Mantan komandan satuan lapangan India,
Syed Ata Hasnain, telah mengakui bahwa Islamabad telah mengalahkan New Delhi
dalam perang hibrida, lansir Sputnik, Sabtu (30/3/2019).
“Mereka [India] harus belajar dari Inter-Services Public Relations (ISPR) [sayap media militer Pakistan], bagaimana cara memerangi “perang generasi kelima”, Hasnain, mantan Letnan Jenderal, mengatakan kepada sebuah think tank Inggris.
“Mereka [India] harus belajar dari Inter-Services Public Relations (ISPR) [sayap media militer Pakistan], bagaimana cara memerangi “perang generasi kelima”, Hasnain, mantan Letnan Jenderal, mengatakan kepada sebuah think tank Inggris.
Menurutnya, ISPR telah membuktikan bahwa
media tetap menjadi alat yang sangat efektif dalam perang hibrida, termasuk
konflik informasi, di mana Pakistan “menunjukkan keterampilan profesional yang
hebat”.
Hasnain mengklaim bahwa mustahil untuk
memenangkan perang tradisional di zaman modern, dan bahwa “bahkan Amerika
Serikat” memerlukan waktu 18 tahun untuk menyadari kenyataan itu.
Pernyataannya itu disampaikan beberapa
hari setelah Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa mereka telah
menyelidiki secara menyeluruh dokumen India terkait dengan serangan teror
Pulwama pada 14 Februari dan tidak menemukan bukti adanya kamp teror di lokasi
yang disebutkan New Delhi, atau dari siapa pun yang disebutkan dalam dokumen
yang dapat dikaitkan dengan serangan tersebut.
“Sementara 54 orang yang ditahan sedang
diselidiki, sejauh ini tidak ada rincian yang menghubungkan mereka dengan
Pulwama. Demikian pula, 22 lokasi yang dibagi oleh India telah diperiksa. Tidak
ada kamp seperti itu. Pakistan bersedia mengizinkan kunjungan, jika diminta, ke
lokasi-lokasi ini”, ungkap Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Kementerian itu menegaskan kembali bahwa
informasi dan dokumen tambahan dari India akan sangat penting untuk melanjutkan
proses penyelidikan dan Pakistan tetap berkomitmen untuk membawa proses ini ke
kesimpulan logisnya.
Pekan lalu, Presiden Pakistan, Arif Alvi
menuduh India memiliki sikap “tidak bertanggung jawab” dan memuji tanggapan
langsung dan efektif Islamabad atas apa yang ia sebut sebagai “agresi India”.
“Setelah serangan Pulwama, India
menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak mematuhi hukum internasional dan
melanggar wilayah udara Pakistan,” lanjut Alvi, merujuk pada serangan 14
Februari terhadap konvoi keamanan India di daerah yang dikuasai India di
Kashmir oleh kelompok Islam yang berbasis di Pakistan, yang merenggut nyawa
setidaknya 44 polisi paramiliter India.
Jaish-e-Mohammed (JeM), sebuah kelompok
teror yang berbasis di Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu
dan Angkatan Udara India melakukan serangan udara di sebuah lokasi yang diklaim
sebagai kamp JeM di Pakistan pada 26 Februari. Islamabad, pada gilirannya,
mengklaim, bahwa pesawat IAF tidak pernah menargetkan kamp apapun. Kebuntuan
meningkat, mengakibatkan pertempuran udara 27 Februari antara pesawat tempur
kedua negara. (Althaf/arrahmah.com)