarang dari yang demikian” (HR. Muslim).

“Mereka adalah kaum yang jika hamba atau orang sholeh mati di tengah-tengah mereka, maka mereka membangun masjid di atas kuburnya. Lantas mereka membuat gambar-gambar (orang sholeh) tersebut. Mereka inilah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah” (HR. Bukhari)

“Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani di mana mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid” (HR. Bukhari dan Muslim).

"Jangan engkau biarkan patung (gambar) melainkan engkau musnahkan dan jangan biarkan kubur tinggi dari tanah melainkan engkau ratakan.” (HR. Muslim).

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang sesuai ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam kubur itu tidak ditinggikan dari atas tanah, yang dibolehkan hanyalah meninggikan satu jengkal dan hampir dilihat rata dengan tanah. Inilah pendapat dalam madzbab Syafi’i dan yang sepahaman dengannya.” (Syarh Shahih Muslim, 7:35).

Imam Nawawi di tempat lain mengatakan, “Terlarang memberikan semen pada kubur, dilarang mendirikan bangunan di atasnya dan haram duduk di atas kubur. Inilah pendapat ulama Syafi’i dan mayoritas ulama.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 37).

Dari keterangan di atas, nampaklah jelas bahwa kubur tidaklah perlu dibuat mewah dengan bangunan di atasnya, apalagi dalam madzhab Syafi’i -yang jadi pegangan para kyai di negeri kita- melarang demikian.

Mengistimewakan kubur seperti itu apalagi kubur wali dan orang sholeh dapat mengantarkan pada kesyirikan. Setiap perantara menuju syirik dilarang diterjang dalam Islam dan pelaku kesyirikan mengantarkannya kekal di neraka. Wallahu a’lam.