Kekuatan
Otoman (Turki
Utsmaniyah) lebih
dasyat dari Zionis Yahudi, super power pada saat itu. Dalam perjalanan sejarah,
kekaisaran Ottoman menguasai hampir setengah wilayah dunia. Selama 6 (enam) abad, menjajah - membunuh-
merampas harta benda Muslim di jazirah
Arab.
Kejahatan
dan kekejian Turki utsmaniyah (otoman) di jazirah arab melebih zionis yahudi
ditanah Palestina (Jerusalem). Mereka juga yang memberi akses
yahudi menempati tanah Arab Palestina. Dengan dalih
"Wahabisme" mereka melakukan genoside dan mengusir penduduk Madinah.
Karena berjuang dengan Aqidah yang lurus (QS Al An'am 153, Al-A’raf 128, dan Al-Hajj 40-41 ), 100 tahun, Allah memberikan mereka kemenangan.
Kerajaan
Arab Saudi telah menempuh perjalanan panjang dengan beberapa kali jatuh-bangun
sehingga berdiri hingga sekarang.
(01).Arab
Saudi pertama jatuh pada 1233 H./1818 M.
Singkat
cerita, setelah membunuh lebih dari 1.500 orang, mereka menangkap Imam Abdullah
bin Saud setelah menipunya. Imam Abdullah bin Saud lalu
dibawa ke Kairo, kemudian ke Istanbul. Disana dia diarak dan dipertontonkan
dijalan-jalan kota Istanbul. Setelah itu, Imam Abdullah
bin Saud dibunuh dan disalib di halaman AYA SOFIA, kepalanya dibuang ke
selat Bosporus. Peristiwa ini dibulan Safar 1234 H atau 1818M.
(02).Arab
Saudi kedua jatuh pada tahun 1309 H./1891 M.
Seratus
tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1334 H (1915 M), sejumlah besar tentara
Turki tiba di Madinah, dipersenjatai dengan kekasaran dan perintah yang tegas.
Ketika
itu adalah musim dingin yang ekstrem di Madinah dan penduduknya hidup penuh
kedamaian. Para prajurit dengan terpal merah dan senjata
tergantung di tangan, menyebar ke gang-gang dan lingkungan kota yang terkenal. Perintah yang diberikan
kepada para prajurit dari Fakhri Pasha, komandan militer mereka, adalah melakukan
pemindahan paksa, tanpa terkecuali dan ampun, kepada setiap orang ditemui, baik
pria, wanita ataupun anak-anak.
Madinah
Al-Munawwarah sedang dirubah menjadi barak militer Utsmani.
Ini
adalah kisah yang mengerikan, bencana pengungsian massal dan pemindahan paksa
yang diterapkan Daulah Utsmaniyah. Ribuan pria, wanita dan anak-anak,
meninggalkan Madinah selama lima tahun, dihuni oleh 2.000 tentara Turki dan
beberapa lusin wanita dan anak-anak yang selamat dari deportasi massal
tersebut. Fakhri Pasha mempercepat keputusan untuk membersihkan Madinah dari
penduduknya, dan secara paksa mendeportasi mereka ke daerah-daerah yang jauh di
Syam, Turki, Irak, Yordania dan Palestina. Dia berusaha menjaga kota
Madinah sebisa mungkin dengan mempersenjatai kota, takut serangan suku-suku
Badui yang mengepungnya, yang ingin membebaskannya dari pendudukan Utsmani.
Fakhri
Pasha memperpanjang rel kereta api, dari Bab Al-Anbariyah, hingga ke dalam
jantung kota, di dekat Bab Al-Salam. Akibatnya, jalan Al-‘Ain,
pasar, tembok, dan rumah-rumah yang dilalui jalur rel kereta api harus dihancurkan. Tujuannya adalah
mengubah tempat suci Nabi menjadi benteng militer dan gudang senjata tanpa
memperhatikan kesucian Tempat Suci.
Untuk
itu, semua harta warisan nabi yang tak ternilai harganya, diangkut ke Turki.
Proses perpindahan besar-besaran melalui kereta Hijaz, menabrak tatanan sosial
yang diwariskan Madinah selama berabad-abad.
Akibatnya,
krisis kelaparan yang parah, terutama wanita dan anak-anak yang tersisa di
Madinah. Samapai-sampai mereka makan rumput dan binatang yang didapati.
Kejahatan
lain yang terjadi Madinah oleh tentara Fakhri Pasha adalah menyerbu
rumah-rumah, mendobrak pintu mereka dengan paksa, kemudian memisahkan keluarga.
Anak-anak dan wanita diculik di jalanan tanpa ampun, kemudian diseret bersama
atau dipisahkan di gerbong kereta Hijaz untuk dibuang secara acak setelah
perjalanan panjang ke Turki, Yordania dan Suriah.
Hakim
Madinah, Ibrahim bin Abdul Qadir bin Al-Afandi Omar Al-Bari Al-Hashimi
Al-Madani, yang lahir di Madinah pada 1281 H dan meninggal pada tahun 1354 H,
yang menjadi rujukan fatwa di Madinah, mengungkapkan sebagian dari
penderitaannnya. Dia bersama keluarganya dideportasi paksa dari
rumah mereka, demi sebuah proyek; Turkifikasi.
Pada
awal 1334 H, Fakhri Pasha, Gubernur Madinah, meminta Syaikh Abdul Qadir Al-Bari
(ayah dari Syaikh Ibrahim) untuk meninggalkan Madinah bersama keluarganya. Dia bersama dengan dua
putranya, Syaikh Ibrahim, istri, anak dan cucunya, serta Syaikh Abdul Aziz
Al-Bari yang belum menikah. Perjalanan itu sangat menegangkan, mereka tidak
tahu akhirnya atau memastikan tujuannya. Hingga Perang Dunia Pertama
mengguncang Madinah, meletus dan mencabik-cabik penduduknya.
Kejahatan
besar Daulah Utsmaniyah di tangan Fakhri Pasha terhadap salah satu bagian bumi
yang paling murni berakhir di awal tahun 1338 H (1919 M).
(03).Arab
Saudi ketiga didirikan pada 1319 H / 1902AD
Sepanjang
sejarah, tidak ada negara yang jatuh dua kali dan kemudian bangkit ketiga
kalinya kecuali Arab Saudi. Negara besar yang dipimpin oleh orang-orang hebat
dan hebat.
Dr.
Assem El-Desouky, profesor sejarah modern dan kontemporer di Universitas
Helwan, Mesir, menyatakan, “Utsmani
tidak lebih sebagai perampok dan penjajah yang menduduki negara-negara Arab
selama empat abad, mereka sama seperti kolonialisme Prancis dan Inggris, mereka
hanya menghabiskan kekayaan bangsa Arab dan mewarisi kelemahan serta
keterbelakangan mereka.”
Akhir
yang dramatis Daulah Utsmani memiliki peran dalam memfasilitasi penjajahan
asing di negara-negara Arab. Dan itu adalah alasan utama terjadinya bentrokan
antara orang Arab dan Turki dalam masa tersebut.
Banyak
orang Arab mengingat pembantaian Utsmani terhadap warga Armenia, walaupun telah
terjadi dalam beberapa tahun lamanya.
Tetapi
tidak banyak dari mereka yang ingat pembantaian Utsmani terhadap orang-orang
Arab sendiri, yang berlangsung selama 400 tahun, dalam tahun-tahun yang suram,
berat, dan biadab dari pendudukan Turki.
Dan
korban pembantaian, yang merenggut nyawa banyak orang, tidak terhitung
banyaknya. Di antaranya pembunuhan dengan senjata atau kelaparan dan membiarkan
wabah tho’un yang menimpa, seperti yang terjadi di Mesir dan Syam, sebagai
contoh.
Begitu
pula pembersihan, dengan mengosongkan kota-kota bersejarah, mencuri harta
pusaka, kemudian menyelundupkannya ke Turki. Seperti yang terjadi di Mesir dan
Semenanjung Arab.
Termasuk
mengungsikan secara paksa warga yang memiliki keterampilan ke Astana, untuk
membangun masjid-masjid mewah dan istana-istana keluarga Utsmaniyah. Daulah Utsmani juga melakukan
genosida kota-kota dari penduduk aslinya, seperti menggusur dengan pengusiran
dan kelaparan, untuk meninggalkan kota tempat tinggalnya. Ini seperti yang
terjadi di Madinah. Portal berita “Al-Ain”
memberikan permisalan atas pembantaian tersebut dengan ungkapan: “Ini bukan
sekedar titik di lautan yang diperkenankan atas luasnya.” Dengan menyaksikan bagaimana
bangsa Turki membersihkan bangsa Arab dengan segala cara, mirip dengan tujuan
keserakahan bangsa Turki kuno dalam menduduki sebuah wilayah.
Yaitu,
sejak suku-suku penyerbu Turki datang dari celah pegunungan Asia Tengah sebagai
tentara bayaran terhadap tentara Islam. Ini adalah kisah keserakahan yang
panjang, apa pun “baju” yang dikenakan oleh Turki Utsmani.
Dan
saat ini, Ataturkiyya atau Ikhwaniyan Erdogan, mereka berusaha menghidupkannya
kembali. Menyebarkan kembali gagasan mitos kekhalifahan Utsmani, dan menantang
konsep tanah air.
Akan
tetapi ada harapan bahwa orang-orang Arab akan aktif dalam menuntut Turki agar
bertanggung jawab atas kejahatannya terhadap mereka. Seperti mengembalikan warisan
dan barang-barang kuno dari peninggalan yang dicuri dari Mesir dan
negara-negara lainnya, seperti yang disimpan di Museum Topkapi atau lainnya di
Turki.
Tata Cara Mengembalikan Palestina Ke
Pangkuan Kaum Muslimin
Perkataan
yang berharga dari Al-‘Allaamah Al-Faqih Ibnul Utsaimin Rahimahullah tentang :
Dan
tidak mungkin mengembalikan palestina ke pangkuan kaum muslimin kecuali dengan
nama Islam yang dipegangi oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan para
shahabat beliau. Sebagaimana Allah berfirman :
{إن
الأرض لله يورثها من يشاء من عباده والعاقبة للمتقين} [الأعراف: 128]
”Sesungguhnya
bumi ini milik Allah, Dia akan mewariskannya kepada hamba-hambaNya yg Dia kehendaki. Dan
kesudahan yg baik itu bagi orang yg bertaqwa.” (Al-A’raf 128)
Dan
bagaimanapun usahanya bangsa Arab, sekalipun mereka memenuhi dunia ini dengan
perkataan dan hujjah, maka mereka itu tidak akan berhasil selamanya sampai
mereka menyeru untuk mengeluarkan yahudi darinya dengan nama Islam, setelah
mereka menerapkannya pada diri-diri mereka sendiri. Maka jika mereka telah
melakukan hal itu, maka akan terwujud apa yg dikhabarkan oleh Nabi
shallallahu’alaihi wasallam :
“لا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمُ
الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ،
وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ، أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ، يَا عَبْدَ
اللَّهِ، هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ”.
”Tidak
akan terjadi hari kiamat hingga kaum muslimin berperang melawan yahudi. Maka
kaum muslimin membunuhi mereka sampai yahudi bersembunyi dibelakang batu dan
pohon, maka batu dan pohon tersebut mengatakan : Wahai muslim, wahai hamba
Allah, ini ada yahudi di belakangku, maka kemarilah bunuhlah dia.”
Maka
pepohonan dan bebatuan menunjukkan kepada kaum muslimin posisi yahudi,
mengatakan : Wahai ”hamba Allah” dengan
nama penghambaan terhadap Allah. Dan mengatakan Wahai ”muslim” , dengan nama
Islam. Dan Rasul shallallahu’alaihi wasallam bersabda : ”Kaum Muslimin akan
memerangi yahudi” dan beliau tidak mengatakan ”Bangsa Arab.”
Oleh
karena itu sesungguhnya kita tidak akan bisa menghukum yahudi dengan nama
ke”arab”an selamanya. Kita tidak akan bisa menghukum yahudi kecuali dengan nama
Islam. Barang siapa yg mau, silakan dia membaca firman Allah ta’ala :
{ولقد
كتبنا في الزبور من بعد الذكر أن الأرض يرثها عبادي الصالحون} [الأنبياء: 105]
”Dan
sungguh Kami telah tetapkan dalam kitab Zabur setelah (kami tulis) dalam Lauhul
mahfuzh, bahwasanya bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hamaKu yg shalih.”
(Al-Anbiya 105)
Maka
Allah menjadikan warisan tersebut bagi hamba-hambaNya yg shalih. Dan apa-apa
yang dipersyaratkan dengan suatu sifat, maka hal itu hanya akan terwujud dengan
adanya sifat tersebut, dan akan ditiadakan kalau tidak ada sifat tersebut. Maka
jika kita menjadi hamba-hamba Allah yg shalih, maka kita akan mewarisinya
dengan penuh kemudahan, tanpa adanya kesulitan dan kepayahan ini. Maka (ini
adalah) pembicaraan yang panjang lebar yang tidak pernah habisnya selamanya.
Maka kita bisa meraihnya dengan pertolongan Allah dan dengan ketentuan Allah
akan hal itu bagi kita. Betapa mudahnya hal itu bagi Allah.
Dan
kita tahu, kalau kaum muslimin tidaklah menguasai Palestina di zaman Islam yg
jaya kecuali karena keislaman mereka. Dan mereka tidak menguasai kota-kota,
ibukota Persia atau ibukota Romawi atau ibukota Qibti kecuali dengan nama
Islam. Oleh karena itu, duhai seandainya para pemuda kita itu meresapi
pemahaman yg benar ini, bahwasanya tidak mungkin mendapatkan pertolongan yg
mutlak kecuali dengan Islam yang hakiki, bukan islam KTP.
Dan
saya katakan, dan ilmunya di sisi Allah : ”Tidak mungkin mengembalikan negeri
Syam -dan saya khususkan dengan hal itu negeri Palestina- kecuali dengan apa yg
dipakai oleh pendahulu umat ini, dengan kepemimpinan seperti kepemimpinan Umar
bin Al-Khaththab radhiyallahu’anhu. Dengan pasukan seperti pasukannya Umar bin
Al-Khaththab radhiyallahu’anhu. Mereka tidak berperang kecuali untuk
meninggikan kalimat Allah. Kalau sudah terlaksana hal ini pada kaum muslimin,
maka mereka akan bisa memerangi yahudi, sampai yahudi akan bersembunyi di
belakang pohon, lalu pohon tersebut akan memanggil :
حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ
الْحَجَرِ، وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ، أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ، يَا
عَبْدَ اللَّهِ،
”Wahai
muslim, wahai hamba Allah ini yahudi dibelakangku, mari bunuhlah dia.”
Adapun
selama manusia masih memandang kalau permusuhan ini, antara kita dengan yahudi
itu adalah karena fanatik kebangsaan, maka kita tidak akan berhasil selamanya.
Karena Allah itu tidak akan menolong kecuali hamba-hambaNya yg menolong
AgamaNya.
Sebagaimana
Allah berfirman :
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنْصُرُهُ
إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا
الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ
الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
[الحج:40-41].
”Dan
sungguh Allah akan menolong orang-orang yang menolong (agama) Nya, sesungguhnya
Allah itu Maha Kuat lagi Maha perkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami
kokohkan mereka di muka bumi mereka akan mendirikan shalat, menunaikan zakat,
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan kepada
Allahlah kembalinya segala urusan. (Qs. Al-Hajj 40-41)
Maka
jika kita melihat generasi pertama umat ini, kita mendapati mereka itu ditolong
karena prinsip ketauhidan, keikhlasan kepada Allah, mengikuti Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam. Menjauhkan diri dari perkara yang buruk, dari
akhlaq rendahan, dari perbuatan keji dan mungkar, dan dari taqlid kepada
musuh-musuh.
Dan
repotnya, sekarang sebagian manusia ada yg memandang kalau taqlid (perbuatan
ikut-ikutan) kepada orang-orang kafir itu adalah suatu kemuliaan dan
kehormatan, dan mereka melihat kalau kembali kepada apa yang dipegangi oleh
Rasulullah ‘alaihishshalaatu wassalaam dan para shahabatnya itu adalah
kemunduruan dan keterbelakangan. Hal ini cocok dengan ucapannya orang-orang
dahulu :
وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلاءِ
لَضَالُّونَ [المطففين32]
”Dan
jika mereka melihat orang-orang yang beriman, mereka berkata : Sesungguhnya
mereka ini adalah orang-orang sesat.” (Qs. Al-Muthaffifin 32)
Maka
kita wajib wahai ikhwah untuk merujuk (kepada Nabi dan Para Shabatnya-pent),
hendaknya kita membaca dan memperhatikan apa yang telah lalu dari penghulu umat
ini. Hingga kita bisa mengambil apa yg dahulu mereka ada diatasnya, berupa
berpegang teguh (dengan dengan Islam-pent), penghambaan diri (kepada Allah),
dan ketika itu pertolongan dicatat untuk kita.
Dan
sesungguhnya saya katakan dan saya ulang-ulang: Wajib kita berhati-hati dari
kejelekkan jiwa-jiwa kita, dan kita berhati-hati dari kejelekkan orang-orang
kafir, kaum munafiqin dan pengikut mereka semua.
Dan
kita memohon kepada Allah agar Allah menetapkan buat kita dan kalian petolongan
untuk agamaNya. Semoga Dia menolong kita dengannya dan menolong agamaNya
melalui tangan kita. Dan menjadikan kita sebagai wali-waliNya dan golonganNya,
sesungguhnya Dia itu Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Dan semoga shalawat dan
salam atas Nabi kita Muhammad, pada para keluarganya dan shahabatnya semua..
Kutub
wa rasaa’il karya Al-‘Utsaimin juz 8 hal 117.
Alih
Bahasa : Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary
●Arab
Saudi secara umum bukanlah standar kebenaran. Sebagai seorang Muslim, standar
kebenaran bagi kita adalah : Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan pemahaman
salafush shalih dan ulama yang mengikuti mereka dengan baik dan benar.
●Dengan
segala kekurangannya, Arab Saudi adalah satu satunya negara yang menjadikan
Syari’at Islam sebagai undang-undang dan peraturan hukum.
●Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa iman akan kembali ke 2 kota suci Disebutkan dalam
hadits shahîh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْمَدِينَةِ
كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا
“Sesungguhnya
iman akan kembali ke Madinah seperti seekor ular yang kembali ke lubang
sarangnya” [HR al-Bukhâri dan Muslim]
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى
الْمَدِيْنَةِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا
“Sesungguhnya
iman itu akan kembali ke Madinah sebagaimana ular akan kembali ke lobangnya”
(HR Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إنها طيبةٌ تَنْفِي الذُّنوبَ كَمَا تَنْفِي
النَّارُ خبث الفِضَّة
“Sesungguhnya
Madinah adalah Thaybah, ia menghilangkan dosa-dosa sebagaimana api yang
menghilangkan kotoran-kotoran perak”(HR Al-Bukhari)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ يَكِيْدُ أَهْلَ الْمَدِينَة أحدٌ إِلَّا
انْمَاعَ كَمَا يَنْمَاعُ الْمِلْحُ فِي المَاءِ
“Tidaklah
seorangpun yang berencana buruk kepada penduduk kota Madinah kecuali ia akan
lebur sebagaimana garam yang lebur di air”(HR Al-Bukhari)
مَنْ أَخَافَ أَهْلَ الْمَدِيْنَةِ ظَالِمًا
لَهُمْ أَخَافَهُ اللهُ وَكَانَتْ عَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ
“Barangsiapa
yang menakut-nakuti penduduk kota Madinah dengan mendzalimi mereka, maka Allah
akan menjadikan mereka takut, dan atas dia laknat Allah, para malaikat, dan
seluruh manusia, tidak akan diterima darinya amal wajibnya dan tidak juga amal
sunnahnya” (HR An-Nasai)